BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan
menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat. Menurut data Komnas Perlindungan Anak dalam artikel berjudul “Tawuran Tradisi Buruk Tak Berkesudahan” di Kompas online, jumlah tawuran pelajar di Jabodetabek pada tahun 2011 sebanyak 339 kasus tawuran pelajar meningkat
jika dibanding 128 kasus yang terjadi pada tahun 2010.
Komnas Perlindungan Anak mencatat, dari 339 kasus kekerasan antar sesama pelajar SMP dan SMA ditemukan 82 di antaranya meninggal dunia, selebihnya luka berat dan ringan. Data dari jajak pendapat Kompas dalam artikel berita “Tawuran Tradisi Buruk Tak Berkesudahan” di Kompas online pada bulan Oktober 2011, dilakukan survei dengan responden pelajar dari 12 kota di Indonesia diketahui sebanyak 17,5 persen responden mengaku bahwa saat bersekolah SMA, sekolahnya pernah terlibat tawuran antar pelajar.
1
Tidak sedikit pula responden atau keluarga responden yang mengaku pada masa bersekolah terlibat tawuran atau perkelahian massal pelajar. Jumlahnya mencapai 6,6 persen atau sekitar 29 responden. Adapun persentase terjadinya tawuran disebabkan karena motif sebagai berikut:
Alasan
Persentase
Solidaritas
41,4%
Masalah pribadi
31,0%
Spontanitas dan jati diri
10.3%
Tidak tahu atau tidak jawab
17,3%
1.1 Tabel alasan siswa terlibat tawuran. Berdasarkan tabel di atas, terlihat persentase terbesar alasan siswa ikut dalam tawuran pelajar karena solidaritas (Tabel 1.1). Dari hasil data Komnas Perlindungan Anak dan jajak pendapat Kompas masuk akal bila masalah tawuran pelajar perlu dicermati, mengingat tawuran itu dilakukan oleh pelajar yang pada hakikatnya adalah remaja. Menurut Soekanto (1990: 414) masa remaja adalah masa pembentukan kepribadian dari tahap anak-anak ke tahap kedewasaan.
2
Mengenai remaja lebih lanjut Drost (1998) menyatakan remaja adalah generasi penerus bangsa yang seharusnya berbudi pekerti luhur, yang sedang dalam proses bertumbuh menjadi manusia dewasa, yang ingin menemukan jati dirinya bukan lewat tawuran melainkan lewat karya-karya innovatif. Merujuk kepada Eriyanto (2002: 7) media massa khususnya surat kabar merupakan agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak luas. Selain itu media massa surat kabar mempunyai fungsi sebagai menyampaikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi (Effendi, 1993: 119). Tawuran pelajar di Jabodetabek pada dasarnya sebuah realitas yang ditampilkan di media. Menurut Eriyanto (2002: 19) realitas itu bersifat subjektif, bukan objektif karena realitas tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Mungkin sekali sebuah berita bukan refleksi dari realitas melainkan sebuah hasil konstruksi sosial yang melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Melihat sosok pelajar yang melakukan tawuran dan berita tawuran antar pelajar banyak dimuat oleh surat kabar Kompas, peneliti tertarik melakukan penelitian bagaimana surat kabar Kompas mengonstruksi realitas tawuran pelajar di Jabodetabek pada tahun 2011. Alasan peneliti memilih berita tawuran di Jabodetabek tahun 2011 karena pada tahun 3
2011 jumlah kasus tawuran di Jabodetabek meningkat hingga 339 kasus tawuran, dibandingkan jumlah kasus dari tahun-tahun sebelumnya. Peneliti memilih surat kabar Kompas karena memiliki ideologi humanisme transendental yang memiliki arti “Kemanusiaan yang beriman,” selain itu Kompas juga merupakan salah satu surat kabar nasional di Indonesia yang saat ini tirasnya mencapai 500.000 eksempar setiap hari. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan jenis kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik analisis framing model Robert N. Entman yang adalah suatu pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media, framing model Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek yang tertentu dari realitas di media.
4
1.2 Rumusan Masalah Fenomena tawuran pelajar di Jabodetabek tahun 2011 yang makin meningkat secara kuantitas dan kualitas yang dapat dirumuskan dengan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana surat kabar Kompas mengonstruksi realitas tawuran pelajar di Jabodetabek tahun 2011?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana surat kabar Kompas mengonstruksi realitas tawuran pelajar di Jabodetabek tahun 2011.
5
1. 4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Akademis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya khususnya di bidang jurnalistik yang mengambil penelitian framing dan memberikan sedikit gambaran mengenai pembingkaian berita yang dikembangkan oleh surat kabar Kompas ketika memberitakan suatu peristiwa, khususnya mengenai tawuran pelajar di Jabodetabek.
1.4.2 Praktis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan bagaimana sebuah peristiwa disajikan menjadi sebuah berita dan untuk mengetahui harian Kompas dalam mengonstruksi realitas tawuran pelajar di Jabodetabek.
1.5 Pembatasan Masalah Pemberitaan seputar tawuran pelajar di Jabodetabek cukup banyak di muat di harian Kompas namun peneliti membatasi pada periode 2011. Dan penelitian dibatasi pada bulan Mei-Desember tahun 2011, dengan jumlah delapan berita yang diteliti.
6