BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama penulisan tesis ini merupakan pendahuluan secara garis besar yang berisi latar belakang, perumusan masalah, ide bisnis, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Populasi di Indonesia Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar nomor lima di dunia dengan jumlah penduduk 255,993,674 jiwa. China merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia dengan jumlah populasi yang mencapai 1,367,485,388 jiwa, disusul India dengan 1,251,695,584 jiwa , Uni Eropa 513,949,445 jiwa dan Amerika Serikat 321,368,864 jiwa. (Central Intellegence Agency /CIA, Juli 2015). Populasi penduduk di Indonesia tersebut, dipengaruhi dari laju pertumbuhan penduduk, dimana menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), laju pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini cukup tinggi yankni 1,49 persen, artinya sebanyak 4,5 juta jiwa pertahun sama dengan satu negara Singapura.
1
2
Salah satu faktor dari laju pertumbuhan adalah umur pernikahan, hal ini merupakan variabel yang sangat penting dalam memengaruhi kesempatan hidup dan laju pertumbuhan penduduk. Dari Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010 (SP2010), rata-rata umur pernikahan pertama penduduk laki-laki adalah sekitar 25,7 tahun dan perempuan 22,3 tahun (perhitungan dilakukan dengan metode Singulate Mean Age at Marriage/SMAM). Secara nasional, berdasarkan Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012, jumlah anak dalam satu keluarga atau lebih tepatnya disebut Total Fertility Rate (TFR) tercatat rata-rata 2,6. (BKKBN, Desember 2014).
Gambar 1.1. Piramida Populasi Indonesia Sumber: The World Factbook, Central Intelligence Agency (CIA), 2014
Selain itu, dapat dilihat dari gambar 1.1 bahwa jumlah anak usia 0-14 tahun cukup besar jumlahnya yakni 25.82% dari populasi, dengan jumlah anak laki
3
– laki yakni 33,651,533 dan anak perempuan 32,442,996. Sehingga dapat dilihat besarnya populasi anak di Indonesia.
1.1.2. Perkembangan Psikologi Anak Dalam keterangan di atas dapat dilihat bahwa perkembangan populasi anak di Indonesia adalah besar. Dengan perkembangan populasi yang besar tersebut, juga harus diikuti dengan pertumbuhan anak yang baik termasuk dalam perkembangan psikologi anak. Menurut Psikolog Agnes Maria Sumargi (2015) dalam artikel “Aktivitas Anak di Luar Ruangan dari Sudut Pandang Psikologi” bahwa banyak orangtua berpikir bahwa kegiatan untuk anak sebaiknya terpusat di dalam ruangan supaya anak lebih banyak belajar dan perilakunya lebih terkendali. Namun pada kenyataannya, tidak semua anak bisa beraktivitas dengan tenang di dalam ruangan. Malah perilakunya dapat menyulitkan karena anak mulai bosan dan berulah. Bukan berarti bahwa aktivitas bermain dalam ruangan (seperti membaca, menggambar, menonton televisi yang bersifat edukatif, bermain puzzle dan alat permainan lainnya) harus ditiadakan, tetapi sebaiknya diseimbangkan dengan aktivitas di luar rumah. Selain itu, menurut NASPE (National Association for Sport and Physical Education) di Amerika dalam Jurnal dari National Association for the Education of Young Children (2006) anak kecil harus melakukan aktifitas secara bebas dalam kesehariannya untuk meningkatkan kesehatan dan keterampilan gerakan. Oleh sebab itu, pentingnya bagi anak kecil untuk
4
perkembangan psikologinya harus melakukan aktivitas secara bebas di luar ruangan.
1.1.3. Keadaaan yang Mengancam Anak Anak adalah anugerah dan titipan dari Tuhan bagi setiap orang tua. Anak merupakan generasi penerus keluarga, bangsa dan juga peradaban. Peranan orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan anak, dimana ayah diharapkan dapat memberikan guide, govern, guard sedangkan ibu dapat memberikan nurture, care, guidance. Oleh sebab itu, setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, termasuk untuk perkembangan psikologi anak yang baik adalah mengikuti banyak aktivitas di luar rumah dan sekolah. Sesuai dengan pernyataan di atas pun bahwa anak kecil memang harus banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Menurut NASPE (National Association for Sport and Physical Education) di Amerika dalam Jurnal dari National Association for the Education of Young Children (2006)
Gambar 1.2. Perkembangan Anak Sumber: Mendidik anak menuju taklif, Pustaka Pelajar MUH FAUZIL ADHIM, 2014
5
Dari gambar 1.4 di atas, dapat kita lihat bahwa perkembangan intelektual anak adalah pada usia 0 – 12 tahun. Di masa-masa tersebut, orang tua berperan penting untuk dapat mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak baik secara intelektual, emosional dan spriritual.
Usia tersebut
merupakan masa yang paling indah dan ideal bagi anak untuk mempelajari berbagai macam keterampilan, membentuk kebiasaan-kebiasaan yang akan berpengaruh pada masa-masa kehidupan selanjutnya, dan memperoleh konsep-konsep dasar untuk memahami diri dan lingkungan sekitar. Anak perlu mendapatkan keamanan dan kebebasan untuk dapat berkembang secara maksimal melalui aktivitas baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Namun, aktivitas anak yang cenderung cukup tinggi menyebabkan timbulnya kekhawatiran orang tua akan kurangnya pengawasan terhadap keselamatan anak . Menurut David Finkelhor (1992) The Abduction of Children by Strangers and Nonfamily Members bahwa elemen utama dari penculikan adalah melibatkan pemaksaan, pergerakan anak yang tidak diawasi, penahan anak yang diculik tersebut, atau ada hal lain dari anak tersebut yang memancing tindak kriminal lainnya. Maraknya kasus kejahatan anak yang terjadi terhadap anak sangat mengkhawatirkan. Seperti kasus Putri Nur Fauziah umur 9 tahun, Putri terakhir kalinya terlihat di Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Kalideres, Selasa, 6 Oktober 2015. Dari kasus tersebut terungkap Agus Darmawan sebagai pelaku
6
pembunuh dan pemerkosa Putri, yang mayatnya dimasukkan ke dalam kardus dan diletakkan tidak jauh dari rumahnya. (Detik, Oktober 2015). Selain itu, kejahatan terhadap anak-anak, terutama kejahatan seksual, masih terus terjadi di sekitar kita. Beberapa kasus yang terjadi, sebagian besar kejahatan seksual terhadap anak itu justru terjadi di tempat-tempat yang seharusnya menjadi tempat teraman bagi mereka. Salah satu kasus paling yang terjadi di lingkungan Jakarta International School (JIS) di Jakarta Selatan. (Kompas, Desember 2014) Kasus di atas mengingatkan orang tua bahwa ancaman kejahatan terhadap anak-anak bisa terjadi di tempat-tempat yang selama ini di anggap aman dan steril. Berdasarkan catatan Kompas, kejahatan seksual ini tak hanya terjadi di sekolah, di tempat-tempat yang seharusnya aman seperti panti asuhan dan rumah sendiri pun, anak-anak rentan menjadi korban kejahatan. (Kompas, Desember 2014). Selain kasus yang dilakukan oleh orang asing, kekerasan pada anak juga banyak dilakukan oleh teman satu sekolah. Hal tersebut umumnya disebut bullying. Dalam sebuah riset yang dilakukan LSM Plan International dan International Center for Research on Women (ICRW) yang dirilis awal Maret 2015 ini menunjukkan fakta mencengangkan terkait kekerasan anak di sekolah. Terdapat 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dari tren di kawasan Asia yakni 70%. Riset ini dilakukan di 5 negara Asia, yakni Vietnam, Kamboja, Nepal, Pakistan, dan Indonesia yang diambil dari Jakarta dan Serang, Banten. Survei diambil pada Oktober 2013 hingga Maret 2014 dengan melibatkan 9 ribu siswa usia 12-17 tahun, guru, kepala sekolah, orangtua, dan perwakilan LSM.
7
Data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukkan, pada tahun 2014 di Jakarta, lebih dari setengah kasus kekerasan pada anak atau 52,7 persen (332 kasus) merupakan kejahatan seksual. Dari jumlah itu, 22 persen kasus tidak sampai ke pengadilan karena dianggap kurang bukti. Di pengadilan, para terdakwa umumnya divonis 3-9 tahun penjara. Sebagian lain dihukum kurang dari 3 tahun penjara atau malah divonis bebas. Komnas PA mencatat, dalam dua tahun terakhir tak ada perubahan berarti dalam pengendalian kejahatan seksual pada anak. Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait memperkirakan, anak-anak yang menjadi korban kejahatan seksual akan terus bertambah pada 2015. Pasalnya, pemerintah dan kepolisian belum punya langkah konkret untuk menjamin keamanan anak. Selain itu, sambungnya, anak bisa menjadi korban ataupun pelaku kekerasan dengan tiga lokus kekerasan pada anak yaitu di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat. Untuk itu pengawasan dari orang tua terhadap anak sangat penting untuk ditingkatkan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa anak yang membutuhkan banyak aktivitas di sekolah maupun luar sekolah namun banyak sekali bahaya yang mengancam baik di dalam maupun luar sekolah.
1.1.4. Hak Asasi Anak
8
Sebagaimana diamanatkan, oleh Presiden Republik Indonesia hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Konvensi Hak Anak 25 Agustus 1990). Kekerasan pada anak mengalami peningkatan di setiap tahunnya dapat dilihat dari Tabel 1.5, dari hasil pemantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2011 sampai 2014 terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kasus kekerasan yakni sebesar 232% (Harian Terbit, Juni 2015). Tabel 1.1. Kasus Kekerasan Anak
Tahun
Kasus Kekerasan
2011
2178 kasus
2012
3512 kasus
2013
4311 kasus
2014
5066 kasus
Sumber : KPAI , 2015
9
Untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik antara orang tua dan aparat keamanan dalam memprioritaskan keselamatan anak, baik pencegahan serta tindakan kongkrit yang nyata.
1.1.5. Perubahan Perilaku Orang Tua Dalam Kehidupan Berkeluarga Orang tua merupakan hal yang terpenting dalam perkembangan anak, namun pada kenyataannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang cukup besar di Jakarta ini, terkadang kedua orang tua harus bekerja. Padahal di sisi lain, anak di dalam keluarga pun memiliki banyak aktivitas di luar yang perlu pengawasan penuh karena bahaya yang mengancam. Kemudian akan dijelaskan lebih lanjut setelah Gambar 1.3.
Gambar 1.3. Maslow Hierarcy Sumber: https:///nclex-prioritization-questions-maslows-hierarchy-needs-theory, 2015
10
Mengacu pada teori Maslow di atas terdapat lima tingkat kebutuhan penting, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Utamanya, untuk dapat bertahan hidup setiap manusia memerlukan Basic Needs yaitu kebutuhan fisiologis (makanan, minuman, tempat tinggal, dan lain – lain) dan keamanan (keamanan akan tindak kriminal, jaminan kesehatan, dan lain – lain).
Menafkahi guna mencukupi keperluan – keperluan tersebut maka manusia perlu bekerja. Seorang ayah dikenal sebagai pencari nafkah keluarga yang biasa bekerja di luar rumah, sedangkan posisi ibu/perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah. Akan tetapi, keadaan sudah berbeda seiring dengan perkembangan zaman. Tuntutan sosial dan ekonomi yang cukup berat dalam berumah tangga mendorong perempuan mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini mengakibatkan kedua orang tua akhirnya harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga merupakan hal yang biasa bila dewasa ini anak memiliki dua orang tua yang bekerja di luar rumah. Disadari atau tidak, anak-anak mendapatkan pengawasan yang kurang sehingga dapat berakibat fatal.
11
Tabel 1.2. Persentase Pekerja yang Bekerja Lebih dari 48/minggu
Sumber: BPS (Survei Angkatan Kerja Nasional/SAKERNAS, Agustus 2011-2014), 2015
Dari Gambar 1.3 di atas, dapat dilihat terjadi peningkatan pekerja yang bekerja lebih dari 48 jam dalam satu minggu setiap tahunnya, baik laki – laki maupun dari perempuan. Dari data tersebut dapat dilihat 28,57% laki – laki yang bekerja menghabiskan lebih dari 48 jam untuk bekerja, sedangkan perempuan 21,68%. Hal ini memberikan efek tentunya bagi kebutuhan waktu bagi keluarga. Efek yang langsung dirasakan oleh anak ketika kedua orang tua sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing adalah kurangnya perhatian orang tua pada anak yang tidak dapat memonitor terus menerus. Sisi positifnya adalah keadaan finansial keluarga akan semakin stabil. Namun, sisi negatifnya adalah kurangnya waktu yang dihabiskan bersama keluarga khususnya anak hingga keterbatasan pengawasan terhadap anak pun menjadi masalah penting. Sehingga kesimpulannya anak-anak butuh beraktifitas , kemudian orang tua menyediakan pembantu / pengasuh anak tetapi pengasuh juga tidak dapat
12
dipercaya, sehingga menimbulkan kriminalitas pada anak. Karena orang tua tidak dapat mendampingi anak dan memonitor anak secara terus menerus.
1.1.6. GPS Global Navigation Satellite System (GNSS) adalah dasar terminology dari sistem navigasi satelit yang dapat memberikan lokasi secara geografik dari seluru penjuru.
Untuk
saat
ini,
hanya
negara
Amerika
Serikat
yang
dapat
mengeoperasikan GNSS di dunia yang dapat juga di sebut Navstar Global Positioning System (GPS). Fungsi atau kegunaan GPS cukup luas, adapun fungsi tersebut memiliki tiga komponen utama, yaitu: • Lokasi yang tepat, GPS dapat melacak dan mendeteksi lokasi pengguna secara tepat dan akurat. • Pergerakan relatif (Relative Movement), GPS dapat digunakan untuk melakukan Seismology dan Astronomical Sciences. • Time transfer, GPS dapat melakukan sinkronisasi jam dan waktu yang memungkinkan untuk melakukan time transfer. Dari ketiga komponen utama GPS, GPS dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat digunakan untuk berbagai macam kegunaan. GPS bisa digunakan untuk keperluan, diantaranya: • Komersial, digunakan untuk mencari lokasi dari ATM, hotel, atau menjadi sistem navigasi untuk menuntun pengguna ke lokasi tempat yang ingin di kunjungi di area sekitar dalam bentuk peta digital.
13
• Militer, untuk memberi dukungan sistem pertahanan militer dan melakukan pemantauan atas pergerakan musuh pada saat perang. Lebih dari itu, GPS dapat memberikan lokasi arah jatuhnya bom sehingga dapat dikurangi konsekuensinya. • Sistem informasi geografis, GPS dapat membantu dalam pembuatan peta, mengukur jarak perbatasan suatu wilayah dan lain sebagainya. • Pelacakan, dapat digunakan untuk melacak mobil lainya atau devices lainya yang juga memiliki GPS (dan dalam keadaan menyala). • Penggunaan secara ilmiah, untuk mengetahui pergerakan planet dan juga memantau
pergerakan
tanah
di
bumi,
sehingga
dapat
memperkirakan
kemungkinan gempa yang akan terjadi disuatu wilayah. United Nations , New York, 2012. • Selain dari penggunaan yang telah disebutkan diatas, GPS sebenarnya masih dapat dikembangkan lebih jauh sehingga GPS memiliki banyak potensi dalam penggunaanya. Contohnya, GPS real time dengan teknologi 4G dapat digunakan sebagai alat melacak keberadaan anak dalam mengurangi kasus tingkat kejahatan maupun kekerasan yang dilakukan terhadap anak-anak. United Nations , New York, 2012.
1.2. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang masalah di atas dimana anak-anak membutuhkan aktivitas baik di dalam maupun di luar rumah, oleh karena itu, banyak orang tua yang kemudian memberikan aktivitas di sekolah maupun
14
pelajaran tambahan di luar sekolah pada anaknya guna memberikan kegiatan yang terbaik untuk anaknya. Namun pada kenyataannya, keadaan di dalam sekolah maupun di luar sekolah dapat mengancam keselamatan anak, seperti maraknya penculikan dan kekerasan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar sekolah. Di sisi yang lain, orang tua pun tidak berdaya karena tidak dapat menjaga anaknya selama 24 jam karena kebutuhan keluarga terkadang kedua orang tua harus bekerja. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut, yaitu: • Anak butuh beraktifitas secara bebas tetapi butuh pengawasan. • Tinggi nya tingkat kriminalitas pada anak. • Kesibukan orang tua terhadap pekerjaannya menimbulkan kekhawatiran terhadap anak. Untuk memberi solusi atas permasalahan di atas maka dikembangkanlah ide bisnis ini.
1.3. Ide Bisnis Ide dari Bisnis Model ini adalah dengan mengembangkan teknologi untuk dapat melacak dan memonitor lokasi anak. GPS untuk menjadi solusi bagi kekhawatiran yang dirasakan orangtua ketika mereka sedang tidak dapat mendampingi anak mereka dalam bentuk gelang pintar (smart bracelet). Smart Bracelet merupakan GPS pertama yang pertama kali diluncurkan di Jakarta yang dinamakan SmartB diperuntukkan bagi orangtua yang memiliki
15
keterbatasan waktu dalam pengawasan dalam menjaga dan mendampingi anaknya selama bersekolah atau beraktifitas di luar rumah.
1.4. Tujuan dan Manfaat 1.4.1. Tujuan • Menawarkan alat GPS anak sebagai alternatif untuk sebagai alat pemantau pada anak agar orang tua dapat mengetahui keberadaan dan aktivitas anak. (terutama untuk anak-anak berkegiatan ektrakulikuler diluar rumah). • Untuk mencegah kekerasan atau tindak kriminal pada anak.
1.4.2. Manfaat a. Bagi Pengusaha Membuka peluang bisnis baru khususnya di Indonesia. b. Bagi Konsumen • Konsumen dapat mengetahui keberadaan anak. • Meminimalisir kekhawatiran orang tua terhadap anak. • Menjadi penghubung komunikasi keluarga • Menekan kasus kejadian penculikan anak. c. Bagi Pemerintah Meminimalisir kejadian penculikan anak.
16
1.5. Ruang Lingkup Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok rumusan masalah yang ada maka penulis membatasi permasalahan pada: 1. Identifikasi peluang bisnis GPS sebagai alat pemantau pada anak. 2. Analisis secara komprehensif. 3. Merumuskan strategi perkembangan produk baru dan strategi pertumbahan bisnis untuk GPS anak. 4. Memperkenalkan GPS pada masyarakat, khususnya kepada orang tua, dan menghimbau untuk lebih menjaga keselamatan anak.
1.6. Pembatasan Masalah 1. Proses untuk hak paten tidak akan dijelaskan. 2. Proses pembuatan alat GPS tidak akan dijelaskan. 3. Proses untuk mendapatkan izin – izin pihak yang terkait tidak akan dijelaskan.
1.7. Sistematika Penulisan 1. Bab I - Pendahuluan Pada bab ini penulis memamparkan latar belakang permasalahan pemilihan topik, merumuskan masalah yang telah dikemukakan dalam latar belakang, ide bisnis, menjabarkan tujuan dan manfaat, pembatasan masalah, ruang lingkup, dan sistematika penulisan thesis dengan judul tersebut. 2. Bab II - Value Proposition
17
Pada bab ini penulis membahas tentang nilai dari produk yang mendukung penulisan dan landasan dasar analisa pengembangan terhadap business model creation ini. 3. Bab III - Business Model Pada bab ini penulis menjabarkan metode Business Model dari perencanaan bisnis dengan metode Business Model Canvas. 4. Bab IV - Business Plan Pada bab ini penulis mengurai secara lengkap perihal bisnis mengenai strategi dan rencana bisnis dengan memberikan simulasi mengenai pelaksanaan bisnis tersebut. 5. Bab V - Penutup Pada bab ini penulis membahas mengenai kesimpulan dari hasil penulisan mengenai kelayakan dari business model yang akan diimplementasikan, serta mengungkap kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang dan penjabaran keterbatasan yang dimiliki business model ini.