BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung
nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan tutur-tuturan kadang-kadang disebut juga dengan tuturan dalam istilah teknis satwa mempunyai arti 'cerita lisan' (Bagus, 1985: 15). Dalam kamus Bahasa Bali-Indonesia tutur berarti nasehat atau cerita (Warna dkk, 1991: 757), sedangkan dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia dijelaskan bahwa kata tutur berarti daya, ingatan, kenang-kenangan, kesadaran (Zoetmulder dan Robson, 1995: 1307). Dalam kehidupan masyarakat di Bali, teks tutur mendapat tempat yang sangat istimewa. Naskah-naskah tutur yang berbentuk lontar yang ada di Bali tersimpan di berbagai tempat seperti pada instansi atau lembaga-lembaga formal baik pemerintah maupun swasta di antaranya Gedong Kirtya Singaraja, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, UPT Lontar Fakultas Sastra dan Budaya, dan disimpan oleh pencinta sastra daerah sebagai koleksi pribadi baik di puri dan griya. Alih aksara atau transliterasi dan translasi ke dalam bahasa Indonesia naskah-naskah tutur juga sudah banyak dilakukan dan kita jumpai sehingga dapat memudahkan untuk membaca dan memahami isi dari naskah tutur tersebut. Berdasarkan jenisnya, naskah yang ditulis pada daun lontar ada yang berbentuk puisi dan prosa. Jenis naskah yang berbentuk puisi diklasifikasikan sebagai bentuk naskah yang bertembang seperti; kakawin, kidung, dan geguritan.
Adapun karya sastra yang berbentuk prosa seperti; parwa, babad, tutur, wariga, kanda dan usada. Penelitian terhadap naskah-naskah seperti parwa, babad, tutur, wariga, usada, kakawin kidung, dan geguritan sudah banyak dilakukan. Pada umumnya naskah yang paling dominan diteliti oleh para peneliti adalah naskahnaskah seperti; kakawin, kidung, dan geguritan. Hal ini disebabkan nilai estetika atau nilai seni naskah-naskah tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan naskah-naskah lainnya. Di samping itu juga kakawin, kidung, dan geguritan banyak dibicarakan dan difungsikan dalam kehidupan masyarakat. Namun pada dasarnya tutur juga memiliki unsur keindahan yang merupakan suatu ajaran, dorongan ataupun nasehat dan banyak difungsikan dalam kehidupan masyarakat sebagai sebuah tuntunan hidup. Dalam tutur juga terkandung nilai-nilai filsafat hidup yang tidak kalah pentingnya dengan nilai-nilai yang ada dalam kakawin, kidung, dan geguritan. Menurut pengklasifikasian di Gedong Kirtya, dan pegklasifikasian menurut I Gusti Bagus Sugriwa Teks Tutur Jong Manten masuk
ke dalam
kelompok wariga. Naskah-naskah dengan judul tutur dan tattwa sangat banyak ditemui. Isinya tidak saja berkaitan dengan ajaran tentang filsafat agama termasuk uraian tentang kosmos, tetapi juga memuat penjelasan-penjelasan pengetahuan tertentu, seperti pengetahuan pengobatan atau penyembuhan. Naskah-naskah ini kebanyakan memakai bahasa Jawa Kuna, ada pula yang memakai bahasa Bali (Agastia, 1985 : 6). Dari sejumlah tutur yang ada dalam masyarakat Bali, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Teks Tutur Jong Manten. Teks Tutur Jong
Manten penulis dapatkan di kediaman Ketut Sudarsana, Desa Kapal. Beliau ini sangat banyak mengoleksi lontar, baik itu lontar mengenai geguritan, tutur, kekawin, kidung, wariga, parwa, dan lain-lain. Teks Tutur Jong Manten mengandung makna yang sangat berguna sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan di dunia dalam mempersiapkan diri menuju alam keabadian atau kelepasan yang abadi sesuai dengan ajaran dharma. Selain itu, Teks Tutur Jong Manten ini sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dikaji sebagai objek kajian ilmiah. Teks Tutur Jong Manten ini mengisahkan awal terciptanya manusia,
dahulu dunia ini belum ada apa-apa tidak ada bentuk awal untuk
menjadi dunia atau kehidupan, sepi dan hanya ada kegelapan. Akhirnya muncullah suatu yang berupa gumpalan, bentuknya sangat bening berkilau seperti permata disebut dengan Sanghyang Mancongol perwujudan dari Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan tertinggi. Disimbolkan di dalam badan sebagai Om Kara Mula, sebagai penyatuan dasaksara, pancaksara, caturaksara, triaksara, rwe Bhineda, swalalita, modre, windhumretta. Dalam Teks Tutur Jong Manten memberikan arahan atau tuntunan agar sejak dini manusia harus membekali dirinya dengan pengetahuan mengenai dharma yang di yakni oleh agama untuk mencapai alam kelepasan agar hidupnya tumbuh bersinar bagaikan batu permata yang sangat mulia. Teks Tutur Jong Manten ini ditulis di atas daun lontar menggunakan aksara Bali. Teksnya berbentuk prosa, berbahasa Kawi Bali. Penulis akan mengkaji teks Tutur Jong Manten dari segi struktur dan fungsi sebagai landasan analisis. Analisis struktur terhadap Teks Tutur Jong Manten
dilakukan dengan
memusatkan pengamatan hanya pada karyanya mengungkapkan unsur-unsur pembangun struktur dengan meneliti secara cermat dan mengamati pertalian antara unsur yang menjadi satu struktur yang utuh, bulat, dan menyeluruh. Berdasarkan sudut pandang struktural, Teks Tutur Jong Manten ini dikaji dari struktur bentuk dan struktur isi. Struktur bentuk yang mengulas mengenai bahasa dan struktur isi yang terkandung di dalam Teks Tutur Jong Manten. Penelitian sastra akan dianggap penting apabila memiliki fungsi yang jelas bagi kehidupan sastra itu sendiri dan kehidupan pada umumnya. Demikian juga halnya dengan penelitian sastra juga mempunyai kegunaan yang begitu besar. Endraswara (2008: 16) menyebutkan kegunaan
penelitian sastra bagi
perkembangan sastra dan kehidupan, antara lain: (a) mengembangan sastra sebagai ilmu, (b) mengungkapkan perkembangan sistem sastra, sehingga akan diketahui sejarah perkembangan sastra waktu hidup dalam tradisi sastra, (c) mengungkapkan nilai-nilai yang ditawarkan dalam karya sastra sebagai alternative jawaban atas tuntutan masyarakat, (d) memberikan pencerahan kepada masyarakat luas tentang hasil-hasil sastra sehingga mereka merasa perlu untuk memanfaatkan karya sastra dalam hidupnya. Hal inilah yang seharusnya bisa diungkapkan para peneliti manakala berusaha memberikan suatu sajian analisis tentang pengetahuan kepada masyarakat luas.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dikaji dalam
penelitian ini dapat dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur yang membangun Teks Tutur Jong Manten? 2. Fungsi apa saja yang terdapat di dalam Teks Tutur Jong Manten ? 1.3
Tujuan Setiap penelitian yang dilakukan sudah tentu mempunyai tujuan yang
ingin dicapai. Demikian pula halnya dalam penelitian Teks Tutur Jong Manten ini yang mempunyai tujuan yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1
Tujuan Umum Secara umum penelitian terhadap Teks Tutur Jong Manten ini bertujuan
untuk memberikan masukan dan sumbangan pengetahuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu sastra, sekaligus berusaha menggali dan menyebarluaskan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam naskahnaskah lontar. Diharapkan pula dapat menambah sumber informasi yang lebih lengkap tentang sastra. Selain itu sebagai tambahan bahan bacaan di dalam pengenalan sastra klasik secara lebih mudah dan luas kepada generasi muda. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk lebih peduli dan melestarikan karya sastra klasik yang merupakan warisan leluhur yang keberadaannya semakin langka.
1.3.2
Tujuan Khusus Tujuan khusus merupakan tujuan yang menyangkut sasaran langsung
dalam suatu penelitian. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai struktur yang membangun Teks Tutur Jong Manten. 2. Untuk mendeskripsikan fungsi yang terkandung dalam Teks Tutur Jong Manten dalam kehidupan masyarakat (Bali).
1.4
Manfaat Penelitian Setiap penelitian tentunya diharapkan akan bermanfaat pada masa
mendatang. Ada dua manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1
Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap
ilmu sastra, utamanya dalam analisis wacana sastra. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang dijadikan media pengenalan bagi masyarakat Bali yang ingin mendalami sastra Bali. Dapat pula sebagai acuan untuk penelitianpenelitian berikutnya khususnya di bidang sastra terutama yang berkaitan dengan tutur.
1.4.2
Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat
untuk mengetahui struktur dan fungsi yang terkandung di dalam Teks Tutur Jong Manten. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan masyarakat terhadap karya sastra dan kebudayaan serta ikut serta melestarikan karya sastra Bali tradisional. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam memahami wacana dalam Teks Tutur Jong Manten.