BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan perubahan
pola hidup dan kebiasaan yang ada di masyarakat. Anak-anak lebih banyak menghabiskan
waktunya
untuk
menonton
televisi
dan
bermain
game
dibandingkan dengan bermain dan beraktivitas fisik dengan orang tua maupun teman-temannya. Salah satu hasil penelitian Indonesia’s Hottest Insight 2013 didapatkan bahwa 85 persen anak-anak memiliki kebiasaan memotret dengan telepon genggam dan 51 persen anak meminta hadiah smartphone atau gadget canggih saat naik kelas. Empat dari sepuluh orang tua Indonesia merasakan bahwa anakanaknya lebih memilih bermain dengan gadget dibandingkan berinteraksi dengan mereka. Berubahnya kebiasaan bermain pada anak mengakibatkan berkurangnya aktivitas fisik sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gerak dan resiko jatuh maupun cedera pada anak-anak akan meningkat (Estri, 2013). Angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada anak-anak akibat jatuh sebesar 25% sampai 44% (McGibbon, 2005). Efek jatuh pada anak-anak dapat berupa kecacatan. Dilaporkan Disability Adjusted Life Year, anak-anak memiliki presentase sebesar 16% mengalami kecacatan fisik diakibatkan jatuh (Towner, 2008). Penelitian epidemiologi menunjukan nilai kejadian jatuh yang berbeda
1
2
pada tiap Negara. Di sekolah-sekolah Vancouver, British Colombia (Kanada) tingkat cedera sebesar 2,8 per 100 anak. Penelitian di Vancouver tersebut melaporkan tingkat cedera kepala sebesar 1,8 per 100, cedera yang meliputi perdarahan pada hidung, leher terkilir, cedera pada mata dan gegar otak sebesar 0,09 per 100 anak. Kurangnya aktivitas fisik akan mempengaruhi kondisi fisik anak. Data yang dihimpun oleh Safe Kids Worldwide menunjukkan sekitar 1,35 juta kunjungan ke unit gawat darurat setiap tahunnya disebabkan cedera saat berolahraga, dan sekitar 20 persen terjadi pada anak atau remaja (Widiyani, 2013). Komponen kondisi fisik terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan umum, fleksibilitas, kecepatan, koordinasi, agility, dan keseimbangan (Subrajah, 2012). Keseimbangan merupakan salah satu unsur motorik yang sangat penting dibutuhkan oleh anak-anak. Keseimbangan menurut U.Z Mikdar (2006) merupakan kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat dan saat berdiri diam (static blance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance). Meningkatnya keseimbangan tubuh dapat
juga meningkatkan
keleluasaan rentang gerak anak dalam melakukan berbagai jenis gerakan keterampilan. Keseimbangan dinamis yang tidak baik akan mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, sehingga anak akan lebih mudah cidera dan terjatuh, gagal dalam melakukan aktivitas individu, sampai kegagalan dalam tim yang melibatkan mereka dan akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri pada anak (Sujiono dan Nurani, 2009). Tujuan diberikannya latihan keseimbangan
3
dinamis adalah agar terhindar dari jatuh, cedera, dan aktivitas sehari-hari dapat terlaksana tanpa mengalami gangguan (Kahle, 2009). Keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun sangat penting untuk ditingkatkan sebab anak yang keseimbangannya terpenuhi otomatis penguasaan terhadap gerak motorik kasar akan terbentuk secara optimal. Kemampuan fisik motorik kasar dan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun berkembang dengan cepat. Peningkatan kemampuan gerak anak usia 5-6 tahun terjadi seiring dengan meningkatnya kemampuan koordinasi mata, tangan dan kaki. Perkembangan gerak ini akan lebih optimal apabila anak diberi kesempatan cukup besar untuk melibatkan aktivitas fisik dalam bentuk gerakan-gerakan yang melibatkan keseluruhan bagian anggota tubuh (Sujiono dan Bambang, 2007). Keseimbangan anak dapat kita optimalkan dengan terapi bermain. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan dan kecerdasan anak. Bermain diperlukan dalam kehidupan anak karena tanpa bermain anak akan bermasalah dikemudian harinya. Anak dapat mempraktekan gerakan-gerakan motorik kasar seperti berlari, melompat, dan meloncat pada saat bermain (Moeslichatoen, 2006). Papan Keseimbangan (balance board) adalah alat yang digunakan untuk rekreasi, latihan keseimbangan, perkembangan otak, terapi, dan fungsi lain untuk pengembangan diri. Latihan balance board berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot-otot core dan otot-otot pada anggota tubuh bagian bawah, melatih fungsi visual, vestibular, dan somatosensory yang pada akhirnya meningkatkan keseimbangan seseorang. Tujuan dari latihan balance board adalah untuk
4
meningkatkan
proprioception
seseorang.
Tidak
hanya
meningkatkan
proprioceptive saja latihan balance board juga melatih kemampuan vestibular, dimana proprioceptive dan vestibular berperan sangat penting dalam komponen keseimbangan (Waddington & Adams, 2007). Balok Keseimbangan (balance beam) merupakan salah satu sarana yang dapat melatih keseimbangan dalam berdiri, berjalan dan meniti serta melatih keberanian dan kepercayaan diri. Menurut Ika PH (2010), bermain balok keseimbangan adalah salah satu kegiatan bermain aktif karena melibatkan banyak aktivitas tubuh gerakan tubuh dan dapat memberikan rasa senang atau gembira dan rasa puas bagi anak, karena aktivitas yang telah mereka lakukan sendiri. Beberapa tujuan dari kegiatan bermain balok keseimbangan ini di antaranya: (a) Melatih kekuatan otot kaki, (b) Melatih keseimbangan tubuh, (c) Melatih menggerakkan badan dan kaki untuk kekuatan otot, koordinasi, (d) Melatih keberanian dan percaya diri. Selama ini yang digunakan untuk melatih keseimbangan dinamis adalah balok keseimbangan (balance beam) namun hasilnya kurang optimal. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas serta masih sedikit data mengenai keseimbangan dinamis dan kaitannya dengan permainan papan keseimbangan (balance board) dan permainan balok keseimbangan (balance beam) maka dilakukan sebuah penelitian dengan judul “Permainan Papan Keseimbangan (Balance Board) Lebih Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Daripada Permainan Balok Keseimbangan (Balance Beam) Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Pradnyandari I Kerobokan”.
5
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut: 1. Apakah permainan
papan keseimbangan (balance board) dapat
meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan? 2. Apakah
permainan
balok
keseimbangan
(balance
beam)
dapat
meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan? 3. Apakah
permainan
meningkatkan
papan
keseimbangan
keseimbangan
dinamis
(balance
daripada
board)
lebih
permainan
balok
keseimbangan (balance beam) pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan? 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran umum tentang perkembangan anak usia 5-6 tahun, keseimbangan, permainan papan keseimbangan (balance board) dan permainan balok keseimbangan (balance beam) di TK Pradnyandari I Kerobokan.
1.3.2
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui pengaruh permainan papan keseimbangan (balance board)
terhadap peningkatan keseimbangan dinamis
pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan.
6
b.
Untuk mengetahui pengaruh permainan balok keseimbangan (balance beam) terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan.
c.
Untuk mengetahui pengaruh permainan papan keseimbangan (balance board)
lebih meningkatkan keseimbangan dinamis
daripada permainan balok keseimbangan (balance beam) pada anak usia 5-6 tahun di TK Pradnyandari I Kerobokan. 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Ilmiah a.
Diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan bagi para pembaca
(mahasiswa)
tentang
pengaruh
permainan
papan
keseimbangan (balance board) dan permainan balok keseimbangan (balance beam) terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun. b.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca
(mahasiswa)
dalam
mengembangkan
penelitian
selanjutnya. 1.4.2
Manfaat Praktis Diharapkan permainan papan keseimbangan (balance board) dan permainan balok keseimbangan (balance beam) dapat menjadi salah satu
pilihan
bagi
masyarakat
khususnya
fisioterapi
peningkatan keseimbangan dinamis pada anak usia 5-6 tahun.
terhadap