BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat akan memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan menggantikan Presiden dan Wakil Presiden RI saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.
Pada setiap penyelenggaraan pemilu sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya guna menentukan nasib bangsanya untuk beberapa tahun kedepan. Terlebih lagi saat ini yang menjadi sasaran para calon politikus yang akan bertarung di pemilu 2014 adalah pemilih pemula, yang dimana pemilih pemula ini merupakan pemilih yang baru akan menggunakan hak pilihnya pada pemilu 2014 ini. Dilihat dari tingkat jumlah usia dan kesadaran para pemilih pemula dalam pemilu, menunjukkan perbedaan yang didasarkan pada kurangnya pengalaman dan informasi, ada yang akan menggunakan hak memilihnya pada pesta demokrasi, namun ada juga yang tidak akan menggunakan hak memilihnya. Dan hal ini harusnya menjadi sebuah kesadaran individu untuk mencari informasi yang lebih aktual sehingga mereka mengerti dan mengetahui
2
bagaimana proses pemilu akan dilaksanakan dan siapa sajakah peserta pemilu nanti, agar mereka tidak salah pilih karena mereka merupakan bagian dari “agent of change” karena jumlah pemilih pemula yang cukup besar dapat menjadi penentu kemenangan suatu partai politik.
Namun pada kenyataannya, tingkat partisipasi pemilih masih kurang terutama tingkat partisipasi pemilih pemula yang dimana mereka lebih memilih utnuk tidak menggunakan hak pilihnya, begitulah yang terjadi di daerah Provinsi Lampung. Berdasarkan data dari KPUD Provinsi Lampung (kpud-provlampung.go.id, di akses pada 30 Januari 2014), presentase partisipasi pemilih hanya mencapai 63%73%, yang berarti masih banyak pemilih yang tidak berpartisipasi yakni mencapai angka 30%. Untuk lebih jelasnya dapat di dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Data Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilu
Sumber data: kpud-provlampung.go.id (di akses 30 Januari 2014)
3
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa peserta pemilihan umum legislatif di wilayah kota Bandarlampung merupakan yang paling rendah di antara 14 kabupaten atau kota lainnya. Dimana hanya menunjukkan partisipasi pada pemilihan umum legislatif (jumlah) pada tahun 2009-2011 berjumlah 63%, sedangkan untuk kabupaten / kota lainnya seperti Lampung Selatan dan Way Kanan mencapai angka 73% dan 74,75% .
Kemudian, merujuk pada pemilu yang sebelumnya, yakni dari data yang dirilis KPU (www.kpu.go.id, di akses pada 30 Januari 2014), jumlah total pemilih yang telah terdaftar untuk pemilu tahun 2014 adalah sejumlah 186.612.255 orang penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut 20-30% nya adalah Pemilih Pemula (kelompok muda yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu). Sedangkan Pada Pemilu 2004, jumlah Pemilih Pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta (21 persen) pemilih. Data BPS 2010, Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun: 19.878.417 orang. Dengan total jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.503 orang. Dengan demikian, angka-angka tersebut menunjukkan jumlah pemilih muda atau pemilih pemula yang cukup tinggi, dimana dalam suatu pemilu, jumlah tersebut sangat besar dan bisa menentukan kemenangan partai politik atau kandidat tertentu.
Namun pada kenyataannya, kelompok pemilih pemula berpotensi tinggi untuk lebih memilih golput (golongan putih) orang-orang yang tidak menggunakan hak suaranya pada pemilu. Sebagaimana temuan Lembaga Peduli Remaja (LPR) Kriya Mandiri Solo yang melakukan jajak pendapat pada pemilih pemula di Kota Solo
4
tanggal 19 Februari 2009, menyatakan bahwa potensi golput pemilih pemula di kota Solo cukup tinggi. Dari 340 responden yang dipilih secara acak dari sepuluh SMA dan SMK di kota Solo, hanya 21,49% saja yang menyatakan siap memberikan suara. Sisanya 60,51% menyatakan belum yakin apakah akan memilih atau tidak, artinya berpotensi golput, dan 18% dengan tegas menyatakan tidak memilih. Hasil survey juga menunjukkan 67,55% pemilih pemula belum mengetahui secara persis tahapan dan sistem pemilu. Tidak hanya itu, sebanyak 76,40% bahkan mengaku tidak tahu jumlah kontestan partai politik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan pemilih pemula untuk berpartisipasi pada pemilu 2009 lalu masih sangat rendah. Sikap ini terlihat dari 91,01% responden menyatakan tidak bersedia turut serta dalam kegiatan kampanye. Hal ini disebabkan karena pemilih pemula belum dibekali informasi tentang pemilu ataupun politik secara jelas bahkan hingga saat ini belum banyak partai politik ataupun pihak terkait tentang pemilu dan politik yang melakukan pendidikan politik serius terhadap pemilih pemula. Dan pemilih pemula menggantungkan pendidikan politik kepada informasi media massa, sesama teman, orang tua, atau tenaga pengajar di lembaga sekolah atau universitas.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menyatakan informasi sebagai keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat di lihat, di dengar, dan di baca yang disajikan dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun nonelektronik. Dengan demikian pemahaman tentang informasi politik mengacu pada definisi tersebut dengan menekankan pada konten politik.
5
Media massa merupakan sarana paling efektif digunakan untuk menyebarkan dan menjaring informasi politik. Dalam hal ini media bukan saja sebagai sumber informasi politik melainkan kerap menjadi faktor pendorong (trigger) terjadinya perubahan politik (Suwardi, 2004). Disamping itu media memiliki potensi mentransfer dan mengekspos informasi politik bagi pembentukan opini publik. Selain menjadi sumber informasi, media massa juga merupakan saluran komunikasi bagi para aktor politik. Cara - cara media menampilkan peristiwa peristiwa politik dapat mempengaruhi persepsi para aktor politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik. Melalui fungsi kontrol sosialnya, bersama institusi sosial lainnya, secara persuasif media massa bisa menggugah partisipasi publik untuk serta dalam merombak struktur politik.
Dengan sifat media massa yang bisa mempersuasi pembaca, maka pada penelitian ini peneliti akan membahas sebuah rubrik pada surat kabar yang mengusung tema pemilu. Karena surat kabar sejatinya mengabdi kepada masyarakat untuk memberikan informasi yang berguna, khususnya (saat ini) mengenai pemilu 2014 dan bersifat independen yang berarti lepas dari kepentingan-kepentingan politik tertentu serta gagasan tertentu.
Salah satu surat kabar yang ada di masyarakat Bandarlampung adalah surat kabar harian (SKH) Tribun Lampung. Pemberitaan mengenai pemilu 2014 dituangkan dalam suatu rubrik yakni “Menuju Pemilu 2014”, dimana pemberitaan politik seputar pelaksanaan pemilu 2014 baik pemilu legislatif dan pilkada disajikan dalam beberapa judul berita. Adanya perubahan dari pembaca surat kabar ini sebagai efek dari adanya informasi yang menggugah pembaca, sehingga dapat
6
membentuk opini publik yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi merupakan salah satu variabel pembentuk sikap individu. Hal ini sejalan dengan hal yang dingkapkan oleh Krech bahwa informasi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dapat membentuk atau menentukan sikap orang atau kelompok itu (Krech 1982, dalam Regar). Peneliti memilih Surat Kabar Tribun Lampung karena target pasarnya cukup luas dan menurut hasil survey Nielsen pada tahun 2014 bahwa Surat Kabar Harian Tribun Lampung merupakan koran nomor 1 di provinsi Lampung yang banyak di baca oleh masyarakat dan juga secara ekonomis mampu dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang adakah pengaruh sebuah rubrikasi di surat kabar, terutama rubrik “Menuju Pemilu 2014” di Surat Kabar Harian Tribun Lampung terhadap minat calon pemilih pemula berpartisipasi di pemilu 2014. Penelitian dilakukan pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Jurusan Ilmu Komunikasi yang membaca surat kabar Tribun Lampung dan merupakan mahasiswa angkatan 2011-2013, karena pada lingkungan pendidikan ini mahasiswa Ilmu Komunikasi mengkaji secara mendalam tentang media massa serta mengkaji bidang jurnalistik sehingga
bisa lebih rasional dalam
pengembangan pikiran dan juga mereka masih termasuk usia pemula yang dimana usia pemula terutama mahasiswa pada angkatan tersebut merupakan bagian agent of change yang dianggap memiliki pemikiran yang kritis terhadap terpaan informasi yang di dapat.
7
1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh dari rubrik “Menuju Pemilu 2014” terhadap minat pemilih pemula untuk berpartisipasi pada Pemilihan Umum 2014?
1.3 Tujuan Peneltian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terpaan informasi pemilu pilkada dan pileg pada rubrik di “Menuju Pemilu 2014” SKHU Tribun Lampung terhadap minat calon pemilih pemula untuk berpartisipasi pada Pemilihan Umum 2014
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini :
a. Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan pengetahuan dalam ilmu komunikasi tentang media massa khususnya surat kabar yang bisa mempengaruhi individu sesuai dengan fungsinya dan bagaimana penyajian berita pada surat kabar sehingga menarik bagi pembaca.
b. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi SKHU Tribun Lampung yang memungkinkan untuk menambah lagi kualitas dan kuantitas berita yang disampaikan kepada khalayak pembaca agar lebih menarik dan informatif.