1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik seringkali digunakan sebagai media penyampaian pesan secara unik melalui lagu. Lagu sebagai media yang universal dan efektif, dapat menuangkan gagasan, pesan, dan ekspresi pencipta kepada pendengarnya melalui lirik, komposisi musik, pemilihan instrumen musik, dan cara ia membawakannya. Musik adalah bahasa yang universal, idiom ini mungkin sudah sangat sering kita dengar, dimana dalam pernyataan tersebut kita meyakini bahwa musik dapat diterima oleh siapapun bahkan oleh orang yang tidak mengerti akan musik sekalipun (non-musisi). Kehadiran musik dalam peradaban manusia sangat berkaitan erat, bahkan musik bisa dianalogikan sebagai air bagi kehidupan manusia. Bisa dipastikan bahwa kehidupan akan sangat membosankan jika musik tidak pernah ada. Sejarah selalu mencatat bahwa musik selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, hampir tidak ada peradaban yang tidak menyertakan musik sebagai bagian dari kebudayaannya. Mulai dari hal yang paling sederhana dalam kehidupan sampai hal yang paling kompleks musik selalu dilibatkan. Dari nyanyian pengantar tidur sampai nyanyian penyemangat perang ada dalam kebudayaan musik. Bahkan saat menulis penelitian ini pun, penulis senantiasa mendengarkan alunan musik melalui software itunes pada komputer.
Gagasan dalam lagu dapat berupa ungkapan cinta, protes terhadap suatu hal, kemarahan, kegundahan dan sebagainya. Yang kesemuanya itu dirangkai dengan kata-kata indah, puitis dan tidak selalu lugas. Tak dapat dipungkiri lirik lagu adalah faktor dominan dalam penyampaian pesan sebagai bagian kerangka lagu yang akhirnya dinikmati oleh pendengarnya. Musik
yang
mengandung
sebuah
teks
(lirik
dalam
lagu)
akan
mengkomunikasikan beberapa konsep. Konsep tersebut diantaranya menceritakan sesuatu, membawa kesan dan pengalaman pengarang, dan menimbulkan komentarkomentar atau opini sosial. Musik digunakan sebagai kendaraan pengarang untuk membawa ide (pesan) yang dirasakan oleh pengarang. Interaksi diantara musik dan drama (cerita) dalam teks seringkali menjadi kontributor penting dalam kinerja kesuluruhan sistem ini. Seiring dengan perkembangan teknologi yang kian modern, musik pun mengalami kemajuan yang cukup pesat. Beragamnya alat musik yang diciptakan semakin menambah kekayaan akan warna musik yang ada. Musik tidak lagi dinyanyikan dengan suara manusia saja karena alat musik digunakan pula sebagai pengiring suara manusia sehingga menghasilkan musik yang lebih menarik untuk di dengar. Musik memiliki kekuatan tersendiri untuk menyampaikan pesan, baik penyampaiannya secara eksplisit maupun dalam cara yang lebih implisit. Namun, pada dasarnya lirik lagu tetap menjadi kekuatan inti musik, yaitu sebagai media penyampai pesan dari penciptanya.
3
Berbagai fenomena banyak mengilhami terciptanya sebuah lagu, baik yang bersifat personal maupun universal. Seperti lagu Seperti Para Koruptor karya Slank yang terilhami dari budaya korupsi yang tengah tejadi dan mengakar di kalangan para pejabat, Heal The World yang dipopulerkan Michael Jackson mengisahkan tentang penderitaan yang disebabkan oleh kekejaman perang atau bahkan lagu Membakar Jakarta karya Seringai yang menceritakan tentang kekesalan masyarakat dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya di kota Jakarta. Hal tersebut menggambarkan bahwa lirik sebuah lagu dan musik pengiringnya dapat mengekspresikan sesuatu dengan cara yang menarik. Dengan hadirnya berbagai industri rekaman, musik dapat dinikmati oleh siapapun tanpa dibatasi umur dan wilayah geografisnya. Musik dapat hadir di tengah – tengah kehidupan manusia. Musik juga dapat disiarkan melalui media elektronik seperti radio, televisi dan perangkat media elektronik lainnya. Musik juga bahkan dapat disajikan dalam sebuah panggung pertunjukkan yang dikemas dengan berbagai aliran, warna, gaya dan irama yang menarik sehingga membuat musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan peradaban kebudayan manusia. Musik dapat dikategorikan sebagai salah satu media komunikasi massa namun tidak secara mutlak, tergantung pada saat apa dan bagaimana musik itu ditampilkan. Pada dasarnya musik tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan saja tetapi dapat juga dijadikan sebagai sarana kontrol sosial, seperti yang diekspresikan dalam lirik lagunya.
Fenomena tentang kesenjangan sosial pun ikut mewarnai kehidupan masyarakat saat ini, dimana yang kaya semakin berkuasa dan ‘si miskin’ semakin tertindas. Berbagai fakta tentang kemiskinan dan tingkat kesejahteraan masyarakat kini sedang marak dibicarakan. Kejahatan ‘kerah putih’, korupsi dari hulu sampai hilir pun tidak mau tertinggal dalam meramaikan tema-tema pembicaraan. Para pejabat seakan tidak punya malu terhadap dirinya sendiri. Dengan santai dan tanpa rasa berdosa, mereka tetap ‘menggerogoti’ aset dan keuangan negara. Tak hanya itu, orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai lembaga legislatif pun ikut berbicara tentang keinginan mereka. Tanpa rasa segan mereka mengatasnamakan kepentingan rakyat, agar keinginan mereka terpenuhi. Semua fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa citra bangsa Indonesia kini sudah berubah. Bangsa Indonesia tengah berada pada satu keadaan ketidakpastian moral. Satu keadaan yang membingungkan antara benar dan salah. Lalu dimanakah karakter budaya orang Indonesia yang menjunjung tinggi nilai moralitas? Apakah nilai kebersamaan, teposeliro dan gotong royong telah punah? Benarkah nilai-nilai budaya Indonesia telah luntur akibat pengaruh budaya asing? Hal seperti inilah yang menjadikan
Bangkutaman, sebuah grup musik
beraliran pop-alternative yang berasal dari Jakarta menjadi band yang kerap menciptakan lagu-lagu lewat mata hatinya. Melalui lirik - lirik lagunya, Band Bangkutaman dapat dikategorikan sebagai kelompok musik berhaluan indie-pop, karena liriknya banyak memuat nilai – nilai kemanusiaan, tema-tema politik, dan
5
semangat perubahan sosial. Lirik yang syarat akan pesan moral yang secara tidak langsung mengajak setiap elemen bangsa untuk ikut serta dalam pembangunan bangsa. Penetapan band Bangkutaman sebagai objek penelitian ini, didasarkan karena hampir dari karya lagu - lagunya berbicara tentang politik, pesan moral dan nilai nilai kemanusiaan yang membawa pendengarnya pada kekayaan batin yang luas dan karakter yang khas. Band Bangkutaman juga merupakan salah satu band indie Jakarta yang mengangkat berbagai realitas sosial yang terjadi di negeri Indonesia ini. Selain itu dengan mengangkat band Bangkutaman dalam penelitian ini, maka kita juga ikut memberikan kesempatan kepada Bangkutaman untuk dapat menyuarakan apa yang sedang terjadi di kalangan masyarakat serta memotivasi untuk terus berkreasi dalam menciptakan karya - karya yang lebih besar lagi guna kemajuan bangsa. Isi atau pesan yang ingin disampaikan Bangkutaman dalam setiap liriknya sangat menonjol dan sesuai dengan situasi yang terjadi pada saat itu. Disinilah Bangkutaman mengekspresikan penglihatan mata hati dan kepekaan sosial mereka. Lagu Ode Buat Kota yang diciptakan J.Irwin dan Wahyu Nugroho ini mungkin akan menyadarkan masyarakat dari keterlelapannya selama ini. Bahkan mempengaruhinya dan membangkitkan semangatnya untuk ikut membenahi keadaaan Ibu kota Indonesia yang menyedihkan seperti sekarang ini. Begitu signifikannya peranan pesan dalam sebuah proses komunikasi, menjadi
telaah tersendiri yang menarik perhatian banyak pihak untuk menelitinya lebih dalam tentang ilmu komunikasi. Begitupun halnya dengan penelitian ini yang akan menganalisis pesan dalam bentuk sebuah wacana teks (lirik lagu). Penelitian ini, diarahkan untuk menelaah secara kewacanaan tentang muatan pesan yang memiliki tendensi realitas sosial yang terdapat di masyarakat Indonesia saat ini. Analisis wacana dalam konteks sebuah musik mengambil lirik sebagai pondasi utama penelitiannya. Melalui pendekatan Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, yang juga termasuk dalam analisis wacana kritis (CDA-Critical Discourse Analysis). Dalam penelitian ini, penulis menelaah lirik lagu Ode Buat Kota hanya pada dimensi teks semata pembuat wacana tersebut, dalam hal ini adalah band Bangkutaman. Metode kualitatif dengan pisau bedah Analisis Wacana pendekatan Teun A. Van Dijk, ditempuh untuk memperoleh kedalaman pemaknaan secara interpretatif dari teks wacana lirik lagu Ode Buat Kota, terutama menyangkut muatan pesan yang mengandung realitas sosial yang terjadi saat ini di negara kita tercinta. Dengan menggunakan metode analisis wacana, peneliti menganalisis unsur teks lirik pada lagu band Bangkutaman dari berbagai segi internal dan eksternal yang melingkupinya. Analisis ini ditempuh untuk menemukan makna pesan yang hendak disampaikan kepada audiens. Dengan segala pertimbangan di atas maka perlunya mengangkat bait demi
7
bait lirik dari lagu Ode buat kota untuk diteliti dan mencoba menyampaikan isi pesan yang terkandung di dalamnya dengan judul skripsi REPRESENTASI KRITIK SOSIAL
DALAM
LIRIK
LAGU
ODE
BUAT
KOTA KARYA
BAND
BANGKUTAMAN. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan, yakni : “Bagaimana Representasi Realitas Sosial dalam lirik lagu Karya Band Bangkutaman”.
1.3
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan penjabaran dari tema sentral masalah
mengenai sub masalah yang khusus, yang dirumuskan berupa pertanyaan atau pernyataan. Berdasarkan latar belakang masalah, dan perumusan yang telah lebih dahulu dipaparkan, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalah yang diperkirakan muncul, sebagai berikut: 1. Bagaimana Representasi Realitas Sosial dalam lirik lagu karya band Bangkutaman dilihat dari Struktur Makro 2. Bagaimana Representasi Realitas Sosial dalam lirik lagu karya band Bangkutaman dilihat dari Super Struktur 3. Bagaimana Representasi Realitas Sosial dalam lirik lagu karya band
Bangkutaman dilihat dari Struktur Mikro
1.4
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui representasi realitas sosial dalam lirik lagu karya band Bangkutaman dilihat dari Struktur Makro 2. Untuk mengetahui representasi realitas sosial dalam lirik lagu karya band Bangkutaman dilihat dari Super Struktur 3. Untuk mengetahui representasi realitas sosial dalam lirik lagu karya band Bangkutaman dilihat dari Struktur Mikro
1.5
Kegunaan Penelitian 1.
Secara teoritis, penulis berharap bahwa penelitian ini akan berguna dan memberikan kontribusi kongkret atas progresivitas kajian ilmu komunikasi terutama yang berkaitan dengan metodologi kualitatif tentang analisis kewacanaan dengan menggunakan pendekatan Teun A. Van Dijk. Pendekatan analisis wacana yang pada hakekatnya diciptakan untuk menalaah pemberitaan pada suatu media, pada perkembangannya bisa juga digunakan untuk meneliti wacana-wacana diluar pemberitaan media. Selama yang menjadi objek kajiannya adalah sebuah wacana, maka pendekatan analisis wacana bisa digunakan, seperti halnya penelitian ini yang menelaah lirik lagu sebagi objek kajiannya. Semoga dengan adanya penelitian ini, bisa
9
menambah
referensi
dan
pijakan
bagi
penelitian-penelitian
selanjutnya. 2.
Secara praktis, dengan adanya penelitian tentang representasi sosial dibalik lirik lagu ini, penulis berharap khalayak luas bisa dan mau membuka mata tentang representasi sosial yang kadang-kadang secara implisit tersembunyi dibalik wacana yang dikemukan, baik dalam wacana-wacana pemberitaan dalam media maupun wacana-wacana lainnya seperti dalam penelitian ini yang menelaah lirik lagu. Semoga dengan terkuaknya tabir representasi sosial dalam sebuah wacana bisa membawa angin perubahan atas tatanan sosial di negara kita ini yang semakin lama semakin menunjukan degradasi.
1.6
Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih sistematis dan untuk mempermudah dalam pembahasan
masalah dan menghindari salah pengertian, termasuk menghindari penelitian yang keluar jalur, maka penulis membatasi permasalahan yakni : 1.
Objek yang diteliti adalah lagu karya Band Bangkutaman yang isinya bertemakan realitas sosial yang berfungsi untuk melihat wajah perkotaan yang sebenarnya yang terdapat pada album Ode Buat Kota.
2.
Analisis dilakukan pada teks media yang berupa lirik lagu berjudul Ode Buat Kota.
3.
Metode yang digunakan adalah metodologi kualitatif dengan pendekatan Analisis Wacana Kritis Kognisi Sosial, Teun A. Van Dijk.
4.
Penulis menggunakan model analisis wacana kritis, Teun A. Van Dijk dan membatasinya pada aspek dimensi teks semata yaitu untuk meneliti struktur dari teks yang terdiri dari : a. Struktur Makro yaitu tematik (topik), b. Super Struktur yaitu skematik (alur/skema), dan c. Struktur Mikro yaitu semantik (hanya pada elemen latar), stilistik (hanya pada elemen leksikon) dan retoris (hanya pada elemen metafora).
1.7
Kerangka Pemikiran Pada konteks penelitian ini, gagasan Berger dalam konstruksi realitas yang
terdapat di lirik lagu Ode Buat Kota, proses yang pertama kali terjadi adalah eksternalisasi, pengarang lagu (J.Irwin dan Wahyu Nugroho) memiliki konsepsi dan kerangka pemikiran tersendiri mengenai kondisi kota (Jakarta) yang tidak baik-baik saja. Sedangkan dalam ideologi dominan (penguasa), mereka memiliki pandangan bahwa kota (Jakarta) ini tengah berada dalam situasi yang stabil, rakyat sejahtera, tingkat kemiskinan menurun atau dalam kata lain bahwa kota (Jakarta) ini baik-baik saja. Berbagai skema dan pemahaman tentang kota (Jakarta) ini digunakan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Proses selanjutnya adalah internalisasi, dimana
11
Bangkutaman mengamati dan mengobservasi mengenai realitas sebenarnya dari kondisi kota (Jakarta) ini. Dan dari proses-proses ini terjadilah suatu proses dalam pikiran
pembuat
lagu,
yang
kemudian
menjadi
suatu
objektivasi
yang
termanifestasikan dalam bentuk sebuah wacana lirik lagu. Maka melalui tiga momen tersebut kita bisa melihat bagaimana hubungan antara manusia dan masyarakatnya dimana dalam masing-masing tiga momen tersebut saling berkesesuaian dengan suatu karakterisasi yang esensial dari dunia sosial. Hubungan antara manusia dan masyarakat ini dapat dipahami sebagai berikut; Bahwa masyarakat adalah produk manusia dan manusia adalah produk masyarakat. Bahwa manusia adalah pencipta kenyataan sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana kenyataan obyektif mempengaruhi kembali manusia melalui proses internalisasi. Definisi dari pernyataan di atas menurut Peter L Berger dan Thomas Luckman
(dalam Eriyanto) dalam bukunya “Konstruksi atas
Realitas Sosial” Artinya, manusia (tentunya tidak dalam keadaan terisolasi, tetapi dalam kolektivitas-kolektivitasnya) dan dunia sosial saling berinteraksi satu sama lainnya. Produk berbalik mempengaruhi produsennya. Masyarakat merupakan produk manusia. Masyarakat merupakan kenyataan obyektif. Manusia merupakan produk social.(1991;87). Lirik dalam Lagu sebagai sebuah wacana selalu mengandung teks dan konteks didalamnya. Ketika kita berbicara tentang teks yang tertulis, maka kita sudah berbicara tentang konteks yang berkembang di masyarakat pendukung musik
tersebut. Musik yang tidak bisa dipisahkan dari konteks sosialnya, yaitu tempat dimana musik tersebut diproduksi, akan selalu berkaitan erat dengan struktur yang lebih besar dari entitas-entitas pembentuk musik itu sendiri yakni struktur besar masyarakat. Dimana dalam fungsi yang pragmatis, wacana dalam konteksnya digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik kekuasaan dan bahkan untuk mengkritisi kekuasaan yang ada, seperti halnya dalam wacana lirik lagu pada penelitian ini. Hal ini bisa kita lihat dari pernyataan Eriyanto dalam bukunya “Analisis Wacana” di bawah ini : Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA), Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik kekuasaan. (2001; 7). Indonesia sebagai konteks sosial dari lirik lagu Ode Buat Kota tengah berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Pengangguran, pengemis, pengamen dimana-mana, sungai atau kali yang sangat kotor dan hitam, jalanan macet, penataan kota yang berantakan, pendidikan dan biaya kesehatan mahal, kelaparan menyeruak di pinggiran kota, sementara itu korporasi berskala nasional maupun internasional memperkosa kekayaan alam demi memperoleh akumulasi profit dan memuaskan nafsu rakusnya yang mengerikan. Kondisi ini menjadi gambaran yang secara umum dengan mudah dapat kita temui di Jakarta. Sementara itu representasi merujuk pada bagaimana seseorang atau sekelompok orang atau bahkan sesuatu (seperti halnya Indonesia) ditampilkan dan
13
mungkin diberi arti secara tidak langsung melalui praktik-praktik yang terdapat dalam suatu diskursus kewacanaan. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa realitas sosial yang terkandung dalam lirik lagu tersebut dengan menggunakan pendekatan model Teun A.Van Dijk yang merupakan salah satu model analisis wacana kritis (Critical Disource Analysis/CDA). Alasannya, karena analisis wacana menggambarkan teks dan konteks secara bersamaan. Selain itu di dalam sebuah lirik lagu selalu ada bahasa yang tersirat dan tersurat dan wacana merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks konteks yang terdapat di dalam teks. Pendekatan tersebut mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Penggabungan ketiga dimensi tersebut menjadi satu kesatuan analisis merupakan inti dari analisis dengan model van Dijk. Analisis wacana kritis adalah salah satu cara menganlisis wacana secara mendalam. Hal ini karena fungsi bahasa disini bukan hanya sebagai alat percakapan sehari-hari saja tetapi lebih kepada alat untuk menginformasikan, mengkonfirmasikan, memproduksi suatu kejadian. Juga sebagai alat untuk bertanya dalam memberikan pemahaman mengenai kebenaran hubungan antara peristiwa, sejarah dan ideologi yang dianut dalam masyarakat.
Gambar 1.1 : Struktur Teks Analisis Wacana Van Dijk STRUKTUR WACANA Struktur Makro Super Struktur
HAL
YANG ELEMEN
DIAMATITematik Tema/topik
yang
di
Skema
kedepankan dalam suatu
(lirik Latar, Detil, Maksud,
berita Struktur Mikro
Topik
lagu).Skematik Bagimana
Praanggapan,
bagian
dan NominalisasiSumber : urutan berita diskemakan Eriyanto,2001:228 dalam teks berita utuh.Semantik Makna
yang
ditekankan
dalam
ingin teks
berita (lirik lagu). Misal dengan pada
memberi satu
sisi
detil atau
membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.