BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Tempat dan Kedudukan Perusahaan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi. Kantor pusat PT. INTI berada di
Jalan Moh. Toha No. 77
Bandung didirikan pada tahun 1926. Tujuan awal pendirian PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) merupakan Laboratorium Pos, Telepon dan Telegraf (PTT) dan Laboratorium Radio dan Pusat Perlengkapan Radio yang bernaung dibawah Jawatan Pos, Telepon dan Telegraf. Jawatan Pos, Telepon dan Telegraf (PTT) diubah status menjadi perusahaan Pos dan Telekomunikasi (PN POSTEL) Berdasarkan PP No. 240 tahun 1961 dan perusahaan diubah kembali berdasarkan PP no. 200 tahun 1965 menjadi PN TELEKOMUNIKASI. PN TELEKOMUNIKASI mulai bekerjasama dengan perusahaan asing pada tanggal 25 Mei 1996 yaitu dengan Siemens AG dan bentuk kerjasama dengan mendirikan pabrik telepon yang dibawahi oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi (LPP Postel). Pabrik ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto yang diwakili oleh Menteri Ekuin Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada tanggal 22 Juni 1968.
Pada tahun 1971 PN TELEKOMUNIKASI melakukan pemisahan tugas pokok dalam bidang penelitian dan bidang industri sebagai berikut : a. Lembaga Penelitian dan pengembangan Postel yang mempunyai tugas dalam bidang
pengujian,
penelitian
serta
pengembangan
sarana
pos
dan
telekomunikasi baik dari segi teknologi maupun segi operasional. b. Lembaga industri, sebagai badan hukum yang berdiri sendiri dengan tugas pokok memproduksi sarana-sarana dan alat-alat telekomunikasi. PN
TELEKOMUNIKASI ini
kemudian
mendirikan
PT
Industri
Telekomunikasi (Persero) berdasarkan PP RI No. 34 tahun 1974 dan keputusan/ Menteri Keuangan RI No. Kep 1771/MK/IV/12/1974 tanggal 28 Desember 1974, Akta Notaris Abdul Latief, Jakarta, No. 322. Tanggal 19 Oktober 1989 berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 mengenai Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) menetapkan PT. INTI (Persero) yang semula berada dibawah Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi diserahkan kepada Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS).
1.1.2
Bidang Usaha PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI), sebuah perusahaan
BUMN yang berkantor pusat di Bandung yang selama ini bergerak di bidang usaha manufaktur alat-alat telekomunikasi, kini menetapkan untuk memfokuskan diri pada usaha di bidang jasa dan yaitu Infokom System Teknologi Intergrated (ISTI).
Dalam tahun 2008 - sekarang, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI)
menangani
penjualan
produk
untuk
pembangunan
infrastruktur
telekomunikasi, yaitu : a. Produk Sentral b. Produk Transmisi c. Produk Terminal
1.1.3
Visi dan Misi Dalam menjalankan usahanya PT Industri Telekomunikasi Indonesia
(PT. INTI) memiliki visi yang bertujuan agar menjadi pilihan pertama bagi pelanggan dalam mentransformasikan ”MIMPI” menjadi ”REALITA”. Dalam hal ini, ”MIMPI” diartikan sebagai keinginan atau cita-cita bersama antara PT. INTI dan pelanggannya, bahkan dengan seluruh stakeholder perusahaan. Berdasarkan rumusan visi yang baru maka rumusan misi PT. INTI terdiri dari tiga butir sebagai berikut : a. Fokus bisnis tertuju pada kegiatan jasa engineering yang sesuai dengan spesifikasi dan permintaan konsumen. b. Memaksimalkan value (nilai) perusahaan serta mengupayakan growth (pertumbuhan) yang berkesinambungan. c. Berperan sebagi prime mover (penggerak utama) bangkitnya industri dalam negeri. 1.1.4
Strategi Perusahaan PT. INTI Dalam rangka pengembangan kualitas SDM menuju pencapaian tujuan
perusahaan, ditetapkan tiga strategi berikut:
a. Strategi Pembagian Peran MSDM (Sentralisasi dan Desentralisasi). Keterpaduan sistem MSDM pada tingkat perusahaan bersama peningkatan peran pimpinan unit dalam rangka perwujudan "every manager is personnel manager". b. Strategi Peningkatan Kualitas Individu 1) Pelatihan yang ditujukan bagi karyawan operasional, analis, dan staf ahli dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis. 2) Pengembangan bagi karyawan manajerial dalam rangka peningkatan kemampuan konseptual,
kepemimpinan, pengambilan keputusan serta
human relation. c. Strategi Peningkatan Kerjasama Tim (Team Work Strategy). Penanganan bisnis perusahaan secara terpadu yang diterjemahkan dalam bentuk organisasi yang bersifat Cross Functional System
1.2 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan perusahaan, manajer perusahaan tidak akan terlepas dari permodalan perusahaan yaitu pemenuhan modal kerja maupun investasi. Apabila perusahaan telah mencapai posisi tertentu dapat melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Dalam melakukan ekspansi, suatu perusahaan tidak akan terlepas dari kebutuhan akan modal. Pemenuhan kebutuhan modal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan modal sendiri yang terdiri dari saldo laba, modal dari pemegang saham dan dari sumber lainnya yaitu modal pinjaman atau dapat pula diperoleh dengan mengkombinasikan keduanya.
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang seringkali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, di mana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal. Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.
Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan laba, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Likuiditas sangat diperlukan oleh sebuah perusahaan sebagai jaminan pemenuhan seluruh kewajiban jangka pendeknya. Pengelolaan aktiva lancar secara efektif dan efisien sangatlah penting bagi perusahaan, agar dapat mempertahankan likuiditasnya yang sangat berperan dalam menentukan seberapa besar perubahan modalkerja yang akan digunakan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Apabila jumlah aktiva lancar terlalu kecil, maka akan menimbulkan situasi illikuid, sedangkan apabila jumlah aktiva lancar terlalu besar akan berakibat timbulnya dana menganggur. Semua ini akan berpengaruh kepada jalannya operasi perusahaan yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan atau laba yang seharusnya diperoleh perusahaan pada periode yang bersangkutan Sebuah perusahaan dalam menjalankan operasinya membutuhkan dana yang sangat besar, baik untuk produksi maupun untuk investasi. Kebutuhan dana ini tidak dapat sepenuhnya dipenuhi dengan modal sendiri. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan peminjaman dana ke pihak lain ataupun melakukan
penundaan pembayaran beberapa kewajiban. Utang yang dimiliki oleh perusahaan harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menambah beban bagi perusahaan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian. Rasio utang dalam sebuah laporan keuangan menunjukkan seberapa besar aset yang dibiayai dengan hutang. Semakin besar rasio lancar, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukkan perusahaan melakukan penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva memiliki dua efek yang sangat berlainan. Disatu sisi, likuiditas perusahaan semakin baik. Namun disisi lain, perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba, karena dana yang seharusnya digunakan untuk investasi yang menguntungkan perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi likuiditas. PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi membutuhkan metode pendanaan dan pengelolaan dana keuangan yang efektif. Pengelolaan dana yang dimaksud adalah pengelolaan yang wajib mempertimbangkan tingkat keamanan, tingkat hasil, dan tingkat profitabilitas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi, modal kerja merupakan suatu keharusan yang memerlukan perhatian besar dan tindakan hati-hati dalam pengelolaannya karena hampir sebagian besar operasi perusahaan dibelanjai oleh modal kerja. Analisis likuiditas yang diukur dengan
current ratio, quick ratio dan cash ratio dan efisiensi modal kerja pada Perusahaan yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana perusahaan tersebut menggunakan modal yang ada serta tingkat likuiditas yang dicapai sehingga berpengaruh terhadap laba yang diperoleh. Untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya perencanaan yang sistematis dalam penggunaan modal. Namun demikian jika jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan terlalu besar atau berlebihan, ini juga berakibat banyaknya sumber dana yang menganggur. Banyaknya dana yang menganggur menyebabkan perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang optimal. Semakin besar dana menganggur yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Suatu perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi karena adanya dana dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran dana tersebut rendah dan mencerminkan adanya over investmen dan berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola dana, yang akhirnya perusahaan kurang optimal dalam memperoleh laba. Oleh karena itu perlu ditentukan besarnya sumber dana yang tepat untuk membiayai modal kerja perusahaan. Pengelolaan sumber dana perusahaan akan berkaitan dengan seberapa besar modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga tidak ada dana yang berlebih. Di samping itu perlu diketahui apakah modal kerja yang digunakan efisien atau tidak. Hal tersebut dapat diwujudkan jika perusahaan mengoptimalkan aktivitas keuangannya karena mempunyai keterkaitan yang erat dengan fungsifungsi lainnya dan strategi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu hampir
sebagian besar dari seluruh kegiatan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap keuangan. Masalah keuangan yang selalu dihadapi perusahaan adalah modal kerja karena dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan seharihari. Salah satu upaya untuk mengetahui kondisi keuangan adalah dengan cara melakukan analisis keuangan. Melalui analisis keuangan akan diketahui seberapa besar kebutuhan modal kerja dan seberapa besar tingkat efisiensi modal kerja. Berikut adalah gambaran tentang modal kerja dan total aset pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) periode tahun 2006 – 2015 1600000,00 1400000,00
Axis Title
1200000,00 1000000,00 800000,00
MODAL KERJA
600000,00
TOTAL ASET
400000,00 200000,00 0,00 2006200720082009201020112012201320142015
Gambar 1.1. Perbandingan Modal Kerja dengan Total Aset Dari gambar di atas terlihat bahwa modal kerja PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) tahun 2006 – 2015 umumnya mengalami kenaikan yang diikuti kenaikan total asetnya. Namun pada tahun 2011 modal kerja dan total aset mengalami penurunan. Pada tahun 2012 terjadi gap, di mana pada tahun 2012 modal kerja mengalami kenaikan sedangkan total aset
mengalami penurunan, hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika modal kerja meningkat maka akan meningkatkan total asetnya. Untuk mengetahui apakah modal kerja sesuai dengan yang dibutuhkan dan apakah tingkat efisiensi modal kerja cukup baik perlu dilakukan suatu penelitian tentang ini. Salah satunya adalah dengan mengkaitkannya dengan tingkat likuiditas sebab tingkat likuiditas selalu dijadikan tolak ukur sehat tidaknya perusahaan. Hal-hal di atas menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP EFISIENSI MODAL KERJA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEBUTUHAN MODAL KERJA PADA PT. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tahun 2006 – 2015”.
1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana likuiditas dilihat dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015? 2. Bagaimanakah efisiensi modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015? 3. Bagaimanakah kebutuhan modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015? 4. Seberapa besar pengaruh likuiditas dilihat dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio terhadap efisiensi modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 Secara Simultan?
5. Seberapa besar pengaruh likuiditas dilihat dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio terhadap efisiensi modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 Secara Parsial? 6. Seberapa besar pengaruh efisiensi modal kerja terhadap kebutuhan modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 ?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah : 1. Untuk mengetahui likuiditas dilihat dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 2. Untuk mengetahui efisiensi modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 3. Untuk mengetahui kebutuhan modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas dilihat dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio terhadap efisiensi modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 Secara Simultan 5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas dilihat dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio terhadap efisiensi modal kerja pada PT. INTI Tahun 2006 – 2015 Secara Parsial 6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efisiensi modal kerja terhadap kebutuhan modal kerja pada PT. INTI 2006 – 2015.
1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain.
1.5.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berarti bagi pengembangan kurikulum untuk memperluas pengetahuan tentang seberapa besar pengaruh tingkat likuiditas terhadap efisiensi dan kebutuhan modal kerja.
1.5.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis merupakan penjelasan kepada pihak-pihak mana saja yang kiranya hasil penelitian penulis dapat memberikan manfaat. Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam mengevaluasi kebijaksanaan yang telah ada dan akan dilaksanakan di masa yang akan datang. 2. Bagi Penulis, Selain untuk mengetahui sejauh mana teori keuangan yang telah diperoleh penulis diterapkan dalam perusahaan ini juga hasil temuan empiris penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur Manajemen Keuangan, serta memperkaya referensi bagi pembaca. 3. Bagi Pihak-pihak lain Dapat memberikan manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi yang berguna bagi peneliti lainnya yang tertarik mengenai pengaruh tingkat likuiditas terhadap efisiensi dan kebutuhan modal kerja.
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi objek penelitian tesis ini adalah PT. INTI yang berlokasi di Jalan Moch. Toha No. 77 Bandung sedangkan waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah dari bulan Maret 2015 sampai dengan 12 Juni 2016.