BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus selalu diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai dan tepat untuk organisasi sangat dibutuhkan agar suatu organisasi mampu bersaing dan berkembang lebih baik lagi. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik di belanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Pusat pertanggungjawaban berperan untuk menciptakan indikator kinerja sebagai dasar untuk menilai kinerja. Dimilikinya sistem pengukuran kinerja yang handal (reliable) merupakan salah satu faktor kunci suksesnya organisasi. Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem ukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menggunakan reward and punishment system. 1
2
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan
untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan utuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan
untuk
mewujudkan
pertanggungjawaban
publik
dan
memperbaiki komunikasi kelembagaan. Sistem pengukuran kinerja tradisional merupakan salah satu cara yang umumnya digunakan oleh manajemen tradisional untuk mengukur kinerja. Pengukuran kinerja secara tradisional lebih menekankan kepada aspek keuangan, karena lebih mudah diterapkan sehingga tolok ukur kinerja personal diukur berkaitan dengan aspek keuangan saja. Sistem ini lazim dilakukan dan mempunyai beberapa kelebihan, akan tetapi karena hanya menitikberatkan pada aspek keuangan tentunya menimbulkan adanya kelemahan. Pengukuran kinerja berdasar aspek keuangan dianggap tidak mampu menginformasikan upaya-upaya apa yang harus diambil dalam jangka panjang, untuk meningkatkan kinerja organisasi. Disamping itu, sistem pengukuran kinerja ini dianggap tidak mampu mengukur aset tidak berwujud yang dimiliki organisasi seperti sumber daya manusia, kepuasan pelanggan, dan kesetiaan pelanggan.
3
Sistem pengukuran kinerja perusahaan yang hanya mengandalkan perspektif keuangan dirasakan banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan. Oleh karena itu, perusahaan – perusahaan khususnya pada puskesmas yang merupakan sektor publik diharuskan menerapkan suatu konsep penilaian kinerja yang tidak hanya dilihat dari sisi keuangan namun juga dilihat dari sisi nonkeuangan. Salah satunya dengan cara menerapkan strategi yang baik dan unggul melalui perancangan strategi. Untuk membuat sebuah perancangan strategi yang baik, diperlukan alat manajemen strategi yang mampu secara komprehensif melihat perspektif yang ada dalam suatu perusahaan. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Dengan Balanced Scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansilanya saja, akan tetapi juga aspek non-finansial. Pengukuran kinerja dengan menerapkan metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu: 1). Perspektif finansial (finansial persepective) 2). Perspektif kepuasan pelanggan (customer persepective) 3). Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency), dan 4). Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi nirlaba karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sesuai dengan jenis organisasi nirlaba yaitu
4
menempatkan laba sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang bersifsat kualitatif dan non keuangan. Puskesmas merupakan salah satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang sektor publik dalam bidang jasa kesehatan. Kegiatan usaha puskesmas daerah bersifat sosial dan ekonomi yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Puskesmas
sebagai salah satu instansi pemerintah harus mampu
memberikan pertanggungjawaban baik secara keuangan maupun non-keuangan kepada pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna jasa. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang mencakup semua aspek. Balanced Scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan pengukuran kinerja baik dari aspek keuangan maupun non keuangan. Puskesmas Bangkingan Surabaya merupakan salah satu puskesmas yang selama ini pengukuran kinerjanya hanya menggunakan pengukuran kinerja secara tradisional, yaitu membandingkan target yang telah ditetapkan dengan realisasi pendapatan yang diterima oleh puskesmas, serta ukuran jasa standar pelayanan puskesmas. Pengukuran tersebut dirasa kurang memadai karena hanya menggunakan standar umum penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin menerapkan elemen-elemen yang dimiliki Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja organisasi melalui empat aspek yaitu aspek keuangan, aspek pelanggan, aspek bisnis internal dan aspek pembelajaran dan pertumbuhan berdasarkan visi, misi dan tujuan yang dijabarkan dalam strategi organisasi dan nantinya setelah aspek-aspek non finansial tersebut
5
diukur, diharapkan dapat membuat pengukuran kinerja di puskesmas Bangkingan Surabaya menjadi lebih baik dari sekarang. Dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai “PENERAPAN STRATEGI BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN
KINERJA
KARYAWAN
PADA
PUSKESMAS
BANGKINGAN” 1.2 RUMUSAN MASALAH Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja karyawan puskesmas Bangkingan guna mendukung peningkatan kualitas kinerja karyawan dan meningkatnya pelayanan terhadap pasien maka dengan latar belakang diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahan yang ingin diteliti yitu : “Bagaimana penerapan metode Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja karyawan puskesmas Bangkingan”? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi penerapan metode Balanced Scorecard sebagai alat mengukur kinerja karyawan puskesmas Bangkingan ditinjau dari empat perspektif yang ada yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran guna menunjang kinerja pelayanan puskesmas Bangkingan bagi masyarakat. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk:
6
1).Bagi akademik Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dengan pengetahuan mengenai penilaian kinerja menggunakan Balanced Scorecard. 2).Bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu puskesmas untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan pada pasien, dan bisa lebih berkembang dengan adanya Balanced Scorecard. 3).Bagi masyarakat Dengan adanya penelitian ini masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi, baik masyarakat ekonomi atas maupun tingkat bawah. 1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN Dalam penelitian ini karena keteerbatasan waktu maka penulis memfokuskan penelitian ini mengenai implementasi strategi Balanced Scorecard dalam upaya menterjemahkan visi, misi, dan strategi guna mencapai tujuan dan sasaran perusahaan, dilakukan di Puskesmas Bangkingan, Surabaya.