1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pembelajaran penting yang diajarkan di sekolah dasar, karena pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2012:110). Sedangkan sekolah dasar adalah sebagai tempat pertama pendidikan dasar, yang berarti sekolah harus mampu membekali lulusannya dengan kemampuaan, keterampilan, dan bekal pengetahuan dasar yang memadai sehingga menjadi landasan yang kuat bagi siswa untuk ke tingkat pendidikan selanjutnya. Pembelajaran IPA pada jenjang SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah (Mulyasa, 2012:111). Pada kenyataannya, masih ada siswa yang kurang meminati pembelajaran IPA, dikarenakan mereka menganggap bahwa pembelajaran IPA sulit dipahami dan dimengerti, padahal pembelajaran IPA termasuk pembelajaran penting yang harus diterima siswa. Maka seorang guru perlu mengamati minat siswanya terhadap pembelajaran IPA, karena minat siswa sangat penting untuk belajar yang efektif, terutama untuk mengembangkan rasa percaya diri siswa dalam berpendapat, beralasan, dan menentukan cara untuk mencari tahu jawabannya.
2
Menurut Murphy dan Beggs (dalam Tiarani, 2012:3) siswa yang berminat pada IPA akan merasakan bahwa belajar IPA itu menyenangkan sehingga antusias mengenai bagaimana pelajaran IPA berimbas pada pengalaman kesehariannya. Jadi, apabila adanya minat siswa terhadap pembelajaran IPA selama enam tahun di sekolah dasar, maka siswa akan mempunyai pengalaman belajar yang bermakna sehingga pada akhirnya siswa mampu mengembangkan sikap dan nilai-nilai dari pembelajaran IPA. Maka dari itu, guru harus kreatif dalam memilih metode pembelajaran guna menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran terutama untuk siswa yang menganggap pelajaran IPA sulit dipahami dan membosankan. Salah satu penggunaan metode yang bervariatif dari beberapa metode yang ada terdapat metode hypnoteaching, yaitu merupakan metode pembelajaran yang dalam menyampaikan materi, guru memakai bahasa-bahasa bawah sadar yang menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada anak didik (Yustisia, 2012:75). Jika selama ini hipnotis hanya dilakukan
sebagai
pengobatan
(hypnoteraphy),
seiringnya
waktu
dalam
perkembangannya hipnotis pun dapat dijadikan sebagai sebuah metode untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar yang dikenal dengan hypnoteaching. Menurut Andri Hakim (dalam Ludianawati, 2013:4-5), sosok guru yang pintar mengemas sebuah pembelajaran hingga membuat guru tersebut menjadi sosok yang diteladani siswanya tanpa disadari guru tersebut tengah mengaplikasikan teknikteknik hipnosis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan prinsip-prinsip hipnosis dalam memotivasi siswa, guru tidak hanya memompa semangat belajar tetapi
juga
mengembangkan
kepribadian
yang
positif.
guru
yang
telah
3
mengaplikasikan teknik-teknik hipnosis sebenarnya tengah menggunakan metode hypnoteaching. Dari asal kata, hypnoteaching merupakan paduan dari dua kata, yaitu hypnosis dan teaching. Arti hypnosis adalah mensugesti sedangkan teaching adalah mengajar, sehingga dapat diartikan usaha untuk mensugesti siswa menjadi lebih baik dan prestasinya meningkat. Metode ini merupakan improvisasi dari sebuah metode pembelajaran, dan hadir dengan memberikan pendekatan konseptual baru di bidang pendidikan dan pembinaan (Yustisia, 2012:75-76). Metode ini lebih menekankan pada komunikasi alam bawah sadar siswa, yaitu dengan cara memberikan sugestisugesti yang positif atau menggunakan bahasa persuasi. Bahasa persuasi merupakan komunikasi yang dapat mempengaruhi siswa, atau merubah perilaku siswa sesuai dengan keinginan guru tanpa adanya pemaksaan kehendak terhadap siswa (Purnawan, 2002:14). Adapun beberapa peraturan yang diterapkan dalam hypnoteaching antara lain, siswa harus terlibat aktif di kelas, melakukan semua perintah dengan cepat, dan membuat mereka dalam suasana yang menyenangkan (Hajar, 2012:78). Guru yang mengajar dengan semangat dan antusias akan dapat memberikan hal positif kepada siswa, seperti munculnya semangat siswa selama proses pembelajaran walaupun pembelajaran
tersebut
kurang
disukai
olehnya
maka
ia
akan
mencoba
menyampingkan perasaan tersebut. Guru yang peduli akan berusaha mengerti siswanya dari segi emosi maupun psikologisnya serta berusaha meningkatkan prestasi siswanya sebaliknya apabila guru yang tidak peduli maka ia akan menimbulkan
4
ketakutan terhadap kegiatan pembelajaran, sehingga membuat siswa tidak menyukai pembelajaran tersebut dan bagi mereka pembelajaran pun tidak menyenangkan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan siswa mampu menerima pelajaran merupakan tolak ukur efektivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di sisi lain, kompetensi guru dan interaksi antara guru dan siswa melalui komunikasi merupakan salah satu penentu terciptanya pembelajaran yang efektif di kelas. Oleh karena itu, guru harus berusaha mengembangkan kompetensinya dan memahami metode komunikasi agar mudah berinteraksi dengan siswanya. Ini salah satu alasan mengapa guru harus menggunakan metode hypnoteaching dalam kegiatan belajar mengajar. Metode hypnoteaching ini sudah diterapkan oleh guru kelas III di SDN Dinoyo 3 kota Malang. Berdasarkan wawancara pada 19 Agustus 2014 dengan guru kelas III SDN Dinoyo 3, diperoleh hasil belajar siswa dalam pembelajaran sudah baik yaitu 79% hasil belajar siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mengacu kepada hasil belajar siswa kelas III SDN Dinoyo 3 Malang yang relatif baik dan memperhatikan karakteristik serta pentingnya pembelajaran IPA dengan penggunaan metode hypnoteaching terhadap proses belajar mengajar siswa, maka peneliti tertarik untuk mempelajari lebih jauh dalam suatu penelitian yang berjudul “Analisis Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Dinoyo 3 Malang”.
5
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah deskripsi penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Dinoyo 3 Malang? 2. Apa saja kendala-kendala penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Dinoyo 3 Malang? 3. Bagaimana solusi terhadap kendala-kendala penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Dinoyo 3 Malang?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini tidak lepas dari permasalahan yang ada, yaitu: 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Dinoyo 3 Malang. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kendala-kendala penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Dinoyo 3 Malang. 3. Untuk mendeskripsikan solusi terhadap kendala-kendala penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Dinoyo 3 Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
6
Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut. 1. Secara teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, pemikiran mengenai perbaikan metode pembelajaran pada umumnya. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan refleksi bagi pengembangan metode pembelajaran. 2. Secara praktis a. Bagi pihak sekolah, Sebagai bahan pengetahuan sekolah untuk memperbaiki pengajaran dan pelaksanakan, serta bahan pertimbangan untuk digunakan metode hypnoteaching di sekolah dasar yang sudah menerapkan kurikulum 2013. b. Bagi guru, diharapkan memperkaya khasanah pengetahuan guru tentang berbagai alternatif pemilihan metode pembelajaran yang inovatif, dan membantu dalam perubahan ke arah yang lebih baik bagi guru untuk mampu berbicara, bertindak, dan berpenampilan positif. c. Bagi siswa, meningkatkakan motivasi dan prestasi siswa dengan diterapkan metode hypnoteaching dalam pembelajaran. d. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan sehingga kelak dapat mengimplementasikan metode-metode inovatif dalam pembelajaran saat terjun langsung ke lapangan, yaitu saat mengajar di sekolah dasar.
7
1.5 Penegasan Istilah 1. Analisis: Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 2. Penggunaan: Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penggunaan ialah proses, cara, atau perbuatan menggunakan sesuatu. 3. Metode hypnoteaching: adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas (Hajar, 2012:76). Sedangkan menurut Yustisia (2012:75) Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang dalam menyampaikan materi, guru memakai bahasa-bahasa bawah sadar yang bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada peserta didik. 4. Pembelajaran IPA: adalah Pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Aunurrahman, 2012:34). Sementara IPA merupakan mata pelajaran yang akan memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fakta dan konsep yang berhubungan tentang alam sekitar, dan diperoleh dari berbagai pengalaman melalui serangkaian proses penemuan, pengamatan yang dapat diamati melalui indera maupun yang tidak dapat diamati indera.