BAB I PENDAHULUAN
Pengenalan transaksi ekspor impor Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang (proses jual beli biasa), hanya yang menjadi perbedaan utama dengan proses jual beli tersebut yaitu lokasi orang-orang atau pengusaha yang terlibat, berada pada tempat yang berlainan atau lebih spesifik lagi berada pada negaranegara yang berbeda.
Sehingga timbul istilah yang lebih dikenal untuk orang-orang
yang terlibat yaitu eksportir atau sellers dan importir atau buyers . Bagi perkembangan perekonomian Indonesia, transaksi ekspor impor merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang penting. Khusus dalam usaha untuk meningkatkan volume ekspor Indonesia, Pemerintah Indonesia beberapa tahun terakhir ini telah melakukan berbagai deregulasi di bidang perdagangan dan perbankan dengan mengeluarkan berbagai peraturan yang memberi kemudahan, dimulai dengan paket ekspor 1982, sistem imbal beli (counter trade), Inpres tahun 1985
tentang
penyempurnaan cara penanganan ekspor impor untuk efisiensi dan peningkatan hasil negara . Diperkuat lagi dengan penyediaan kredit ekspor yang terbuka pula bagi PMA dengan bunga 9% pertahun, yang sebelumnya hanya diberikan untuk pengusaha nasional (SE Bank Indonesia No. 18/2/UKU Tgl. 9 September 1985. Lebih lanjut Paket 6 Mei 1986 (Pakem) yang menghapuskan pemberian Sertifikat Ekspor (SE) untuk memenuhi tuntutan persaingan Luar Negeri ; Paket 24 Desember 1987 (Pakdes) yang antara lain menyederhanakan izin ekspor serta pembebasan bea masuk barang-barang tertentu dan yang paling akhir Pakto dan Pakno 1988 yang pada dasarnya mendorong kemungkinan peningkatan ekspor tersebut dengan menyediakan kemudahan di bidang perbankan dan perdagangan. Dalam transaksi perdagangan ekspor impor, seorang eksportir / importir banyak berhubungan dengan berbagai instansi/lembaga yang menunjang terlaksananya Workshop : Transaksi Ekspor-Impor dengan Letter of Credit LPBP - LePMA
1
transaksi ekspor tersebut yang sementara ini di Indonesia lembaga-lembaga tersebut belum seluruhnya dikenal dan dimanfaatkan. Instansi-instansi dimaksud adalah : 1. Pembuat barang ekspor (kalau produksi ekspor tidak dilakukan sendiri) 2.
Ekspor merchant house (yang membeli barang dari perusahaan pembuat barang dan mengkhususkan diri dalam perdagangan dengan negara-negara tertentu yang membutuhkan barang-barang tersebut)
3.
Confirming house (lazim dikenal di luar negeri), bertindak sebagai perantara pembuat barang di luar negeri dan importir dalam negeri, biasanya bertanggung jawab atas pengapalan barang-barang dan pembayaran kepada penjual.
4.
Buying agent, bertindak sebagai agen untuk satu atau lebih pembeli tertentu di luar negeri.
5.
Trading house , badan usaha yang mengumpulkan barang-barang keperluan untuk diekspor dan diimpor.
6.
Consignment agent, bertindak sebagai agen penjual di luar negeri.
7.
Factor, lembaga yang setuju untuk membeli piutang-piutang dagang/barang-barang ekspor yang dipunyai eksportir untuk kemudian ditagih kepada importir/pembeli. Dalam
pelaksanaan
teknisnya,
eksportir/importir
juga
berhubungan
dengan
lembaga-lembaga lain yaitu : a. Bank b. Freight forwarder, EMKL/EMKU c. Maskapai pelayaran d. Asuransi e. Bea cukai f.
Kedutaan
g. Surveyor (badan pemeriksa) Secara singkat dari uraian di atas maka transaksi ekspor meliputi : 1.
Pembeli yaitu orang asing (buyers, importir)
2. Pembayaran dalam valas, pada umumnya dollar (sesuai dengan cadangan devisa Indonesia ) 3. Berkomunikasi dengan pembeli dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris Workshop : Transaksi Ekspor-Impor dengan Letter of Credit LPBP - LePMA
2
Permasalahan umum yang dihadapi eksportir - importir Berbagai permasalahan dihadapi oleh para eksportir maupun importir dalam menjalankan transaksi perdagangan. Berhasil tidaknya transaksi yang dilakukan sangat tergantung dari kemampuan eksportir dan importir dalam mengatasi permasalahan yang terjadi, sehingga transaksi perdagangan dapat ditingkatkan. Permasalahan tersebut antara lain meliputi : a. Kepercayaan antara eksportir –importir Salah satu faktor ekstern yang penting untuk menjamin terlaksananya transaksi antara eksportir dan importir adalah kepercayaan . Dua pihak yang tempatnya berjauhan dan belum saling mengenal merupakan suatu risiko bila dilibatkan dengan pertukaran uang.
Oleh karena itu, sebelum kontrak jual beli ditiadakan masing-
masing pihak harus sudah mengetahui kredibilitas dari rekan dagangnya melalui bantuan bank di dalam atau di luar negeri yang mempunyai atau dapat mengusahakan status report atau credit information dari perusahaan-perusahaan tersebut. Risiko yang timbul mungkin dapat diamankan oleh bank sebagai pihak perantara, namun dalam praktek akan tetap dirasakan kelambatan-kelambatan bila satu pihak mencari berbagai macam cara atau alasan untuk tidak memenuhi kewajibannya. b. Pemasaran barang-barang ekspor Penentuan negara mana sebagai negara tujuan ekspor untuk mendapatkan harga yang sebaik-baiknya
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Sedangkan
bagi importir yang penting diketahui adalah dari mana barang-barang tertentu sebaiknya akan diimpor untuk memperoleh kondisi-kondisi pembayaran yang lebih baik.
Khusus tentang pemilihan negara mana barang akan diekspor harus
diperhatikan unsur-unsur : 1. Kondisi ekonomi dan perdagangan negara-negara lain 2. Politik 3. Jarak 4. Fasilitas-fasilitas transportasi terutama dalam usaha menggalakkan ekspor Workshop : Transaksi Ekspor-Impor dengan Letter of Credit LPBP - LePMA
3
Untuk pengembangan ekspor barang khususnya ekspor bukan minyak dan gas bumi dapat dimanfaatkan berbagai sarana fasilitas tersendiri seperti pemesanan, penetapan harga dan mutu barang serta bantuan teknis. Sarana fasilitas dimaksud dapat diperoleh melalui lembaga antara lain : Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Badan Pelaksana Bursa Komoditi (BAPEBTI), Dewan Penunjang Ekspor (DPE), PT. Asuransi Ekspor Indonesia (PT. ASEI). Hal lain yang dapat dilakukan yaitu : ikut aktif dalam misi dagang yang diusahakan dan dikoordinir oleh badan-badan pemerintah atau swasta, mengikuti berita-berita mengenai perdagangan, ekonomi, keuangan di dalam dan luar negeri, menghubungi
Kamar
Dagang
dan
Industri
(KADIN),
menghubungi
perwakilan/asosiasi asing, memanfaatkan iklan, menghubungi atau meminta informasi dari bank-bank devisa serta meminta jasa World Trade Center. c. Penentuan jenis barang Penentuan jenis-jenis barang yang dapat diekspor maupun diimpor didasarkan pada informasi mengenai : 1. Peraturan-peraturan perdagangan negara setempat, sebagai contoh di Indonesia barang-barang yang diekspor ditentukan oleh SK Memperindag nomor : 558/MPP/Kep/12/1998 SK Memperindag nomor : 146 / MPP/ Kep/4 / 1999 , dibedakan atas : -
Kelompok barang yang bebas untuk diekspor seperti
hasil-hasil kerajinan
tangan tradisional, garment untuk jenis batik, dan sebagainya -
Kelompok barang yang diatur tata niaganya, seperti komoditi kopi, tekstil, kayu dan produk kayu
-
Kelompok barang yang diawasi, seperti sapi hidup, kerbau hidup, anak ikan napoleon
-
Kelompok barang yang dilarang untuk diekspor, seperti anak ikan arwana, ikan arwana
2. Pembatasan mutu dan volume barang-barang tertentu 3. Kontinuitas produksi barang-barang
Workshop : Transaksi Ekspor-Impor dengan Letter of Credit LPBP - LePMA
4
4. Negara tujuan barang ekspor, sebagai contoh negara-negara Timur Tengah (Middle East) cenderung menyukai barang-barang dengan nuansa warna merah dan hijau d. Sistem kuota dan keterikatan dalam keanggotaan organisasi-organisasi internasional Eksportir –importir pada dasarnya ingin selalu dapat meningkatkan transaksi perdagangan. Namun bilamana ada pembatasan seperti ketentuan kuota barang dan kuota negara, maka keinginan ini tidak sepenuhnya dapat terlaksana. Sebagai contoh Indonesia pernah menjadi organisasi kopi dunia (ICO) dan mendukung penuh keberadaan organisasi ini, namun karena ICO memberikan kuota yang terlalu kecil maka penghapusan sistem kuota kopi sejak Juli 1989 akibat kegagalan ICO menentukan kuota baru adalah lebih baik. Keberadaan organisasi seperti ICO, OPEC dan sebagainya dimaksudkan untuk mengatur stabilisasi harga dari barang-barang komoditi ekspor tersebut di pasaran internasional.
Pembayaran Ekspor – Impor Transaksi pembayaran ekspor impor dapat dilakukan dengan cara tunai atau kredit yang diwujudkan dalam berbagai bentuk : 1. Advance Payment (pembayaran di muka) 2. Open Account (pembayaran kemudian) 3. Collection Draft (Wesel Inkaso) 4. Consignment (konsinyasi) 5. Letter of Credit (L/C) 1. Advance Payment (pembayaran di muka) Dalam sistem pembayaran ini importir membayar di muka kepada eksportir sebelum barang-barang dikirim oleh penjual tersebut. Ini berarti importir memberikan kredit kepada eksportir untuk mempersiapkan barang-barangnya. Pembayaran di muka Workshop : Transaksi Ekspor-Impor dengan Letter of Credit LPBP - LePMA
5
lazim pada saat kondisi pasar yang baik bagi penjual. Besarnya pembayaran di muka tersebut, biasanya 100% dari barang yang diekspor. Dalam hal ini importir menanggung segala risiko, baik tentang pembayaran yang telah dilakukan maupun tentang kemungkinan tidak dikirimnya barang-barang yang dipesan. 2. Open Account Sistem pembayaran ini adalah kebalikan dari sistem Advance Payment. Dalam sistem ini eksportir-lah yang menanggung risiko, sedangkan yang mendapat fasilitas kredit atau penangguhan bayaran adalah importir. Disebut open account karena belum dilakukan pembayaran apa-apa oleh importir kepada eksportir sebelum barang-barang dikapalkan atau tiba dan diterima
importir atau sebelum
waktu
tertentu yang telah disepakati. 3. Collection Draft Dalam sistem pembayaran ini, eksportir mempunyai hak dalam pengawasan barang-barang sampai draft/wesel di aksep atau di bayar. Eksportir mengapalkan barang-barang ekspornya yang ditujukan kepada importir dan sementara itu dokumen-dokumen pemilikan/penguasaan atas pengiriman barang-barang tersebut secara langsung atau melalui banknya di dalam negeri dikirim ke bank importir di luar negeri yang merupakan pihak tertarik dari wese yang bersangkutan. 4. Consignment Yang dimaksud dengan consignment adalah pengiriman barang-barang ekspor pada importir di luar negeri di mana barang-barang tersebut dikirim oleh eksportir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir denganharga yang ditetapkan oleh eksportir. Barang-barang tersebut dikumpul dan dijual oleh importir yangmerupakan agen dari eksportir tersebut dan segera setelah barang-barang tersebut terjual maka pembayarannya akan dilakukan kepada eksportir. Bilamana barang-barang tersebut tidak terjual akan dikembalikan kepada eksportir.
Workshop : Transaksi Ekspor-Impor dengan Letter of Credit LPBP - LePMA
6
5. Letter of Credit Sistem pembayaran dengan L/C ini merupakan cara yang paling aman bagi eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir asalkan eksportir tersebut dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C. Dengan penerbitan L/C ini, sebuah bank bertindak sebagai pengganti importir yaitu pihak yang memberikan kepercayaan dan kepastian kepada penjual bahwa pembayaran akan dilakukan oleh bank tersebut sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang terdapat di dalam L/C.
Dalam transaksi bisnis internasional, secara umum sistem pembayaran yang umum digunakan adalah Letter of Credit. Berdasarkan pertimbangan itu, modul pelatihan ini difokuskan pada pembahasan mengenai Letter of Credit.
Workshop : Transaksi Ekspor-Impor dengan Letter of Credit LPBP - LePMA
7