Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. 1.1.2 Arti menjadi kompeten di tempat kerja Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1 Desain materi pelatihan Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri : 1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas. 2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih (siswa aktif). 1.2.2 Isi materi pelatihan 1. Buku informasi Buku Informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. Materi pelatihan yang ditulis dalam Buku Informasi ini telah disusun sesuai dengan cakupan 4 Elemen Kompetensi dan 14 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi dengan kode unit SPL.KS21.225.00 Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu 1) Pengertian Umum, 2) Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan, 3) Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan, 4) Percepatan Pekerjaan, dan 5) Pengendalian Mutu Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber Perpustakaan, dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam Buku Informasi tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 1 dari 1 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
2. Buku kerja Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual /mandiri. Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan peserta pelatihan . 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. 3. Buku penilaian Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. 2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek. 6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan 1. Pada pelatihan klasikal pelatih akan: 1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. 3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. 2. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan: 1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition of Current Competency (RCC) Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency) ? Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 2 dari 2 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali agar dapat diakui telah memiliki kompetensi pada unit kompetensi dimaksud. Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: 1.3.1 Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, 1.3.2 Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau 1.3.3 Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-Pengertian Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta ketrampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian / Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Sertifikat Lulus Pelatihan Sertifikat Lulus Pelatihan adalah pengakuan tertulis kepada Peserta Pelatihan yang telah mengikuti Pelatihan Berbasis Kompetensi, yang dinilai memperoleh nilai hasil pelatihan sama atau melebihi standar batas lulus yang disyaratkan dalam pelatihan dimaksud. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti. Sertifikat Kompetensi Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 3 dari 3 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 4 dari 4 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
BAB II STANDAR KOMPETENSI
2.1 Peta Paket Pelatihan Untuk mempelajari materi latihan ini perlu membaca dan memahami ketentuanketentuan atau peraturan perundang-undangan yang antara lain berkaitan dengan: 1. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan. 2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja. 2.2 Pengertian Unit Standar Standar Kompetensi? Standar Kompetensi menentukan: Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi. Kondisi dimana kompetensi dicapai. Yang akan anda dipelajari dari Unit Kompetensi ini Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “menerapkan prosedur-prosedur mutu”. Lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu. Banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali. 2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat: 1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan. 2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan. 3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. 4. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian. 2.3.1 Judul unit Melaksanakan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton 2.3.2 Kode unit SPL.KS21.225.00
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 5 dari 5 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
2.3.3 Deskripsi unit Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk dapat melaksanakan pengendalian mutu dan waktu dalam pelaksanaan perkerasan jalan beton 2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja ELEMEN KOMPETENSI 1. Menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan
2. Menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
3. Melaksanakan percepatan pekerjaan jika terjadi keterlambatan di lapangan
4. Melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada spesifikasi teknis yang digunakan
KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Urutan pemasangan sambungan memanjang dan sambungan melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton disusun 1.2 Urutan pelaksanaan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton untuk pekerjaan perkerasan jalan beton disusun 1.3 Urutan pelaksanaan penyelesaian permukaan dan pengujian kerataan permukaan jalan beton, perawatan dan perlindungan beton serta pemenuhan terhadap toleransi sesuai spesifikasi teknis. disusun 2.1. Kebutuhan waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dihitung 2.2. Jadwal waktu pelaksanaan untuk setiap jenis pekerjaan disiapkan 2.3. Kuva-S sebagai jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton disiapkan 3.1. Data pekerjaan yang diduga menjadi penyebab keterlambatan di lapangan dikumpulkan dan dianalisis 3.2. Data dan rencana penanggulangan keterlambatan pekerjaan diajukan ke forum Show Cause Meeting 3.3. Rencana jadwal rinci pelaksanaan uji coba kemampuan sebagaimana ditentukan dalam Show Cause Meeting dibuat sesuai kesepakatan 3.4. Uji coba kemampuan untuk memastikan kemajuan pelaksanaan kontrak dilaksanakan sesuai jadwal pelaksanaan yang disepakati 4.1. Pemasangan sambungan memanjang dan sambungan melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dikendalikan 4.2. Pelaksanaan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dikendalikan 4.3. Pelaksanaan penyelesaian permukaan dan pengujian kerataan permukaan jalan beton, perawatan dan perlindungan beton serta pemenuhan terhadap toleransi sesuai spesifikasi dikendalikan
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 6 dari 6 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
4.4. Catatan pengendalian mutu dan waktu dalam pelaksanaan perkerasan jalan beton dibuat sesuai format dan prosedur SOP 2.3.5
Batasan variabel 1. Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri. 2. Unit ini berlaku untuk semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. 3. Peralatan uji mutu dan peralatan penganmbilan benda uji tersedia. 4. Tugas yang harus dilakukan meliputi: kemampuan menyusun urutan pekerjaan, menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan, melaksanakan percepatan pelaksanaan pekerjaan, dan kemampuan melaksanakan pengendalian mutu. 5. Peraturan Perundang-undangan tentang Jalan tersedia. 6. Peraturan Perundang-undangan tentang Jasa Konstruksi tersedia. 7. Peraturan Perundang-undangan tentang Keselamatan Kerja tersedia. 8. Standar Nasional Indonesia terkait dengan pekerjaan perkerasan jalan betron tersedia. . 2.3.6. Panduan Penilaian 1. Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk mendemonstrasikan kompetensi ini terdiri dari : 1) Kemampuan menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan, kemampuan menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan, melaksanakan percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan, melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan, keterampilan berinteraksi di tempat kerja, menerapkan UUJK di tempat kerja, dan menerapkan etika progesi dalam melaksanakan pekerjaan, 2) Penerapan butir a. tersebut di atas untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. 3) Cermat, teliti, tekun, obyektif, dan konsisten dalam menerapkan ketentuan Undangundang Jasa Konstruksi untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton 2. Konteks penilaian 1) Unit kompetensi ini dapat dinilai di dalam atau di luar tempat kerja yang menyangkut pengetahuan teori. 2) Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku. 3) Unit kompetensi ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keterampilan penunjang yang ditetapkan melalui Materi Uji Kompetensi (MUK). 3. Aspek penting penilaian 1) Kemampuan dan kecermatan dalam menerapkan ketentuan keteknikan untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. 2) Kemampuan dan kecermatan dalam menerapkan ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Unit ini mendukung kinerja efektif unit kompetensi yang diperlukan dalam Pelaksanaan Lapangan Perekerasan Jalan Beton yang terkait dengan : 1) Penerapan ketentuan keteknikan. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 7 dari 7 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
2) Penerapan ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. 2.3.7. Kompetensi kunci No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kompetensi Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi Mengkomunikasikan informasi dan ide – ide Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis Memecahkan masalah Menggunakan teknologi
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Tingkat 2 2 2 2 2 2 3
Halaman: 8 dari 8 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem ”Berdasarkan Kompetensi” berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri, artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 3.1.1
Persiapan / perencanaan 1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. 2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki. 4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda.
3.1.2
Permulaan dari proses pembelajaran 1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.
3.1.3
Pengamatan terhadap tugas praktek 1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.
3.1.4 Implementasi 1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. 3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh. 3.1.5
Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda.
3.2. Metode pelatihan Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1
Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 9 dari 9 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
3.2.2
Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.
3.2.3
Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 10 dari 10 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
BAB IV PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON 4.1
Umum Materi Pelatihan ini mencakup pengendalian mutu dan waktu pelaksanaan dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton, dibatasi pada 4 (empat) elemen kompetensi yang telah ditentukan dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton, yaitu : 1. Menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan 2. Menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan 3. Melaksanakan percepatan pekerjaan jika terjadi keterlambatan di lapangan 4. Melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada spesifikasi teknis yang digunakan Dengan demikian substansi jasa konstruksi yang diambil untuk materi Pelatihan ini adalah yang terkait dengan ketiga elemen kompetensi dimaksud. 4.1.1 Urutan pelaksanaan pekerjaan Pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut: 1. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi 2. Penyiapan pembetonan 3. Pembetonan 4. Pembuatan sambungan 4.1.2
Jadwal waktu pelaksanaan Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi semua pihak penyelenggara proyek termasuk pengguna jasa, kontraktor dan konsultan untuk : 1. Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan 2. Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga 3. Mendukung pengalokasian anggaran biaya 4. Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan pekerjaan 5. Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari dokumen kontrak pelaksanaan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis/cara penjadwalan.
4.1.3 Percepatan pekerjaan Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi pelaksanaan di mana realisasi pekerjaan fisik lebih lambat dari rencana pekerjaan fisik. Jika keterlambatan pelaksanaan mencapai batasan kritis sebagaimana ditentukan oleh kontrak, maka sebenarnya penyedia jasa dalam posisi tidak stabil. Jika terbukti penyedia jasa tidak mampu menunjukkan prestasi yang memadai untuk upaya pengatasan keterlambatan, maka penyedia jasa akan berada pada pilihan-pilihan bahwa pekerjaan harus dilakukan upaya penyelesaiaan yang saling menguntungkan para pihak atau bahkan pemutusan Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 11 dari 11 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
kontrak. Oleh karena itu apabila penyedia jasa mulai memasuki “wilayah terlambat dalam pelaksanaan” maka penyedia jasa harus segera mengevaluasi kemampuannya, mencari penyebabnya, dan mencari jalan keluar untuk keluar dari keterlambatan. Jika penyebab keterlambatan adalah karena kesalahan pengguna jasa, penyedia jasa harus segera mengajukan perpanjangan waktu kepada pengguna jasa dan tidak terkena denda keterlambatan. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pengguna jasa kepada penyedia jasa apabila terjadi peristiwa kompensasi atau adanya perubahan-perubahan pekerjaan yang tidak memungkinkan bagi penyedia jasa untuk menyelesaikan rencana tanggal penyelesaian sesuai dengan jadwal yang direncanakan semula. 4.1.4 Pengendalian mutu Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu dari 4 (empat) sasaran utama manajemen proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya, tepat waktu dan tertib administrasi. Pengendalian mutu didefinisikan sebagai suatu upaya pengawasan dan tindak turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi (jalan dan jembatan) agar memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang telah ditetapkan di dalam dokumen kontrak. Untuk mewujudkan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen kontrak pada pelaksanaan pekerjaan jalan harus dilakukan 3 (tiga) tahap pengendalian, yaitu : 1. Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu kali dan sebagainya) 2. Pengendalian mutu bahan olahan (agregat sub base, agregat base, aspal, semen, adukan aspal beton, adukan beton semen dan sebagainya). 3. Pengendalian mutu hasil pekerjaan (subgrade yang telah dipadatkan, lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, lapis permukaan jalan, tiang pancang beton yang telah terpasang, beton struktur dan sebagainya). Pengertian pengendalian hasil pekerjaan di sini adalah pengendalian mutu terhadap jenis pekerjaan menurut item pekerjaan di dalam dokumen kontrak yang dilaksanakan oleh kontraktor. 4.2.
Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut:
1. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut : 1) Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar. 2) Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat. 3) Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat. 4) Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan. Penyiapan tanah dasar dan atau lapis pondasi mencakup pekerjaan pembersihan, pengupasan, pembongkaran, penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat, sesuai dengan spesifikasi yang diteapkan dalam kontrak.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 12 dari 12 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
2. Penyiapan pembetonan Sebelum memulai pekerjaan beton, setelah terselesaikannya pekerjaan penyiapan tanah dasar, pekerjaan persiapan selanjutnya adalah: 1) Pemasangan acuan perkerasan beton semen, yang berguna untuk mempermudah pelaksanaan penghamparan beton. 2) Pemasangan ruji (dowel), yakni sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti, batang pengikat dan tulangan pelat, 3) Pemasangan tulangan, yang ditempatkan pada kedudukan yang kokoh sehingga tidak bergerak saat beton dihampar.
3. Pembetonan Pekerjaan pembetonan meliputi kegiatan-kegiatan: 1) Penentuan proporsi campuran beton semen. 2) Pengadukan beton semen. 3) Pengangkutan adukan beton. 4) Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan. 5) Pembentukan tekstur permukaan. 6) Perlindungan dan perawatan. 7) Pembukaan acuan.
4. Pembuatan sambungan Jenis sambungan meliputi: 1) Sambungan lidah alur (key ways joint), yakni jenis sambungan pelaksanaan memanjang dimana sebagai sistem penyalur bebannya digunakan hubungan lidah alur sedangkan untuk memegang pergerakan pelat ke arah horizontal digunakan batang pengikat. 2) Sambungan muai (expansion joint), yakni jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian. 3) Sambungan pelaksanaan (construction joint), yakni jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan lama dengan beton hasil penghamparan baru. 4) Sambungan tidak sejalur (mismatched joint), yakni suatu pola sambungan, di mana sambungan di antara pelat-pelat yang berdekatan tidak berada dalam satu garis (jalur). 5) Sambungan susut (contraction joint), yakni jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan temperatur dan kelembaban. 4.2.1
Penyusunan urutan pembuatan sambungan Pembuatan sambungan dapat dilaksanakan saat beton masih plastis atau dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. 1. Sambungan dengan penggergajian melintang
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 13 dari 13 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai secepat mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir, umumnya 4 jam – 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan. Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan terus menerus siang malam tanpa memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak. Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan. Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal. Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penghamparan. Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara dengan bahan yang telah direncanakan.
2. Sambungan susut melintang basah Sambungan susut melintang basah dilakukan dengan memasukkan lembaran plastik dengan cara menekan batang berbentuk “T” ke dalam beton yang masih plastis. Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup.
3. Penutup sambungan Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan sambungan seperti lepasnya agregat, masuknya material luar yang akan menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki. Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan diberi bahan penutup permanen atau sementara.
4. Pemasangan penutup sambungan siap pakai Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus diperbaiki terlebih dahulu. Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan cara ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam celah.
5. Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan dengan menggunakan kompresor.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 14 dari 14 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau penyemprot. Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar penggunaan penyemprot lebih cocok. Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum penutup sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap ikat pada sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang cukup untuk memudahkan pemasangan penutup sambungan. Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk memastikan tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan yang seragam dan rapi. 4.2.2
Penyusunan urutan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir permukaan beton 1. Pengecoran Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi. Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting). Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air. Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan. 2. Penghamparan Penghamparan beton semen dapat dilakukan dengan dua metoda: 1) Metoda menerus. Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji sebelum retak susut terjadi. 2) Metoda panel-berselang. Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya. Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 15 dari 15 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual. Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat pemadat. Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas. 3. Pemadatan Pemadatan beton dapat dilakukan dengan dua metoda: 1) Pemadatan dengan tangan (hand tamping) Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm. Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan merapikan permukaan beton. 2) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated vibrating beam). Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang dioperasikan secara manual. Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator). Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi. Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik. 4.2.3
Penyusunan urutan penyelesaian, pengujian kerataan permukaan, perawatan dan perlindungan beton 1. Penyelesaian akhir perkerasan beton semen Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan dengan alat perata. Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan kekesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara seperti: 1) Penarikan burlap (sejenis karung goni) Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas rendah. Cara ini dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang permukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 16 dari 16 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm. Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan penarikan burlap sebanyak dua kali, di mana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir. Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari. 2) Penyapu/penyikat melintang Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 6a. Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm. 3) Pembuatan alur-dalam pada arah melintang Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir diikuti pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak. Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge). 2. Pengujian kerataan Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, semetara beton masih lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa, dikonsolidasi dan dilakukan penyelesaian lagi. Daerah yang menonjol/berlebih harus dipotong dan dilakukan penyelesaian lagi. Sampbungan harus diperiksa kerataannya lagi. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetulkan sampai tidak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan. Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straightedge) tidak boleh melebihi toleransi yang ditentukan dalam Spesifikasi. Pengujian dengan mal datar 3 meter dilakukan saat beton mengeras dengan ketentuan: 1) Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tetapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3 meter harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gerinda sehingga ketidak-rataan permukaan tidak lebih dari 3 mm. 2) Bila penyimpangan penampang melintang lebih dari 12,5 mm, lapisan beton harus dibongkar. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 meter atau kurang dari lebar jalur yang harus dibongkar. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 17 dari 17 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
3. Perlindungan Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan. 1) Pencegahan retak susut plastis. Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada saat masih plastis. Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan udara serta kecepatan angin. Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara. Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis : (1) buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar matahari terhadap permukaan beton semen (2) kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara baik cuaca panas maupun dingin (3) hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton (4) rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara (5) lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan 2) Perlindungan terhadap hujan Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai. 3) Perlindungan terhadap kerusakan permukaan. Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain sebagainya. 4. Perawatan Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus dirawat. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 18 dari 18 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Perawatan dapat dilakukan dengan cara: 1) Penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (whitepigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput kompon. Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki. 2) Dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan. Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan. 3) Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari. 4.3
Penyiapan jadwal waktu pelaksanaan Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi (atau para pejabat terkait di atasnya), semua pihak dalam pelaksanaan konstruksi untuk : 1. Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan. 2. Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi/de-eskalasi harga. 3. Mendukung pengalokasian anggaran biaya. 4. Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan pekerjaan. 5. Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi. Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari pengajuan penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis/cara penjadwalan. 4.3.1
Perhitungan jadwal waktu pelaksanaan Untuk dapat menyiapkan jadwal waktu pelaksanana (construction schedule), maka ditinjau dari aspek perencanaan perlu dilakukan penyiapan tatacara kerja yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1. Melakukan penelaahan awal dokumen kontrak 2. Melakukan penelitian lapangan secara rinci untuk menguji lokasi,sumber daya yang tersedia dan menentukan tingkat kesulitan yang terkait pada pekerjaan yang akn dilaksanakan 3. Melakukan pengkajian Daftar Kuantitas secara rinci 4. Melakukan pengkajian Gambar Rencana secara rinci
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 19 dari 19 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
5. 6. 7. 8. 9.
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Menguji Spesifikasi Menguji Syarat-syarat Kontrak Menganalisa pekerjaan yang diperlukan untuk setiap kegiatan Menentukan urutan pekerjaan Menentukan biaya proyek
Langkah-langkah di atas kemudian ditindaklanjuti dengan membuat analisa terhadap hal-hal berikut : 1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan 2. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan 3. Urutan setiap kegiatan 4. Metoda kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan 5. Sumber daya yang diperlukan 6. Resiko yang terkait 7. Biaya sebenarnya untuk menyelesaikan setiap kegiatan 8. Nilai pekerjaan yang diselesaikan. Setelah menyelesaikan analisa di atas, kontraktor perlu membuat beberapa jadwal dasar sebagai jadwal perencanaan kerja, yang nantinya di dalam pelaksanaan konstruksi biasanya memerlukan perubahan-perubahan disesuaikan dengan kondisi lapangan : 1. Jadwal kegiatan, yang menentukan secara jelas kerangka waktu untuk setiap jenis pekerjaan. 2. Jadwal sumber daya, yang menentukan secara jelas rencana ketersediaan tenaga kerja, peralatan dan bahan. 3. Jadwal kemajuan keuangan – Kurva S, yang menentukan secara jelas rencana kemajuan pekerjaan dan keuangan proyek. 4. Jadwal cash flow keuangan, yang menentukan keadaan pemasukan dan pengeluaran uang. Ada beberapa jenis jadwal yang dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek antara lain sebagai berikut : 1. Metoda Lintasan Kritis (Critical Path Method/CPM) 2. Diagram Balok – asli dan terkait (Bar Charts – basic and linked) 3. Jadwal Kemajuan Keuangan – Kurva S (Financial Progress Schedule – S Curve) 4.3.2
Penyiapan jadwal waktu pelaksanaan 1. Metoda lintasan kritis (critical path method/CPM) Metoda Lintasan Kritis (Critical Path Method/CPM) adalah suatu jenis jadwal atau network planning “durasi” kapan suatu kegiatan paling awal dapat dikerjakan dan kapan waktu paling akhir yang dapat digunakan untuk menyajikan jadwal pelaksanaan dalam urutan-urutan kegiatan maupun ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lain, yang dilengkapi dengan rencana dari kegiatan tersebut harus dikerjakan, agar seluruh kegiatan yang merupakan komponen dari suatu pekerjaan dapat dikendalikan dari awal sampai akhir. Di dalam network planning yang merupakan jaringan lintasan kegiatan yang saling tergantung satu sama lain tersebut bisa terdapat satu atau lebih lintasan kritis yang menggambarkan bahwa kegiatan pada lintasan kritis tersebut harus diawali
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 20 dari 20 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
dan diakhiri tepat waktu, sebab apabila meleset pelaksanaannya akan menunda penyelesaian proyek. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penggunaan Critical Path Method untuk keperluan menyiapkan suatu Network Planning : 14 2 17
D(16)
A(14) 0 1
Start
33
C(0)
F(17)
50
4
0
5 33
B(15)
50
E(18)
Finish
15 3 15
A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya =
Event
NE
=
No. of Event
EET
=
Earliest Event Time
LET
=
Latest Event Time
EET NE LET
LET Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu (duration) tertentu Kegiatan di lintasan kritis (critical path) Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap sebagai kegiatan yang tidak membutuhkan waktu
Contoh sederhana Network Planning di atas menggambarkan ada 6 kegiatan yaitu kegiatan A, B, C, D, E, dan F dengan durasi masing-masing kegiatan serta saling ketergantungannya sebagai tersebut dalam tabel di bawah. Dalam tabel di bawah juga digambarkan perhitungan untuk menentukan lintasan kritis, yang di dalam Network Planning digambarkan sebagai kegiatan yang menghubungkan antarevent yang mempunyai EET = LET, yaitu kegiatan B, E dan F.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 21 dari 21 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Data Kegiatan
Durasi (Hari)
Kegiatan Yang Mendahului
A B
14 15
Tidak ada Tidak ada
C D
0 16
A A
E
18
B dan C
F Selesai
17
D dan E
Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis Event EET + Durasi pada Event No. No. Terendah Tertinggi EET LET (Hari) (Hari) (Hari) (Hari) 1 0 0 2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17 3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15 4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33 5 30+17=47 33+17=50 50 50
Dari lintasan kritis B, E, dan F di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di lintasan kritis tidak boleh dilampaui sebab apabila dilampaui akan mengakibatkan tertundanya penyelesian pekerjaan. 2) Controlling secara ketat harus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di lintasan kritis agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda. 3) Sementara kelonggaran waktu yang terdapat pada kegiatan lain (dalam kasus di atas adalah kegiatan A dan D) dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga, peralatan, bahan, dan barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan B, E, dan F. Permasalahan yang sering dihadapi adalah bagaimana dengan manajemen penyelenggaraan proyek jalan dan jembatan, apakah memerlukan network planning berupa Critical Path Method seperti di atas? Perlu diketahui bahwa proyek jalan dan jembatan terdiri dari proyek-proyek tahunan dan proyek-proyek “multi year”. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa jarang ada pelaku proyek jalan dan jembatan yang memanfaatkan Critical Path Method sebagai salah satu cara untuk mengendalikan pelaksanaan proyek, namun fakta menunjukkan bahwa cukup banyak proyek-proyek jalan dan jembatan yang tidak selesai tepat waktu (memerlukan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi) baik pada proyekproyek tahunan maupun multi year. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari ketidakmampuan kontraktor di lapangan sampai ketidakjelasan kemampuan pemberi pekerjaan menyediakan alokasi dana yang diperlukan untuk membiayai proyek sebagai akibat dari berbagai perubahan di sektor ekonomi. Terlepas dari penyebab-penyebab yang mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek, nampaknya perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Dalam merencanakan construction schedule suatu proyek, kontraktor perlu secara tajam mencari, dari sejumlah kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan proyek, kegiatan-kegiatan mana yang potensial menjadi kritis. Jika telah ditemukan jenis kegiatan di maksud, maka kontraktor perlu Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 22 dari 22 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
merinci kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam sub-sub kegiatan dan dari sub-sub kegiatan ini kemudian dapat dibuat network planning berupa Critical Path Method. 2) Untuk proyek-proyek yang dikategorikan sebagai proyek crash program, barangkali pilihan paling baik adalah dengan menambahkan Critical Path Method yang menggambarkan network planning dari sejak mulai sampai berakhirnya proyek, selain Bar Chart dan Jadwal Progres Keuangan – S Curve. Bisa jadi jika dibuat Critical Path Method untuk proyek crash program, setiap lintasan yang tergambar akan berupa lintasan kritis. Jika terjadi demikian maka kegiatan yang berupa lintasan kritis tersebut perlu diurai lagi menjadi sub-sub kegiatan sehingga akan diketahui sub-sub kegiatan mana yang memberikan kontribusi kritis bagi suatu kegiatan. 3a
3
4
3c
3
4
3 b
Penggunaan Critical Network Planning (CPM) Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pengendalian waktu pelaksanaan merupakan aspek penting dalam menjamin penyelesaian proyek sesuai dengan yang direncanakan. Bagi kepentingan pemilik proyek, pengendalian ini terkait dengan ketepatan pencapaian sasaran proyek agar hasilnya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pemilik proyek, terlebih lagi apabila proyek tersebut menyangkut kepentingan masyarakat, maka keterlambatan penyelesaian proyek akan berdampak kerugian terhadap masyarakat banyak abik secara ekonomi maupun sosial. Bagi kepentingan kontraktor, pengendalian waktu pelaksanaan terkait langsung dengan penggunaan sumber daya terutama sumber daya manusia dan alat. Pengendalian waktu, mutu dan biaya harus dilakukan secara terpadu karena ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi. Dalam rangka kepentingan pengendalian atas waktu dan biaya tersebut, maka penggunaan CPM sebagai alat pengendalian proyek sangat bermanfaat seperti: (1) Pada hari evaluasi, dapat dibuat daftar sisa waktu untuk setiap kegiatan, dan berdasarkan daftar sisa waktu setiap kegiatan tersebut dapat dibuat jaringan kerja (network) evaluasi yang memberikan informasi total durasi yang akan terjadi., yang kemudian diperbandingkan dengan jaringan kerja rencana. Apabila ternyata total durasinya melebihi total durasi rencana, maka cara mengejar keterlambatan yang terjadi adalah mempercepat sisa kegiatan yang terletak di lint6asan kritis. Apabila kegiatan yang terletak pada jalur kritis lebih dari satu, maka harus dipilih kegiatan mana yang akan dipercepat, dengn pertimbangan biaya yang terkecil. (2) Bagi penanggung jawab proyek, CPM ini sangat bermanfaat untuk penilaian atas usulan pertambahan waktu yang disampaikan oleh kontraktor, terutama terkait dengan pemberian pekerjaan tambah. Berdasarkan jaringan kerja yang direncanakan, pemeberian pekerjaan tambah tersebut akan dilihat Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 23 dari 23 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
apakah terjadi pada kegiatan pada lintasan kritis atau bukan, atau apakh dengan adanya pekerjaan tambah yang memerlukan waktu tambahan tersebut akan mengubah lintasan kritisnya dan menambah durasi totalnya. 2.
4.3.3
Diagram balok (bar charts) Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana, menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 type yang dikenal yaitu basic chart dan linked chart. Basic chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing kegiatan yang berdiri sendiri, sedangkan linked chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing kegiatan yang dimulainya tergantung pada selesainya kegiatan lain. Pada linked chart secara sederhana dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan lain meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Jika hanya mengandalkan basic chart, kita tidak akan pernah mengetahui kegiatan atau sub kegiatan mana yang posisinya berada pada lintasan kritis, yang mengharuskan kita untuk memberikan prioritas utama dalam ketepatan waktu pelaksanaannya karena keterlambatan pelaksanaan akan menunda penyelesaian proyek. Pada halaman selanjutnya digambarkan contoh bar chart dari proyek peningkatan jalan, hanya diambil resumenya saja, tidak dirinci dalam sub-sub kegiatan yang menggambarkan jenis-jenis kegiatan yang ada di dalam items pekerjaan. Bar chart yang dibuat untuk proyek-proyek jalan biasanya dilengkapi dengan no. pay item sesuai dengan yang ada di dalam kontrak, nama kegiatan atau deskripsi kegiatan menurut no. pay item, kuantitas pekerjaan menurut no. pay item dan waktu pelaksanaan untuk masing-masing pay item. Di dalam contoh tidak digambarkan bar chart lengkap berdasarkan pay item akan tetapi hanya digambarkan resume berdasarkan kelompok-kelompok pay item.
Penyiapan kurva-S Financial Progress Schedule – S Curve merupakan suatu jadwal pelaksanaan bulanan (monthly construction schedule) yang menggambarkan rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif dinyatakan dalam % terhadap total biaya proyek, selama construction period yaitu sejak Tanggal Mulai Kerja (Commencement of Works/COW) sampai dengan Tanggal Penyelesaian Pekerjaan (Completion Date). Kurva ini merupakan alat pengendali baik bagi kontraktor, konsultan pengawas maupun pemilik pekerjaan (Pinbagpro, Pinpro atau para atasan Pinpro terkait). Oleh karena Kurva-S itu menyangkut informasi pekerjaan yang berkaitan dengan pembayaran prestasi pekerjaan maka di dalam Kurva-S tercatat : 1. No. item pembayaran (pay item), 2. Deskripsi item pembayaran (pay item), 3. Nama section yang berisi sejumlah item pembayaran (pay item), 4. Kuantitas masing-masing item pembayaran (pay item), 5. Harga satuan masin-masing item pembayaran (pay item), 6. Total harga dari masing-masing item pembayaran (pay item), 7. Rincian kebutuhan biaya bulanan masing-masing item pembayaran (pay item) dinyatakan dalam prosen terhadap total biaya konstruksi Dari total % rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah % kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan mulai dari Tanggal Mulai Kerja s/d
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 24 dari 24 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Tanggal Penyelsaian Pekerjaan. Kurva yang menghubungkan % kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan inilah yang disebut Kurva S karena pada umumnya untuk suatu rencana pelaksanaan yang normatif, kurva tersebut biasanya berbentuk huruf S. Dengan cara yang sama, sesuai dengan realisasi pelaksanaan di lapangan dibuat kurva yang menghubungkan realisasi bulanan di maksud sebagai alat pengendali.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 25 dari 25 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 26 dari 26 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
4.4
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Percepatan Pekerjaan Untuk mencapai “target tepat waktu”, harus dilakukan pengendalian waktu oleh para pihak terkait, baik yang berada pada posisi pengguna jasa, penyedia jasa maupun konsultan pengawas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Adapun faktor-faktor yang mempunyai kontribusi yang signifikan dalam pengendalian waktu adalah sebagai berikut : 1. Penyerahan lapangan. 2. Surat perintah mulai kerja. 3. Rapat persiapan pelaksanaan (pre construction meeting/PCM). 4. Pemeriksaan bersama (mutual check) dan peninjauan ulang desain (review design). 5. Penyiapan request dan penutup request. 6. Rapat-rapat koordinasi pelaksanaan. 7. Rapat pembuktian (show cause meeting). 8. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. 9. Perpanjangan waktu pelaksanaan. 10. Percepatan penyelesaian pekerjaan. 11. Klaim dan peringatan dini. 12. Serah terima pekerjaan. Apabila pengguna jasa menginginkan penyedia jasa menyelesaikan pekerjaan sebelum rencana tanggal penyelesaian, maka direksi pekerjaan menerima usulan biaya yang diajukan oleh penyedia jasa untuk mempercepat penyelesaian tersebut. Bila pengguna jasa dapat menyetujui usulan tersebut, maka rencana tanggal penyelesaian disesuaikan dan disahkan bersama oleh pengguna jasa dan penyedia jasa. Jika pengguna jasa dapat menerima usulan biaya untuk percepatan pekerjaan yang diajukan oleh penyedia jasa, maka usulan tersebut dimasukkan dalam harga kontrak dan diperlakukan sebagai perintah perubahan. 4.4.1
Evaluasi penyebab keterlambatan pekerjaan Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi pelaksanaan dimana realisasi pekerjaan fisik < rencana pekerjaan fisik. Jika keterlambatan pelaksanaan mencapai batasan kritis sebagaimana ditentukan oleh kontrak, maka sebenarnya penyedia jasa dalam posisi tidak stabil karena sudah berada di ambang harus mengikuti show cause meeting. Jika terbukti penyedia jasa tidak mampu menunjukkan prestasi yang memenuhi persyaratan dalam uji coba maka penyedia jasa akan berada pada pilihanpilihan bahwa pekerjaan harus diserahkan kepada penyedia jasa lain dalam format kesepakatan tiga pihak atau bahkan pemutusan kontrak. Oleh karena itu apabila penyedia jasa mulai memasuki “wilayah terlambat dalam pelaksanaan” maka penyedia jasa harus segera mengevaluasi kemampuannya, mencari penyebabnya, dan mencari jalan keluar untuk keluar dari keterlambatan. Jika penyebab keterlambatan adalah karena kesalahan pengguna jasa, penyedia jasa harus segera mengajukan perpanjangan waktu kepada pengguna jasa agar tidak terkena rapat pembuktian (show cause meeting) dan tidak terkena denda keterlambatan. Jika kemajuan pelaksanaan yang dicapai oleh penyedia jasa masih termasuk kategori terlambat terhadap rencana tanggal penyelesaian, namun di luar kategori kontrak kritis, kontraktor masih terkena kewajiban membayar denda keterlambatan. Penyedia jasa wajib membayar denda keterlambatan kepada pengguna jasa berdasarkan besaran untuk setiap hari kalender yang tercantum dalam dokumen
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 27 dari 27 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
kontrak untuk setiap hari keterlambatan sejak rencana tanggal penyelesaian. Pengguna jasa dapat memotong denda keterlambatan tersebut dari pembayaran-pembayaran kepada penyedia jasa. Pembayaran denda keterlambatan tidak mempengaruhi kewajiban-kewajiban penyedia jasa. Apabila rencana tanggal penyelesaian diundurkan setelah denda keterlambatan dibayarkan, maka direksi pekerjaan wajib melakukan koreksi atas kelebihan pembayaran denda keterlambatan dengan menyesuaikan sertifikat pembayaran berikutnya. Penyedia jasa harus mendapatkan pembayaran bunga dari pembayaran lebih, terhitung dari hari pembayaran kembali dengan sejumlah nilai tertentu yang telah disahkan oleh direksi pekerjaan dalam waktu tertentu (misalnya 28 hari) terhitung sejak tanggal disahkannya sertifikat pembayaran oleh direksi pekerjaan. Apabila penyedia jasa terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka pengguna jasa harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan pasal kontrak kritis sesuai ketentuan dokumen kontrak. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh pengguna jasa, maka dikenakan ketentuan pasal kompensasi sesuai ketentuan dokumen kontrak. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh keadaan kahar, maka butir-butir tersebut di atas tidak diberlakukan. 4.4.2
Rencana penanggulangan keterlambatan Kriteria penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan diambil dari batasan kontrak kritis menurut ketentuan kontrak di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai berikut:
Batasan Kontrak Kritis PERIODE RENCANA FISIK BATASAN KRITIS I 0% - 70% Jika terjadi keterlambatan pekerjaan > 10% Jika terjadi keterlambatan pekerjaan > 5%, atau II 70% - 100% Jika terjadi keterlambatan < 5% dan penyelesaian pekerjaan akan melampaui tahun anggaran 1. Rapat pembuktian (show case meeting/scm) Dalam pelaksanaan pekerjaan mengalami keterlambatan sesuai batasan kontrak kritis tersebut di atas, maka guna menangani kontrak kritis tersebut, pengguna jasa wajib mengadakan rapat pembuktian atau show cause meeting (SCM) Show cause meeting (SCM) atau rapat pembuktian adalah pertemuan antara pengguna jasa, direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia jasa, di mana penyedia jasa diminta membuktikan prospek kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan dokumen kontrak, dilihat dari segi manajemen, peralatan dan keuangan. SCM ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pengendalian pekerjaan konstruksi sehubungan dengan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa. 1) Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM) dilakukan sebagai berikut:
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 28 dari 28 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
(1) Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat pe(2)
(3)
(4)
(5) (6)
ringatan kepada penyedia jasa dan selanjutnya menyelenggarakan SCM Tahap I. Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia jasa membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap I. Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap II. Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan SCM Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu tertentu (uji coba ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap III. Pada setiap uji coba yang gagal, pengguna jasa harus menerbitkan surat peringatan kepada penyedia jasa atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan. Apabila pada uji coba ketiga masih gagal, maka pengguna jasa dapat menyelesaikan pekerjaan melalui kesepakatan tiga pihak atau memutuskan kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan pasal 1266 Kitab UndangUndang Hukum Perdata.
2) Ketentuan kesepakatan tiga pihak: (1) Penyedia jasa masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai ketentuan kontrak. (2) Pengguna jasa menetapkan pihak ketiga sebagai penyedia jasa yang akan menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas usulan penyedia jasa. (3) Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan harga satuan kontrak (dalam hal kontrak harga satuan) atau harga lump sum (dalam hal kontrak lump sum). Dalam hal pihak ketiga mengusulkan harga satuan kontrak (dalam hal kontrak harga satuan) atau harga lump sum (dalam hal kontrak lump sum) yang lebih tinggi dari harga satuan kontrak (dalam hal kontrak harga satuan) atau harga lump sum (dalam hak kontrak lump sum), maka selisih harga menjadi tanggung jawab penyedia jasa. (4) Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung. (5) Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar pembuatan amandemen kontrak. 4.4.3
Rencana jadwal waktu uji coba kemampuan Prosedur rapat pembuktian (show cause meeting/SCM) 1. Pengguna jasa, bersama direksi pekerjaan dan direksi teknis meneliti permasalahan yang menyebabkan pekerjaan konstruksi terlambat; 2. Pengguna jasa, bersama direksi pekerjaan dan direksi teknis membahas dengan penyedia jasa upaya-upaya dan membuat kesepakatan untuk mengejar keterlambatan, kemudian kontraktor harus membuat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi kesepakatan-kesepakatan tersebut.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 29 dari 29 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
3.
4.
5.
4.4.4
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Dalam SCM disepakati target uji coba kemampuan (test case) dalam waktu 1 (satu) bulan, dengan menyebutkan uraian pekerjaan yang harus dikerjakan dan prosentase prestasi kerja yang harus dicapai oleh kontraktor. Penyedia jasa membuat jadwal pelaksanaan target uji coba kemampuan (test case) dan program pelaksanaan secara detail dan lengkap dengan data-data pendukungnya. Hasil dari SCM harus dituangkan dalam suatu berita acara dan dikirimkan ke berbagai pihak-pihak terkait sebagai laporan.
Pelaksanaan uji coba kemampuan Tugas SCM antara lain: 1. Menetapkan items, jadwal dan volume yang harus dikerjakan oleh penyedia jasa dalam uji coba kemampuan, guna menilai layak atau tidaknya penyedia jasa melanjutkan pekerjaan. 2. Mengevaluasi hasil uji coba kemampuan yang dilakukan oleh penyedia jasa untuk dinilai kemungkinan/kesanggupannya apakah penyedia jasa tersebut masih dapat diberi kesempatan guna mengatasi keterlambatan dan atau permasalahan pelaksanaan kontrak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji coba kemampuan (test case) 1. Selama pelaksanaan uji coba, direksi pekerjaan melakukan pemantauan terhadap kegiatan kontraktor. 2. Apabila hasil uji coba menunjukkan tendensi yang tidak sesuai kesepakatan, maka pengguna jasa mengeluarkan surat peringatan dengan tembusan dikirimkan kepada direksi pekerjaan. 3. Pada akhir uji coba dilakukan evaluasi terhadap semua pencapaian selama uji coba, dan bila diperlukan dapat dilakukan uji coba lagi.
4.5
Pengendalian Mutu 1. Mutu bahan Yang dimaksud mutu bahan adalah mutu bahan baku dan bahan olahan yang disimpulkan dari hasil pengujian laboratorium. Contoh bahan baku maupun bahan olahan yang telah diambil dari lapangan berdasarkan jadwal program mutu diuji di laboratorium, hasilnya dicocokkan dengan persyaratan teknis yang ditetapkan menurut spesifikasi teknis. Jika ternyata hasil pengujian laboratorium menunjukkan mutu bahan baku maupun bahan olahan yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan teknis, maka bahan baku maupun bahan olahan tersebut harus diganti. Pencatatan hasil pengujian laboratorium baik yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat harus tetap dimasukkan ke dalam arsip dokumentasi, namun dokumentasinya harus dipisah dan diberi tanggal untuk keperluan bahan pembelajaran agar pelaksana tidak mengulang kesalahan-kesalahan teknis yang sama di proyek-proyek yang akan datang. Jika untuk setiap kegiatan sudah dapat dipastikan bahwa bahan baku dan bahan olahan memenuhi persyaratan mutu, maka kegiatan dapat dilanjutkan dengan menyiapkan bahan jadi (hasil pekerjaan). 2. Mutu hasil pekerjaan Urutan proses mengharuskan kontraktor baru dapat memulai menangani “bahan jadi” apabila bahan baku dan bahan olahan yang diuji telah menunjukkan hasil memenuhi
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 30 dari 30 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
persyaratan teknis. Bahan jadi yang merupakan hasil dari proses lanjut bahan olahan pada prinsipnya juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan teknis. Namun yang termasuk ke dalam pengertian persyaratan-persyaratan teknis untuk bahan jadi bukan hanya persyaratan sebagaimana dicontohkan dalan Tabel 6.1. saja akan tetapi juga mencakup persyaratan toleransi dimensi dan persyaratan toleransi lainnya misalnnya toleransi terhadap ketepatan lokasi/posisi konstruksi sebagaimana ditentukan atau diatur di dalam spesifikasi teknis 3. Kegiatan pengawasan yang harus dilakukan selama pelaksanaan Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan perkerasan beton semen sebagai berikut: 1) Pekerjaan awal (1) Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. (2) Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan. (3) Peralatan dan organisasi kontraktor. (4) Penentuan tugas dan tanggung jawab. (5) Menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan. (6) Peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian. 2) Bahan Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak. Bahan tersebut meliputi: (1) Semen. (2) Agregat (3) Air. (4) Bahan tambah. (5) Tulangan, ruji, dan bahan pengikat. (6) Material perawatan beton. (7) Bahan sambungan. 3) Perbandingan campuran (1) Pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar lempung (2) Data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan (3) Volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan koreksi kadar air agregat 4) Unit penakar / penimbang (1) Pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur: semen, agregat, air dan bahan tambah (2) Pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan skala timbangan 5) Unit pencampur ; Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran beton semen: (1) Acuan: kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji (2) Tanah dasar: kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air (3) Sambungan muai: bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan dan ruji 6) Pembetonan Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 31 dari 31 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
(1) Persiapan: bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan pelindung cuaca (2) Pencampuran: jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir (segregasi) dan keterlambatan (3) Pengangkutan: batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan konsistensi (4) Pengecoran: penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh, penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan pemeriksaan sambungan (5) Penyelesaian akhir: melintang dan memanjang, kelurusan dan kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi (6) Pembentukan sambungan susut: pembentukan sambungan, alinemen, perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan 7) Setelah pembetonan (1) Waktu pembongkaran acuan: kerusakan agar dihindari (2) Perawatan: metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai perawatan dan lama waktu perawatan (3) Perlindungan: beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan pencatatan temperatur (4) Sambungan yang digergaji: peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran bagian atas pada sambungan (5) Penutup sambungan: peralatan, temperatur, bahan penutup, pembersihan sambungan dan penutupan (6) Pemeriksaan permukaan: kelurusan dan kerataan, perbaikan atau penggantian 8) Pengujian beton semen. (1) Campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar udara. (2) Pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur. 4. Toleransi penyimpangan 1) Kerataan permukaan baik melintang atau memanjang; Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter. Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter. 2) Ketebalan. Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah selesai. Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 32 dari 32 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku. DIAGRAM PRINSIP PENGENDALIAN MUTU (TERHADAP ITEM PEKERJAAN)
Pemilihan Jenis-jenis Bahan Baku sesuai dengan item pekerjaan Tidak
Pengendalian mutu bahan baku
TAHAP I
Lingkup pengendalian - Lingkup Dimensi - Lingkup kualitas Struktur pengendalian - Jenis pemeriksaan - Metoda pemeriksaan - Frekwensi - Spesifikasi mutu - Toleransi
Ya
Bahan siap olah
Tidak
Pengendalian mutu bahan olahan Ya
Lingkup pengendalian - Lingkup Dimensi - Lingkup kualitas Struktur pengendalian - Jenis pemeriksaan - Metoda pemeriksaan - Frekwensi - Spesifikasi mutu - Toleransi
TAHAP II
Komponen Bahan untuk pekerjaan jadi telah siap
Tidak Pengendalian mutu pekerja an jadi
Lingkup pengendalian - Lingkup Dimensi - Lingkup kualitas Struktur pengendalian - Jenis pemeriksaan - Metoda pemeriksaan - Frekwensi - Spesifikasi mutu - Toleransi
Ya TAHAP III Pekerjaan jadi (pelaksanaan pay item sesuai kontrak)
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 33 dari 33 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
4.5.1
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Pengendalian pembuatan sambungan Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk : 1. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas. 2. Memudahkan pelaksanaan. 3. Mengakomodasi gerakan pelat. Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler). 1. Jenis sambungan 1) Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars) Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm. 2) Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars) Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm. 3) Sambungan pelaksanaan memanjang Sambungan pelaksanaan memanjang umumnya dilakukan dengan cara penguncian. Bentuk dan ukuran penguncian dapat berbentuk trapesium atau setengah lingkaran sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 2. Sambungan dibuat saat pelaksanaan
Pengecoran selebar jalur
Tulangan pengikat berulir
Tulangan pengikat berulir
Gambar 1 Tipikal sambungan memanjang
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 34 dari 34 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Kemiringan 1:4
0,2 h
0,2 h
0,1 h
Trapesium
Setengah lingkaran
Gambar 2 Ukuran standar penguncian sambungan memanjang Sebelum penghamparan pelat beton di sebelahnya, permukaan sambungan pelaksanaan harus dicat dengan aspal atau kapur tembok untuk mencegah terjadinya ikatan beton lama dengan yang baru. 4) Sambungan susut memanjang Sambungan susut memanjang dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara ini, yaitu menggergaji atau membentuk pada saat beton masih plastis dengan kedalaman sepertiga dari tebal pelat. 5) Sambungan susut dan sambungan pelaksanaan melintang Ujung sambungan ini harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang jalan dan tepi perkerasan. Untuk mengurangi beban dinamis, sambungan melintang harus dipasang dengan kemiringan 1 : 10 searah perputaran jarum jam. 6) Sambungan susut melintang Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat untuk lapis pondasi stabilisasi semen sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 3 dan 4. Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan tulangan 8 - 15 m dan untuk sambungan perkerasan beton menerus dengan tulangan sesuai dengan kemampuan pelaksanaan. Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antara ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 35 dari 35 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Sambungan yang dibuat dengan menggergaji atau dibentuk saat pengecoran
h/4 h
Gambar 3 Sambungan susut melintang tanpa ruji Sambungan yang dibuat dengan menggergaji atau dibentuk saat pengecoran Selaput pemisah antara ruji dan beton h/4
225 mm
225 mm
h 25 mm
Tulangan polos
Gambar 4 Sambungan susut melintang dengan ruji 7) Sambungan pelaksanaan melintang Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan (darurat) harus menggunakan batang pengikat berulir, sedangkan pada sambungan yang direncanakan harus menggunakan batang tulangan polos yang diletakkan di tengah tebal pelat. Tipikal sambungan pelaksanaan melintang diperlihatkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Sambungan pelaksanaan tersebut di atas harus dilengkapi dengan batang pengikat berdiameter 16 mm, panjang 69 cm dan jarak 60 cm, untuk ketebalan pelat sampai 17 cm. Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran batang pengikat berdiameter 20 mm, panjang 84 cm dan jarak 60 cm.
Tulangan polos
Direncanakan
Gambar 5
Tulangan pengikat berulir
Darurat (tidak direncanakan)
Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan untuk pengecoran per lajur
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 36 dari 36 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Tulangan polos
Tulangan pengikat berulir
Darurat (tidak direncanakan)
Direncanakan
Gambar 6 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan untuk pengecoran seluruh lebar perkerasan
8) Sambungan isolasi Sambungan isolasi memisahkan perkerasan dengan bangunan yang lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan dan lain sebagainya. Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi diperlihatkan pada Gambar 7. Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan bahan penutup (joint sealer) setebal 5 – 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint filler) sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 11. Sambungan isolasi yang diperlukan di belakang tulangan
Tegak lurus
Menyudut
Tegak lurus/Apron
Jalan Terpisah
Tegak lurus-Menyudut
Menyudut/Menyudut
Gambar 7 Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 37 dari 37 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Bahan penutup Bahan pengisi
Pelindung muai 20 mm 50 mm
12 mm
ditumpulkan
h
h/2 12 mm Dilapisi pelumas
Ruji polos jarak 30 cm sumbu ke sumbu
a) SAMBUNGAN ISOLASI DENGAN R UJI
1,2 h
1500 mm
b) SAMBUNGAN ISOLASI DENGAN PENEBALAN TEPI
Bahan penutup Bahan pengisi
h
Bangunan saluran, manhole bangunan fasilitas umum, pekarangan dll 12 mm
c) SAMBUNGAN ISOLASI TANPA RUJI
Gambar 8 Sambungan isolasi Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti jembatan perlu pemasangan ruji sebagai transfer beban. Pada ujung ruji harus dipasang pelindung muai agar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup panjang sehingga menutup ruji 50 mm dan masih mempunyai ruang bebas yang cukup dengan panjang minimum lebar sambungan isolasi ditambah 6 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 8a. Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji tetapi diberikan penebalan tepi untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi sambungan ditebalkan 20% dari tebal perkerasan sepanjang 1,5 meter seperti diperlihatkan pada Gambar 8b. Sambungan isolasi yang digunakan pada lubang masuk ke saluran, manhole, tiang listrik dan bangunan lain yang tidak memerlukan penebalan tepi dan ruji, ditempatkan di sekeliling bangunan tersebut sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 8c, 9 dan 10. Sambungan melintang
Sambungan memanjang
Sambungan isolasi lebar 12 mm Sambungan isolasi lebar 12 mm
Sambungan melintang
minimum 30 cm Sambungan memanjang
Gambar 9 Tampak atas penempatan sambungan isolasi pada manhole
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 38 dari 38 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00 Kereb yang menyatu
> 100 cm ke sambungan Kereb yang menyatu terdekat lubang saluran min 30 cm
min 30 cm
min 30 cm Sambungan melintang
Sambungan isolasi lebar 12 mm Sambungan melintang
> 100 cm ke sambungan terdekat lubang saluran
> 100 cm ke sambungan terdekat lubang saluran
Kereb yang menyatu
Sambungan isolasi lebar 12 mm
Gambar 10 Tampak atas penempatan sambungan isolasi pada lubang masuk saluran
9) Pola sambungan Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti batasanbatasan sebagai berikut : (1) Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel sepersegi mungkin. Perbandingan maksimum panjang panel terhadap lebar adalah 1,25. (2) Jarak maksimum sambungan memanjang 3 - 4 meter. (3) Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat, maksimum 5,0 meter. (4) Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasan masing-masing untuk lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen. (5) Antar sambungan harus bertemu pada satu titik untuk menghindari terjadinya retak refleksi pada lajur yang bersebelahan. (6) Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus dihindari dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap tepi perkerasan. (7) Apabila sambungan berada dalam area 1,5 meter dengan manhole atau bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian rupa sehingga antara sambungan dengan manhole atau bangunan yang lain tersebut membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk bangunan yang berbentuk bundar. Untuk bangunan berbentuk segi empat, sambungan harus berada pada sudutnya atau di antara dua sudut. (8) Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari perkerasan dengan sambungan muai selebar 12 mm yang meliputi keseluruhan tebal pelat. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 39 dari 39 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
(9) Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole harus ditebalkan 20% dari ketebalan normal dan berangsur-angsur berkurang sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter seperti diperlihatkan pada Gambar 8b. (10) Panel yang tidak persegi empat dan yang mengelilingi manhole harus diberi tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap penampang beton semen dan dipasang 5 cm di bawah permukaan atas. Tulangan harus dihentikan 7,5 cm dari sambungan. Tipikal pola sambungan diperlihatkan pada Gambar 11 dan 12.
Sambungan tipe C untuk seluruh lebar perkerasan
Sambungan tipe B untuk pengecoran setengah lebar perkerasan
h +75 s/d 150
Kemiringan melintang£ 2%
h +75 s/d 150
2100 - 3600 mm
Sambungan tipe C
h 7500 mm 2100 - 3600 mm
2100 - 3600 mm Sambungan tipe B atau tipe C
h
2100 - 3600 mm
Sambungan tipe C
7800 - 14400 mm
Gambar 11 Potongan melintang perkerasan dan lokasi sambungan
10) Penutup sambungan Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain yang masuk ke dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan atau pelat beton yang saling menekan ke atas (blow up).
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 40 dari 40 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Masukkan bahan pengisi kedalam sambungan minimum setebal 12 mm, dibagian atas kerb hanya bagian cekung D B atau C
7500 mm
E
B
Akhir dari kerja harian
A B
Awal pengecoran lajur
F
A
B atau C Bila diperlukan
D D
B
B
B
D uC a t a B
A
A B Jarak Normal
Jarak Normal
7800 - 14400 mm
Gambar 12 Detail Potongan melintang sambungan perkerasan Keterangan Gambar 14 dan 15 : A = Sambungan isolasi B = Sambungan pelaksanaan memanjang C = Sambungan susut memanjang D = Sambungan susut melintang E = Sambungan susut melintang yang direncanakan F = Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan 2. Pembuatan sambungan Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian merupakan cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan utama. Untuk ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukan basah lebih ekonomis. 1)
Sambungan dengan penggergajian melintang Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai secepat mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir, umumnya 4 jam – 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan. Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan terus menerus siang malam tanpa memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 41 dari 41 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan. Lebar dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan memanjang tidak lebih dari 3 mm. Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal. Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepatcepatnya tujuh hari setelah penghamparan. Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara dengan bahan yang telah direncanakan.
2) Sambungan basah Sambungan susut melintang basah dilakukan dengan memasukkan lembaran plastik dengan cara menekan batang berbentuk “T” ke dalam beton yang masih plastis, seperti diperlihatkan pada Gambar 13. Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup.
d/4
Batang "T" terbuat dari baja
6 mm
Lembar plastik
d/2 d
Memasukkan lembar plastik dengan batang T
Pencabutan Batang "T", lembar plastik tertinggal
Gambar 13 Pelaksanaan sambungan susut melintang basah Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 42 dari 42 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
3) Penutup sambungan Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan sambungan seperti lepasnya agregat , masuknya material luar yang akan menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki. Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan diberi bahan penutup permanen atau sementara. 4) Pemasangan penutup sambungan siap pakai Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus diperbaiki terlebih dahulu. Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dengan bahan yang sesuai pada ASTM D-2835 dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan cara ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam celah. Pemuluran maksimum bahan penutup setelah pemasangan adalah 10%. Permukaan bahan penutup harus berada 5 mm - 7 mm di bawah permukaan perkerasan. 5) Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan dengan menggunakan kompresor. Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau penyemprot. Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar penggunaan penyemprot lebih cocok. Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum penutup sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap ikat pada sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang cukup untuk memudahkan pemasangan penutup sambungan. Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk memastikan tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan yang seragam dan rapi. 4.5.2
Pengendalian pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton 1. Pengecoran Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi. Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung dari konsistensi adukan. Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 43 dari 43 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting). Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan lebih dari 320 C. Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan. 2.
Penghamparan Ada dua metoda penghamparan beton semen: 1) Metoda menerus; Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji sebelum retak susut terjadi. 2)
Metoda panel-berselang. Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panelpanel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya. Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual. Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat pemadat. Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.
3. Pemadatan Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan dengan getaran. 1) Pemadatan dengan tangan (hand tamping) Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 14. Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 44 dari 44 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan merapikan permukaan beton.
Gambar 14 Tipikal alat pemadat tangan (Hand Tamping) 2) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Handoperated vibrating beam). Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang dioperasikan secara manual seperti diperlihatkan pada Gambar 15. Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator). Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi. Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 45 dari 45 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Gambar 15. Pemadat dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (hand –operated vibrating beam) 4. Penyelesaian akhir beton 1) Penyelesaian permukaan selama konstruksi awal perkerasan beton yang akan digunakan sebagai Permukaan jalan: (1) Permukaan harus dialur tegak lurus sumbu jalan. (2) Alur harus dilakukan dengan sapu kawat yang lebarnya kurang dari 450 mm. (3) Berkas sapu kawat semula harus 100 mm, terbuat dari kawat berukuran 32 gauge yang terdiri dari 2 baris, dengan jarak antar sumbu 20 mm dan jarak baris 10 mm. (4) Berkas kawat harus diganti bila berkas terpendek aus menjadi 90 mm. 2) Perawatan: (1) Dimulai segera setelah penyapuan dan perapihan tepi selesai. (2) Bahan dapat berupa 2 lapis kain goni, 2 lembaran katun, selapis pasir. (3) Bahan perawatan harus tetap terjaga basah selama 5 hari. 3) Pembongkaran Acuan: (1) Acuan tidak boleh dibongkar sampai beton mengeras, minimal 12 jam. (2) Setelah dibongkar, ujung semua siar muai harus dibersihkan dari beton. (3) Setiap daerah yang menunjukan keropos kecil harus ditambal dengan adukan 1 PC : 2 Agregat Halus. (4) Bila keropos dinyatakan besar oleh Direksi maka harus dibongkar untuk seluruh lapisan tebal dan selebar plat yang bersangkutan dan minimal sepanjang 3 m. 4) Pembukaan lalu-lintas: (1) Jalan tidak boleh dibuka untuk lalu-lintas sebelum hasil terhadap sample mencapai kekuatan lentur minimum 90 % kekuatan umur 28 hari. (2) Bila tidak ada tes, perkerasan tidak boleh dibuka untuk lalu-lintas sebelum 14 hari dari saat beton dihampar. (3) Sebelum dibuka permukaan perkerasan harus dibersihkan dan sealing sambungan telah sempurna. 5) Persyaratan permukaan (trueness test) dengan alat straight-edge 3m: (1) Jika dalam arah membujur menyimpang lebih dari 4 mm tetapi tidak lebih dari 8 mm harus diberi tanda dan segera digerinda. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 46 dari 46 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
(2) Jika menyimpang lebih dari 8 mm, maka perkerasan harus dibongkar. (3) Penyimpangan permukaan maksimum dalam segala arah beton yang akan dilapis ulang dengan suatu lapisan aspal tidak boleh lebih dari 10 mm. 4.5.3
Pengendalian penyelesaian permukaan dan pengujian kerataan permukaan, perawatan dan perlindungan beton 1. Penyelesaian permukaan 1) Penyelesaian akhir perkerasan beton semen Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan dengan alat perata. Tipikel alat perata ditunjukkan pada Gambar 16. Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan ke kesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara. Ini termasuk penarikan karung goni (burlap), penyikatan dengan kawat atau paku dan pembuatan alur, seperti diperlihatkan pada Gambar 17 (a) dan 17(b).
Gambar 16 Tipikel alat penyelesaian akhir permukaan beton semen
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 47 dari 47 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
(a) (b) Gambar 17 Alat dan pembuatan tekstur permukaan dengan sikat kawat 2)
Penarikan burlap (sejenis karung goni) Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas rendah. Cara ini dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang permukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm. Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan penarikan burlapi dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir. Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari.
3)
Penyapu/penyikat melintang Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 6a. Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.
4)
Pembuatan alur-dalam pada arah melintang Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir diikuti pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak. Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge).
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 48 dari 48 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
2. Pengujian kerataan 1) Kerataan permukaan baik melintang atau memanjang. Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter. Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter. 2) Ketebalan. Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah selesai. Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku. 3. Perawatan dan perlindungan beton 1) Perawatan Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat 12,5 cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat 12,5 cm. Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki. Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan. Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 49 dari 49 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari. 2) Perlindungan Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan. (1) Pencegahan retak susut plastis; Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada saat masih plastis. Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan udara serta kecepatan angin. Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara. Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti diperlihatkan pada Gambar 18. Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis : a. buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar matahari terhadap permukaan beton semen b. kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara baik cuaca panas maupun dingin c. hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton d. rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara e. lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan (2) Perlindungan terhadap hujan Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai. (3) Perlindungan terhadap kerusakan permukaan. Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain sebagainya. Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 50 dari 50 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Gambar 18 Nomogram penentuan besar laju penguapan 3) Perawatan Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat 12,5 cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat 12,5 cm.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 51 dari 51 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki. Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan. Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan. Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari. 4.5.4
Pembuatan catatan pengendalian mutu dan waktu 1. Catatan lapangan Inspektor harus menyiapkan dan menyimpan dengan baik catatan lapangan mengenai proyek, yakni : 1) Catatan Harian Proyek 2) Buku Pengukuran (Buku Opname) 3) Pengambilan Contoh Bahan dan Hasil Pengujian 4) Gambar Rencana Proyek dan Catatan-catatan terlaksana 5) Grafik Kemajuan dan Catatan-catatan 6) Laporan Kemajuan Pekerjaan 2. Catatan harian proyek Adalah satu persyaratan umum bagi inspektor untuk menyimpan dengan baik catatan harian yang memuat kejadian sehari-hari mengenai pekerjaan pelaksanaan proyek. Untuk pekerjaan-pekerjaan besar diperlukan satu catatan yang luas termasuk kejadian-kejadian yang dapat dilihat pada daftar seperti di bawah ini Untuk proyek-proyek kecil, catatan yang rinci tersebut, dibatasi pada kegiatan kegiatan pokok saja. 1) Jumlah dan klasifikasi tenaga kerja dan peralatan yang digunakan di lapangan dan lokasi penempatan pada pekerjaan tersebut; 2) Bahan-bahan yang disediakan untuk kontraktor dan diterima olehnya, serta bahan-bahan yang didatangkan sendiri oleh kontraktor (lihat juga buku opname / hasil pengukuran); 3) Pengiriman, pemasangan, dan pemindahan peralatan kontraktor serta rincian mengenai peralatan utama yang sebelumnya tidak bekerja namun kembali lagi berfungsi; 4) Kondisi Lokasi dan uraian mengenai pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari;
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 52 dari 52 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
5) Hasil pengujian bahan-bahan di lapangan ; tanggal dan cara pengiriman contohcontoh bahan uji ke laboraturium; 6) Tanggal mulai dan berakhirnya macam-macam bagian pekerjaan kontruksi ; serta tanggal pembukaan bagian-bagian jalan untuk lalu-lintas; 7) Rincian dan tanggal-tanggal pengesahan (notifikasi) amandemen yang benar pada gambar rencana dan spesifikasi; 8) Rincian mengenai setiap konstruksi atau peringatan yang diberikan, dan percakapan-percakapan yang penting yang dilakukan dengan kontraktor atau wakilnya; 9) Keterangan mengenai jalan pengalihan sementara (detour) atau jalan khusus termasuk tanggal pembukaan dan penutupannya; 10) Kondisi cuaca, termasuk perkiraan curah hujan dan pengaruh terhadap kemajuan pekerjaan; Kondisi banjir harus dicatat apabila kondisi tersebut mempengaruhi bagian konstruksi jembatan (diperinci mempengaruhi bagian mana saja dari bangunan jembatan yang bersangkutan) dan sistem drainase yang dipersiapkan; 11) Keterangan mengenai setiap keterlambatan yang terjadi pada pekerjaan dan alasan keterlambatan yang bersangkutan; 12) Catatan mengenai bentuk-bentuk pekerjaan yang tidak biasa terjadi atau insiden terkait; 13) Tanggal-tanggal kunjungan ke lapangan dilakukan oleh Pimpinan Proyek dan anggota-anggota penting perusahaan kontraktor. 14) Instruksi-instruksi yang diterima dari pimpinan proyek; Catatan :Apabila bahan yang serupa diambil dari sumber-sumber yang berbeda maka lokasi dari bahan-bahan ini pada pekerjaan harus dicatat. 3.
Catatan hasil pengambilan contoh bahan dan hasil pengujian. Perlu dijamin bahwa pengambilan contoh bahan dan prosedur pengujian sesuai dengan persyaratan spesifikasi, dan (untuk proyek-proyek kecil) di mana spesifikasinya dibatasi atau tidak diberikan, pengujian seharusnya dilaksanakan sehingga memenuhi persyaratan umum dari Ditjen. Bina Marga. Pengawas akan mempelajari prosedur pengujian yang dikehendaki, dan menetapkan jadwal pengujian lapangan dan pengujian laboratorium. Hasilnya akan dicatat dalam : 1) Pengujian rutin yang dikehendaki ; 2) Pengujian khusus, termasuk rencana campuran untuk pekerjaan 3) Keandalan mutu.
4.
Grafik dan catatan kemajuan pekerjaan Catatan-catatan mengenai kemajuan pekerjaan harus disiapkan dan selalu dimutakhirkan oleh Pengawas yang mencakup : 1) Data keandalan dan kemajuan. Ini termasuk suatu catatan mengenai kemajuan dan pengeluaran biaya untuk setiap aktivitas pekerjaan utama, hendaknya dibuat atas dasar harian. 2) Informasi mengenai pengendalian.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 53 dari 53 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Ini termasuk daftar kemajuan pekerjaan, bagan alir kegiatan (analisa jalur kritis untuk pekerjaan-pekerjaan). Dan grafik mengenai pengendalian pengeluaran biaya proyek diplot untuk menggambarkan biaya dan kemajuan proyek . Harus juga dibuat persiapan untuk membandingkan pelaksanaan pengeluaran biaya yang sebenarnya terhadap rencana pengeluaran biaya. 3) Ramalan proyek. Ramalan ini diperlukan untuk mengantisipasi pengeluaran biaya dan pengendalian di masa mendatang atau keperluan-keperluan proyek yang lain. Ramalan ini akan memperhitungkan kualitas pekerjaan, keterlambatan yang disebabkan karena kerusakan-kerusakan atau modifikasi / perubahan, dan penampilan pelaksanaan Kontraktor secara umum. 4) Keandalan mutu. Ini akan dicatat untuk menunjukkan banyaknya inspeksi dan pengujian lapangan yang dilaksanakan (sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan). Hasil-hasil akan dibandingkan terhadap spesifikasi, dan tindakan yang dicatat dan ditindaklanjuti terhadap semua cacat-cacat dan kerusakan.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 54 dari 54 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
5.1
Sumber Daya Manusia Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia di dalam pelatihan ini adalah Pelatih (Instruktur), Penilai, dan Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan. Interaksi dari Pelatih, Penilai, Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan dimaksud diharapkan dapat menjadi pendorong suksesnya penyelenggaraan pelatihan, dalam arti hasil akhir dari pelatihan adalah peserta pelatihan dapat menyerap secara maksimal seluruh materi yang disampaikan oleh Pelatih, yang dibuktikan dengan hasil penilaian (ujian) yang dapat dicapai oleh masing-masing peserta menunjukkan predikat baik atau bahkan amat baik. Bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya mencapai ambang batas (passing grade) kelulusan, ia akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, dan selanjutnya ia mempunyai hak untuk mengikuti ujian kompetensi yang penyelenggaraannya di luar pelatihan ini. Sedangkan bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya di bawah amabang batas (passing grade), ia tidak akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, akan tetapi ia akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan dalam pelatihan. Konsekwensi dari “tidak lulus” adalah bahwa ia harus ikut ujian lagi yang waktunya akan ditentukan oleh Penyelenggara Pelatihan, dan sebelum memiliki Sertifikat Lulus Pelatihan ia belum boleh mengikuti Ujian Kompetensi. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang Sumber Daya Manusia : 5.1.1
Pelatih (Instruktur) 1. Kualifikasi Pelatih 1) Pelatih (Instruktur) minimal berijazah S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja di bidang Perencanaan/Pengawasan/Pelaksanaan Jalan atau S2 Bidang Jalan Raya dengan pengalaman kerja di bidang Perencanaan/Pengawasan/Pelaksanaan Jalan minimum 3 tahun. 2) Harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of Trainer) atau pengalaman mengajar di pelatihan-pelatihan bidang jalan. 3) Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam. 4) Konsisten mengacu pada SKKNI Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton. 5) Pembelajaran materi pelatihan untuk pencapaian unit kompetensi disertai dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat. 2. Peran Pelatih Pelatih (instruktur) dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah untuk : 1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar. 2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. 3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 55 dari 55 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. 5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. 6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. 3. Kurikulum Pelatihan Kode Unit Judul Unit Deskripsi Unit
No. 1.
1.1 1.2
: SPL.KS21.225.00 : Melaksanakan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton : Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk dapat melaksanakan pengendalian mutu dan waktu dalam pelaksanaan perkerasan jalan beton .
Unit / Elemen Kompetensi Melaksanakan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan Menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
Kurikulum / Silabus Judul Materi Pelatihan: Pengendalian Mutu dan Waktu dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan
1.3
Melaksanakan Percepatan Pekerjaan percepatan pekerjaan jika terjadi keterlambatan di lapangan 1.4 Melaksanakan Pengendalian Mutu pengendalian mutu pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada spesifikasi teknis yang digunakan Jumlah Jam Pelajaran
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Jam Pelajaran (JPL) Teori Praktek Jumlah 3.49
3.51
7.00
0.67
0.67
1.33
0.44
0.44
0.88
0.67
0.67
1.33 )
1.27
1.28
2.55
3.49
3.51
7.00
Halaman: 56 dari 56 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
4. Proses pembelajaran Kegiatan Instruktur 1. Ceramah Pembukaan : Menjelaskan Tujuan Pelatihan sesuai dengan KPBK. Merangsang motivasi peserta dengan memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan selama proses pembelajaran. Waktu : 5 menit. 2. Penjelasan : Bab 1 Pengantar, Bab 2 Standar Kompetensi dan Bab 3 Strategi dan Metode Pelatihan Materi Pelatihan ini merepresentasikan unit kompetensi. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetnsi Penjelasan Materi Pelatihan (Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian) Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertia-pengertian istilah Pengertian Unit Standar Unit Kompetensi yang dipelajari Panduan Penilaian Kompetensi Kunci Strategi pelatihan Metode pelatihan Waktu : 5 menit.
Kegiatan Peserta
Pendukung
Mengikuti penjelasan Mengajukan pertanyaan apabila HO – 1 atau kurang jelas. OHT -1
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. HO – 2 atau OHT - 2
Mengikuti penjelasan 3. Penjelasan Sub Bab 4.1. Umum instruktur dengan mengenai: tekun dan aktif. Urutan pelaksanaan pekerjaan Mencatat hal-hal HO – 3 atau Jadwal waktu pelaksanaan OHT - 3 penting. Percepatan pekerjaan Mengajukan Pengendalian mutu pertanyaan bila perlu. Waktu : 5 menit. 4. Penjelasan Sub Bab 4.2 Penyusunan Mengikuti penjelasan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan instruktur dengan mengenai: tekun dan aktif. HO – 4 atau Penyusunan Urutan Pembuatan Mencatat hal-hal OHT - 4 Sambungan penting. Penyusunan Urutan Pengecoran, Mengajukan Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 57 dari 57 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kegiatan Instruktur Penghamparan, Pemadatan dan Penyelesaian Akhir Permukaan Beton Penyusunan Urutan Penyelesaian, Pengujian Kerataan Permukaan., Perawatan dan Perlindungan Beton Waktu : 45 menit. 5. Penjelasan Sub Bab 4.3 Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan mengenai: Perhitungan Jadwal Waktu Pelaksanaan Penyiapan Jadwal waktu Pelaksanaan Penyiapan Kurva-S Waktu : 40 menit. 7. Penjelasan Sub Bab 4.4 Percepatan Pekerjaan mengenai: Evaluasi Penyebab Keterlambatan Rencana Penanggulangan Keterlambatan Rencana Jadwal Waktu Uji Coba Kemampuan Pelaksanaan Uji Coba Kemampuan Waktu : 60 menit. 8. Penjelasan Sub Bab 4.5 Pengendalian Mutu mengenai: Pengendalian Pembuatan Sambungan Pengendalian Pengecoran, Penghamparan, pemadatan dan Penyelesaian Akhir Beton. Pengendalian Penyelsaian Permukaan dan Pengujian Kerataan Permukaan, Perawatan dan Perlindungan Beton Pembuatan Catatan Pengendalian Mutu dan Waktu Waktu : 115 menit. Jumlah Waktu Pelatihan : 1). Teori = 157 menit ( 3.49 JPL) 2). Praktek = 158 menit (3.51 JPL)
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Kegiatan Peserta
Pendukung
pertanyaan bila perlu.
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal HO – 5 atau penting. OHT - 5 Mengajukan pertanyaan bila perlu.
HO – 6 atau OHT - 6
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mencatat hal-hal penting. Mengajukan pertanyaan bila perlu. HO – 7 atau OHT - 7
Halaman: 58 dari 58 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
5.1.2
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Penilai Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan : 1. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta. 2. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta. 3. Mencatat pencapaian / perolehan peserta dalam memahami substansi Buku Informasi.
5.1.3
Peserta Pelatihan Persyaratan untuk dapat diterima sebagai Peserta Pelatihan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Minimal 2. Pengalaman Kerja 3. Persyaratan Lain
5.1.4
: D3 Teknik Sipil :
Minimal 3 (tiga) tahun berpengalaman di bidang pelaksanaan pekerjaan jalan Memiliki sertifikat kompetensi kerja di bidang keahlian pelaksanaan jalan
Teman kerja/sesama peserta pelatihan Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.
5.2
Sumber-Sumber Perpustakaan Sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan adalah Peraturan Perundang-undangan terkait dengan substansi-substansi Unit Kompetensi dan beberapa judul buku yang diharapkan dapat menambah wawasan baik Pelatih maupun Peserta Pelatihan, sebagai berikut : 1. Clifford F Gray & Erik W Larson, Manajemen Proyek, Jakarta 2007 2. Departemen Permukiman dan Prasarana Wlayah, Pedoman Pelaksanaan Jalan Beton Semen 3. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Mutu (Quality Manual) Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta 2007 4. Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pengawasan Pekerjaan Fisik, Jakarta 2009 5. Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum, Jakarta 2010 6. Harry Purwantara & Aberor Dachwan, Manajemen Proyek Jalan, Jakarta, 2010 7. Nancy Mingus, Alpha Teach Yourself Project Management Dalam 24 Jam, Jakarta 2004 8. Wulfram I Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi, Jakarta 2002
5.3
Daftar peralatan / mesin dan bahan 1. Untuk menayangkan paparan (hand out) materi pelatihan agar bisa diikuti oleh Peserta Pelatihan, Pelatih (Instruktur) memerlukan OHP (Overhead Projector) dan layar, jika paparan
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 59 dari 59 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
(hand out) tersebut berupa OHT (overhead transparency). Namun apabila Pelatih menyiapkan bahannya dalam bentuk file komputer yang disimpan di flash disk atau CD/DVD, maka yang diperlukan adalah laptop (yang telah diisi dengan sistem operasi misalnya Windows dan sejumlah software yang dapat digunakan untuk membuka dan menayangkan bahan paparan (hand out), proyektor LCD dan layar. Mungkin Pelatih menganggap perlu menayangkan film-film dokumentasi yang berkaitan dengan materi pelatihan, maka lap top tersebut perlu dilengkapi dengan peralatan audio berupa speaker yang bisa dihubungkan ke laptop agar suara tayangan film dokumentasi tersebut dapat didengar oleh peserta pelatihan. Selain itu, ada kemungkinan penayangan paparan (hand out) perlu dibantu dengan menambahkan white board untuk memudahkan pelatih menggambarkan/menuliskan rincian penjelasan materi pelatihan. Fungsi white board dapat juga digantikan dengan papan tulis atau blackboard sesuai dengan pertimbangan, bahan yang mana yang mudah didapatkan di lokasi pelatihan. 2. Untuk menyelenggarakan pengujian yang akan dilakukan oleh asesor, peralatan/bahan yang diperlukan tergantung jenis uji kompetensi yang akan dilakukan. Jika ujian kompetensi dilakukan secara tertulis, bahan yang diperlukan adalah materi uji kompetensi yang digandakan sebanyak peserta uji kompetensi dan format penilaian beberapa rangkap sesuai kebutuhan untuk pertanggungjawaban administrasi penyelenggaraan uji kompetensi. 3. Untuk Peserta Pelatihan, yang diperlukan adalah ruang kelas, meja dan kursi yang layak untuk keperluan pelatihan dilengkapi dengan OHP atau LCD jika Pelatih akan menayangkan materi pelatihan, Buku Informasi dan Buku Kerja, bahan-bahan hand out dan lain-lain sesuai dengan kondisi di tempat pelatihan. 4. Kesimpulan Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan ini, peralatan dan bahan yang diperlukan adalah : 1) Ruang kelas, pendingin ruangan (AC), saklar listrik, rol kabel listrik, microphone, meja tulis dan kursi sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan. 2) OHP (Overhead Projector) dan layar, jika paparan (hand out) tersebut berupa OHT (overhead transparency), atau laptop, LCD dan layar sesuai dengan yang dikehendaki oleh pelatih. 3) White board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di white board atau, 4) Black board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di black board. 5) Hand out, Buku Informasi, Buku Kerja dan Materi Uji Kompetensi. Jumlah dan jadwal penggunaan peralatan dan bahan tersebut di atas disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan dan uji kompetensi.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 60 dari 60 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Kode Modul SPL.KS21.225.00
LAMPIRAN
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Halaman: 61 dari 61 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 62 dari 62 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 63 dari 63 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 64 dari 64 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 65 dari 65 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 66 dari 66 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 67 dari 67 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 68 dari 68 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 69 dari 69 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 70 dari 70 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 71 dari 71 Ver: 1.1.2011
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi
Kode Modul SPL.KS21.225.00
Halaman: 72 dari 72 Ver: 1.1.2011