BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai aset bangsa yang harus diutamakan oleh bangsa
kita, karena dipundak pemudalah harapan bangsa ini dititipkan. Kata pepatah, banyak jalan menuju roma. Banyak cara bisa digunakan untuk meraih cita-cita bangsa ini. Menghadapi era globalisasi yang syarat dengan kompetisi, setiap bangsa pasti memiliki cara sendiri untuk meraih mimpi, terutama demi mewujudkan harapan sebagai bangsa yang maju, makmur dan sejahtera. Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang berproses kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional kebentuk-bentuk atau fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1997:120) yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang memiliki makna sebagai beberapa bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Contohnya masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah (1974) bahwa kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya mengisi sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
tetapi merupakan subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas itu sendiri. Menurut teori gejala masalah akil balig Margareth Mead, (dalam Danandjaja, 1994:38) perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen antara laki-laki dan perempuan tidak bersifat biologis universal, melainkan suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan kepribadian seorang individu menurut beliau terjadi pada usia remaja, yaitu masa dari anak-anak menuju dewasa, dimana perkembangan kepribadian dan emosinya tergantung dari lingkungan dan kebudayaan sekitarnya baik itu laki-laki maupun perempuan. Setiap negara harus berjuang habis-habisan agar tidak tertinggal di belakang, alias menjadi pecundang. Agar tidak tergilas roda zaman, setiap negara harus mengantisipasi segala tantangan. Password keberhasilan dan kesuksesan menjawab tantangan zaman tak lepas dari peran generasi muda. Namun peran kaum muda dalam menggawangi perubahan zaman sering kali di abaikan dan di lupakan. India merupakan raksasa ekonomi nomor dua asia setelah cina memiliki strategi yang unik. Seorang pemuda miskin berkisah tentang bagaimana resepnya untuk menjadi sukses. Dia menggunakan 3 cara untuk meraih sukses. Ia ingin belajar dan menguasai sistem operasi windows, menulis nota faktur pembukuan dan belajar 400 kata dalam bahasa inggris. 400 kata itu adalah kunci untuk lolos dari test of english as foreign language
Universitas Sumatera Utara
(TOEFL), syarat utama pendaftaran universitas di amerika utara memang, tidak seketika dengan meguasai itu ia lantas bisa masuk ke universitas amerika serikat, tapi cara berpikir semacam ini telah menjangkiti generasi di daratan india. Ketiga resep sukses itu sejatinya merupakan prasyarat untuk menjawab tantangan globalisasi, yakni menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memahami seluk beluk dunia bisnis dan pergaulan internasional. Dengan menguasai tiga kunci globalisasi, mereka tidak perlu canggung lagi untuk bersaing dalam zaman kompetisi. Terobosan itu sangat di butuhkan oleh bangsa ini. Tapi lain ladang lain belalang. Lain india lain pula dengan afrika. Kendati senantiasa diremehkan banyak orang, afrika sejatinya menyimpan geliat spirit perubahan yang sangat dahsyat dan kuat. Setidaknya, hal ini dapat di simak pada New African, majalah berbasis di London dan Paris yang dikomandani oleh pemuda-pemudi kulit hitam lulusan universitas prestisius di Amerika Serikat, Inggris dan Eropa. Majalah Pan-Afrika paling laris ini menjadi corong siar perubahan. Sebagai bangsa poskolonial, mereka menyadari pahit getir penjajahan dan perbudakan. Mereka secara kritis menggugat penjajah kolonial sembari membakar spirit perubahan untuk memperjuangkan kemajuan bangsabangsa Afrika. Analisa-analisa yang keluar dari New African sarat berisi
Universitas Sumatera Utara
kritik, transformasi ilmu dan gagasan yang tak mampu dibantah oleh bangsa Barat sendiri. Bagi kaum mudanya, Afrika bukan kawasan yang miskin. Afrika merupakan mutiara hitam yang berserakan. Tercerai berai akibat rasisme, terjerat utang dan konflik kepentingan berkepanjangan. Karenanya, mereka berbondong-bondong berjuang sekuat tenaga untuk membangun kembali tanah kelahirannya dengan penuh keyakinan. Afrika harus bangkit dan maju. Mereka tidak ingin menjadi kacung seumur hidup dengan merebut kembali harga diri yang sekian lama terinjak-injak. Kolomnis muda Stella Orakwue misalnya, selalu hadir dalam kolomkolomnya yang memukau. Dalam esainya bertajuk What could we have done in Africa for Africa?, Stella mengajak kaum muda Afrika perantauan yang belajar di barat untuk kembali membangun Afrika dengan berbagi pengetahuan dan keahlian. Stella menulis, “I know everything I need to know about Europe: everything that 40 years of hard-won knowledge can bestow about European culture, English people, British attitude. And I know this: Europeans do not deserve African. We are too good for them. But hear this, get this: Without us they would be unable, incapable, of running their own countries! How’s that for you. We work, they play. But they treat us like we
Universitas Sumatera Utara
are nothing, nobodies, dirt. And now they want to destroy our minds so that wecan continue to “work” for them like 21st century plantation slaves.”1 Lantas bagaimana dengan bangsa Indonesia? Pasca kemerdekaan Republik 1945, negeri jiran tanpa malu mengais ilmu ke Indonesia. Malaysia dengan rendah hati mengirimkaum mudanya untuk belajar, sadar bahwa mereka masih tertinggal. Bayangkan sebelum 1970, Sumatera Utara mengirim ribuan guru ke Malaysia. Tidak sedikit warga negara Indonesia berbondong-bondong hijrah ke negeri jiran untuk mencari kerja sebagai kuli rendahan. Menjadi kuli saja tak pantas. Kita tidak perlu malu mengahadapi fakta. Kenyataan pahit harus menjadi cambuk untuk maju. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan kita harus yakin bahwa mempersiapkan generasi muda dengan sebaikbaiknya
merupakan
strategi
penting
menghadapi
perubahan
dan
transformasi sosial di masa depan. Jangan seperti katak dalam tempurung!. Negara tanpa kaum muda ibarat rumah kertas. Peran pemuda sangat penting yakni sebagai tulang punggung bangsa. Sumber daya riil, motor penggerak perubahan dan kunci kemajuan. Mereka harus dipersiapkan untuk meneriam tongkat estafet kepemimpinan dari generasi tua yang sebentar lagi pensiun. Mereka harus digembleng, diberi ruang dan difasilitasi untuk kemajuan.
1
Nababan, Ir Leo. 2013. Mahasiswa Pejuang Pejuang Mahasiswa. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Universitas Sumatera Utara
Tantangan yang harus dihadapi pemuda Indonesia tidak terletak pada level kultur, tapi pada tingkatan struktur. Etos kerja dan semangat belajar tidak perlu diragukan. Tapi sejauh mana mereka diberi ruang dan kesempatan untuk menggali potensi diri agar berkembang. Sangat disayangkan para pemuda dibiarkan berkembang dengan naluri alam.Rezim penguasa datang dan pergi silih berganti tapi tidak ada gebrakan berarti untuk kaum pemuda. Belum nampak upaya serius dari pemerintah untuk menggarap generasi muda sebagai aset bangsa, menggembleng pemuda sebagai ujung tombak dalam menghadapi tantangan zaman. Meski berbagai kebijakan di keluarkan seperti manusia unggul namun tidak ada perumusan yang jelas. Pelaksanaannya pun nihil bukan hal aneh jika berbagai kompetisi dan the best of ten universitas di dunia senantiasa didominasi kaum muda dari Cina, India, Afrika. Populasi penduduk Indonesia sangat besar seharusnya diolah dan dipersiapkan secara serius sebagai aset bangsa. Potensi kaum muda tidak boeh disia-siakan, tapi harus digodok sampai matang untuk membantu mengatasi berbagai persoalan bangsa. Predikat Indonesia sebagai bangsa kacung, bangsa kuli, dan kuli diantara bangsa-bangsa, sehingga sebutan yang terstigma di badan pemuda indonesia ini harus bisa di rubah untuk masa yang akan datang. Mahasiswa berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu Maha dan Siswa yang berarti Maha adalah sesuatu yang mempunyai makna derajat tertinggi dan siswa adalah pelajar ataupun manusia yang sedang menuntut ilmu di
Universitas Sumatera Utara
dunia pendidikan, dengan kata lain Mahasiswa adalah seseorang yang mempunyai derajat tertinggi di dalam dunia pendidikan yang berhubungan dengan perguruan tinggi. Menurut Suwono(1978)2 mahasiswa adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannnya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), di didik dan diharapkan menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa di dalam dunia pendidikan tidak hanya berfokus pada pendidikan itu sendiri, melainkan banyak juga mahasiswa yang bergabung dengan dunia organisasi di dalam lingkup perguruan tinggi tersebut. Banyak mahasiswa yang menuangkan ide pemikiran dan juga harapan kedepan untuk bangsanya di dalam ruang lingkup organisasi. Pada umumnya keberadaan mahasiswa telah menjadi sorotan di mata masyarakat. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan puncak status bagi para pelajar yang nanti akan dapat memperbaiki kehidupan perekonomian keluarga. Selain itu mahasiswa di Indonesia khususnya juga telah mengambil arti penting dalam sejarah perkembangan bangsa. Peran mahasiswa dalam perubahan di Indonesia tidaklah terlepas dari peristiwaperistiwa besar yang pernah terjadi. Peran tersebut ditunjukkan melalui berbagai rangkaian aktifitas yang dilakukan mahasiswa, atau dengan kata 2
Suwono.2011.Definisi Mahasiswa. Available online at http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/ (diakses tanggal 12 Januari 2012).
Universitas Sumatera Utara
lain rangkaian kegiatan mahasiswa tersebut dapat disebut dengan kata gerakan mahasiwa. Perjuangan mahasiswa juga tidaklah lepas dari peran dan fungsi organisasi mahasiswa. Hal itu dikarenakan organisasi dapat menjadi wadah untuk
berinteraksi
mahasiswa
dengan
sesama
untuk
memperluas
pengetahuan dan pemahamannya. Selain itu organisasi mahasiswa secara khusus dapat menjadi kekuatan pemersatu di tataran mahasiswa untuk mempermudah mencapai tujuan. Kembali merujuk sejarah Indonesia, maka dapat disaksikan bahwa perjuangan mahasiswa saat itu diwujudkan melalui organisasi mahasiswa. Pengertian organisasi3 itu sendiri adalah tempat orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sitematis, terorganisasi, terencana, terkendali, dan terpimpin dalam memanfaatkan sumber daya yang digunakan secara efektif daan efisien dalam mencapai tujuan organisasi secara bersama-sama. Organisasi adalah sekumpulan individu yang tergabung dalam satu wadah. Bisa dipastikan sekumpulan orang ini memiliki kesamaan ide, keinginan dan kebutuhan, serta tujuan yang diwujudkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan bersama. Sesuai dengan definisi organisasi menurut Robbins (2001:4) bahwa organisasi diartikan sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, organisasi terdiri dari 2(dua) 3
http://isma-ismi.com/pengertianorganisasi.html diakses 1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama. Tujuan organisasi terdiri dari kumpulan nilai-nilai, nilai yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi acuan ideal bagi individu-individu dalam
menentukan
aturan
hidupnya.
Seperti
halnya
menurut
Koentjaraningrat (1974), nilai merupakan konsepsi-konsepsi yang ada dalam pikiran masyarakat dan organisasi mengenai hal-hal yang berarti dalam hidup. Dalam konteks nilai budaya organisasi, hal ini berarti pedoman atau kepercayaan yang dijadikan acuan dalam menjalankan tugas organisasi. Menurut Stephen P. Robbinss organisasi adalah merupakan kesatuan social yang dikordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan berasama atau sekelompok tujuan. Masyarakat berasal dari kata Arab “Syaraka” yang berarti ikut serta (berpartisipasi) , dan dalam bahasa Inggris dipakai istilah Society yang berasal dari kata latin Socius yang berarti kawan. Di dalam ilmu antropologi masyarakat itu adalah sekelompok orang yang berkumpul dan memiliki kebudayaan yang dimana manusia tersebut tidak akan dapat hidup tanpa ada manusia lainnya, dengan kata lain manusia itu akan dapat hidup dengan saling bergantung dengan manusia lain.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat menurut beberapa ahli4: 1. Koentjaraningrat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatusistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. 2. Selo Soemardjan mengatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. 3. J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi dan perasaan persatuan yang sama. Penelitian tentang Organisasi kepemudaan5 sudah banyak di teliti oleh beberapa kawan-kawan baik yang sudah tamat maupun belum, akan tetapi kebanyakan dari mereka berbicara mengenai Organisasi Kepemudaan Pemuda Pancasila seperti yang di teliti oleh Okta Vina Saragih yang membahas
tentang
Resistensi
Masyarakat
Terhadap
Organisasi
Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok). Hal ini terjadi karena pergeseran nilai dan orientasi pada organisasi kepemudaan di
4
http://kesmas-unsoed.com/2011/10/definis-masyarakat-menurut-para-ahli.html akses 1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
Desa Perkebunan Bukit Lawang, sehingga masyarakat mempunyai prasangka yang buruk tentang organisasi kepemudaan tersebut. Pada dasarnya organisasi kepemudaan6 merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan kualitas diri, kelompok, dan juga masyarakat serta mengamalkan
kemampuannya
untuk
kesejahteraan
kelompok
dan
masyarakat sekaligus membangun masa depan yang lebih baik bagi diri anggota serta lingkungannya. Perlawanan yang dilakukan masyarakat Bukit Lawang terhadap Organisasi Pemuda Pancasila adalah perlawanan terbuka. Munculnya perlawanan ini karena masyarakat mulai merasa resah dan tidak nyaman akan keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila. Anggota Organisasi Pemuda Pancasila pada saat itu melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat dan juga pengunjung yang datang ke Bukit Lawang, seperti adanya rencana membuat tarif parif dihitung perjamnya, pungutan liar, pemberian kong (pajak getah), anggota organisasi PP yang terkesan premanisme, sering terjadi bentrokan, juga bentrokan yang terjadi antara anggota organisasi PP dengan anggota organisasi kepemudaan yang lainnya. Namun hal yang fatal adalah saat anggota Organisasi Pemuda Pancasila
melakukan
penyerangan
tiba-tiba
terhadap
masyarakat,
masyarakat saat itu sangat terkejut dan untungnya tidak ada korban. 6
Organisasi Kepemudaan sudah beralih fungsi menjadi Organisasi Masyarakat sesuai dengan Undang undang ormas tahun 2013, sehingga setiap Organisasi Kepemudaan menjadi Organisasi Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Puncaknya adalah saat anggota Organisasi Pemuda Pancasila melakukan pertemuan di salah satu penginapan Bukit Lawang, masyarakat yang mendengar hal tersebut berkumpul dan langsung menyerang anggota organisasi PP bermaksud untuk mengusir mereka dari Bukit Lawang. Anggota Organisasi Pemuda Pancasila bersembunyi di penginapan tersebut dan tidak berani keluar mengingat jumlah mereka yang tidak seimbang dengan masyarakat. Beberapa jam kemudian akhirnya bantuan dari aparat pun datang untuk meredakan masyarakat ini. Penyelesaian konflik dilakukan dengan kesepakatan antara masyarakat Bukit Lawang dengan anggota organisasi PP yang saat itu juga diikuti oleh aparat sebagai orang ketiga. Kesepakatan bersama tersebut adalah Organisasi Pemuda Pancasila tidak diijinkan lagi berdiri di Bukit Lawang Anggota organisasi Pemuda Pancasila (PP) bisa menerima keputusan itu karena memang anggota organisasi Pemuda Pancasila lah yang memulai konflik dengan masyarakat.7 Dinamika Organisasi Kepemudaan yang ada di masyarakat jika diamati dari skripsi di atas menimbulkan stigma negative. Karena adanya stigma negative pastilah ada stigma positif tersebut maka penulis mencoba menggali lebih dalam tentang keberadaan Organisasi Kepemudaan seperti
7
Saragih, Okta Vina. 2014. Skripsi : Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok). Fisip USU: Okta Vina Saragih Departemen Sosiologi Fisip USU.NIM 080901035. Abstrak.
Universitas Sumatera Utara
Ikatan Pemuda Karya yang berada di Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara. Sebagian mahasiswa bergabung ke dalam organisasi yang dimana organisasi tersebut adalah bagian dari ekstrakulikuler8 perguruan tinggi tersebut, disini penulis membahas organisasi SATMA IPK di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU), penulis tertarik untuk mengambil judul ini dikarenakan penulis ingin menuangkan tujuan dari Organisasi masyarakat dimana tujuan dari organisasi ini adalah guna memajukan bangsa dan negara Indonesia, juga penulis ingin merubah paradigma ataupun pandangan masyarakat yang menganggap bahwa organisai IPK (ikatan Pemuda Karya) adalah organisasi yang hanya mengandalkan kekerasan di dalam kegiatan organisasi tersebut, maka dari itu penulis ingin menuangkan pemikiran penulis dimana IPK (ikatan Pemuda Karya) tidak hanya semata-mata bertindak dengan kekerasan melainkan organisasi ini juga melayani masyarakat dengan kegiatan-kegiatan social seperti kegiatan peduli mayarakat, dan disini penulis meyakinkan bahwa organisasi ini adalah sekumpulan orang yang dimana mereka bekerja dengan KARYA NYATA bukan KARYA KATA. IPK adalah singkatan dari Ikatan Pemuda Karya dimana dulunya organisasi ini dibentuk pada zaman Soeharto dan organisasi ini berkembang sampai pada hari ini dengan tujuan sebagai wadah guna mewujudkan visi
8
Ekstrakulikuler adalah kegiatan diluar materi pelajaran(http://kafeilmu.comakses 1/12/2014
Universitas Sumatera Utara
misi dimana visi misi organisasi ini mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dikarenakan organisasi IPK (Ikatan Pemuda Karya) ini berideologi Pancasila dan dimana Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. SATMA IPK itu sendiri adalah singkatan dari Satuan Mahasiswa yang dimana didalamnya terdapat sekelompok Mahasiswa yang mempunyai satu pemikiran untuk bersama-sama berkarya guna memajukan bangsa dan dimulai dari mahasiswa itu sendiri. Pandangan masyarakat yang buruk terhadap organisasi IPK dapat diubah dengan munculnya organisasi SATMA IPK dimana keseluruhan anggotanya berisikan mahasiswa yang masih aktif di Perguruan Tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara organisasi masyarakat IPK dengan SATMA IPK, dimana organisasi masyarakat IPK lebih mengutamakan otot dalam kegiatan organisasinya sedangkan SATMA IPK lebih mengutamakan otak atau pemikirannya dalan kegiatan organisasinya. Ini dikarenakan seluruh anggota SATMA IPK berisikan mahasiswa yang aktif di Perguruan Tinggi yang berada di ruang lingkup USU (Universitas Sumatera Utara).
Universitas Sumatera Utara
1.2
Tinjauan Pustaka Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.9 Antropologi adalah bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Jika diamati lebih dalam maka Antropologi dapat mengkaji apapun yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan manusia. Kita sering menggunakan istilah pemuda atau generasi muda dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk mengetahui pengertian dari istilah pemuda/generasi muda ini penulis berpedoman pada pendapat para ahli. Menurut Muhammad Ali (1989:258): ”Muda diartikan belum sampai setengah umur, belum cukup umur”. Maka dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pengertian muda itu difokuskan pada usia dengan batas tertentu penggolongannya seperti pada anak-anak dan remaja. Sedangkan menurut N. Daldjoni (1974:35) Generasi adalah: ”Keseluruhan individu dalam bermasyarakat yang sebenarnya sebagai
9
Koentjaraningrat (1990).Pengantar Ilmu Antropologi Cetakan ke delapan. Jakarta : Rineka Cipta
Universitas Sumatera Utara
akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis terhadap generasi atasnya”. Dari pengertian ini dapat di simpulkan bahwa generasi menunjukkan tempat atau kedudukan mereka bersama sebagai kelompok usia. Generasi muda adalah keseluruhan orang yang mempunyai usia belum setengah umur dan mempunyai kesamaan dalam masa hidupnya akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang sama bersikap kritis terhadap generasi. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga seperti ruang lingkup tempat pemuda berada diperoleh 3 kategori yaitu : 1. Siswa usia 6-18 tahun, masih ada dibangku sekolah. 2. Mahasiswa di Universitas perguruan tinggi usia antara 18-25 tahun. 3. Pemuda diluar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi usia antara 15-30 tahun. Dengan melihat batasan-batasan unsur generasi muda yang diuraikan diatas, maka untuk mempermudah pengertian dalam uraian-uraian selanjutnya mengenai umur generasi muda pada umumnya, khususnya dalam tulisan ini diambil kesimpulan bahwa batas usia pemuda itu adalah antara 15-30 tahun. Mahasiswa merupakan sekelompok generasi muda yang terdaftar secara administratif di perguruan tinggi. Keterikatan generasi muda tersebut
Universitas Sumatera Utara
terhadap perguruan tinggi telah mengharuskan generasi muda itu untuk dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai akademisi (menuntut pengetahuan serta menggali dan mengembangkan khasanah keilmuan atau belajar). Konsumsi pengetahuan yang didapatkan secara terus menerus memunculkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara sistematis dan komprehensif dalam melihat sesuatunya. Hal ini menjadikan mahasiswa orang-orang yang memiliki kemampuan
intelektulitas. Terdapatnya
kemampuan tersebut akan menjadikan mahasiswa semakin kritis ketika ada pandangan yang tidak lazim menurut pemikirannya (idealisme). Implementasi dari sikap kritis tersebut akan menuju pada pola-pola tindakan mahasiswa yang berusaha mengembalikan suatu kondisi pada kondisi yang ideal. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Syari‟ ati (1998:42) bahwa orang yang memiliki intelektualitas adalah orang mempunyai tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab yang dimaksud seperti mencari
sebab-sebab
yang
sesungguhnya
dari
keterbelakangan
masyarakatnya, dan menemukan penyebab sebenarnya dari kemandegan dan kebobrokan rakyat dalam lingkungannya. Sejarah perkembangan Indonesia telah membuktikan bahwasannya mahasiswa ikut mengambil peran dalam perubahan. Seperti apa yang dipaparkan Suharsih & Kusuma (2007:37-38), mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang kritis dan memiliki intelektualitas. Mahasiswa sering dianggap
Universitas Sumatera Utara
sebagai agent of change dan agent of sosial control karena mahasiswa merupakan kelompok yang mampu mengenyam pendidikan sampai taraf tinggi. Kemampuan intelektualitas yang dimiliki mahasiswa mengarahkan mahasiswa untuk peka dengan kondisi. Kemampuan intelektualitas pada dasarnya berbasis pada teori-teori untuk menemukan suatu kebenaran dari pengetahuan, sehingga dengan teori-teori yang dimiliki mahasiswa dapat menilai suatu kondisi. Berdasarkan penilaian dari kondisi tersebut mahasiswa dapat menyimpulkan tepat atau tidaknya suatu keadaan dengan ide yang dimiliki. Ketika kondisi yang diketahui tidak sesuai dengan ide yang dimiliki, maka mahasiswa berusaha untuk menyesuaikan ide tersebut dengan kondisi. Dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat, penyesuaian ide tersebut telah menagarahkan mahasiswa untuk melakukan aksi-aksi dalam berbagai tindakan yang dapat merubah kondisi atau lebih dikenal dengan gerakan mahasiswa. Menurut Harapan & Basril (2000:3-4), gerakan mahasiswa merupakan seperangkat kegiatan mahasiswa yang bergerak menentang dan mempersoalkan realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan realitas subyektif mereka. Acapkali gerakan mahasiswa dimulai dari tuntutantuntutan menentang kebijakan pendidikan, terutama otoritas perguruan tinggi, kemudian bergerak menuju kebijakan nasional, kemudian kekuasaan pemerintah yang sedang berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sanit (1999:32), ada lima faktor yang menjadikan mahasiswa peka dengan masalah kemasyarakatan, sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan. 1. Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan yang terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat. 2. Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara angkatan muda. 3. Kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi di antara mereka. 4. Mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat. 5. Seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah di masyarakat. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya jika mahasiswa mampu melakukan gerakan-gerakan yang solid untuk menciptakan suatu perubahan kearah yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Gerakan yang diperankan mahasiswa saat menyuarakan aspirasinya bukanlah merupakan gerakan individualis, melainkan gerakan kolektif. Sesuai dengan apa yang dikatakan Sunarto (2004:203) bahwa gerakan yang diperankan mahasiswa diklasifikasikan sebagai bentuk perilaku kolektif, maka dapat disebut sebagai gerakan sosial (social Movement). Gerakan sosial ditandai dengan adanya tujuan kepentingan bersama. Gerakan sosial dilain pihak ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang yaitu untuk mengubah atau mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya. Sejarah perlawanan mahasiswa di Indonesia khususnya merupakan gerakan kolektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat beberapa peristiwa sejarah Bangsa Indonesia yang telah dilalui. Seperti yang diketahui pada saat itu, keterlibatan organisasi mahasiswa telah menjadi faktor penentu dengan membawa wacana bersama untuk menolak rezim yang berkuasa. Proses organisasi dalam rangka mencapai tujuan telah mewujudkan pada karakteristik organisasi sebagai identitas dari organisasi atau dapat disebut dengan budaya organisasi. Hal inilah yang membedakan antara setiap organisasi yang ada. Menurut Schein (dalam Sobirin, 2007:132), budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh sekelompok orang. Setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal,
Universitas Sumatera Utara
sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru
sebagai
cara
yang
benar
untuk
berpersepsi,
berpikir
dan
mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi. Interaksi komisariat dengan setiap individunya mengharuskan individu tersebut berubah sesuai dengan inginnya komisariat. Sesuai dengan yang dikatakan oleh H Bonner (dalam Santoso, 1999:15) bahwa dalam interaksi sosial, kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi yang dimaksud adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia. Perbedaan kelompok dan kualitas individu yang ada dalam masyarakat tersebut, mengakibatkan munculnya ketertiban, keselarasan dan rasa solidaritas diantara sesama. Solidaritas dalam konteks penelitian ini adalah keterikatan erat antara individu yang satu dengan individu yang lain pada situasi sosial tertentu. Solidaritas yang muncul dalam setiap kelompok masyarakat disebabkan adanya beberapa persamaan, seperti persamaan kebutuhan, keturunan, dan tempat tinggal. Oleh karena itu solidaritas menurut Doyle (1986:181) menunjuk pada suatu hubungan antara individu atau kelompok berdasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut dan di perkuat oleh pengalaman emosional bersama, ikatan ini lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional.
Universitas Sumatera Utara
Setiap individu yang terikat dalam suatu ikatan solidaritas kelompok masyarakat, memiliki kesadaran kolektif yang sama. Kesadaran kolektif adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang membentuk sistem tertentu dan dimiliki bersama. Kesadaran kolektif memiliki sifat sakral karena mengharuskan rasa hormat dan ketaatan, hal tersebut dapat tercipta dengan baik apabila prilaku individu dalam kelompok masyarakat telah sesuai dengan sistem yang ada. Khaldun (dalam Soekanto. 1990:26). Solidaritas dalam bentuk keterkaitannya sering muncul dalam aktivitas gotong royong, menurut Koentjaraningrat (1961: 2), gotong royong adalah kerjasama diantara anggota-anggota suatu komunitas. Lebih lanjut gotong royong dapat di golongkan kedalam tujuh jenis, yakni: 1. Gotong royong yang timbul bila ada kematian atau beberapa kesengsaraan lain yang menimpa penghuni desa. 2. Gotong royong yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa. 3. Gotong royong
yang
terjadi
bila
seorang
penduduk
desa
menyelenggarakan suatu pesta. 4. Sistem gotong royong yang dipraktekkan untuk memelihara dan membersihkan kuburan nenek moyang. 5. Gotong royong dalam membangun rumah. 6. Gotong royong dalam pertanian. 7. Gotong royong yang berdasarkan pada kewajiban kuli dalam menyumbangkan tenaga manusia untuk kepentingan masyarakat (Koentjaraningrat, 1997: 32-33).
Universitas Sumatera Utara
Dalam pergerakannya SATMA IPK USU mencoba membangun hubungan interaksi sosial antar mahasiswa tersebut dengan cara menanamkan rasa solidaritas di antara individu serta memberikan arahan dan pendidikan yang berlandaskan kepada budaya organisasi yang dimiliki. Sesuai
dengan
penjelasan
di
atas,
penelitian
ini
akan
mendeskripsikan dan menjelaskan eksistensi SATMA IPK USU untuk melihat sejauh mana organisasi mahasiswa ini berperan dalam akademika kampus dan masyarakat. Budaya organisasi yang dimiliki tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pardigma berpikir yang tercermin dari setiap bentuk tindakan dan perilaku anggota sebuah organisasi. Seperti yang diketahui sejauh ini IPK merupakan organisasi yang terkesan militan dan anarkis dalam pandangan masyarakat. Pada saat massa kepemimpinan Olo Pangebangean sebagai ketua umum nasional organisasi masyarakat IPK merupakan puncak kejayaan organisasi tersebut dan pada saat itu muncullah berbagai persepsi tentang IPK yang terkesan organisasi negatif seperti maraknya perjudian berupa toto gelap ( togel ) di Sumatera Utara. Pada penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan hal yang berbeda dari pandangan masyarakat terhadap organisasi ini. Peneliti akan menjelaskan berbagai peran SATMA IPK USU dalam kegiatan akedimisi serta gerakan yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk yang beragam.
Universitas Sumatera Utara
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
membahas pokok permasalahan yang menjelaskan secara terperinci tentang SATMA IPK USU sebagai salah satu organisasi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, dengan hal ini maka digunakan pertanyaan kunci yang akan menjawab permasalahan tersebut antara lain : 1. Apa yang dimaksud dengan SATMA IPK USU ? 2. Bagaimana eksistensi SATMA IPK di Universitas Sumatera Utara (USU) ?
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian tentunya memliki tujuan dan manfaat yang sangat
penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah suatu penelitian menjadi dapat lebih dimengerti oleh di penulis. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan kuliah S1 pada Departemen Antropologi FISIP USU. 2. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya SATMA IPK dapat berdiri dan dapat membuka cabang di Lingkungan Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara (USU) Sebenarnya manfaat penelitian ini tidak hanya dirasakan oleh si penulis saja, tetapi juga bermanfaat bagi para pembaca. Karena dalam penelitian yang telah dilakukan ini, kita jadi mengetahui bagaimana
Universitas Sumatera Utara
berdirinya dan berkembangnya SATMA IPK di Universitas Sumatera Utara (USU).
1.5.
Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab. Bab pertama adalah pembahasan
mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini. Kemudian tinjauan pustaka yang berisi teori dan konsep yang mendukung penelitian ini. Selanjutnya pembahasan rumusan masalah yang disusul dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Dua bagian terakhir adalah pembahasan mengenai sistematika penulisan dan metode penelitian yang berisi tentang pengalaman penelitian. Pada bab kedua berisi hal-hal yang menyangkut kondisi lokasi penelitian yaitu SATMA IPK Universitas Sumatera Utara (USU) Pada bab ketiga berisi tentang sejarah Organisasi IPK baik secara umum maupun Organisasi SATMA IPK USU. Selain itu bab ini juga berisi tentang struktur organisasi IPK maupun SATMA IPK USU dan juga membahas tentang internal IPK dan SATMA IPK USU. Pada bab keempat akan dibahas hal-hal mengenai pola SATMA IPK USU di ranah pengkaderan sehingga menghasilkan kader-kader yang berkarakter serta menghasilkan kader-kader yang loyal dan militan terhadap organisasi IPK dan juga alasan mengapa mahasiswa tersebut memilih menjadi anggota SATMA IPK USU.
Universitas Sumatera Utara
Bab terakhir atau bab kelima berisi tentang kesimpulan yang bisa diambil dari bab-bab sebelumnya mengenaiOrganisasi SATMA IPK USU. Bab ini juga berisi saran-saran yang diperlukan dan diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pihak yang berkepentingan terhadap penulisan skripsi ini. 1.6.
Metode Penelitian
1.6.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian Penelitian adalah suatu tindakan seseorang yang dilakukan sistematis dan mengikuti aturan-aturan metodologi, misalnya: observasi, dikontrol dan berdasarkan pada teori yang dapat diperkuat dengan gejala yang ada. Penelitian yang akan dilakukan ini tentunya mempunyai metode yang akan digunakan. Metode penelitian adalah cara-cara dan prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan data secara bertanggung-jawab sesuai dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Menurut Gunnar Myrdal: “etos ilmu pengetahuan sosial adalah mencari kebenaran „objektif‟. Penelitian ini bersifat deksriptif dengan menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan bagaimana eksistensi Satma IPK USU? Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala hubungan tertentu antar suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, tentunya akan bersifat etnografi pula, karena untuk mendeskripsikan fenomena di lapangan, pastinya banyak hal yang dapat harus dipahami dalam proses mendeskripsikannya. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktifitas ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh Malinowski, tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Tidak hanya mempelajari masyarakat, etnografi berarti lebih daripada belajar dari masyarakat. Di dalam penelitian ini, ada 2 jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan juga melalui wawancara. Sedangkan pada data sekunder, hanyalah sebagai pelengkap untuk melengkapi data primer yaitu data yang diperoleh dari karangan-karangan ilimiah ataupun dokumendokumen yang berasal dari media massa internet, data dari pemerintahan, organisasi masyarakat dan sebagainya. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan strukturasi yang memiliki arti suatu metode yang mengambil kehidupan sosial adalah lebih dari sekadar tindakan-tindakan individual. Namun, kehidupan sosial itu juga tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Giddens, human agency dan struktur sosial berhubungan satu sama lain. Tindakan-tindakan yang berulang-ulang (repetisi) dari agenagen individual-lah yang mereproduksi struktur tersebut. Tindakan seharihari seseorang memperkuat dan mereproduksi seperangkat ekspektasi. Perangkat ekspektasi orang-orang lainlah yang membentuk apa yang oleh sosiolog disebut sebagai “kekuatan sosial” dan “struktur sosial.” Hal ini berarti, terdapat struktur sosial seperti, tradisi, institusi, aturan moral serta cara-cara mapan untuk melakukan sesuatu. Namun, ini juga berarti bahwa semua struktur itu bisa diubah, ketika orang mulai mengabaikan, menggantikan, atau mereproduksinya secara berbeda. 1.6.2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini diperlukan data yang valid dan objektif sehingga dibutuhkan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Pada kesempatan ini peneliti menggunakan kombinasi tiga teknik pengumpulan data, yaitu : a. Observasi Partisipasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap gejala yang terjadi pada objek yang diteliti. Panca indera manusia adalah alat utama yang digunakan untuk menangkap segala gejala yang diamati. Hasil dari gejala yang ditangkap oleh panca indera tersebut dapat dicatat untuk kemudian dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian. Tujuan utama pengamatan adalah untuk mencatatkan atau mendeskripsikan prilaku objek serta memahaminya dan
Universitas Sumatera Utara
akhirnya menjadi sebuah kesimpulan awal.Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari
observasi partisipasi yang
dilakukan untuk melihat secara langsung proses dinamika SATMA IPK, Tidak hanya itu selama proses pengumpulan data melalui observasi, saya juga terlibat dan ikut serta dengan aktivitas satma. Secara operasional teknik pengumpulan data yang berupa observasi partisipasi tidak bisa dipisahkan dengan teknik pengumpulan data yang berupa wawancara mendalam.
b. Wawancara Mendalam Didalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulkan data melalui teknik wawancara. Wawancara ataupun interview adalah suatu percakapan yang memiliki pertanyaan yang sudah terstruktur (formal) dan dengan maksud tertentu antara pewawancara atau yang sering disebut dengan interviewer dengan informan yaitu orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara yang dilakukan yakni melakukan Tanya jawab secara langsung dan terbuka dengan individu ataupun kelompok yang akan diteliti. Tujuan melakukan wawancara dalam penelitian adalah guna mendapatkan keterangan secara lisan dari informan atau sering juga disebut dengan responden.Responden adalah seseorang yang diwawancarai dan diharapkan memberikan respon atas pertanyaan terstruktur yang diajukan. Sedangkan informan adalah seseorang yang diwawancarai dan diharapkan memberikan keterangan ataupun informasi mengenai hal-hal yang ingin
Universitas Sumatera Utara
diketahui oleh si peneliti. Ada beberapa tipe informan seperti informan pangkal, informan kunci, dan juga informan biasa. Dalam penelitian antropologi, biasanya menggunakan istilah informan ini kepada orang-orang yang memberikan keterangan ataupun informasi. Wawancara yang dilakukan peneliti melalui percakapan-percakapan biasa dan sederhana. Meskipun percakapan biasa yang dilakukan, peneliti tetap mengarahkan percakapan pada fokus pertanyaan penelitian. Teknik wawancara ini dilakukan dalam usaha menciptakan komunikasi yang baikantara subjek peneliti dengan peneliti, sehingga tidak membuat subjek peneliti itu merasa bosan. Selain itu, teknik ini dilakukan bertujuan untuk memperkuat data yang sebelumnya didapat dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.10 Dalam penelitian ini nantinya peneliti menggunakan beberapa alat pendukung guna mengumpulkan data. Selain pedoman wawancara, yang mana peneliti juga menggunakan alat perekam serta kamera digital untuk mempermudah saat mengumpulkan data. Penggunaan alat ini bertujuan untuk mencegah tidak terangkumnya data sewaktu melakukan wawancara, yang disebabkan oleh kurang jelasnya informasi yang ditangkap oleh panca indera.
10
Irawan,prasetya (1999). Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. ReproInternational
Universitas Sumatera Utara
c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan teknik mengumpulkan data-data tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan judul penelitian ini di antaranya artikel ilmiah, buku, jurnal, berita dari media massa dan media elektronik, dan sebagainya. 1.6.3. Teknik Analisa Data Untuk menjawab rumusan masalah dipergunakan analisis data deskriptif dengan pendekatan etnografis. Pada dasarnya seluruh analisis melibatkan suatu cara berfikir yang berujung pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagianya, serta hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam proses penggalian data dianalisis secara kualitatif. Ini artinya setiap perkembangan data diperoleh ditampilkan dalam laporan
penelitian
menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model ini, maka kegiatan analisis data sudah mulai dilakukan pada saat–saat awal pengumpulan data lapangan. Data
yang
sudah
dikumpulkan
diatur
secara
berurutan,
diorganisasikan ke dalam satu pola, atau dikatagorikan dan diuraikan ke dalam satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema budaya dan dapat dirumuskan dalam narasi yang menjelaskan fenomena yang dikaji. Selanjutnya, data yang diperoleh tersebut dikonfirmasi menurut validitas, sumber dan temanya yang kemudian diinterpretasikan. Pengkonfirmasikan
Universitas Sumatera Utara
data dimaksudkan untuk menentukan data-data yang dirasa kurang valid terhadap hal demikian data tersebut akan direduksikan. Sedangkan keseluruhan data yang dimiliki akandiinterpretasikan dan dinarasikan sebaik mungkin, dengan harapan dapat memahami dengan sebaik-baiknya data yang diperoleh, sehingga pada gilirannya dapat menjawab permasalahan dalam perekrutan dan etnografi SATMA IPK USU.
1.7.
Pengalaman Peneliti Ketika pertama kali mengajukan judul skripsi saya tertarik dengan
penelitian tentangSatma IPK USU bertepatan saya juga merupakan Sekretaris Jendral Satma IPK USU. Pada awal mengajukan judul menghadap Ketua Departemen Antropologi FISIP USU, saya mendapatkan banyak pertanyaan tentang referensi buku. Akan tetapi saya tidak mampu menjawabnya sehingga saya disarankan oleh Ketua Departemen untuk membaca buku tentang Kemajemukan Hukum. Ketika buku sudah saya baca maka saya datang kejurusan untuk melaporkan buku yang sudah saya baca. Akan tetapi Ketua Departemen tidak ada di tempat. Ternyata Beliau mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit Malaysia.
Akhirnya saya
mengajukan judul kepada sekretaris jurusan yaitu Bapak Agustrisno sebagai Sekretaris Jurusan dan judul saya pun diterima. Pada saat penentuan siapa yang menjadi dosen pembimbing, saya memilih Bu Nita untuk menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Karena beliau banyak membimbing skripsi maka saya diajukan ke Bang Nurman
Universitas Sumatera Utara
Achmad untuk menjadi doping saya. Pada saat saya mengantar surat dosen pembimbing, dengan senang bang Nurman menerima sebagai dosen pembimbing saya. Sebenarnya penelitian saya mengenai SatmaIPK USU bukanlah hal yang susah mendapatkan informasinya, hal ini disebabkan karena saya adalah Sekjen Satma tersebut. Posisi inilah yang menguntungkan saya mendapatkan informasi yang sangat akurat. Selaku saya menjabat sebagai Sekjen IPK USU, posisi inilah yang memudahkan saya menggali informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini. Terlebih dahulu saya sudah sharing dengan Ketua Satma IPK USU yaitu Leonard Sihombing dan dia pun membantu saya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain daripada itu informan yang dibutuhkan dapat diajak bekerjasama dalam menceritakan segala informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam proses pembuatan skripsi, banyak Ketua-Ketua baik dari PAC maupun ranting-ranting menyarankan saya cepat selesai sehingga mereka bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Peniliti merasa bersyukur dengan rekan sesama Satma maupun orang tua bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara