BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi daerah untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi yang ada di daerah. Situasi ini tentunya secara langsung mempengaruhi segala aspek kehidupan di daerah yang mempunyai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Melalui Otonomi Daerah ini seluruh perangkat daerah termasuk di dalamnya pengelola keuangan mempunyai peran dalam mendukung kegiatan yang ada, dalam rangka menggerakkan perekonomian daerah. Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai salah satu relasi yang tidak dapat dipisahkan dengan perekonomian daerah. Hubungan tersebut terlihat dari nama daerah asal yang selalu melekat pada tempat BPD didirikan. Keberadaan BPD yang didirikan di daerah-daerah tingkat I (satu) berdasarkan pada UndangUndang Nomor 13 Tahun 1962 memang memiliki relasi yang sangat erat dengan pemda. Selain menjalankan kegiatan sebagai bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir pemerintah daerah (Pemda), seperti dana realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Sehingga, BPD memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN, swasta, asing dan campuran) yakni sebagian besar dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana milik pemerintah, khususnya Pemda. Pendirian BPD difungsikan sebagai agen 1
2
pendorong pembangunan di daerah (regional agent of development). BPD diarahkan untuk menopang pembangunan infrastruktur, UMKM, pertanian, dan lain-lain kegiatan ekonomi dalam rangka pembangunan daerah. BPD dituntut tetap memainkan peran dalam memberikan fasilitas dana pembangunan daerah, baik proyek investasi maupun modal kerja. Namun, di sisi lain, sebagai bagian dari kebijakan perbankan nasional, BPD juga wajib mengikuti regulasi yang ditentukan Bank Indonesia (BI). Untuk meningkatkan peran BPD dalam pembangunan daerah, Bank Indonesia dan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) menyepakati pembentukan cetak biru visi BPD yang disebut BPD Regional Champion (BRC). Program BRC merupakan program untuk mendorong BPD agar dapat lebih efektif melaksanakan fungsinya sebagai agent of development di daerah, termasuk strategi implementasinya (Booklet Perbankan Indonesia, 2014). Program BRC mempunyai sebuah visi untuk mentransformasikan BPD di seluruh Indonesia menjadi sebuah bank terkemuka di daerah masing-masing melalui pengayaan berbagai produk dan layanan kompetitif dengan jaringan luas yang dikelola secara profesional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Tahapan bagi BPD untuk membangun BPD menjadi tuan rumah di daerah sendiri dapat dilakukan melalui penerapan tiga pilar utama, yaitu memperkuat kelembagaan, menjadi agen perubahan di daerah (agent of development), serta memperkuat kemampuan melayani kebutuhan kepada masyarakat. Dalam pilar pertama berupa ketahanan kelembagaan yang kuat, BPD berkomitmen untuk meningkatkan permodalan, meningkatkan efisiensi guna
3
mencapai tingkat profitabilitas yang memadai sehingga dapat memberikan kredit dengan suku bunga yang kompetitif kepada masyarakat. Pilar Kedua, dalam perannya sebagai agent of development, BPD menargetkan porsi yang lebih besar untuk kredit pada sektor-sektor produktif dan meningkatkan fungsi intermediasi, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui kerja sama dengan BPR melalui linkage program. Pilar ketiga, sebagai bentuk peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat, BPD akan memiliki program standardisasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ditunjang perluasan jaringan kantor untuk mendukung terwujudnya sistem keuangan yang inklusif (financial inclusion) dengan meningkatkan akses seluasluasnya ke masyarakat setempat melalui penciptaan produk dan jasa yang semakin variatif dan unggul. Penerapan tiga pilar dalam rangka BPD menuju Regional Champion dapat dipantau melalui kinerja keuangan BPD. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efisien dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau dengan menghitung rentabilitasnya (Pandia, 2012). Pencapaian tingkat kinerja keuangan BPD sesuai dengan data dan statistik yang diperoleh dari www.ojk.go.id (diunduh, 12 April 2015) ditinjau dari rasio rentabilitasnya berupa Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Interest Margin (NIM), dapat dilihat pada Tabel 1.1.
4
Tabel 1.1 Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia Periode Tahun 2010 - 2013 ROA ROE NIM Tahun (%) (%) (%) 2010 31,24 10,43 4,16 2011 3,45 26,97 8,89 2012 3,11 26,14 7,66 2013 3,32 26,12 8,30 Sumber : www.ojk.go.id, 2015 (data diolah) Dari tabel di atas terlihat bahwa kinerja keuangan BPD dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 sebagian besar mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2010, ROA BPD menunjukkan angka sebesar 4,16 persen. Kemudian mengalami penurunan sebanyak 0,86 persen menjadi 3,32 persen pada tahun 2013. Penurunan juga terjadi pada ROE BPD yang menurun dari 31,24 persen pada tahun 2010 menjadi 26,12 persen pada tahun 2013. ROE BPD mengalami penurunan sebanyak 5,12 persen. Senada dengan ROA BPD dan ROE BPD, NIM BPD juga mengalami penurunan dari 10,43 persen pada tahun 2010 menjadi 8,30 persen pada tahun 2013 dengan penurunan yang terjadi sebesar 2,12 persen. Penurunan akan rasio ini mengindikasikan bahwa penerapan akan tiga pilar BPD sebagai Regional Champion belum belum berjalan maksimal. Pelaksanaan yang masih belum maksimal, tidak terlepas dari faktor-faktor yang dihadapi BPD baik dari faktor internal bank terkait aktivitas operasionalnya sebagai lembaga intermediasi, dan faktor eksternal bank berupa kondisi makroekonomi. Faktor internal (aktivitas operasional), dilakukan melalui pengelolaan aset yang dimiliki dimana pemantauannya dilihat dari pertumbuhan aset BPD serta menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi yang
5
menghimpun dana pihak ketiga berupa Giro, Tabungan dan Deposito serta menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui penyaluran kredit. Pertumbuhan ketiga indikator tersebut menjadi hal krusial yang wajib diperhatikan bagi bank khususnya BPD sebagai kasir Pemerintah Daerah. Pemantauan akan pertumbuhan ketiga indikator tersebut dalam aktivitas operasional bank, akan memudahkan bank khususnya BPD dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan terkait minimalisasi atas risiko yang akan terjadi serta pengembangan-pengembangan produk yang akan ditawarkan sehingga dapat menghasilkan laba yang diinginkan. Selain memperhatikan faktor internal, pihak manajemen bank juga perlu untuk terus memantau faktor eksternal BPD melalui pemantauan kondisi-kondisi makroekonomi. Dalam kondisi riil, internal bank khususnya bank BPD dalam menjalankan aktivitas operasionalnya tidak terlepas dari kondisi makroekonomi, kondisi tersebut tergambar melalui adanya arus barang dan arus uang. Apabila uang yang beredar di masyarakat lebih besar dibanding arus barang maka akan terjadi inflasi, apabila ini bergejolak terus-menerus, bukan tidak mungkin akan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional yang berujung pada melemahnya nilai kurs mata uang (Harmono, 2012). BI sebagai otoritas moneter akan mengeluarkan kebijakannya berupa menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga BI dalam rangka menstabilkan inflasi yang secara tidak langsung dapat mengendalikan nilai tukar mata uang. Apabila suku bunga BI yang dikeluarkan tinggi, maka masyarakat pemodal akan cenderung menyimpan dananya di bank, maka produktifitas pada sektor riil menjadi rendah. Akibatnya bank kesulitan
6
mengalihkan dana ke sektor riil, akibatnya poduktifitas bank menurun karena perbankan dibebani dengan biaya pendanaan yang tinggi. Produktifitas yang rendah serta investasi yang beresiko tinggi telah mencegah bank-bank termasuk BPD untuk menginvestasikan dananya ke sektor riil. Akibatnya, sistem perbankan termasuk BPD di dalamnya kehilangan fungsi intermediasinya. Selain faktor-faktor tersebut kurangnya pemantauan atas risiko bank yang akan terjadi juga dapat memicu atas penurunan kinerja keuangan BPD. Dimana faktor risiko bank memiliki peranan penting sebagai rambu-rambu atas aktivitas operasional yang dilakukan BPD maupun dasar pemantauan atas pengaruh kondisi makroekonomi yang sedang terjadi. Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai (Pandia, 2012). Bank dalam menjalankan aktivitas operasionalnya untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko. Risiko tersebut meliputi Risiko Kredit, Risiko Likuiditas, Risiko Efisiensi dan Risiko Modal (Darung, 2007).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka dapat dirumuskan
pokok-pokok permasalahan sebagai berikut : 1)
Bagaimana pengaruh faktor internal bank, faktor eksternal bank dan faktor risiko bank terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia ?
2)
Bagaimana pengaruh faktor internal bank dan faktor eksternal bank terhadap faktor risiko BPD di Indonesia ?
7
3)
Bagaimana pengaruh tidak langsung faktor internal bank dan faktor eksternal bank terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia melalui mediasi faktor risiko bank ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1)
Menganalisis pengaruh faktor internal bank, faktor eksternal bank dan faktor risiko bank terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia.
2)
Menganalisis pengaruh faktor internal bank dan faktor eksternal bank terhadap faktor risiko BPD di Indonesia.
3)
Menganalisis pengaruh tidak langsung faktor internal bank dan faktor eksternal bank terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia melalui mediasi faktor risiko bank.
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka peneliti berharap hasil penelitian ini
dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1)
Secara teoritis, penenelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih sebagai dasar untuk merencanakan pengelolaan dana dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan bank yang dilakukan melalui peningkatan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Interest Margin (NIM) maupun meminimalisir potensi atas kemungkinan risiko yang terjadi
8
melalui pemantauan indikator-indikator risiko oleh jajaran manajemen BPD dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi performance BPD di Indonesia. 2)
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat memberikan pertimbangan bagi investor dalam menilai kinerja perusahaan dan hal-hal yang mempengaruhi kinerja tersebut sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat dalam investasi yang akan dilaksanakan.