BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan perdagangan bebas yang terjadi saat ini menjadi salah satu faktor pendorong tingginya tingkat persaingan dalam berbagai bidang. Persaingan menuntut perusahaan untuk menemukan dan menjalankan strategi-strategi untuk memenangkan persaingan sehingga perusahaan tersebut dapat terus beroperasi. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan untuk tetap beroperasi dalam jangka waktu yang panjang (going concern). Dalam menjalankan strategi yang telah ditetapkan, dibutuhkan pengorbanan sumber daya berupa tambahan dana. Sumber dana dapat berasal dari pinjaman hutang maupun tambahan modal. Pasar modal di era sekarang memiliki perkembangan yang cukup pesat. Pada tahun 2014 dan 2015 secara berturut-turut terdapat 24 dan 18 perusahaan baru yang mendaftarkan sahamnya untuk diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Sebagai sektor bisnis yang membutuhkan sumber daya yang besar dalam menjalankan kegiatan usahanya, sektor properti turut serta memanfaatkan pasar modal untuk mendapatkan suntikan dana. Perkembangan sektor properti di Indonesia saat ini cukup menarik untuk diperhatikan. Pada tahun 2012 dan pertengahan tahun 2013, sektor properti di Indonesia bertumbuh cukup pesat dan menghasilkan pertumbuhan keuntungan yang tinggi bagi para developer properti di Indonesia. Shaar (2015) menyebutkan dari 45 perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, terdapat 26 perusahaan yang mencatat pertumbuhan laba bersih lebih dari 50 persen
1
di tahun 2012. Faktor yang mendorong tingginya pertumbuhan sektor ini adalah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 6,3 – 6,8 persen (BI, 2016). Pertumbuhan ini mampu memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia. Kondisi ini juga didukung oleh komposisi penduduk Indonesia yang memiliki populasi orang muda sekitar 50 persen. Kelompok orang muda merupakan kelompok yang tertarik untuk membeli properti baik untuk keperluan primer maupun untuk alat investasi jangka panjang sehingga mampu menciptakan potensi pasar yang besar bagi perusahaan sektor properti di Indonesia. Perusahaan yang terdaftar di pasar modal diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan yang berisi informasi tentang laporan kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini bertujuan sebagai informasi yang dapat digunakan oleh para pelaku pasar di pasar modal dalam pengambilan keputusan. Banyaknya jumlah emiten di pasar modal dengan karakteristik yang berbeda-beda menuntut investor untuk menilai dengan tepat perusahaan yang layak untuk dijadikan sebagai tempat untuk berinvestasi. Informasi keuangan yang digunakan sebagai sumber informasi ini pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan (IAI, 2014). Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi transaksi dan peristiwa lain yang terjadi dalam satu tahun periode. Selain itu, laporan keuangan yang disusun oleh manajemen juga memiliki bias informasi karena manajemen perusahaan memiliki kepentingan supaya perusahaan terlihat memiliki
2
kinerja yang baik. Untuk mengurangi risiko penyajian tersebut, peran akuntan publik sangat diperlukan. Tujuannya adalah agar laporan keuangan yang telah disajikan benar-benar menggambarkan posisi perusahaan yang sebenarnya. Akuntan publik bertanggung jawab untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah saji material. Untuk
melindungi
kepentingan
para
pengguna
laporan
keuangan,
BAPEPAM-LK selaku regulator di Bursa Efek Indonesia (sekarang OJK) dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan yang disajikan wajib disertai dengan laporan akuntan publik (auditor independen) dalam rangka audit atas laporan keuangan, dan wajib disampaikan kepada publik selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Peraturan ini dikuatkan kembali oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/SEOJK.04/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Secara Elektronik oleh Emiten atau Perusahaan
Publik.
Stakeholder
sebagai
pemangku
kepentingan
sangat
membutuhkan laporan keuangan yang handal dalam pengambilan keputusan. Ketepatwaktuan merupakan salah satu elemen penting dalam laporan keuangan agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan (Wolk, 2013). Laporan keuangan menjadi tidak relevan dan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bila laporan keuangan tersebut tidak tersedia pada saat proses pengambilan keputusan.
3
BEI (2015) menyebutkan bahwa pada tahun 2015 masih terdapat 52 perusahaan yang terlambat memberikan laporan keuangan auditan untuk periode tahun 2014. Faktor yang menyebabkan lamanya perusahaan melaporkan keuangan auditannya adalah lamanya proses audit yang dilakukan oleh akuntan publik. Pengauditan merupakan proses akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan (Arens, Beasley, dan Elder, 2014). Banyaknya transaksi dan kejadian dalam satu tahun yang terjadi di dalam kegiatan auditee menjadi faktor penyebab lamanya waktu yang dibtuhkan dalam satu proses pengauditan. Waktu penyelesaian audit sering disebut dengan istilah audit report lag. Audit report lag merupakan selisih, dalam satuan hari, antara akhir tanggal tahun fiskal dan tanggal laporan auditor independen (Al-Ajmi, 2008). Panjangnya audit report lag dipengaruhi oleh faktor internal auditor independen (audit related factors) dan juga faktor dari internal auditee dalam penyusunan laporan keuangannya (company specific factors) (Owushu-Ansah dan Leventis, 2006). Dalam framework IASB disebutkan bahwa ketepatwaktuan merupakan salah satu karakteristik laporan keuangan. Ketepatwaktuan dan kehandalan laporan keuangan adalah sebuah keseimbangan (trade-off) yang harus disikapi dengan bijak. Ikatan Akuntan Indonesia (2014) menyebutkan bahwa untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga dapat mengurangi kehandalan informasi. Sebaliknya,
4
jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan sangat diperlukan oleh para pelaku pasar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag pada perusahaan sektor properti di Indonesia. Penelitian sejenis yang telah dilakukan di beberapa tempat menyimpulkan hal yang berbeda dan tidak konklusif. Penelitian ini menguji secara empiris faktor internal dan eksternal perusahaan yang mempengaruhi audit report lag. Faktor internal perusahaan yang diuji adalah ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, dan komite audit. Selain itu, faktor eksternal perusahaan yang diuji adalah tipe auditor dan pergantian auditor. Terdapat sejumlah penelitian yang mengungkap faktor-faktor yang berkaitan dengan audit report lag, yaitu Carslaw dan Kaplan (1991), Al-Ghane dan Hegazy (2011), dan Alkhatib dan Marji (2012). Penelitian di Indonesia telah dilakukan oleh Ika dan Ghazzali (2012) dan Rustiarini dan Sugiarti (2013). Dalam beberapa penelitian, ukuran perusahaan cukup sering dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhui audit report lag. Alkhatib dan Marji (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perusahaan besar akan berusaha untuk mendapatkan jasa audit yang berkualitas tinggi untuk memenuhi tuntuntan pasar. Al-Ajmi (2008) menyatakan bahwa perusahaan besar akan memiliki ukuran audit report lag yang lebih panjang. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan waktu observasi yang panjang berkaitan dengan besarnya transaksi dan tingginya kompleksitas operasi perusahaan.
5
Investor sebagai pemilik perusahaan memiliki harapan besar untuk mendapatkan return yang tinggi. Manajemen perusahaan sebagai agen yang bertanggung jawab untuk menjalankan perusahaan berusaha untuk memenuhi tuntutan pemilik perusahaan. Perusahaan yang berhasil menghasilkan laba akan berusaha menyelesaikan
proses auditnya dan segera memberikan laporan
keuangannya ke pasar agar pemilik bisa segera mengetahui perkembangan perusahaan. Di lain sisi, perusahaan yang mengalami kerugian cenderung memiliki audit report lag yang lebih panjang. Hal ini disebabkan karena manajemen cenderung menunda penerbitan laporan keuangan dengan kurang kooperatif kepada auditor dalam memberikan data yang diperlukan (Carslaw dan Kaplan, 1991). Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit laporan keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit. Dalam penelitiannya, Ika dan Ghazzali (2012) menyebutkan bahwa adanya komite audit akan mempengaruhi lamanya waktu audit report lag. Hal ini dapat dipahami karena Komite Audit yang efektif akan menjamin kehandalan sistem pengendalian internal. Dengan adanya hal ini, auditor dapat mengurangi bebannya dalam menjalankan uji substantif dengan bergantung kepada test of internal control. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan proses audit bagi perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Alkhatib dan Marji (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa KAP besar dan terafiliasi dengan KAP internasional berusaha untuk bekerja dengan cepat dalam menyelesaikan proses audit. Hal ini karena KAP tersebut didukung oleh karyawan
6
yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, KAP besar juga memiliki teknologi yang mumpuni dalam membantu melakukan proses audit seperti penggunaan Electronic Data Processing dan Computer Assisted Auditing Techniques. Penggunaan teknologi ini hanya dapat tersedia dengan dukungan biaya yang tinggi yang hanya dapat disediakan oleh KAP berukuran besar. Dalam menjalankan fungsi audit, auditor tidak terlepas dari 10 standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan yang ditetapkan oleh IAPI. Standar ini mewajibkan auditor menggunakan kehatihatian profesional dalam menjalankan proses audit. Pemahaman memadai atas lingkungan pengendalian dan lingkungan bisnis auditee adalah salah satu faktor yang diatur dalam standar audit IAPI. Rustiarini dan Sugiarti (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa adanya pergantian auditor mempengaruhi panjangnya audit report lag. Hal ini dapat dipahami karena auditor baru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali karakteristik usaha klien dan sistem yang ada di dalamnya sehingga akan membutuhkan waktu yang lama dalam melaksanakan proses auditnya dan menyebabkan keterlambatan dalam pentampaian laporan keuangan (Rustiarini dan Sugiarti, 2013). Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini bertujuan untuk menguji lebih lanjut mengenai faktor yang diduga mempengaruhi audit report lag. Penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit report lag: Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2015”. Penelitian ini diharapkan mampu menganalisis
7
faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan perusahaan dalam melaporkan laporan keuangannya secara konklusif. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti terdorong untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya auditor report lag. Ketepatan waktu laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi pengguna laporan keuangan. Salah satu atribut yang sering digunakan untuk menggambarkan ketepatan waktu adalah audit report lag. Melihat adanya inkonsistensi hasil dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan adanya perubahan dari variabel yang diuji, menjadikan penelitian ini layak untuk diuji lebih jauh. Penelitian ini akan membahas secara komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag, khususnya untuk perusahaan sektor properti. Berdasarkan pemaparan diatas, disusunlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Berapa rata-rata durasi audit report lag tahun 2011 – 2015 pada perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah faktor ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, pergantian auditor, tipe auditor, dan komite audit berpengaruh terhadap durasi audit report lag perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI 2011 - 2015? 1.3
Batasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada analisis mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit report lag pada perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011 – 2015. Karakteristik yang dimaksud
8
adalah ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, pergantian auditor, tipe auditor, jenis opini auditor, dan komite audit. Perusahaan yang diambil sebagai sampel adalah perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan auditannya dan menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya. 1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan penelitian ini adalah : 1. Untuk menghitung dan menganalisis rata-rata audit report lag untuk tahun 2011 – 2015 pada perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI. 2. Untuk memberikan bukti empiris adanya pengaruh faktor-faktor seperti : tipe auditor, pergantian auditor, ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, dan komite audit terhadap audit report lag. 1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberi informasi tentang pentingnya ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan dan faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan waktu tersebut. 2. Bagi KAP, penelitian dapat memberi informasi dan bukti empiris mengenai faktor yang mempengaruhi audit report lag sehingga dapat mengoptimalkan kinerjanya. 3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberi tambahan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag. Selain itu,
9
penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.6
Data Penelitian
Penelitian in akan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan auditan perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011– 2015. Data tersebut dari situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan BNI Financial Market Update (FMU) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. 1.7
Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, data penelitian dan sistematika penelittian. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang menjadi dasar penelitian dan diperluas dengan berbegai sumber referensi serta konsep yang relevan dengan penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi populasi serta sampel yang diteliti, sumber dan jenis data, variabel penelitian, metode yang digunakan dalam pengumpulan data, serta alat analisis yang digunakan peneliti.
10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil olah data yang didapatkan dari pelaksanaan penelitian ini serta pemaparan analisis data dan hasil pengujian hipotesis. BAB V PENUTUP Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan berupa penjelasan singkat mengenai hal yang diperoleh dari pembahasan. Bab ini juga memuat keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
11