BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, dimana yang paling umumialah dari penjualan barang ataupun jasa. Piutang usaha yang berasal dari transaksi penjualan disebut sebagai piutang dagang. Sedangkan jenis piutang lainnya adalah piutang
bunga, pinjaman kepada manager atau
karyawan dan pinjaman kepada perusahaan anak. Untuk memudahkan klasifikasi dan penyajiannya dalam neraca setiap jenis piutang dibuka pada perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing – masing. Semua piutang yang diharapkan akan ditagih menjadi kas dalam waktu satu tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar. Nilai piutang dapat diukur dengan mengurangkan jumlah piutang seluruhnya dengan penyisihan piutang tak tertagih. Cara ini bertujuan agar jumlah piutang yang dilaporkan pada neraca dapat menunjukkan jumlah yang wajar dalam mengukur jumlah penghasilan yang diterima dari piutang, maka piutang harus dikurangkan dengan perkiraan – perkiraan potongan tunai, potongan dagang, return penjualan dan pengurangan harga, penyisihan piutang tak tertagih serta biaya angkut barang yang dijual. Jika tidak dilakukan pengurangan – pengurangan tersebut maka jumlah pendapatan yang dilaporkan tidak wajar karena pendapatan terlalu tinggi.
1
Peningkatan jumlah piutang sering kali menimbulkan resiko adanya kemungkinan sejumlah piutang yang tidak tertagih. Hal ini karena adanya jarak waktu perputaran dari piutang menjadi kas, resiko ini timbul dari luar maupun dari dalam perusahaan sendiri. Resiko tak tertagihnya piutang dari pihak luar perusahaan disebabkan karena adanya pelanggan yang tidak mampu melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo karena bangkrut, meninggal dunia atau karena sebab lainnya. Adapun resiko yang berasal dari dalam perusahaan dapat disebabkan karena kelalaian dan penyalahgunaan oleh karyawan perusahaan yang bersangkutan. Pengakuan piutang dilakukan saat timbulnya piutang yaitu pada saat terjadinya penjualan kredit. Dalam penjualan kredit terdapat dua syarat penyerahan barang yaitu FOB shipping point dan FOB destination. Metode FOB shipping Point mengakui piutang pada saat barang dagang dikirimkan oleh penjual
kegudang pembeli dan seluruh biaya dan resiko dalam
perjalanan ditanggung oleh pembeli. Sedangkan pada FOB destination piutang diakui pada saat barang telah diterima digudang pembeli sementara seluruh resiko selama pengiriman barang dagang menjadi tanggungan pihak penjual. Untuk memahami laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan relevan atau tidaknya, maka penulis menggunakan alat ukur yaitu Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum.Entitas yang
2
menggunakan SAK ETAP dalam laporan auditnya menyebutkan laporan keuangan entitas telah sesuai dengan SAK ETAP. Standar ini efektif dapat digunakan untuk laporan keuangan mulai tahun 2009. Entitas
yang
memiliki
akuntabilitas
publik
signifikan
dapat
menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP, yang disahkan oleh Dewan tandar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudahperusahaan kecil dan menengah kebawah dalam menyusun laporan keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak diterbitkan mereka juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam tahap pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) untuk menyusun laporan keuangan mereka. Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik adalah entitas yang: 1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan 2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yangtidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
3
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, padaotoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuanpenerbitan efek di pasar modal; atau b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Isi dari SAK ETAP adalah sebagai berikut : Bab 1. Ruang lingkup 2. Konsep dan Prinsip perpasive 3. Penyajian laporan keuangan 4. Neraca 5. Laporan laba rugi 6. Laporan perubahan ekuitas 7. Laporan arus kas 8. Catatan atas laporan keuangan 9. Kebijakan akuntansi, perubahan Kebijakan Akuntansi dan koreksi Kesalahan 10. Investasi pada efek tertentu 11. Persediaan 12. Investasi pada Entitas Asosiasi dan Entitas Anak 13. Investasi pada joint venture 14. Property investasi 15. Asset tetap
Bab 16. Aset tidak berwujut 17. Sewa 18. Kewajiban diestimasi dan kontijensi 19. Ekuitas 20. Pendapatan 21. Biaya pinjaman 22. Penurunan nilai asset 23. Imbalan kerja 24. Pajak penghasilan 25. Mata uang pelaporan 26. Transaksi dalam mata uang asing 27. Peristiwa setelah akhir periode pelaporan 28. Pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa 29. Ketentuan transisi 30. Tanggal efektif Daftar Istilah
CV.Perintis Grafika Jaya adalah usaha yang menjual alat tulis kantor dan percetakan. Untuk meningkatkan volume penjualan dilakukan penjualan secara kredit, namun pelaksanaan akuntansi piutang yang diterapkan
4
perusahaan tidak sesuai dengan SAK Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (ETAP). CV. Perintis Grafika Jaya Teluk Kuantan
memberikan potongan
sebesar 2% kepada pelanggan jika melakukan transaksi penjualan secara tunai diatas Rp. 1.000.000,- dan penjualan kredit diatas Rp. 3.000.000,-. Namun dalam pelaksanaannya perusahaan mengakui dan mencatat piutang ketika barang diangkut dari gudang atau pada saat barang akan dikirim dan biaya angkut ditanggung oleh penjual. Pencatatan diakui pada saat barang masih dalam perjalanan, sementara penjualan tersebut terjadi pada akhirperiode. Perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian terhadap penjualan tersebut, namun perusahaan tidak melakukannya. Pengukuran piutang usaha merupakan berapa besar nilai piutang yang seharusnya dicatat dan dibukukan, dalam pengukuran piutang tersebut dapat diketahui jumlah piutang yang akan diterima oleh perusahaan. Dalam melakukan pengukuran piutang usahanya, perusahaan juga menerapkan adanya potongan tunai/ potongan penjualan dan retur penjualan. Piutang usaha diukur dengan menggunakan metode kotor. Pada saat penjualan, perusahaan mencatat piutang usahanya sebesar nilai bruto sebelum dikurangi dengan potongan tunai. Pada akhir periode, perusahaan tidak membuat jurnal penyesuaian. Pada saat penjualan, perusahaan mencatat piutang usahanya sebesar nilai bruto sebelum dikurangi
dengan potongan tunai. Pada akhir periode,
ternyata perusahaan juga tidak membuat taksiran potongan tunai atas
5
kemungkinan pemanfaatan potongan tunai yang dilakukan oleh pelanggan sehubungan dengan masih adanya masa potongan yang diberikan setelah berakhirnya tanggal neraca. Piutang usaha seharusnya dicantumkan sebesar nilai kotornya serta dibuat jumlah taksiran piutang tak tertagih. Tidak disajikannya penyisihan piutang tak tertagih tersebut menyebabkan tidak adanya penandingan yang proporsional antara jumlah piutang yang terjadi dengan beban yang terjadi pada periode berjalan. Sedangkan terhadap piutang karyawan yang terdapat pada perkiraan piutang usaha, seharusnya disajikan secaraterpisah pada kelompok Piutang lain – lain yang disajikan setelah piutang usaha yang diiringi dengan taksiran kerugian atas piutang tak tertagih. Dari penjelasan – penjelasan diatas maka penulis menemukan beberapa permasalahan yang terdapat dalam laporan keuangan CV. Perintis Grafika Jaya Teluk Kuantan, yaitu : 1). Perusahaan tidak menerapkan penyisihan piutang tak tertagih, sehingga pencatatan piutang dalam laporan keuangan menjadi tinggi. Perusahaan tidak membentuk penyisihan piutang tak tertagih sebagai perkiraan lawan atas perkiraan piutang dagang yang dihapuskan. Perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, dimana kerugian baru diakui apabila piutang tersebut dapat dipastikan benar – benar tidak dapat ditagih. Dalam laporan Laba Rugi terdapat beban piutang tak tertagih sebesar Rp. 10.400.000,-.
6
Sebelum melakukan penghapusan terhadap piutang tersebut, sebaiknya perusahaan melakukan penyisihan terhadap piutang yang tidak dapat ditagih tersebut. Total piutang usaha pada neraca sebesar Rp. 215.114.000. seperti yang telah diketahui bahwa sebagian besar penjualan perusahaan dilakukan secara kredit. Untuk itu perusahaan perlu memperhitungkan besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian. Dengan total piutang yang cukup besar, maka besar kemungkinan piutang usaha tersebut tidak dapat ditagih. Metode penghapusan langsung tidak sesuaidengan SAK ETAP pada Bab 3 point 3.14 yang berbunyi : Mengharuskan jumlah kotor piutang tetap disajikan dineraca yang diikuti dengan penyisihan piutang diragukan atau jumlah taksiran piutang yang tidak dapat ditagih. Dampak dari perusahaan tidak melakukan metode penyisihan piutang tak tertagih, menyebabkan nominal piutang tak tertagih lebih besar dan harapan perusahaan untuk menerima piutang tak tertagih relatif kecil, karena didalam laporan keuangan tidak dicantumkan akun penyisihan piutang tak tertagih, yang merupakan pengurangan nilai piutang untuk lebih relevannya. Sehingga nilai piutang yang diterapkan dalam laporan neraca lebih tinggi dari yang semestinya.
2). Tidak dipisahkan antara piutang karyawan dengan piutang dagang perusahaan, Dalam laporan neraca terdapat perkiraan piutang sebesar Rp. 215.114.000 sebagian dari total piutang tersebut merupakan piutang
7
karyawan sebesar Rp.9.910.000,-. Piutang karyawan tersebut harus terpisah dari keseluruhan jumlah piutang dineraca dan total piutang sesungguhnya atau piutang yang timbul dari aktivitas normal perusahaan adalah sebesar Rp.205.204.000,- sebagaimana dalam SAK ETAP pada Bab 4 point 4.12 (IAI 2009) yang berbunyi : Subklasifikasikan piutang usaha dan piutang dari pihak – pihak istimewa. Permasalahan ini bisa menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan, selain itu pengguna laporan keuangan tidak bisa melihat berapa besar piutang karyawan dan piutang dagang secara terperinci. Pihak yang menggunakan laporan keuangan akan beranggapan bahwa jumlah nominal piutang dagang adalah sebasar Rp. 215.144.000,- yang terdapat dineraca sehingga menjadi lebih tinggi dan membuat pengguna salah dalam mengambil keputusan. 3). Berdasarkan bukti transaksi penjualan kredit, perusahaan tidak mengakui piutang berdasarkan syarat penyerahan barang dan mencatat piutang sebelum barang sampai kegudang pembeli, berdasarkan SAK ETAP pada Bab 2 point 2.24 (IAI 2009) yang berbunyi: Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan labarugi memenuhi kriteria sebagai pos yang mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukurdengan andal. Perusahaan tidak menerapkan syarat penyerahan barang yang dijual dan potongan tunai yang diberikan kepada pelanggannya. Hal ini akan menyebabkan ketimpangan antara ketetapan perusahaan dengan
8
laporan keuangan yang dibuat pada akhir tahun juga dapat menyebabkan pembaca atau pengguna laporan keuangan jadi bingung. Untuk lebih jelas dari permasalahan tersebut dapat dilihat dari transaksi yang terjadi diperusahaan, pada tanggal 24 Desember 2011 terjadi transaksi penjualan secara kredit, sebesar Rp. 8.060.000,- berdasarkan faktur delivery yang dikeluarkan perusahaan pada tanggal 4 Januari barang sampai digudang pembeli. Perusahaan mengakui penjualan kredit tersebut pada tanggal 31 Desember 2011 untuk penutupan buku akhir tahun, dengan jurnal mendebit Piutang Usaha sebesar Rp. 8.060.000,- dan mengkredit penjualan sebesar Rp.8.060.000,- dengan menggunakan metode kotor. sebelum dikurangi dengan potongan penjualan, pada akhir periode perusahaan tidak membuat ayat
jurnal penyesuaian atau membuat
taksiran potongan penjualan atas pemanfaatan potongan penjualan yang dilakukan oleh pelanggan sehubungan dengan besarnya penjualan yang telah ditetapkan perusahaan, dalam hal ini seharusnya perusahaan membuat
taksiran
potongan
penjualan
karena
perusahaan
telah
mengetahui ada potongan penjualan dari besarnya penjualan tersebut. Berdasarkan uraian diatas permasalahan tertarik
untuk
melakukan
penelitian
dengan
tersebut, maka penulis judul
:
ANALISIS
AKUNTANSI PIUTANG USAHA BERDASARKAN SAK ETAP PADA CV. PERINTIS GRAFIKA JAYA TELUK KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI.
9
I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu:“Apakah
penerapan Akuntansi
Piutang usaha pada CV. Perintis Grafika Jaya telah sesuai dengan SAK ETAP".
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengakuan, perlakuan dan penyajian piutang dagang pada laporan keuangan CV. Perintis Grafika Jaya Teluk Kuantan sudah sesuai atau belum dengan PSAK ETAP. I.3.2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis dengan adanya penelitian ini penulis dapat pemahaman mengenai perlakuan akuntansi piutang usaha. b. Bagi perusahaan dapat sebagai beban pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam mengatasi masalah perlakuan akuntansi piutang usaha. c. Bagi pembaca dapat sebagai bahan perbandingan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian mengenai masalah sistem akuntansi piutang usaha.
10
I.4. Sistematika Penulisan
BAB I :
PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II :
TELAAH PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan secara teoritis mengenai pengertian piutang, klasifikasi piutang, pengakuan dan pengukuran piutang, penilaian piutang dan penyajian piutang dalam laporan.
BAB III :
METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan bagaimana penulis melakukan penelitian, tempat penelitian dan analisis data untuk penelitian.
BAB IV :
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini merupakan gambaran secara umum tentang CV. Perintis GrafikaJaya yang berisikan sejarah ringkas perusahaandan aktivitas perusahaan .
BAB V :
HASIL PENELITIAN Bab ini penulis mencoba member hasil penelitian dan pembahasan dengan membandingkan antara teori dengan praktek yang dilakukan CV. Perintis Grafika Jaya Teluk Kuantan yang meliputi
tentang pencatatan,
pengakuan,
pengukuran
dan
penyajian piutang usaha dalam laporan keuangan
11
BAB VI :
KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang memuatt kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta mencoba memberikan saran – saran sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan.
12