BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Kendaraan memiliki peranan penting dalam upaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Hal serupa dikemukakan oleh Yusuf (2009: 14) bahwa pelayanan publik membutuhkan sarana dan prasarana, khususnya alat angkutan darat bermotor baik berukuran besar maupun kecil, baik beroda empat maupun beroda dua, serta kendaraan untuk melakukan mobilisasi pegawai dalam rangka peninjauan lapangan atau aktivitas pemerintahan lainnya. Kendaraan dimaksud adalah kendaraan dinas milik pemerintah daerah yang dipergunakan hanya untuk kepentingan dinas, terdiri atas kendaraan perorangan dinas, kendaraan dinas operasional/kendaraan dinas jabatan dan kendaraan dinas khusus/lapangan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah menerangkan bahwa kendaraan dinas yang berumur 5 (lima) tahun lebih dapat dihapus dari daftar inventaris barang milik daerah untuk kemudian dilakukan penjualan. Adapun pertimbangan untuk dilakukan penjualan diantaranya untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau idle, secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dijual; dan sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penjualan dimaksud dilakukan melalui pelelangan umum dan/atau pelelangan terbatas yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
1
2
Keputusan untuk menjual atau menghapuskan aset milik pemerintah daerah memerlukan penilaian ekonomis secara menyeluruh. Konsep nilai menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI) merepresentasikan harga yang paling mungkin untuk disepakati oleh para pembeli dan penjual atas suatu barang atau jasa yang tersedia untuk diperjualbelikan. Dengan demikian, nilai bukan suatu fakta melainkan suatu estimasi atas harga yang paling mungkin dibayar atas suatu barang atau jasa yang tersedia untuk diperjualbelikan pada periode waktu tertentu. Sebagaimana diketahui pula bahwa kegiatan penilaian termasuk dalam ruang lingkup pengelolaan barang milik negara/daerah. Definisi penilaian dijelaskan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yaitu suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metoda/teknik tertentu untuk memperoleh nilai barang milik negara/daerah. Penilaian barang milik negara/daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah. Untuk penilaian barang milik negara/daerah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan untuk penilaian barang milik negara/daerah dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang. Pemerintah Kota Tangerang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan dan Lelang Negara (KPKNL) selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, telah melakukan lelang dengan hasil pada Tabel 1.1. Berdasarkan data
3
tersebut, dapat diketahui bahwa presentase kenaikan nilai realisasi lelang dibandingkan dengan nilai limit pada lelang kendaraan dinas Pemerintah Kota Tangerang tahun 2010-2012, sangat kecil. Hal ini mengindikasikan penetapan harga limit tidak merangsang penawaran yang agresif. Terbukti dengan masih tersisanya beberapa unit kendaraan yang belum laku terjual. Tabel 1.1 Realisasi Hasil Pelaksanaan Lelang Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2010-2012
Tahun Lelang
Jumlah Kendaraan Terjual (Unit)
Nilai Limit
Nilai Realisasi Lelang
Presentase Kenaikan
2010
210
Rp1.392.910.000,00
Rp1.440.490.000,00
3,42%
2011
56
Rp227.000.000,00
Rp230.800.000,00
1,67%
2012
50
Rp121.658.375,00
Rp160.390.000,00
31,84%
Total
316
Rp1.741.568.375,00
Rp1.831.680.000,00
Sumber: Dinas Pengelola Keuangan Daerah (DPKD) Kota Tangerang, 2010-2012 (diolah). Borgers dan Damme (2003: 71) menjelaskan bahwa harga limit mendorong penawaran yang lebih agresif, lebih dari sekedar kompensasi risiko tidak terjual. Amidu dan Agboola (2009) menyatakan bahwa penetapan harga limit lelang yang lebih tinggi dari harga pasar atau sebaliknya lebih rendah dari harga pasar, akan menyebabkan harga lelang menjadi bias. Selain itu, dengan penetapan harga limit yang lebih rendah dari harga pasar menyebabkan tidak tercapainya kontribusi pemasukan kas daerah yang maksimal. Oleh karena itu, pentingnya menetapkan harga limit yang sesuai dengan kondisi pasar berdasarkan konsep penilaian pada SPI. Amidu dan Agboola (2009) menyatakan bahwa
4
penetapan harga limit lelang yang lebih tinggi dari harga pasar akan menyebabkan harga lelang menjadi bias, sehingga harga limit tidak menjadi ukuran yang baik dalam penentuan harga lelang. Dengan demikian, yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Berapakah nilai pasar dari kendaraan-kendaraan yang telah laku terjual dalam lelang umum Pemerintah Kota Tangerang tahun 2010-2012 berdasarkan konsep nilai pasar menurut SPI? Apakah harga limit yang ditetapkan oleh Panitia Lelang Kendaraan Dinas Pemerintah Kota Tangerang Tahun 20102012 telah sesuai dengan nilai pasar tersebut?
2.
Apakah faktor-faktor lain di luar harga limit yaitu umur kendaraan, jumlah peserta lelang, kondisi aset, kelengkapan dokumen kepemilikan, dan tingkat inflasi mempengaruhi nilai realisasi lelang kendaraan dinas Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2010-2012?
1.2 Keaslian Penelitian Chow, Hafalir, dan Yavas (2013) menunjukkan melalui penelitiannya bahwa suatu lelang menghasilkan nilai realisasi yang tinggi dibanding penjualan dengan negosiasi. Permintaan terhadap aset yang dilelang akan tinggi apabila aset tersebut bersifat homogen, dan ketika aset tersebut menarik banyak pembeli dengan penilaian yang tinggi. Penelitian menggunakan data penjualan properti di Singapura. Sumaryono (2012) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi nilai realisasi lelang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa harga limit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai realisasi lelang sedangkan jumlah peserta
5
lelang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap nilai realisasi lelang kendaraan bermotor. Ooi dan Chow (2012) meneliti perbandingan metoda lelang dengan harga tertutup harga pertama dengan lelang terbuka. Variabelnya harga transaksi, waktu lelang, tender dan strategi penawar. Regresi hedonik atas harga tanah/Singapura. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lelang harga pertama dengan penawaran tertutup memberikan hasil lebih rendah pada penjualan tanah dibandingkan dengan lelang terbuka. Hungria-Gunnelin (2011) meneliti efek jumlah penawar terhadap harga lelang properti riil residensial di Stockholm selama tahun 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah penawar secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga lelang. Amidu dan Agboola (2009) melakukan studi empiris berkaitan lelang harga pertama dengan variabel harga limit, jumlah kamar, lokasi, ukuran tapak, tipe properti, karakteristik penawar, dan jumlah penawar. Metoda yang digunakan adalah regresi OLS terhadap studi kasus di Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lokasi, jumlah penawar, tipe properti dan karakteristik penawar mempengaruhi premi lelang. Herowati (2006) meneliti besarnya properti rumah tinggal yang dijadikan agunan kredit sesuai dengan nilai pasar, membandingkan hasil penilaian bank dengan nilai pasar, dan mengukur progresivitas atau regresivitas dari nilai agunan kredit. Alat analisis yang digunakan adalah penilaian pendekatan biaya dan assessment ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi underassessment antara nilai yang ditetapkan oleh PT. Bank Sulteng dengan nilai pasar yang
6
dianalisis menggunakan teori pendekatan biaya, dan hasil penilaian PT. Bank Sulteng terhadap agunan kredit terjadi progresivitas. Ini berarti nilai properti yang murah dinilai pada presentase lebih rendah dari properti yang mahal. Borgers dan Damme (2003), menunjukkan dalam penelitiannya bahwa beberapa lelang menerapkan harga penawaran di atas harga dasar/harga limit lelang yang diperbolehkan mengikuti pelelangan. Dalam lelang tertutup, penerapan harga dasar/limit lelang adalah dengan membatalkan penawaran yang berada di bawah harga dasar/limit. Pada lelang terbuka harga menaik, penawaran secara sederhana dimulai dari harga dasar/limit. Allen dan Swisher (2000), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa nilai realisasi lelang properti di beberapa wilayah di Amerika Serikat ada di bawah nilai pasar. Fakta pelelangan menunjukkan bahwa pembeli yang terlebih dahulu menyelesaikan transaksi membayar harga lelang lebih tinggi dibanding pembeli sebelumnya. Dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya terletak pada topik penelitiannya yaitu berkaitan lelang (Chow, Hafalir, dan Yavas, Sumaryono, Ooi dan Chow, HungriaGunnelin, Amidu dan Agboola, Herowati, Borgers dan Damme, serta Allen dan Swisher). Selain itu, terdapat persamaan alat analisis yaitu dengan Sumaryono, Hungria-Gunnelin, Amidu dan Agboola, Herowati. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, tahun penelitian, dan objek penelitian yaitu di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang, pada tahun 2013, dan objek penelitiannya adalah kendaraan dinas Pemerintah Kota Tangerang yang dijual melalui lelang umum pada tahun 2010-2012.
7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian 1.
menetapkan nilai pasar (market value) dari kendaraan-kendaraan dinas Pemerintah Kota Tangerang yang telah laku terjual melalui lelang umum pada tahun 2010-2012 guna menganalisis performance penilaian panitia lelang lelang kendaraan dinas Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2010-2012;
2.
menganalisis faktor-faktor di luar harga limit, umur kendaraan, jumlah pesertalelang, kondisi aset, kelengkapan dokumen kepemilikan, dan tingkat inflasi yang mempengaruhi nilai realisasi lelang kendaraan dinas Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2010-2012.
1.3.2 Manfaat penelitian 1.
untuk menjadi masukan dan pertimbangan pengambilan keputusan bagi panitia lelang dalam menentukan harga limit yang sesuai dengan nilai pasar (market value) berdasarkan konsep SPI sehingga kinerja penilaian oleh panitia lelang dapat dipertanggungjawabkan;
2.
untuk menjadi bahan evaluasi dan acuan bagi Pemerintah Kota Tangerang untuk menyusun strategi pelaksanaan lelang dan meningkatkan keberhasilan lelang kendaraan dinas milik Pemerintah Kota Tangerang, dengan memperhatikan faktor-faktor lain di luar harga limit.
1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari empat bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I berisi pengantar uraian tentang latar belakang penelitian, keaslian
8
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan; Bab II merupakan tinjauan pustaka dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Uraian pada Bab II mengacu pada beberapa sumber pustaka berkaitan dengan fokus penelitian; Bab III merupakan analisis data yang memuat pemaparan hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis sebagaimana diterangkan pada Bab II. Bab III terdiri dari cara penelitian, variabel penelitian, batasan dan definisi operasional serta hasil analisis data; Bab IV merupakan kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS
2.1 Tinjauan Pustaka Teori lelang menyatakan bahwa semakin tinggi harga dasar akan meningkatkan harga jual/realisasi lelang tetapi menurunkan kemungkinan terjual (McAfee dan Vincent, 1992). Chow, Hafalir, dan Yavas (2013), menunjukkan melalui penelitiannya bahwa suatu lelang menghasilkan nilai realisasi yang tinggi dibanding penjualan dengan negosiasi. Permintaan terhadap aset yang dilelang akan tinggi, apabila aset tersebut bersifat homogen, dan ketika aset tersebut menarik banyak pembeli dengan penilaian yang tinggi. Penelitian menggunakan data penjualan properti di Singapura. Sumaryono (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi nilai realisasi lelang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa harga limit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai realisasi lelang sedangkan jumlah peserta lelang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap nilai realisasi lelang kendaraan bermotor. Ooi dan Chow (2012) meneliti perbandingan metoda lelang dengan harga tertutup harga pertama dengan lelang terbuka. Variabelnya harga transaksi, waktu lelang, tender dan strategi penawar. Regresi hedonik atas harga tanah/Singapura. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lelang harga pertama dengan penawaran tertutup memberikan hasil lebih rendah pada penjualan tanah dibandingkan dengan lelang terbuka. Hungria-Gunnelin (2011) melakukan penelitian berkaitan efek jumlah 9