BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, seseorang yang sudah berkeluarga sangat berharap mempunyai anak, jika anak dalam keadaan sehat, orang tua pun senang, bangga dan bahagia. Suatu perjalanan hidup yang harus dilalui oleh seorang anak adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
mempunyai
dampak
terhadap
aspek
fisik,
sedangkan
perkembangan adalah segala perubahan yang terjadi pada anak baik secara fisik, kognitif, emosi maupun psikososial (Soetjiningsih, 2002). Anak adalah individu yang mempunyai eksistensi yang mewakili jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang khas. Mereka adalah individu yang utuh, bukan sekedar miniatur orang dewasa dan merupakan generasi penerus bangsa. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak
selanjutnya.
Pada
masa
balita
perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 2002). Pada masa ini juga disebut sebagai masa
1 Hubungan Pola Makan..., Nurul Fatah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2
keemasan (golden age) dengan berkembangnya seorang anak, sebab diusia ini anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan (Hurlock, 2003). Marlow
(1998)
mengemukakan
pertumbuhan
sebagai
suatu
peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan meter atau sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram untuk berat badan. Pertumbuhan ini dihasilkan oleh adanya pembelahan sel dan sistesis protein. Setiap anak mempunyai potensi gen yang berbeda untuk tubuh. Pertumbuhan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap anak akan semakin bertambah berat dan tinggi. Pada masa usia sekolah proses tumbuh kembang fisik seorang anak akan lebih stabil. Secara umum berat badan anak akan bertambah sekitar 1,5-2,5 kg dan tinggi badannya bertambah sekitar 5-7 cm/tahun. Pada usia sekitar 10-11 tahun berat badan dan tinggi badan akan cenderung meningkat kembali, sebagai tanda bahwa anak akan memasuki masa pubertas. Akibat perlambatan proses tumbuh kembang fisiknya ini kebutuhan akan zat-zat gizi tertentu, khususnya kalori dan protein, setiap harinya pun tidak sebanyak seperti masa bayi. Secara alami tubuh anak mengkompensasi hal ini. Gejala yang terlihat adalah menurunnya dan berubah-ubahnya selera makan. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun. Periode yang kadang-kadang disebut sebagai masa kanak-kanak pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Anak usia sekolah sekitar 4-6 jam waktunya setiap hari dileawatkan di sekolah. Akibatnya, sebagian besar
Hubungan Pola Makan..., Nurul Fatah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3
waktu makannya dilaluinya di sekolah jauh dari orang tua itu sebabnya orang tua perlu memperhatikan pola makan anak. Pola makan yang salah akan menimbulkan dampak buruk meskipun makanan itu merupakan makanan sehat. Tubuh minimal membutuhkan zat gizi yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Setiap makanan mengandung zat gizi tertentu yang berbeda kadarnya dengan makanan lain, sedangkan tubuh membutuhkan serangkaian zat gizi dalam kadar tertentu. Kadar gizi pada makanan harus seimbang atau sesuai dengan gizi yang dibutuhkan tubuh. Gizi yang masuk dalam tubuh tidak boleh kurang atau berlebih. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di SD Negeri Karangjambe Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Studi pendahuluan dilakukan peneliti terhadap 30 anak usia 8-12 tahun. Dari 30 anak, 9 anak dalam pola makan sarapan pagi kadang-kadang, makan sehari dua kali dan habis satu porsi, 4 anak sarapan pagi kadang-kadang, makan sehari tiga kali dan habis satu porsi, 5 anak tidak pernah sarapan pagi, makan tiga kali sehari dan habis satu porsi, 5 anak selalu sarapan pagi, makan tiga kali sehari dan habis satu porsi, 3 anak sarapan pagi kadang-kadang, makan satu kali sehari dan tidak habis satu porsi, 1 anak sarapan pagi kadang-kadang, makan satu kali sehari, dan habis satu porsi, 1 anak selalu sarapan pagi, makan tiga kali sehari dan tidak habis satu porsi dan 2 anak kadang-kadang sarapan pagi, makan tiga kali sehari dan habis satu porsi. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pola makan terhadap pertumbuhan
Hubungan Pola Makan..., Nurul Fatah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4
anak di SD Negeri 1 Karangjambe Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah “adakah hubungan pola makan terhadap pertumbuhan pada anak di SD Negeri 1 Karangjambe Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujauan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan terhadap pertumbuhan anak di SD Negeri 1 Karangjambe Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Diketahuinya pola makan anak usia sekolah. b. Diketahuinya pertumbuhan anak usia sekolah. c. Diketahuinya hubungan pola makan terhadap pertumbuhan anak usia sekolah
Hubungan Pola Makan..., Nurul Fatah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan
teori
keperawatan
anak
yang
didapat
selama
perkuliahan, khusunya tentang pola makan tehadap pertumbuhan anak usia sekolah. 2.
Manfaat bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi responden sebagai informasi tentang pentingnya pola makan terhadap pertumbuhan anak usia sekolah.
3.
Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai hubungan pola makan terhadap pertumbuhan anak usia sekolah menggunakan metode eksperimen.
E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Dian Lukman Hakim dkk (2010), dengan judul “hubungan pola makan bergizi dengan tumbuh kembang motorik pada anak usia sekolah di SD Tawang Mas 02 Semarang”. Jenis penelitian adalah non eksperimen dengan studi cross sectional. Hasil analisis didapatkan, anak usia 6 tahun yaitu 14 responden (32,6 %) dan pada anak usia 7 tahun yaitu 29 responden (67,4 %). Anak laki-laki yaitu 25 anak (58,1 %), sedangkan anak perempuan yaitu 18 (41,9 %). Pengaruh dilihat dari
Hubungan Pola Makan..., Nurul Fatah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6
pola makan anak, anak laki-laki cenderung lebih banyak makan dari pada perempuan, anak perempuan lebih cenderung menyukai makanan camilan dari
pada makanan
pokok
yang bergizi,
sehingga
anak
laki-laki
pertumbuhannya lebih cepat dari anak perempuan. Berdasarkan uji hasil statistik dengan menggunakan uji kolerasi spearman rank, diperoleh data nilai p=0,005 untuk tumbuh kembang motorik kasar dan p=0,008 untuk tumbuh motorik halus, sehingga disimpulkan ada hubungan antara hubungan pola makan bergizi dengan tumbuh kembang motorik pada anak usia sekolah di SD Tawang Mas 02 Semarang. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian Mohammad dkk meneliti tentang hubungan pola makan bergizi dengan tumbuh kembang anak usia sekolah, sedangakan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti tentang hubungan pola makan terhadap pertumbuhan pada anak usia sekolah. Penelitian Mohammad dkk dilakukan di SD Tawang Mas 02 Semarang, sedangakan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dilakukan di SD Negeri Karangjambe Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. Penelitian Mohammad dkk menggunakan jenis penelitian descriptif korelasional dan bersifat cross sectional, sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti menggunakan rancangan cross sectional dan jenis penelitiannya menggunakan survey. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Afrina (2010), dengan judul “Hubungan pola konsumsi makan terhadap status gizi anak kelas 6 di SDN PB Kelapa Gading Dua Tangerang tahun ajaran 2010-2011”. Hasil penelitian
Hubungan Pola Makan..., Nurul Fatah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
7
yang dilakukan oleh Rizki Afrina adalah sebagian besar anak kelas 6 di SDN PB Kelapa Dua Tangerang berada pada status gizi normal yaitu sebanyak 62 orang (58,5 %). Pola konsumsi makan pada anak kelas 6 di SDN Kelapa Dua Tangerang pada umumnya baik, dikarenakan lebih banyaknya anak yang mengkonsumsi dengan pola makan yang baik, yaitu 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 2 kali makanan selingan daripada pola konsumsi yang kurang dari baik. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji kolmogrov smirnov Z dengan kemaknaan (p<0,005). Hasil uji ini menunjukkan ada hubungan antara pola konsumsi makan terhadap status gizi anak kelas 6 di SDN PB Kelapa Dua Tangerang (p=0,001). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian Rizki Afrina meneliti tentang hubungan pola konsumsi makanan terhadap status gizi anak kelas 6, sedangakan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti tentang hubungan pola makan terhadap pertumbuhan pada anak usia sekolah. Penelitian Rizki Afrina dilakukan di SDN PB Dua Tangerang, sedangakan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dilakukan di SD Negeri Karangjambe Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. Penelitian Mohammad dkk menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dan bersifat cross sectional, sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti menggunakan rancangan cross sectional dan jenis penelitiannya menggunakan survey.
Hubungan Pola Makan..., Nurul Fatah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017