BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan oleh Rasulullah sebagai suri tauladan bagi umatNya. Semua yang dilakukan oleh Rasul adalah contoh proses pendidikan Islam yang mengajarkan semua aspek kehidupan menuju kearah perbaikan hidup di dunia dan akhirat. Tugas manusia adalah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar melalui proses pendidikan (Islam) sebab dalam kegiatan tersebut mengandung ajakan, perintah serata pemberian contoh yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sosial. Sebagaimana dalam QS. An-Nahl (16) : 125
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.1 Ayat tersebut memberikan pemahaman bahwa manusia diperintahkan untuk menyampaikan ajaran Islam melalui proses pendidikan dengan cara kebaikan, yakni dengan mempertimbangkan karakteristik siswa. Hal ini diharapkan agar dalam proses pembelajaran lebih mudah difahami dan 1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006), hal. 281.
1
2
dimengerti oleh siswa sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Pendidikan Agama Islam pada umunya adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlaq mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.2Pembinaan pendidikan agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.Guru agama perlu mendorong dan memantau kegiatan pendidikan Agama Islam yang dialami oleh siswa di dua lingkungan pendidikan lainnya (keluarga dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaannya.3 Salah satu tujuan pendidikan agama Islam yaitu membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai, mentaatiNya dan berkepribadian yang mulia. Karena anak didik, terutama pada tingkat dasar akan memiliki akhlak mulia melalui pengalaman, sikap, dan kebiasaan-kebiasaan yang akan membina kepribadiannya pada masa depan. Oleh karena itu, bidang studi pendidikan agama merupakan soko guru yang paling potensial dalam membina generasi muda yang baik, yang jiwanya diisi dengan cinta kebaikan untuk diri dan masyarakatnya kelak.4
2
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarata: Kalam Mulia, 2005), hal.21. Ibid, hal. 23. 4 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 15. 3
3
Adapun Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Malang tergabung dalam satu paket pelajaran agama yaitu PAI (Pendidikan Agama Islam) yang terdiri dari Akhlaq, Aqidah, Fiqh, Al-Qur’an dan Hadist serta Sejarah dan Kebudayaan Islam. Kurikulum yang digunakan yakni kurikulum 2013 yang untuk sekarang ini hanya diterapkan di kelas VII. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap.Selain itu, siswa tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tapi juga meningkat kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya atau yang berbudi pekerti luhur.5Melihat dari tujuan kurikulum 2013 tersebut sudah jelas bahwa dalam pembelajaransiswa tidak hanyadiharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan keterampilan siswa, dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran yang diinginkan dalam kurikulum 2013 yakni menuntut siswa untuk aktif sehingga kecakapan dan keterampilan yang dimiliki meningkat. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Suatu pembelajaran perlu memperhatikan kondisi individu siswa karena merekalah yang akan belajar. Siswa merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu jika pembelajaran
5
Mustahdi dan Sumiyati,Buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMP/MTs,(Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif, 2013), hal. iv.
4
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual siswa, maka pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.Keadaan yang terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Proses pembelajaran selain menyentuh ranah kognitif juga perlu menyentuh ranah afektif dan psikomotorik siswa meskipun pada kenyataannya saat ini tidak kurang guru yang hanya terfokus pada ranah kognitif siswa saja. Pembelajaran yang berbasis siswa mungkin lebih efektif dimana siswa melaksanakan praktek langsung dan juga perlu adanya pengalaman kontekstual, jadi siswa tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi mereka juga mendapatkan pengalaman dengan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu di sekolah. Seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 81A Tahun 2013 yang menyebutkan: “Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.6 Berdasarkan pembelajaran yang diinginkan dalam kurikulum 2013 seperti yang disampaikan diatas, metode pembelajaran Inquiry Discovery learningdimana pembelajaran berpusat pada siswa
6
dan memberikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 81A Tahun 2013, hal. 33.
5
pengalaman kepada siswa dengan menemukan konsep sendiri dan mampu melahirkan siswa yang kreatif dan inovatif. Proses belajar mengajar juga memerlukan suatu metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga dengan metode pembelajaran tersebut siswa bisa lebih aktif di dalam kelas dan nantinya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Seorang guru yang bertugas sebagai fasilitator harus pandai memilih metode pembelajaran yang cocok dengan karakteristik siswa, seperti yang dilaksanakan di SMPN 13 sesuai dengan observasi terdahulu guru PAI menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan akan aspek serta karakteristik siswa, sehingga peneliti memilih untuk meneliti di SMPN 13 yang juga bisa dikategorikan sebagai sekolah favorit dengan berbagai penghargaan lomba yang pernah diraih, selain itu peneliti memilih kelas VII karena hanya kelas tersebut yang menerapkan kurikulum 2013 yang mana kurikulum tersebut masih terbilang baru. Guru PAI di SMPN 13 kelas VII H dan VII I pada aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam menggunakan metode pembelajaran Inquiry Discovery learningyangmerupakan metode pembelajaran berpusat pada siswa dan tugas guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa, melalui metode ini siswa diharapkan berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri selain itu siswa juga bisa memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar untuk mendapatkan konsep melalui dirinya sendiri sehingga pembelajaran berpusat pada siswa dan guru sehingga sama-sama berperan aktif dalam mengeluarkan gagasan-gagasan.
6
Sejarah merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama, yang dimaksud dengan sejarah adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat, dan imam-imam pemberi petunjuk yang diberikan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.7 Seperti pada umunya, aspek sejarah merupakan aspek yang banyak menyajikan cerita-cerita tentang sejarah pada zaman dahulu yang biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah saat menyampaikan aspek ini, padahal tujuan dari bidang studi sejarah itu sendiri menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad bidang studi sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak, serta mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik yang diterima sebagai realitas yang hidup dari sejarah (misal) Rasul, sehingga mereka akan bertingkah laku seperti akhlak Rasul.
Sejarah
akan
menumbuhkan
cinta
kepada
kebesaran
dan
kecenderungan meneladaninya ketika dia mulai merasakan bahwa dia pun adalah salah seorang pengikut nabi SAW.8 Aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam di SMPN 13 Malang guru menggunakan metode Inquiry Discovery learning, sehingga selain karena telah mengguanakan kurikulum 2013 yang mana siswa tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannyatetapi juga meningkat kecakapan dan keterampilan siswa, untuk itu metode Inquiry Discovery
7 8
Muhammad Abdul Qadir Ahmad,Op,.cit, hal. 162 Ibid, hal. 170.
7
learning ini diharapkan sesuai dengan aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam yang merupakan aspek yang bisa ditafsirkan tanpa dibatasi dengan kaidahkaidah fiqh seperti aspek-aspek al-Qur’an dan Hadist dan juga Aqidah, selain itu aspek sejarah juga merupakan aspek yang implementatif dalam kehidupan sosial dan juga bisa menjadi pendidikan karakter tersendiri bagi siswa karena di dalamnya banyak menyajikan cerita-cerita yang bisa diambil pelajarannya, mulai dari Rasul hingga sahabat-sahabat Rasul serta para tokoh-tokoh Islam lainnya sehingga menjadikan siswa lebih terampil dan inovatif, dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Penelitian skripsi ini peneliti akan terfokus mengenai “PENERAPAN METODE INQUIRY DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI ASPEK SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM KELAS VII DI SMPN 13 MALANG” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana
penerapan
metode
Inquiry
Discovery
Learningdalam
pembelajaran PAI aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam siswa kelas VII SMPN 13 Malang? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan metode Inquiry Discovery Learning dalam pembelajaran PAI aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam kelas VII SMPN 13 Malang?
8
3. Apa saja skill yang harus dimiliki seorang guru dalam menerapkan metode pembelajaran Inquiry Discovery Learning? C. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian sebagai berikut: 1. Guna
mendiskripsikan
penerapan
metode
Inquiry
Discovery
Learningdalam pembelajaran PAI aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam siswa kelas VII SMP 13 Malang. 2. Guna mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan metode Inquiry Discovery Learning dalam pembelajaran PAI aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam kelas VII SMPN 13 Malang. 3. Guna mengidentifikasi skill yang harus dimiliki seorang guru dalam menerapkan metode pembelajaran Inquiry Discovery Learning. D. Manfaat Penelitian Setiap kegiatan pasti mempunyai manfaat baik bagi peneliti maupun bagi orang lain, adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai calon guru peneliti dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bekal agar kelak mampu menggunakan metode-metode yang baik dan sesuai dengan materi dan kurikulum yang ada. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam perkembangan penyelengaraan Pendidikan pendidikan Nasional pada umumnya.
Agama
Islam
maupun
9
3. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Agama Islam. E. Batasan Masalah Penelitian ini hanya terfokus di SMPN 13 Malang kelas VII H dan VII I pada mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam), karena kelas VII merupakan kelas yang menggunakan kurikulum 2013 dan menggunakan metode pembelajaran InquiryDiscovery Learning pada pembelajaran PAI aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam. F. Batasan Istilah Guna memudahkan pemahaman dan menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan judul, maka perlu adanya beberapa penegasan istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu: 1. Penerapan “Penerapan” berasal dari kata “terap”. Menurut kamus bahasa Indonesia “penerapan” diartikan sebagai pengenaan perihal yang dipraktekkan.9 Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peneliti melihat dpan mengamati seorang guru PAI yang sedang menerapkan atau mempraktekkan metode InquiryDiscovery Learning dalam pembelajaran PAI aspekSejarah dan Kebudayaan Islam kelas VII H dan VII I di SMPN 13 Malang yang berkaitan dengan proses maupun tahapan-tahapan pada penerapan metode InquiryDiscovery Learningmulai
9
582.
Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, t.th), hal.
10
dari problematika yang ada dalam menerapkan metode tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan guru saat menerapkan metode tersebut serta faktor pendukung metode tersebut, guna mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 2. Metode InquiryDiscovery Learning “Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry discovery learning, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.”10 Muhammad Takdir Illahi (2012) mengemukakan enam tingkatan metode Inquiry Discovery Learning, sebagai berikut: a. Tingkat Discovery Penuh Pada tingkatan ini siswa memiliki kebebasan penuh untuk menentukan bahan atau bentuk kegiatan yang akan mereka lakukan. Kemudian, guru memberikan persoalan dan siswa mempunyai kebebasan untuk memilih persoalan mana dan dengan cara apa mereka melakukan. Pada tingkatan ini siswa dapat memecahkan
persoalan
sendiri
sedangkan
guru
sekedar
memberikan motivasi dan jalan alternatif atas persoalan guna memastikan keterlibatan siswa benar-benar teraplikasikan dalam proses pembelajaran.
10
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 135
11
b. Pengarahan pada Tingkat Pemikiran Siswa Dalam tingkatan pemikiran siswa guru mempunyai kesempatan untuk memberikan pengarahan dan masukan tentang suatu persoalan yang sesuai dengan tingkatan pemikiran siswa. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mencari generalisasi dan spesifikasi dengan harapan mereka mempunyai semangat untuk mendapatkan pemecahan dari suatu persoalan dan pada gilirannya mereka akan termotivasi untuk belajar dengan ketekunan yang tinggi. c. Pemberian Intruksi yang Pelaksanaannya diserahkan Kepada Siswa Pada langkah ini guru memberikan intruksi tentang suatu kondisi, tetapi pelaksanaannya diserahkan kepada para siswa. Guru hanya menyuguhkan materi yang akan dipelajari, keterlibatan siswa secara penuh dan akan mendukung peningkatan kreativitas siswa. d. Guru Memberi Sejumlah Persoalan Tingkatan ini sangat besar pengaruhnya bagi kematangan para siswa dalam menerima suatu persoalan yang ditawarkan oleh guru, guru berusaha menyajikan beberapa pertanyaan kepada siswa agar membantu siswa mencari generalisasi dan spesifikasi. Pertanyaan bertujuan mengasah dan mencoba kemampuan siswa sejauh mana dapat menangkap dan mengkaji persoalan sesuai dengan kemampuan yang siswa miliki.
12
e. Guru Memberikan Suatu Persoalan Tentang Generalisasi dan Spesifikasi Para siswa diminta untuk mencari pemecahan masalah dari persoalan yang sedang dihadapi, dalam proses pemecahan masalah diharapkan mereka mampu membandingkan dengan materi yang lain dengan tujuan memberikan wahana variasi dalam proses pencarian pemecahan masalah. f. Guru Memberikan Suatu Generalisasi Penguraian, dan Contoh-Contoh
Tanpa
Penjelasan,
Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai motivasi tinggi untuk menerapkan aplikasi pembelajaran yang diterima di sekolah, dengan
didukung
kemampuan
mereka
dalam
menghadapi
tantangan hidup di masa depan.11 Dari keenam tingakatan metode Inquiry Discovery Learning di atas, yang digunakan guru PAI di SMPN 13 Malang pada aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam dan juga yang merupakan subjek yang diteliti adalah Pengarahan pada tingkat pemikiran siswa.Hal ini dikarenakan siswa masih tergolong tingkat rendah pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama sehingga siswa masih membutuhkan bimbingan seorang guru untuk mengarahkan.12 Metode Inquiry Discovery Learning dalam penelitian ini adalah suatu proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa, guru tidak perlu menjelaskan seluruh informasi kepada siswa. Guru hanya perlu 11
Mohammad Takdir Illahi, Pembelajaran Discovery strategy dan Mental Vocational Skill, (Jogjakarta:Diva Press, 2012) hal. 33-34 12 Wawancara dengan Ibu Dra. Mufidah, Selaku Guru PAI SMPN 13 Malang, Rabu 23 April 2014.
13
membimbing suasana belajar siswa, sehingga mencerminkan proses penemuan bagi siswa tersebut dan siswa dapat menggali informasi secara mandiri tetapi tetap dibawah bimbingan guru. Melalui metode ini siswa diharapkan tidak hanya mendapat ilmu dari guru, selain itu mereka juga diberi kebebasan untuk mencari informasi lain dengan cara mereka sendiri dengan bimbingan guru, dengan demikian guru berharap siswa tidak hanya mendapat dari sisi kognitifnya saja melainkan juga afektif dan psikomotorik siswa. 3. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam menurut Chabib Toha adalah sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya dalam tingkat tertentu.13 Adapun yang dimaksud Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh siswa di SMPN 13 Malang. Pendidikan agama Islam disini adalah mata pelajaran yang mencakup beberapa aspek seperti Al-Qur’an Hadist, Aqidah, Akhlaq, Fiqh, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Sedangkan aspek yang maksud dalam penelitian ini adalah Sejarah dan Kebudayaan Islam. G. Sistematikan Penulisan Agar terlihat gambaran yang jelas dan menyeluruh maka peneliti menjabarkan sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut: 13
Chabib Toha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 4.
14
Bab I: berisi pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penulisan. Bab II: berisi landasan teori yang berisi tentang belajar dan pembelajaran, pengertian belajar, pengertian pembelajaran, hakikat pembelajaran, metode pembelajaran, faktor-faktor pemilihan metode pembelajaran, metode Inquiry Discovery Learning, pengertian metode Inquiry Discovery Learning, tujuan metodeInquiry Discovery Learning, tingkatan-tingkatan metode Inquiry Discovery Learning, peranan guru dalam penerapan metode Inquiry Discovery Learning,
langkah-langkahInti
keunggulandan
kelemahan
metode metode
Inquiry Inquiry
Discovery
Learning,
Discovery
Learning,
metodeInquiry Discovery Learning dalam PAI, pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pengertian Pendidikan Agama Islam, fungsi dan tujuan pendidikan agama Islam, fungsi Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam, aspek Sejarah dan Kebudayaan Islam, Pembelajaran PAI pada anak usia SMP. Bab III: berisi tentang metodologi penelitian yang membahas tentang, metodologi penelitian yang menjabarkan jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data. Bab IV: membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang berkaitan dengan latar belakang objek penelitian, hasil penelitian yang didapatkan selama proses penelitian berlangsung dan data-data yang ada.
15
Bab V: berisi penutup, kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan rangkuman dari hasil penelitian yang diuraikan di bab IV. Saran merupakan masukan yang merujuk pada hasil temuan peneliti selama proses penelitian berlangsung. Daftar pustaka, Lampiran-lampiran.