BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Conditional Cash Transfers (CCT) adalah suatu program pemberian bantuan tunai dengan persyaratan tertentu kepada masyarakat miskin, bertujuan untuk mengurangi kemiskinan saat ini dan di masa akan datang (Reducing Present And Future Poverty). Karakteristik utama program CCT adalah mensyaratkan perilaku peserta program yang berkaitan dengan upaya investasi sumber daya manusia, seperti untuk tujuan peningkatan pendidikan, kesehatan, dan juga perbaikan gizi anak-anak. Hal ini berkaitan dengan adanya upaya untuk memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi sehingga berpeluang mengurangi kemiskinan di masa yang akan datang. Pada awal mulanya program CCT diterapkan di Negara Meksiko pada tahun 1997. Program CCT dinilai terbukti berhasil memenuhi tujuan dasar yaitu: (1) mengurangi kemiskinan; (2) meningkatkan prestasi pendidikan; (3) meningkatkan kasehatan ibu dan anak; dan (4) mengurangi kekurangan gizi. Selain itu, CCT ternyata juga memunculkan dampak terkait dengan peningkatan ekonomi lokal, efek ganda pada investasi sumber daya manusia dan juga spill-over efek pencapaian pendidikan pada kelompok non-miskin dan juga pengurangan pekerja anak. (Bank Dunia, 2009).
1
Sumber: Bank Dunia, 2009 Gambar 1.1 Negara di Dunia yang Menerapkan Program Conditional Cash Transfer pada Tahun 1997 dan Tahun 2008
Karena dinilai berhasil, program CCT ini banyak diadopsi oleh negara-negara miskin dan berkembang. Hingga tahun 2008 ada kurang lebih tiga puluh negara menerapkan program CCT ini. Tercatat negara miskin dan berkembang yang menerapkan CCT pada tahun 2008 yaitu: Meksiko, Guatemala, El Salvador, Costa Rica, Panama, Ekuador, Peru, Chile, Argentina, Paraguay, Bolivia, Dominika, Republik Jamaika, Honduras, Nikaragua, Burkina Faso, Nigeria, Kenya, Yaman,
2
Turki, Brazil, Kolombia, Bangladesh, Pakistan, India, Indonesia, Kamboja, Philippina, dan Bangladesh. Bahkan pada tahun 2007 program CCT juga diadopsi di New York, Amerika Serikat (Bank Dunia, 2009). Tabel 1.1 Perkembangan CCT di Indonesia Tahun 2007-2015 Pengeluaran Pemerintah untuk CCT (juta Rupiah) 1 2007 508,0 2 2008 767,6 3 2009 923,9 4 2010 929,4 5 2011 1.282,2 6 2012 1.867,0 7 2013 3.536,0 8 2014 5.548,0 9 2015 6.471,0 Sumber: Kementerian Sosial dan Bappenas, 2015 No
Tahun
Realisasi peserta PKH (jiwa) 387.947 620.848 726.376 774.293 1.052.201 1.454.655 2.326.533 2.871.827 3.511.088
Di Indonesia, pemerintah mulai menerapkan program CCT pertama kali sebagai uji coba pada tahun 2007. Program CCT di Indonesia diberi nama Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan program prioritas nasional penanggulangan kemiskinan melalui pemberian bantuan tunai kepada keluarga sangat miskin berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Di Indonesia awalnya dilaksanakan sebagai suatu kegiatan uji coba di 7 provinsi, 48 kabupaten/kota, dan melayani 387.947 RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin). Dari tahun ke tahun, pemerintah selalu menambah target penerima CCT PKH ini. Sejak tahun 2014 sasaran penerima PKH sudah menyebar ke semua provinsi di Indonesia dengan jumlah penerima bantuan sebanyak 2.871.827 keluarga miskin yang tersebar di 418 kabupaten/kota di 4.870 kecamatan. Tahun 2015 cakupan sasaran penerima ditingkatkan lagi, yaitu mencakup 472 kabupaten/kota dengan jumlah kecamatan meningkat 24,85 persen dibanding tahun 2014 yaitu sebanyak 6.080 kecamatan. Penerima program PKH di tahun 2015 juga meningkat hingga
3
mencapai 3.511.088 keluarga miskin. Tahun 2016 ini pemerintah menargetkan jumlah penerima meningkat mencapai 6 juta keluarga miskin.
Sumber: Kementerian Sosial dan Bappenas, 2015 Gambar 1.2 Perkembangan Conditional Cash Transfer (CCT) di Indonesia dari Tahun 2007 – 2015 dan target Penerima CCT tahun 2016
Sejak tahun 2012, untuk memperbaiki sasaran penerima PKH, data awal untuk penerima manfaat PKH diambil dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011, yang dikelola oleh TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penangulangan Kemiskinan). Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis rumah tangga, terhitung sejak saat tersebut berubah menjadi berbasis keluarga. Pada tahap perluasan, PKH akan dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah penerima manfaat (beneficiaries), atau peserta PKH akan ditingkatkan secara bertahap hingga menjangkau seluruh keluarga dalam RTSM, dengan menyesuaikan kemampuan negara. Perubahan ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (yaitu orang tua–ayah, ibu–dan anak) adalah satu orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Oleh karena itu, keluarga adalah unit yang sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam upaya memutus rantai kemiskinan antargenerasi. Beberapa keluarga dapat
4
berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur).
Sumber: Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2016 Gambar 1.3 Sebaran Wilayah Penerima PKH
PKH hanya diberikan kepada keluarga sangat miskin jika pada saat registrasi memenuhi ketentuan: 1. memiliki anak berusia 0‐6 tahun; 2. memiliki anak berusia kurang dari 18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar (SD dan SMP); 3. terdapat ibu yang sedang hamil/nifas. Tujuan umum dari PKH adalah untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam mendukung tercapainya kualitas hidup keluarga miskin. PKH diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin dalam jangka pendek serta memutus rantai kemiskinan dalam jangka panjang, karena PKH merupakan investasi sumber daya manusia agar generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan. Secara khusus, tujuan PKH adalah sebagai berikut.
5
1.
Meningkatkan konsumsi keluarga penerima PKH.
2.
Meningkatkan kualitas kesehatan Peserta PKH.
3.
Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak peserta PKH.
4.
Mengarahkan perubahan perilaku positif peserta PKH terhadap pentingnya kesehatan, pendidikan dan pelayanan kesejahteraan sosial.
5.
Memastikan terpeliharanya taraf kesejahteraan sosial. Bantuan yang diberikan kepada RTSM yang mengikuti program ini adalah
uang tunai yang besarnya disesuaikan dengan ketentuan program. Peserta PKH juga berhak mendapatkan layanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota keluarga sesuai kebutuhan serta berhak untuk terdaftar dan
mendapatkan
program-program
komplementaritas
dan
sinergitas
penanggulangan kemiskinan lainnya. Dengan begitu, kesejahteraan ibu dan anak dapat dijaga dengan baik sehingga keluarga sehat dapat terwujud serta terpenuhinya pendidikan dasar bagi anak. Sebagai tolok ukur keberhasilan PKH ini, maka perlu untuk diketahui pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga sesuai dengan tujuan khusus pertama. Apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat sangat miskin yang menerima PKH terhadap keluarga sangat miskin yang tidak menerima bantuan tunai bersyarat ini? PKH ini dapat dikatakan berhasil apabila dalam jangka pendek mampu meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat sangat miskin secara signifikan. PKH dalam jangka panjang diharapkan berdampak pada pengentasan kemiskinan karena mampu mengakses pendidikan dan kesehatan sehingga mempunyai kemampuan
6
untuk bekerja dan memperoleh penghasilan yang layak dan tidak menjadi keluarga miskin lagi. Dari tujuan program ini, maka perlu untuk dievaluasi apakah program telah memenuhi tujuan yang diharapkan dengan cara mengetahui dampaknya terhadap konsumsi penerima manfaat program. Apabila terbukti secara empiris mampu meningkatkan konsumsi penerima manfaat secara signifikan, maka program keluarga harapan ini layak untuk diteruskan dan atau dilanjutkan. Sebaliknya apabila belum secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi penerima programnya, maka harus dapat memberikan rekomendasi dilakukan perbaikan program ataupun sasaran untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mengurangi beban keluarga sangat miskin dengan meningkatkan tingkat konsumsinya dalam jangka pendek dan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan kesehatan.
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang dampak pemberian bantuan tunai bersyarat/Conditional Cash Transfer (CCT) telah banyak dilakukan di negara-negara yang menerapkan kebijakan, seperti halnya yang diterapkan di Indonesia. Hingga saat ini ada sekitar 30 negara yang menerapkan kebijakan CCT. Penelitian tentang dampak pemberian bantuan tunai bersyarat atau CCT terhadap konsumsi antara lain telah diteliti di tujuh negara yaitu Bangladesh, Brazil, Kolombia, Filipina, Meksiko, Nikaragua, dan Uruguay dengan hasil sebagai berikut. Ninno dan Dorosh (2002) melakukan penelitian dampak CCT dan transfer makanan terhadap tingkat konsumsi di Bangladesh. CCT di Bangladesh selain
7
berwujud uang tunai, juga diwujudkan pemberian bantuan langsung berupa makanan (beras dan gandum) yang dibagikan kepada keluarga sangat miskin. Efisiensi transfer tunai diperkirakan tidak lebih besar dari efisiensi transfer makanan karena tingkat kebocoran dari tunai secara signifikan lebih besar dari kebocoran transfer makanan. Menggunakan data survei rumah tangga pedesaan tahun 1998–1999 dengan metode Propensity Score Matching (PSM) dan estimasi ekonometri fungsi Engel untuk menghitung Marginal Propensity to Consume (MPC) untuk gandum. Dari penelitian terbukti MPC gandum dari transfer gandum secara signifikan lebih tinggi dari MPC gandum dari pendapatan tanpa transfer. Dari perhitungan ekonometrik terbukti bahwa kenaikan pendapatan tunai (cash dan transfer) tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam konsumsi gandum. Transfer dalam bentuk gandum meningkatkan konsumsi gandum lebih besar dari pada apabila dibagikan dalam bentuk uang setara dengan jumlah harga gandum yang dibagikan. Hal ini selain berimplikasi pada kenaikan tingkat konsumsi juga berimplikasi pada harga pasar dan juga perencanaan program berikutnya. Di satu sisi di Kolombia, dampak dari CCT Familias en Acción terhadap konsumsi diteliti pada tahun 2005 oleh Attanasio dan Mesnard. Penelitian ini menemukan bahwa program tersebut telah efektif meningkatkan total konsumsi yang sebagian besar adalah peningkatan konsumsi makanan (72 persen). Diperkirakan efek total konsumsi rumah tangga meningkat 15 persen dibandingkan tingkat konsumsi sebelum mendapatkan program. Program CCT ini juga memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas makanan yang dikonsumsi, khususnya untuk makanan kaya protein (susu, daging, telur) dan makanan kaya
8
karbohidrat seperti sereal. Sementara, CCT tidak memengaruhi secara signifikan konsumsi barang dewasa seperti tembakau, alkohol dan juga non makanan seperti kain. Selain itu, program CCT di Kolombia telah menciptakan efek redistributif dalam mendukung pendidikan anak. Namun hasil program ini agak berbeda untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Di Filipina, program CCT dimulai pada tahun 2007 bernama Pantawid Pamilyang Program Pilipino (4P) yang merupakan salah satu strategi pemerintah Filipina mengurangi kemiskinan. Memakai metode Propensity Score Matching (PSM), Tutor (2014) melakukan penelitian dampak Pantawid Pamilya terhadap konsumsi dengan menggunakan data survei nasional. Studi ini menemukan bahwa Pantawid Pamilya menyebabkan peningkatan pengeluaran untuk pendidikan dan pakaian. Untuk konsumsi makanan, hanya pengeluaran untuk konsumsi karbohidrat yang meningkat signifikan positif. Berdasarkan penelitian, rata-rata total konsumsi tidak meningkat artinya total konsumsi tidak terpengaruh oleh Pantawid Pamilya. Dampak CCT terhadap konsumsi dan tenaga kerja juga diteliti di Maksiko oleh Skoufias et al. (2008). Program transfer makanan di daerah pedesaan miskin, disebut PAL (Programa Apoyo Alimentario) yang bertujuan untuk meningkatkan pangan dan gizi daerah yang tidak tercakup dalam program pemerintah lainnya (Oportunidades, Abasto Social de Lache Liconsa). Evaluasi menggunakan metode Difference in differences (DiD). Hasilnya, program meningkatkan konsumsi total 13,9 persen hingga 17,1 persen. Peningkatan yang dominan adalah pada konsumsi makanan. Di satu sisi program PAL ini tidak signifikan memengaruhi partisipasi pasar tenaga kerja.
9
Maluccio (2007) meneliti CCT terhadap konsumsi, investasi produktif dan alokasi tenaga kerja di Nikaragua, Red de Proteccion Sosial (RPS). Metode doubledifference technique dan randomized evaluations digunakan untuk mengukur dampak 4 tahun program, 2000-2004. Hasilnya, program positif meningkatkan konsumsi, terutama konsumsi makanan. Program CCT ini di Nikaragua terbukti juga meningkatkan kepemilikan barang investasi pertanian dan menurunkan tenaga kerja. Borraz dan Gonzales (2009), meneliti program CCT yang dikenal dengan Ingreso Ciudadano dimulai pada Bulan April 2005 hingga Desember 2007, bertujuan untuk meringankan dan mengurangi kemiskinan yang ekstrim di Uruguay setelah krisis ekonomi tahun 2002. Evaluasi dampak program ini merupakan komponen penting untuk dapat meningkatkan efisiensi kebijakan karena terbatasnya sumber daya fiskal. Menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM) ditemukan bahwa program tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kehadiran anak di sekolah tetapi menurunkan tenaga kerja anak perempuan.
10
Tabel 1.2 Ringkasan Literatur Hasil Studi Empiris No.
Judul
1 1
2 In Kind Transfers and Household Food Consumption: Implication for Targeted Food Programs in Bangladesh
2
The Impact of a Conditional Cash Transfer Programme on Consumption in Colombia
Penulis (tahun) 3 Ninno dan Dorosh (2002)
Attanasio dan Mesnard (2005)
Metodologi
Kesimpulan
4 Metode: PSM, Econometric Estimates of Engel Curves Data: Survei Dampak Banjir FMRSPIFPRI Bangladesh Variabel: Dependen: menerima transfer gandum Variabel kontrol: HH size, usia kepala rumah tangga, kepala rumah tangga perempuan, rasio ketergantungan, pendidikan laki-laki, pendidikan wanita, dummy bekerja, total nilai aset, jumlah kredit, atap rumah, listrik, harga beras, gandum, sereal, minyak, sayuran, daging, telur, susu, buah, ikan, rempahrempah, makanan ringan, teh, makanan instant, pulsa.
5 Dampak positif menaikkan konsumsi gandum. MPC untuk gandum 0,33 menjadi 0,51 untuk VGF (Food for work)
Metode: DiD dan Regresi Data: The Familias en Acción Survei Model Ekonometri: Δ=E(Y1.A|T=1,X) – E(Y0.B|T=1,X)+E(Y0.B|T=1,X) – E(Y0.A|T=1,X) dan Y=α1+α20dtreatment+α21#p+α22(#p)2 +α3dTSP/TCP+α4dfollowup+α5X+ε Variabel Kontrol: umur kepala rumah tangga dan pasangan, dummy var untuk satu keluarga, pendidikan kepala keluarga dan pasangan, tipe asuransi kesehatan, status rumah, dinding rumah, pipa gas, pipa air, pembuangan limbah rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, akses telefon, toilet, region/daerah, jumlah fasilitas pendidikan, kesehatan, jumlah guru per murid, indeks kualitas hidup.
Dampak positif/meningkatkan total konsumsi yang sebagian besar konsumsi makanan. Perkiraan efek program pada konsumsi rumah tangga sekitar 53000 peso meningkat sekitar 15 persen dibandingkan rata-rata konsumsi level baseline. Konsumsi makanan mewakili 72 persen dari total konsumsi, meningkat sekitar 39000 peso sebagai konsekuensi dari adanya program, di mana tidak mewakili peningkatan yang sigifikan dari konsumsi makanan bersama dalam konsumsi total. Program juga berkontribusi pada peningkatan konsumsi makanan kaya protein (susu, daging dan telur) 22000 peso/bulan, makanan kaya karbohidrat sekitar 15000 peso/bulan di daerah perkotaan dan 9000 di daerah pedesaan.
11
Lanjutan Tabel 1.2 Ringkasan Literatur Hasil Studi Empiris 1 3
4
2 The impact of Cash and InKind Transfers on Consumption and Labor Supply in Meksiko
The impact of Conditional Cash Transfers in Nikaragua on Consumption, Productive Investments and Labor Allocation
3 Skoufias et al. (2008)
4 Metode: DiD Data: sampel longitudinal 5851HH Model Ekonometri: ( , )=
Maluccio (2007)
( )+
+
2
+
( )∗ 2
+
(, )
+ (, ) Variabel: Y(i,t)=variabel outcome untuk HH atau individual i waktu t β,γ,θ=parameter yang diestimasi T1(i)=dummy HH memperoleh bantuan makanan tanpa syarat pendidikan=1, 0 jika lainnya. T2(i)=1 jika HH mendapat treatment makanan dengan syarat pendidikan, 0 jika lainnya. T3(i)=1 jika HH memperoleh cash transfers bersama dengan syarat kehadiran pendidikan. R2=1 jika survei gelombang kedua, 0 jika observasi baseline. X adalah jumlah dari karekteristik individu, HH dan desa yang diobservasi. Η=jumlah pengaruh unobserved factor. Metode: Double-Difference Methodology, randomized design Data: annual household panel data survei implemented in both intervention and control areas of RPS before and start of the program, 2000 and after the program began operations, 2001-2004. Model Ekonometri: Eict = α0 + α1Y1 + α2Y2 + α4Y4 +α5Pc + δ1Y1Pc + δ2Y2Pc + δ4Y4Pc + Xic0’β +μic + vict keterangan: Eict = var outcome individual/rumah tangga i di lokasi c waktu t Y1 = (1) jika tahun 2001 Y2 = (1) jika tahun 2002 Y4 = (1) jika tahun 2004 Pc = (1) jika intervensi program di lokasi c Xic0 = vektor waktu karakteristik rumah tangga pada tahun 2000 μic = varian rumah tangga berdasarkan
5 Dampak pada konsumsi makanan/bulan Coefisien dari: β1 -0,100** β2 -0,043 β3 -0,098** βR 0,058 γ1 0,225*** γ2 0,161*** γ3 0,157***
dampak pada total konsumsi/bulan coefisien dari: β1 -0,129** β2 -0,078 β3 -0,094* βR 0,191*** γ1 0,172*** γ2 0,142*** γ3 0,139***
Efek RPS di Nikaragua: Tahun 2001: total belanja -2794,6*** Total belanja/kapita -590,3*** Belanja makanan per kapita -492,2*** Belanja pendidikan 172,7 *** Jumlah barang konsumsi tahan lama 0,1039*** Nilai konsumsi tahan lama 86,14 Tahun 2002: total belanja -2261,8*** Total belanja/kapita -430,0*** Belanja makanan per kapita -419,2*** Belanja pendidikan 214,0 *** Jumlah barang konsumsi tahan lama 0,1357*** Nilai konsumsi tahan lama 43,15
12
Lanjutan Tabel 1.2 Ringkasan Literatur Hasil Studi Empiris 1
2
3
5
The Impact of Philipines Conditional Cash Transfer Program on Consumption
Tutor (2014)
6
Impact of the Uruguayan Conditional Cash Transfer Program
Borraz dan González (2009)
4 waktu secara acak/random effect vict= error unobserve idiosyncratic α, β dan δ = parameter variabel kontrol: HH size, jumlah anak dibawah 5 th, jumlah anak dibawah 3 tahun, persentase kepala rumah tangga perempuan, umur kepala rumah tangga, lama pendidikan kepala rumah tangga, rata-rata lama pendidikan orang dewasa, persentase anak 7-13 tahun yang bersekolah, waktu tempuh ke sekolah (menit), jumlah ruangan di rumah, jumlah barang tahan lama (termasuk tadio/tape recorder, kompor, AC, dan kipas angin), luas lahan yang dimiliki (hektar), persentase pekerja pertanian, persentase bekerja di sektor kopi, persentase memakai jasa kredit.
5 Tahun 2004: total belanja 7635,2*** Total belanja/kapita 1805,4*** Belanja makanan per kapita 1097,5*** Belanja pendidikan 576,7 *** Jumlah barang konsumsi tahan lama 0,4305*** Nilai konsumsi tahan lama 198,88**
Metode: PSM Data: The Annual Poverty Indicators Survei (APIS) Model Ekonometri: Y = py1 + (1-p)y0 Dampak program (Δ) adalah perbedaan antara y1 dan y0 Variabel : Interest: Pantawid Pamilya (CCT program) outcome : Food consumption kontrol: HH size, karakteristik kepala keluarga dan pasangan (married, male, bekerja, pendidikan), karakteristik rumah tinggal (atap, dinding, lantai, toilet, sumber air), status rumah, aset rumah tangga (TV, DVD player, kulkas, mesin cuci, oven, HP, audio player, sepeda motor), karakteristik rumah tangga lainnya. Metode: Randomized Experiment, Regression Discontinuity (RD), PSM Data: The Annual Uruguayan National Household Survei(ECH) Model Ekonometri: PSM Estimator: E [Y1Y0|p(Ẋ)]= ∑ ∈ [Y1i Ê|Y01|Ii=1,p(Xi)|] Variabel: umur, pendidikan, absensi sekolah, HH size, jam bekerja, social security transfers, CCT beneficiary, upah riil per jam.
Dampak Pantawid Pamilya on consumption by matching technique, per kapita pengeluaran per bulan (dengan Nearest neighbor N=1, common ties): 1. Total belanja 26,50 2. Tabungan 7,48 3. Belanja makanan 23,65 4. Makanan karbohidrat 29,08 5. Makanan protein -5,26 6. Sayur dan buah 2,34 7. Makanan lainnya -2,51 8. Tembakau dan alkohol -0,59 9. Obat-obatan 1,23 10. Pendidikan 6,67 11. Pakaian 8,55 12. Non food lainnya -0,16
Number of observations=5777
Program tidak berpengaruh terhadap kehadiran di sekolah, mengurangi pekerja anak perempuan dan mengurangi total jam kerja.
13
Lanjutan Tabel 1.2 Ringkasan Literatur Hasil Studi Empiris 1 7
2 The Impact of PROGRESA on Food Consumption
3 Hoddinott dan Emmanuel (2004)
4 Metode: DiD Data: survei data are referred to as the ENCEL (Encuesta de Evaluacio´n de los Hogares) Model Ekonometri: lnPCCA(i,v)=α+βT+γẌ(i,v)+η(i,v) Variabel: umur, pendidikan, akses kepada pelayanan kesehatan, dan pendapatan. Variabel X yaitu karakteristik demografi (HH size, proporsi anak-anak umur 0–2, 3–5; boys 6–7, 8–12, 13–18; girls 6–7, 8–12, 13–18; women 19–54; men 55 and older; and women 55 and older), karakteristik kepala rumah tangga (pendidikan, umur, pekerjaan, ethnik, status pernikahan, dan gender), harga lokal tomat, bawang, sayuran hijau, jeruk, tortilla, jagung, susu, roti, local bread, beras, kacang-kacangan, ayam dan telur.
5 Exogenous: Logpercapitaconsumption.263 (51.21)** LogCalories fromGrains .841 (54.48)** LogCaloriesfrom FruitandVegetabels .905 (53.90)** LogCaloriesfrom AnimalProducts .238 (25.78)** LogCaloriesfrom OtherFoods.187 (26.16)** ImpactofPROGRESAplaticas 0.018 LogCalories fromGrains .020 (2.50)** LogCaloriesfrom FruitandVegetabels .107 (6.23)** LogCaloriesfrom AnimalProducts .071 (3.86)** LogCaloriesfrom OtherFoods .007 (3.19)**
8
Evaluating The Impact of Brazil's Bolsa Familia: Cash Transfer Program In Comparative Perspective
Soares et al. (2007)
Metode: Propensity Score Matching (PSM) Data: a nationally and regionally representative sample survei carried out by Cedeplar and commissioned by the Ministry of Social Development (MDS)
9
The Impact on Consumption of More Cash in Conditional Cash Transfer Program (Brazil)
Loureiro dan Holanda (2013)
Metode: PSM Data: dataset extracted from the administrative file (Cadastro Único) by Ministry of Social Development (MDS) Model Ekonometri : ATT = E (Y1 – Y0|ⱳ = 1, x) Variabel: Interest: Bolsa Cidadão dan Bolsa Familia, serta Hanya Bolsa Familia Outcome: Konsumsi Kontrol: male, non-white, umur, umur2, menikah, pendapatan perkapita rumah tangga, Bolsa Familia per kapita, pengangguran, SD, SMA, jumlah anggota keluarga, jumlah ruangan rumah, kota, dinding bata, dekat selokan, penerima asuransi tanaman.
Bolsa Família tidak secara signifikan memengaruhi konsumsi total rumah tangga. Namun Bolsa Família memengaruhi pengeluaran/belanja makanan, pendidikan dan baju anak-anak. Belanja bulanan untuk makanan naik R$ 23.18, pendidikan naik R$ 2.65 dan untuk baju anak R$ 1.34, sebaliknya, belanja bulanan untuk kebutuhan dewasa dan baju menurun masing-masing R$ 6.80 dan R$ 0.74. Peningkatan konsumsi penerima dua program Bolsa Cidadão dan Bolsa Familia berfariasi antara 4,67 persen (kernel) sampai 6,01 persen (stratification) bila dibandingkan dengan rumah tangga yang hanya menerima Bolsa Familia. Bolsa Cidadão meningkatkan pendapatan 7,12 persen pendapatan rumah tangga per kapita.
14
Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa perbedaan, antara lain dalam hal lokasi penelitian, periode penelitian, sumber data yang dimanfaatkan, serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Sampai dengan saat ini, belum pernah ada penelitian dengan tema sejenis seperti yang penulis lakukan untuk kasus wilayah Indonesia dengan menggunakan data yang bersumber dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) ke lima dengan menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM) seperti yang digunakan oleh penulis. Adanya perbedaan pendapat berdasarkan hasil studi empiris, serta beberapa alasan yang telah penulis ungkapkan tersebut di atas, menjadi motivasi penulis untuk memilih tema penelitian “Dampak Kebijakan Program Keluarga Harapan terhadap Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tahun 2014”.
1.3 Rumusan Masalah Sebagai salah satu bentuk program penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dari tahun ke tahun pemerintah terus berusaha meningkatkan cakupan penerima program. Sejalan dengan itu tentu dibutuhkan evaluasi sejauh mana program ini memberikan dampak kesejahteraan bagi penerima program. Untuk mengevaluasi dampak PKH antara lain dapat dilihat dari perubahan jumlah konsumsi makanan dan non makanan dari penerima program, dibandingkan dengan keluarga sangat miskin yang memiliki karakteristik yang sama namun tidak masuk dalam PKH. Tujuan program ini antara lain adalah untuk mengurangi beban keluarga sangat miskin, dengan kata lain untuk meningkatkan pendapatan guna meningkatkan kemampuan konsumsinya baik yang
15
berupa makanan maupun non makanan. Studi dampak terhadap kelompok masyarakat yang tidak menerima manfaat program sebagai pembanding penting pula dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi dampak PKH dan sejauh mana keberhasilan program terutama terhadap pengurangan beban masyarakat atau seberapa besar dampaknya terhadap peningkatan konsumsi yang dicapai oleh penerima manfaat.
1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan studi dampak CCT di berbagai negara maka yang menjadi pertanyaan penelitian dan dijawab melalui penelitian ini berkaitan dengan dampak PKH terhadap konsumsi adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah dampak program pengentasan kemiskinan pemerintah yang berlaku pada masyarakat miskin berupa PKH terhadap konsumsinya baik konsumsi makanan dan konsumsi non makanan di Indonesia?
2.
Seberapa besar dampak PKH terhadap peningkatan/penurunan konsumsi total, seberapa besar peningkatan/penurunan konsumsi makanan dan seberapa besar peningkatan/penurunan konsumsi non makanan pertahun/perbulannya?
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada dampak pemberian bantuan tunai bersyarat/Conditional Cash Transfer (CCT) terhadap konsumsi rumah tangga penerima bantuan. Tujuan kedua yaitu mengevaluasi tingkat keberhasilan program keluarga harapan yang dilaksanakan pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dan kelaparan sebagai tujuan dari pembangunan nasional.
16
1.6 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Kontribusi penelitian untuk akademisi yaitu memberikan kontribusi penerapan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah, untuk digunakan sebagai alat evaluasi penerapan suatu program nasional pengentasan kemiskinan, yang berupa bantuan tunai bersyarat atau CCT melalui program keluarga harapan sehingga ilmu pengetahuan langsung diaplikasikan dalam rangka membantu mewujudkan tujuan pembangunan nasional. 2. Penelitian ini juga bermanfaat bagi praktisi dan memberikan manfaat untuk pemangku kepentingan sebagai bahan evaluasi atas program yang sedang berjalan, sebagai evaluasi atas program sehingga dapat menjadi cerminan ke depan sebagai bahan perencanaan apakah program ini layak untuk diteruskan dengan atau tanpa perbaikan. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama.
1.7 Sistematika Penelitian Penelitian ini disajikan dalam 5 bab. Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka berisi landasan teori, yang terdiri dari konsep Conditional Cash Transver (CCT), teori konsumsi dan konsep evaluasi dampak. Dilanjutkan pengertian Program Keluarga Harapan (PKH), kajian penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran
17
penelitian. Bab III Metodologi terdiri dari sumber data, populasi dan sampel, definisi operasional variabel dan metode analisis data propensity score matching yang terdiri dari asumsi propensity score matching dan lima langkah propensity score matching. Bab IV Hasil dan Pembahasan menjelaskan tentang Program Keluarga
Harapan,
karakteristik
responden
penelitian,
analisis
dampak
menggunakan propensity score matching yang dijelaskan lebih lanjut tentang perkiraan propensity score, pemilihan matching algorithm, pengecekan common support, tes kualitas matching dan perkiraan standar error dan analisis sensitifitas serta pembahasan. Terakhir Bab V kesimpulan dan saran terdiri dari kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian.
18