BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang sangat menarik dan semakin banyak dibahas di dunia maupun Indonesia, baik di media cetak dan elektronik, seminar atau konferensi. Hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat untuk meningkatkan kehidupan mereka menjadi lebih baik. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat inilah yang memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang dikenal sebagai Corporate Social Performance(CSP). Wood mendefenisikan kinerja sosial perusahaan (Corporate Social Performance-CSP) sebagai “sebuah konfigurasi prinsip-prinsip organisasi bisnis dari tanggung jawab sosial, proses tanggapan sosial, dan kebijakan-kebijakan, program, dan hasil yang dapat diamati sebagai hubungan-hubungan tersebut kepada hubungan perusahaan dalam bermasyarakat. (Orlitzky et al,. 2003) Program tanggung jawab sosial merupakan investasi bagi perusahaan yang berkaitan erat dengan keberlanjutan atau sustainability perusahaaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya melainkan sebagai sarana meraih keuntungan. Terjaminnya keberlanjutan perusahaan apabila perusahaan melakukan pemenuhan tanggung
jawabnya
tidak
hanya
terbatas
kepada
pemegang
saham
(shareholders)tetapi perusahaan juga wajib memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan yang menjadi tempat pendukung dari operasi perusahaan tersebut. Penerapan CSP dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dimana para investor cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan kegiatan CSP serta dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut di mata masyarakat apabila dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya terhadap lingkungan eksternal. Di Indonesia tanggung jawab sosial didukung oleh sejumlah aturan terkait seperti Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang disahkan DPR tanggal 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. Keempat ayat dalam pasal 74 UU tersebut menetapkan kewajiban semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Substansi dalam ketentuan pasal 74 Undang-undang No. 40 tentang Perseroan Terbatas mengandung makna, mewajibkan tanggung jawab sosial dan lingkungan mencakup pemenuhan peraturan perundangan terkait, penyediaan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan kewajiban melaporkannya. Pengungkapan terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability (SEES) sekarang ini menjadi suatu cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan
bentuk
akuntabilitasnya
kepada
para
stakeholder.
Sustainabilityreporting sebagaimana yang direkomendasikan oleh Global Reporting Initiative (GRI) terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu ekonomi (economic), lingkungan (environmental), dan sosial (social). Ketiga aspek ini
dikenal dengan Triple Bottom Line (Media Akuntansi, 2005). Bentuk pelaporan ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif pada Corporate Financial Performance (CFP). Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994), dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan (sustainability report). Sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah modal yang ditanamkan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan atau tidak, yaitu dengan cara mengetahui kinerja perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik akan dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih diharapkan dari pada berinvestasi pada perusahaan yang berkinerja tidak baik. Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja pada perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat investasi. Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor penting untuk menilai keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri. Tingkat profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha, yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) (Hartman, 2011:169).
Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001) dalam (Purnasiwi, 2011). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Sebuah studi penting yang dilakukan oleh Profesor Stephen Erfle dan Michael Frantantuono menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki peringkat tertinggi dalam hal riwayat mereka pada berbagai isu sosial (termaksuk kegiatan
amal,
program
bakti
sosial,
pemeliharaan
lingkungan
hidup,
pemberdayaan perempuan, dan advokasi kelompok minoritas) juga memiliki kinerja keuangan yang lebih besar. Kinerja keuangan yang lebih baik dalam hal pertumbuhan laba operasi, rasio penjualan terhadap aset, pertumbuhan penjualan, pengembalian atas ekuitas (ROE), pertumbuhan laba terhadap aset, pengembalian atas investasi (ROI), pengembalian atas aset (ROA) dan pertumbuhan aset. (Hartman dan Desjardins, 2008:170) Di Indonesia organisasi penggiat CSR itu masih dapat dihitung dengan jari, diantaranya adalah IBL (Indonesia Bussiness Link), Corporate Forum for Community
Development
(CFCD),
Indonesian
Center
for
Sustainable
Development (ICSD), Yayasan Pembangunan Berkelanjutan, dan KEHATI, dan belakangan muncul NCSR yang sejak empat tahun yang lalu memfokuskan kegiatan pada sistem pelaporannya, yakni sustainability Reporting atau Laporan Keberlanjutan, atau disebut juga Laporan CSR dengan merujuk pada standar pelaporan internasional (Akuntansi Indonesia, 2008). Sehingga penelitian menggunakan perusahaan yang terdaftar di National Center For Sustainability Reporting (NCSR)sebagai sampel dalam penelitian ini. Tahun penelitian yang digunakan adalah tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 dengan mengambil dan menghitung 3 (tiga) data perusahaan dari10 sampel yang digunakan.Adapun datanya sebagai berikut:
Tahun
Tabel 1.1 Data CSP, ROA, ROE dan SIZE Kinerja Keuangan CSP ROA ROE
ANEKA TAMBANG 2010 0,90 13,71 2011 0,91 12,68 2012 0,92 15,19 2013 0,53 1,87 TAMBANG BATU BARA BUKIT ASAM 2010 0,87 22,92 2011 0,91 26,84 2012 0,91 22,86 2013 0,52 15,88 WIJAYA KARYA 2010 0,77 4,95 2011 0,92 4,70 2012 0,91 4,62 2013 0,23 4,96
SIZE
17,48 17,90 23,32 3,20
10,09 10,18 10,29 10,34
31,40 37,82 34,21 24,55
10,06 9,94 10,10 10,07
17,28 17,62 17,95 19,35
9,80 9,92 10,04 10,10
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat CSP perusahaan Aneka Tambang mengalami penurunan dari tahun 2010, 2011,2012 dan 2013 begitu juga dengan kinerja keuangan ROA dan ROE yang mengalami penurunan secara
drastis namun SIZE mengalami kenaikan walaupun tidak terlalu besar. Pada perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Asam CSP, ROA, ROE dan Size. Pada perusahaan Wijaya Karya CSP juga mengalami penurunan namun ROA dan ROE mengalami peningkatan diukuti dengan SIZE. Tanggung jawab sosial perusahaan yang tinggi sangat diperlukan karena dengan mewajibkan perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk usaha sosial kemasyarakatan diharapkan dapat ikut memberdayakan masyarakat secara sosial dan ekonomi. Dengan adanya peraturan ini membuat kinerja jangka panjang perusahaan menjadi tidak hanya kinerja keuangan tetapi juga kinerja sosial dan lingkungan. Dengan adanya tambahan dari dua dimensi tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya aspek keuangan tetapi juga aspek sosial dan lingkungan.. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan Judul “Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013”
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang diajukan adalah : 1. Apakah Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA ? 2. Apakah Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE ?
3. Apakah Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA ? 4. Apakah Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE ?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang : 1. Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA. 2. Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE. 3. Pengaruh Size terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA. 4. Pengaruh Size terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademis, penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan sebagai referensi untuk penelitian terkait social performance selanjutnya. 2. Bagi Perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability report dan dapat memberikan kontribusi
pemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga lingkungan dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepedulian para stakeholder. 3. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat membantu investor untuk melihat lebih dalam tentang penerapan corporate social performance yang telah di implementasikan oleh manajemen perusahaan. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan dan penelitian ini juga diharapkan dapat melihat sampai sejauh mana tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders, sehingga semakin meningkat kesadaran masyarakat atas hak-hak yang harus diperoleh.