BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pasar Tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional. Selain keunggulan tersebut pasar tradisional juga merupakan salah satu pendongkrak perekonomian kalangan menengah ke bawah, dan jelas memberikan efek yang baik bagi negara. Dimana negara ini hidup dari perekonomian skala mikro dibanding skala makro. Dibalik kelebihan yang dimiliki pasar tradisional ternyata tidak didukung oleh pihak pemerintah, salah satunya terlihat dari sikap pemerintah yang lebih membanggakan adanya pasar modern dari pada pasar tradisional, yaitu dengan melakukan “penggusuran” satu per satu pasar tradisional dengan cara dipindahkan dari tempat yang layak ke tempat yang jauh dan kurang refresentatif. Seperti Relokasi Pasar Tradisional yang pernah terjadi di Pasar Tradisional Yuka Martubung yang mengalami kegagalan yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tidak efektifnya sosialisasi oleh pemerintah, lokasi yang jauh dan tidak strategis dan faktor lainnya yang masih menyisakan permasalahan
yang
belum
selesai
hingga
saat
ini.
Universitas Sumatera Utara
(http://njiee.blogspot.com/2010/04/pasar-tradisional-pasar-tradisional.html diakses hari Minggu 12-12-10 Pukul 14.10) Dalam kegiatan Pasar Tradisional Keberadaan pedagang kaki lima sebagai pelaku kegiatan ekonomi marginal (marginal economic activities), biasanya memberikan kesan yang kurang baik terhadap kondisi fisik kota. Misalnya kesemrawutan, jalanan macet, kumuh dan lain sebagainya. Kondisi ini menjadi alasan utama bagi pemerintah untuk melakukan penggusuran ruang publik kaum marginal. Pada akhirnya akan mematikan sektor perekonomian, sosial, politik dan budaya mereka. Kaum marginal menjadi kelompok yang dimarjinalkan dan teralienasi dari kahidupan, inilah gambaran dari kebijakan yang tidak memihak pada masyarakat sipil. Adapun sisi positif mengenai Pedagang kaki lima (Pedagang Kaki Lama) yang menarik, yaitu aktivitas tawar menawar yang secara nyata bersifat komunikatif dengan interelasi antara PKL dengan konsumennya yang tidak dapat ditemukan pada pelaku ekonomi lainnya (Alisjahbana, 2005: 64-100). Selain sisi positif tersebut PKL selalu menjadi isu strategis, dimana dalam Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) belum terdapat wadah bagi PKL sehingga PKL ini memanfaatkan ruangruang publik (trotoar, taman, pinggir badan jalan, kawasan tepi sungai dan diatas saluran drainase) yang mengakibatkan ruang publik tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh pengunanya dengan baik (Soetomo dalam Widjayanti, 2000). Akibat kegiatan Pedagang Kaki Lima yang tidak teratur, ruang dan tempat aktivitasnya dengan tampilan bentuk wadah fisik yang beragam sering dianggap merusak kawasan dan wajah fisik suatu lingkungan kota yang sudah dibangun dengan rapi,
Universitas Sumatera Utara
penampilan kota menjadi tidak teratur dan kumuh sehingga menurunkan nilai estetika kota. Terganggunya sendi-sendi kegiatan kota akibat berkembangnya kegiatan PKL yang tidak tertata menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan kota dan juga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi kawasan tersebut. Penggunaan ruang aktivitas PKL yang tidak sebagaimana mestinya, seperti di trotoar mengakibatkan terganggunya sirkulasi pejalan kaki, pemanfaatan badan jalan menimbulkan kemacetan lalulintas, pemanfaatan di tepi sungai atau ruang di atas saluran drainase oleh PKL dapat mengakibatkan terganggunya aliran air. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah sering melakukan penertiban dan penggusuran, namun kembali beraktivitas di lokasi yang semula. Upaya penertiban dan penggusuran juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dengan menyediakan lokasi tempat beraktivitas yang telah ditentukan (relokasi) namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena PKL tumbuh beraktivitas kembali di lokasi semula.
Hal
tersebut dikarenakan para PKL beranggapan bahwa relokasi selalu bersifat represif bukan bersifat memfasilitasi ataupun melindungi keberadaan mereka. Dengan adanya relokasi ini mereka berharap mendapatkan tempat usaha yang strategis dan membuat kehidupan mereka lebih terjamin, namun pada kenyataannya dengan relokasi ini mereka lebih sengsara dan dagangannya tidak laku karena keberadaannya di lokasi yang baru hanya menjadi jauh dengan konsumennya (Alisyahbana, 2005: 8). Bagi PKL strategi yang tepat digunakan untuk menata sektor informal adalah membuat konsep yang jelas, terarah, dan terukur. Dengan beberapa masalah yang telah dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Pasar Tradisional Meranti yang telah direlokasikan
Universitas Sumatera Utara
pemerintah karena adanya pembangunan jalan baru. Pasar meranti ini telah berdiri sejak tahun 1967 dan telah memberikan kontiribusi yang cukup banyak untuk masyarakat yang berada di sekitar pasar tersebut, khususnya para pedagang di Pasar Meranti. Pasar ini terletak tepat disamping Perumahan Merbau Mas dan Pusat Perbelanjaan Plaza Medan Fair, dapat dikatakan keberadaan Pasar Tradisonal ini berada dalam lokasi yang cukup strategis tepatnya berada di Kelurahan Sei Putih Timur II Kecamatan Medan Petisah. Pemerintah Kota Medan
merencanakan pembangunan jalan Alternatif untuk
mengurangi kemacetan jalan Pada Tahun 2004 Arus Jalan Jend.Gatot Subroto berubah menjadi satu arah. Gang Warga Merupakan objek Pembangunan jalan baru, dimana akan dilaksanakan pembuatan jalan baru dan pelebaran jalan. Pasar Meranti direlokasikan karena keberadaan Pasar Tradisonal ini berada di Gang.Warga, yaitu lokasi yang menjadi objek pembangunan dan pelebaran jalan. Relokasi Pasar Meranti yang berada di Gang.Warga juga sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan tahun 1993 mengenai larangan berjualan diatas badan jalan, parit, dan fasilitas umum lainnnya seperti jembatan. Pasar Meranti Merupakan Pasar yang berada diatas parit dan badan jalan Gang Warga, sehingga Pemerintah Kota melakukan Relokasi demi Penertiban dan meningkatkan nilai estetika kota. Relokasi Pasar Meranti menuai protes dari para pedagang yang berjualan di Pasar Tradisional Meranti. Para Pedagang tidak mau direlokasikan ke Pasar yang baru yang telah disediakan oleh Pemerintah. Pedagang yang telah direlokasikan ke Pasar Meranti baru kembali ke lokasi semula. Saat ini Pasar Meranti baru telah beroperasi, namun tidak semua pedagang dari Pasar Meranti pindah ke Pasar yang baru, karena sebagian
Universitas Sumatera Utara
Pedagang masih ada yang tetap bertahan berjualan di badan Jalan Meranti. Mereka bertahan tidak mau pindah. Dalam hal relokasi ini, sikap Pemerintah juga tidak tegas terhadap para pedagang yang kembali ke lokasi semula, ada dua pasar dalam satu daerah yang sama. sehingga dagangan para pedagang di lokasi yang baru kurang laku dan akibatnya, pedagang di Pasar M.Idris ( lokai pasar baru) Mengeluh karena banyak yang mengalami penurunan pendapatan. Masyarakat sekitar lebih memilih untuk belanja ke Pasar Meranti yang berada di pinggir Jalan Meranti yang didirikan dengan menggunakan tenda-tenda darurat karena lokasinya yang strategis. adapun dampak lainnya adalah kemacetan jalan diakibatkan oleh aktivitas para pedagang yang kembali berjualan ke lokasi semula. Dan berangkat dari berbagai permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai hal Relokasi Pasar Meranti dan Pembangunan Jalan Baru.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas, sehingga akan jelas dimana harus dimulai, kemana harus pergi dan dengan apa ( Arikunto, 1996:19 ) Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah a) Bagaimana proses Relokasi Pasar Tradisonal Meranti dan Pembangunan Jalan baru ?
Universitas Sumatera Utara
b) Apakah proses Relokasi Pasar Tradisonal Meranti dan Pembagunan Jalan baru sudah sesuai dengan prinsip pembangunan yang Partisipatif dan Berkelanjutan? c) Bagaimana Kondisi Sosial Ekonomi pedagang dan masyarakat akibat Relokasi Pasar Tradisonal Meranti dan Pembangunan Jalan baru ?
1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui bagaimana proses Relokasi Pasar Meranti dan Pembagunan Jalan baru, Pembangunan yang Partisipatif dan Berkelanjutan serta dampak yang ditimbulkan oleh Relokasi Pasar Tradisonal Meranti dan Pembangunan Jalan baru.
1.4 . Manfaat Penelitian Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa: 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai proses Relokasi Pasar Meranti dan Pembangunan Jalan Baru dan bermanfaat dalam pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya pada mata kuliah Sosiologi Pembangunan . Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukannya.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Manfaat praktis Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini, menambah referensi dari hasil penelitian dan juga dijadikan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya. Dan juga dapat memberikan sumbangan kepada para pedagang yang berada di Pasar Meranti Lama dan Pasar Meranti baru serta kepada Pemerintah sebagai pengambil keputusan untuk bisa membuat peraturan yang lebih baik lagi kedepannya.
Universitas Sumatera Utara