BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan era globalisasi saat ini setiap perusahaan
perbankan tidak akan terlepas dengan permasalahan seberapa besar kemampuan perusahaan perbankan tersebut dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Sumber dana perusahaan bagi perusahaan perbankan dapat diperoleh dari sumber dana internal dan eksternal perusahaan. Sumber dana internal artinya dana yang diperoleh dari hasil kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba yang tidak dibagi (laba ditahan) dan depresiasi. Sedangkan sumber dana eksternal merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan, yang terdiri dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri. Apabila perusahaan perbankan dalam pemenuhan kebutuhan modalnya semakin meningkat sedangkan dana yang dimiliki telah digunakan semua, maka perusahaan perbankan tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar yaitu dalam bentuk hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Salah satu tugas dari seorang manajer keuangan dalam mencapai tujuannya adalah mengambil keputusan pendanaan perusahaan. Dana sangat terkait dengan manajemen pendanaan. Manajemen pendanaan pada hakekatnya menyangkut keseimbangan antara aktiva dengan pasiva. Pemilihan susunan dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan dari 1
2
pasiva akan menentukan struktur financial (Struktur Modal) dan struktur modal perusahaan Riyanto, 2005). Menurut Hidayat (2004), hasil kegiatan operasional suatu perusahaan perbankan secara konsepsional dipengaruhi oleh keputusan manajemen dalam menetapkan struktur modal. Dengan demikian jika sebuah perusahaan perbankan beroperasi pada tingkat efisiensi yang sama untuk memperoleh pendapatannya maka kebijakan penetapan sumber pembelanjaan tidak akan menyebabkan perubahan terhadap pencapaian hasil kegitan operasional. Sebaliknya, keputusan penetapan sumber dana pada tingkat efisiensi operasional tersebut akan mempunyai keragaman pengaruh terhadap penghasilan perusahaan perbankan. Ini berarti bahwa penetapan struktur pembelanjaan atau struktur modal yang berbeda akan mempunyai kekuatan berlainan bagi perubahan penghasilan dan nilai perusahaan. Keadaan tersebut disebabkan karena setiap perubahan struktur modal akan selalu disertai oleh adanya perubahan tongkat resiko finansialnya. Sinaga (2003) mengemukakan bahwa struktur modal suatu badan usaha tercermin dalam semua pos pada sisi pasiva neraca perusahaan. Seluruh pos ini bila dikurangi dengan kewajiban jangka pendek adalah struktur pemodalan perusahaan. Sisi kanan neraca perusahaan ini, identik dengan sumber dana yang diperoleh perusahaan yang menciptakan adanya kewajiban termasuk ekuitas atau modal sendiri. Kewajiban yang tercipta harus diperhitungkan sedemikian rupa sehungga tidak melebihi kekayaan perusahaan. Sinaga (2003) juga menjelaskan bahwa pada pola pembelanjaan mengatakan permanent assets harus dibelanjai dengan sumber dana dari pinjaman
3
jangka panjang. Permanent assets sebagian besar terdiri dari fixed assets dan sebagian kecil current assets, memerlukan jangka waktu panjang untuk pengembaliannya sehingga perlu dibelanjakan dengan kredit yang juga panjang jangka waktunya. Pelanggaran terhadap prinsip yang sebenarnya sangat sederhana ini dan tentunya diketahui oleh praktisi keuangan, akan berakibat sangat fatal. Akibat paling minim adalah insolvency dalam jangka pendek, dalam jangka panjang akibat yang paling buruk adalah kebankrutan usaha yang menimbulkan likuidasi. Riyanto (2005), suatu perusahaan perbankan jika dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Jika kebutuhan dana sudah demikian meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari dalam sudah digunakan semua, maka tidak ada piihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya. Ketergantungan pada pihak luar akan menyebabkan resiko finansial akan makin besar jika perusahaan lebih mengutamakan pemenuhan dana dengan hutang. Sebaliknya dengan saham biasa, biaya pengguaan dana yang berasal dari penggeluaran saham baru (cost of new common stock) adalah paling mahal dibandingkan dengan sumber-sumber dana lainnya. Untuk itu diperlukan ketepatan dalam pengambilan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan perimbangan atau perbandingan yang optimal antara dua unsur modal tersebut yang merupakan hal yang tidak mudah
4
dilakukan terutama mengenai unsur hutang. Besarnya jumlah hutang pada struktur modal akan menentukan tingkat leverage perusahaan yang bersangkutan, sehingga pada kebanyakan model struktur modal disebutkan bahwa tingkat hutang yang optimal ditentukan dengan mempertimbangkan antara berbagai keuntungan yang diperoleh dengan biaya penggunaan leverage yang bermacam-macam. Weston dan Copeland (1997) memberikan suatu konsep tentang factor leverage sebagai rasio proksi dari struktur modal. Factor leverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang (debt = D) terhadap total aktiva (total assets = TA) atau nilai total perusahaan. Bila membahas tentang total aktiva, yang dimaksudkan adalah total nilai buku dari aktiva perusahaan berdasarkan catatan akuntasi. Nilai total perusahaan berarti total nilai pasar seluruh komponen struktur modal perusahaan. Factor leverage juga digunakan dalam hubungannya dengan nilai buku akuntansi. Riyanto (2005), dalam hubungannya dengan struktur modal dan struktur kekayaan, ada pedoman atau aturan struktur modal yang konservatif, baik yang vertikal maupun yang horizontal. Aturan Struktur Modal konservatif yang vertikal memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu harus dibangun atas dasar modal sendiri, maka aturan tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimana pun juga tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Setiap perluasan basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung resiko usaha perusahaan yang akan dibelanjainya. Pandangan itu
5
terutama didasarkan pada “prinsip keamanan”, dimana hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan sendiri. Aturan Struktur Modal konservatif yang horizontal memberikan batas imbangan antara besarnya modal sendiri di satu pihak dengan besarnya aktiva tetap dan persediaan besi di lain pihak. Aturan tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva tetap dan persediaan besih harus sepenuhnya ditutup atau dibelanjai dengan modal sendiri, yaitu modal yang tetap tertanam didalam perusahaan. Struktur kekayaan merupakan perbandingan baik dalam arti absolut maupun relatif antara aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan Struktur Modal mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai. Struktur Modal akan mencerminkan pula perbandingan dalam artian absolut dan relatif antara keseluruhan modal asing (jangka pendek dan jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila Struktur Modal tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, di mana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari Struktur Modal. Fakta yang ada saat ini manunjukan bahwa setelah negara Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 dan krisis global di tahun 2008,
6
terdapat perbedaan secara proposional unsur-unsur dalam Struktur Modal perusahaan. Ada beberapa perusahaan pada saat itu yang mengalami peningkatan jumlah hutang yang sangat tinggi pada struktur modal perusahaan. Peningkatan tersebut, pada umunya disebabkan karena pembayaran hutang harus dilakukan dalam bentuk mata uang asing yang mangalami apresiasi yang begitu besar terhadap nilai mata uang Rupiah akibat krisis ekonomi tahun 1997. Penelitian ini ingin menguji pengaruh variabel keuangan Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, dan Firm Age terhadap Struktur Modal, yang diaplikasikan PT Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. Hal ini dimaksudkan apakah temuan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di perusahaan manufaktur yang publish di Pasar Modal Negara Maju, juga ditemukan sama dengan yang diaplikasikan di Bank khusususnya PT Bank BPD Bali, yang merupakan perusahaan perbankan yang belum publish, mengingat karakteristik perusahaan yang publish jelas berbeda dengan perusahaan yang publish. Aplikasi pengujian pengaruh variabel keuangan Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, dan Firm Age terhadap Struktur Modal di perusahaan perbankan yang belum publish (PT Bank BPD Bali) inilah yang merupakan pembeda dengan penelitian-penelitian yang ada. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka penelitian mengambil judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar.”
7
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka untuk melakukan
analisis tentang faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan, hal mendasar yang dapat dijadikan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1)
Apakah secara simultan variabel Fixed-Asset Ratio,
Corporate Tax Rate, Profitability, dan Firm Age berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar? 2)
Apakah secara parsial variabel Fixed-Asset Ratio,
Corporate Tax Rate, Profitability dan Firm Age berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
mencari,
menggali,
menghubungkan dan membuat forecasting atas suatu kejadian. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Jadi, tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
Untuk mengetahui signifikansi pengaruh
secara simultan variabel Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability dan Firm Age terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar.
8
2)
Untuk mengetahui signifikansi pengaruh
secara parsial variabel Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability dan Firm Age terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. 1.4
Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya, serta mengaplikasikan teori yang berhubungan dengan manajemen keuangan di bank terutama terkait dengan faktor yang mempengaruhi Struktur Modal. 2) Manfaat Praktis Bagi PT Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar: diharapkan dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan keuangan khususunya menyangkut tentang Struktur Modal Perbankan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Struktur Modal Struktur kekayaan merupakan perbandingan baik dalam arti absolut maupun relatif antara aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan struktur modal mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai. Struktur Modal akan mencerminkan pula perbandingan dalam artian absolut dan relatif antara keseluruhan modal asing (jangka pendek dan jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur modal hanya tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada hutang jangka panjang dan unsurunsur modal sendiri, di mana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Trade off theory merupakan model struktur modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaaan merupakan kesinambungan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress
(kesulitan
keuangan) dan agency cost (biaya keagenan). Dari model ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk.
Keputusan
terbaik
adalah
keputusan
yang
moderat
dengan
mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan. Trade off theory merupakan 10
10
model yang didasarkan pada trade off antara keuntungan dengan kerugian penggunaan hutang. Trade off tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel yang pada umumnya oleh keuntungan pajak dari penggunaan hutang dan penggunaan biaya agensi. Berdasarkan realita yang berasal dari hutang dalam jumlah yang besar, penggunaan modal sendiri mempunyai manfaat dan kerugian bagi perusahaan. Menurut Brigham (2001), hutang mempunyai keuntungan pada; 1) biaya bunga yang dipengaruhi pengahsilan kena pajak, sehingga hutang menjadi lebih rendah, 2) kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap, kelebihan keuntungan akan menjadi klaim bagi pemilik perusahaan. Bambang Riyanto (2005), struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital), sehingga manajemen dalam menetapkan struktur modal tidak bersifat kaku (dengan satu patokan) tetapi disesuaikan dengan keadaan perusahaan. Para eksekutif keuangan umumnya menyatakan struktur modal yang optimum dalam rentan tertentu, misalnya 40 sampai 50 persen dari hutang. Bambang Riyanto (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu, tingakat bunga, stabilitas earning, susunan aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen dan besarnya suatu perusahaan. Weston
and
Brigham
(2001)
mengemukakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva leverage operasi,
tingkat
pertumbuhan,
profitabilitas,
pajak,
pengendalian,
sikap
11
manajemen, rating agency, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Johnson
(2007-b)
melakukan
penelitian
lanjutan
dari
penelitian
sebelumnya dengan melakukan pengujian beberapa faktor yang menentukan pemilihan struktur hutang perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah firm age, fixed asset ratio. Firm size, dan volatility. Berdasarkan penelitian tersebut, Johnson kemudian menguji hubungan antara Laverage dan hutang bank untuk menganalisis pengaruh screening and monitoring yang dilakukan bank terhadap struktur modal perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat leverage signifikan secara statistik lebih tinnggi pada perusahaan dengan hutang bank, berakibat juga signifikan secara ekonomis, rata-rata laverage 4 persen lebih tinggi daripada perusahaan tanpa hutang bank. Hubungan leverage dan hutang bank menunjukkan perlunya hutang bank untuk mengurangi efek negatif leverage dari masalah asset substitution. Perhitungan multiple regressi dengan metode Tobit Regression diperoleh hasil bahwa fixed-asset ratio signifikan positive terhadap leverage sedangkan volatility, firm size, non-debt tax shields, dan profitability signifikan negative terhadap leverage.
12
Hasil penelitian sebelumnya, dengan membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada Negara anggota G-7 dilakukan oleh Rajan dan Zingales (2005). Ditemukan bahwa faktor-faktor yang telah diidentifikasi dari penelitian sebelumnya dihubungkan secara cross-section dengan leverage perusahaan di USA adalah sama berpengaruhnya dengan Negara anggota lain. Hasil perhitungan dari metode ordinary least squares (OLS) regression menunjukkan bahwa tangibility of assets (fixed asset ratio) positif signifikan, profitability signifikan negatif terhadap leverage. Tetapi untuk variable firm size (logaritma dari net sales) mempunyai koefisien positif signifikan, kecuali pada perusahaan-perusahaan yang ada di Jerman. Baeclay dan Smith (2005-a), menemukan adanya hubungan yang kuat antara firm size dan jatuh tempo hutang (debt maturity), perusahaan besar secara signifikan menggunakan proporsi jumlah yang lebih tinggi pada hutang jangka panjang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dengan metode ordinary least squares (OLS) regression yang menunjukkan bahwa perusahaan kecil lebih memilih hutang bank yang memiliki jatuh tempo hutang terpendek dibandingkan dengan hutang publik. Perusahaan dengan growth options yang lebih tinggi dalam kesempatan investasinya mempunyai hutang jangka panjang yang kecil dalam struktur modalnya, tetapi untuk faktor pajak perusahaan tidak ditemukan adanya signifikan dalam menjelaskan pemilihan jatuh tempo hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Homaifar, Zietz dan Benkato (2004) merupakan kerja empiris dari teori Bradley, Jarrel dan Kim (BJK) (1994) dan Titman dan Wessels (TW) (1998) dala dua cara yang berhubungan, yaitu:
13
menjelaskan model yang lebih komprehensif dari Struktur Modal dengan memasukkan tingkat pajak perusahaan (corporate tax rate) yang telah dihapus dari model BJK dan TW, serta memberikan perkiraan keadaan equilibrium tetap dalam jangka panjang dan mengidentifikasi tujuh atribut dalam penentuan leverage ratio yaitu; corporate tax rate, non-debt tax shields ratio, firm size, future growth opportunities, inflation rate dan earnings volatility dan membuat beberapa kesimpulan. Dalam jangka panjang, leverage ratio dan non-debt tax shields ratio juga positif tapi signifikan. Dalam jangka pendek, tidak ada signifikansi hubungan antara leverage dan corporate tax rate atau dengan nondebt tax shelter ratio. Firm size positif signifikan, future growth opportunity signifikan negatif yang sangat kuat, capital market conditions dan earnings volatility mempunyai koefisien signifikan negatif terhadap leverage. Penelitian lain dilakukan oleh Berger, Ofek dan Yermack (2007) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dalam penentual laverage yaitu profitability, firm size, tax shields, future growth opportunities dan the uniqueness of firm’s assets yang dibagi dalam dua ukuran yaitu research & development expense dan selling, general & administration expense. Dengan menggunakan metode ordinary least squares (OLS) regression, hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif antara leverage dengan profitability, assets uniqueness, hubungan yang positif antara leverage dengan tax shields, future growth opportunities dan firm size. Penelitian terakhir dilakukan oleh Ghosh, Cai dan Li (2008) yang melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
14
Struktur Modal dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Sembilan variabel independent yang diteliti, yaitu asset size, growth of assets, non-debt tax shields ratio, fixed asset ratio, profit margin, research & development expenditure, advertising expenditure, selling expenses, dan coefficient of variation of cash flows (CVCF) sebagai resiko bisnis (Volatility). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fixed asset ratio positif signifikan terhadap leverage, growth assets, research & development expenditure dan advertising expenditure signifikan negatif terhadap leverage. Untuk variabel lainnya tidak signifikan. Struktur Modal merupakan isu lama dalam teori keuangan yang sampai sekarang pun belum terjawab secara tuntas. Dalam penerapannya, Struktur Modal bervariasi dan yang handal sulit ditentukan. Secara tradisional, Struktur Modal ditentukan secara intuitif berdasarkan kepercayaan akan adanya Struktur Modal optimal yang memberikan biaya modal terendah dan selanjutnya bauran optimal tersebut dicari secara trial and error. Hermanto (1999) berpendapat bahwa rasionalisasi pendekatan tradisional ini adalah pada tingkat investasi tertentu, tersediaya sumber dana pinjaman yang lebih murah dari pada dana internal akan mendorong perusahaan menggunakan dana eksternal tersebut sebagai substitusi atau tambahan dana internal yang berakibat pada turunnya biaya modal keseluruhan perusahaan.
15
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini mengombinasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penentuan struktur modal seperti yang digunakan pada penelitian-penelitian tersebut. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi Struktur Modal, yaitu: 2.2.1
Fixed asset ratio Dalam bukunya, Weston dan Copeland (1997) menyatakan bahwa
perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama jika permintaan akan produk mereka cukup meyakinkan (misalnya perusahaan umum) di pasaran, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang. Perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan
tingkat
profitabilitas
masing-masing
perusahaan
(misalnya
perusahaan grosir dan pengecer), tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Rajan dan Zingales (1995) menjelaskan suatu teori Struktur Modal yang menyarankan jika suatu perusahaan memiliki tangibility of assets yang tinggi (diproksikan dalam fixed asset ratio), kemudian asset tersebut dijadikan jaminan, maka akan menurunkan resiko pemberi pinjaman terhadap agency cost dari pemberian hutang tersebut, hal ini berarti menghindari resiko. Kepemilikan asset juga
dapat
memelihara
nilai
likuidasi
perusahaan.
Sehingga
proporsi
tangibleassets yang lebih besar akan mendorong pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman, dan tingkatan leverage akan lebih tinggi.
16
2.2.2
Corporate tax rate Berdasarkan
pada
pendapat
tradisional,
nilai
perusahaan
dapat
ditingkatkan dengan penggunaan hutang dan kepemilikan saham dapat meningkatkan resiko kebangkrutan. Miller (2007), DeAngelo dan Masulis (2000) pada Homaifar etcl (2004) menyatakan adanya hubungan positif antara corporate tax rate dan jumlah hutang yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (1994), bunga adalah beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan (deductible expense), dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Makin tinggi tarif pajak perusahaan, maka makin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan hutang tersebut. 2.2.3
Profitability Menurut Weston dan Brigham (1994) seringkali hasil pengamatan
menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan uang yang relative kecil. Meskipun tidak ada justifikasi teoritis atas hal ini, penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan dan pada dasarnya tidak membutuhkan banyak pembiayaan dengan hutang. Laba yang ditahan perusahaan yang sangat tinggi sudah memenuhi untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
17
2.2.4
Firm age Johnson (1997-a) menggunakan variabel firm age sebagai proksi untuk
menilai reputasi suatu perusahaan sebagai peminjam dana atau pemilik hutang. Perusahaan yang telah lama berdiri dimungkinkan memiliki reputasi yang lebih baik dari pada perusahaan yang baru saja berdiri, karena seiring dengan perjalanan waktu yang lebih lama berarti perusahaan telah menghadapi berbagai kondisi yang selalu berkembang dan berbeda. Perusahaan yang dapat melalui berbagai kondisi tersebut menunjukkan adanya stabilitas dalam manajemen perusahaan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh pemberi pinjaman, yang oleh Bambang Riyanto (2005) termasuk dalam capacity sebagai salah satu dari lima C yaitu character, capacity, capital, collateral dan conditions, sebagai pedoman bagi perbankan dan lembaga keuangan dalam mengadakan penilaian resiko pemberian kredit kepada perusahaan. Capacity ini adalah pendapat subyektif mengenai kemampuan perusahaan yang diukur berdasarkan record di waktu yang lalu, dilengkapi dengan observasi fisik pada pabrik dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki capacity yang baik akan dengan mudah memperoleh pinjaman dari pihak luar.
18
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Fixed-asset ratio Corporate tax rate Struktur Modal
Profitability Firm age
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Fixed asset ratio adalah rasio total aktiva tetap dibagi dengan nilai buku total assets. Jika suatu perusahaan memiliki tangibility of assets yang tinggi (diproksikan dalam fixed asset ratio), kemudian asset tersebut dijadikan jaminan, maka akan menurunkan resiko pemberi pinjaman terhadap agency cost dari pemberian hutang tersebut, hal ini berarti menghindari resiko. Kepemilikan asset juga dapat memelihara nilai likuidasi perusahaan. Proporsi tangibleassets yang
19
19
lebih besar akan mendorong pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman, dan tingkatan leverage akan lebih tinggi. Corporate tax rate diukur sebagai jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan pertahun atau juga dapat diketahui dari earning before tax (EBT) dikurangi earning after tax (EAT) dibagi earning before tax (EBT). Profitability adalah ratio earning befote interest, tax and depresiation (EBITD) dibagi nilai buku total assets. Perusahaan yang sangat menguntungkan dan pada dasarnya tidak membutuhkan banyak pembiayaan dengan hutang. Laba yang ditahan perusahaan yang sangat tinggi sudah memenuhi untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Firm age adalah umur perusahaan yang dimulai dari tahun perusahaan didirikan. Perusahaan yang telah lama berdiri dimungkinkan memiliki reputasi yang lebih baik dari pada perusahaan yang baru saja berdiri. 3.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Hipotesis 1 :variabel fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, dan Firm Age secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. Hipotesis 2 :variabel fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, dan Firm Age berpengaruh secara parsial signifikan terhadap Struktur
20
Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar.
21
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
variabel fixed-asset ratio, corporate tax rate, profitability, firm age terhadap struktur modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dalam kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2008 baik secara individual maupun secara bersama-sama atau simultan. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian penjelasan (explanatory research) atau penelitian jenis korelasi, yang akan menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui pengujian hipotesis. 4.2
Variabel Penelitian
4.2.1
Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat 5 (lima) variabel yang terdiri dari 1 (satu)
variabel dependen dan 4 (empat) variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Struktur Modal (Y), sedangkan variabel independen terdiri atas fixed-asset ratio(X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4). Hubungan antara kedua variabel tersebut adalah naik turunnya variabel dependen yang dipengaruhi oleh perilaku variabel independen yang artinya apabila salah satu variabel independen berubah maka akan mengakibatkan variabel dependen juga berubah.
22
22
4.2.2
Definisi Operasional Variabel Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat
didefinisikan sebagai berikut: 4.2.2.1 Fixed-Asset Ratio (X1) Fixed asset ratio adalah rasio total aktiva tetap dibagi dengan nilai buku total assets. Pengukuran variabel fixed asset ratio dilakukan di PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar pada periode tahun 2005-2008dengan satuan persentase (%). Adapun formulanya adalah sebagai berikut : Total aktiva tetap x 100% Total assets
4.2.2.2 Corporate Tax Rate (X2) Corporate tax rate diukur sebagai jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan pertahun atau juga dapat diketahui dari earning before tax (EBT) dikurangi earning after tax (EAT) dibagi earning before tax (EBT). Pengukuran variabel corporate tax rate dilakukan di PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar pada periode tahun 2005-2008 dengan satuan persentase (%). Adapun formulanya adalah sebagai berikut : EBT − EAT x100% EBT
4.2.2.3 Profitability (X3) Profitability adalah ratio earning befote interest, tax and depresiation (EBITD) dibagi nilai buku total assets. Pengukuran variabel profitability
23
dilakukan di PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar pada periode tahun 2005-2008 dalam satuan persentase (%). Adapun formulanya adalah sebagai berikut : EBITD x 100% Total assets
4.2.2.4 Firm Age (X4) Firm age adalah umur perusahaan yang dimulai dari tahun perusahaan didirikan. Pengukuran Variabel profitability dilakukan di PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar pada periode tahun 2005-2008 dalam satuan waktu( tahun).Adapun formulanya adalah sebagai berikut : Firm age = umur perusahaan (tahun) 4.2.2.5 Struktur Modal (Y) Struktur Modal mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan belanja. Struktur modal akan mencerminkan pula perbandingan antara keseluruhan modal asing (jangka pendek dan jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri dalam ukuran satuan persentase (%). 4.3 Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber dokumen atau buku-buku, koran, majalah, dan lain-lain. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan secara studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan jalan
24
mencari, membaca dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang dibaca dari sumber tertentu (Marzuki, 2000: 58-62). 4.4
Metode Analisis Data
5.1
Analisis Regresi Berganda Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis
regresi. Dalam analisis regresi akan dikembangkan sebuah estimating equation (persamaan regresi) yaitu formula matematika yang mencari nilai variabel dependen dari nilai independen yang diketahui. Analisis regresi digunakan terutama untuk peramalan, dimana dalam model tersebut terdapat sebuah variabel dependen dan variabel independen. Dalam prakteknya, metode analisis regresi sering dibedakan antara simple regression dan multiple regression. Disebut simple regression jika hanya ada satu variabel independent, sedangkan disebut multiple regression, jika ada lebih dari satu variabel independent. Dalam penelitian ini terdapat 1 (satu) variabel dependen dan 4 (empat) variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Struktur Modal (Y), sedangkan variabel independen terdiri atas fixed-asset ratio(X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), dan firm age (X4). Berdasarkan hal tersebut maka metode analisis yang digunakan adalah multiple regression, yang persamaannya dapat dikemukakan sebagai berikut: Y=α+β1X1+β2X2 + β3X3+β4X4 +e
25
Keterangan : Y
= Faktor Struktur Modal
α
= Konstanta
β1 .... β4
= Koefisien regresi masing-masing variabel independen
X1
= Fixed-asset ratio
X2
= Corporate tax rate
X3
= Profitability
X4
= Firm age
e
= random error. Asumsi utama yang mendasari model regresi linear klasik dengan
menggunakan metode OLS adalah (Render & Steir, 2000) : a.
Model regresi linear, artinya: linear dalam parameter.
b.
X diasumsikan non stockhastic, artinya nilai X dianggap
tetap dalam sampel yang berulang. c.
Nilai rata-rata kesalahan adalah nol, atau ( I ) = 0, dan u
adalah kesalahan random. d.
Heteroskeastisitas, artinya varians kesalahan sama untuk
setiap periode (Hetero = sama; skedastisitas = sebaran). e.
Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara dan tidak
ada autokorelasinya). f.
Antara u dan x saling bebas.
g.
Tidak ada multikolineritas yang sempurna antar variabel
bebas.
26
h.
Jumlah observasi n, harus lebih besar daripada jumlah
parameter yang diestimasi (jumlah variabel bebas). i.
Adanya variabilitas dalam nilai x, artinya: nilai x harus
berbeda (tidak boleh sama semua). j.
Model regresi telah dispesifikasikan secara benar. Dengan
kata lain, tidak ada bias (kesalahan) spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empirik. 5.2
Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan
hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. 5.2.1
Uji Normalitas Imam Ghozali (2001: 74), menyatakan bahwa uji normalitas adalah
untuk menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variabel dependennya memiliki distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov satu arah atau analisis grafis. Dasar pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang diolah adalah sebagai berikut: a.
Jika nilai Z hitung > Z tabel, maka distribusi sampel normal.
b.
Jika nilai Z hitung < Z tabel, maka distribusi sampel tidak normal.
27
5.2.2
Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2001:61). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW) DW Kesimpulan Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi 1,08 s/d 1,66 Tanpa kesimpulan 1,66 s/d 2,34 Tidak ada autokorelasi 2,34 s/d 2,92 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,92 Ada korelasi Sumber : Ghozali, 2001 : 61. 5.2.3
Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001:69). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan rumus Rank Spearman. Pengujian heterokesdasitas yang dilakukan dengan korelasi spearmen dengan ketentuan dimana jika nilai koefisien korelasi semua prediktor terhadap
28
residual adalah > 0,05 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heterokesdasitas (Sugiyono, 2002: 54). 5.2.4
Uji Multiklinearitas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2001:57). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen = 0. Salah satu cara untuk mendeteksi kolonier dilakukan dengan mengkorelasikan antar variabel bebas dan apabila korelasinya signifikan antar variabel bebas tersebut maka terjadi multikolinieritas. 5.3
Pengujian Hipotesis
5.3.1
Uji Siginifikansi Individual (Uji-t) Uji Signifikansi Individual atau Uji-t digunakan untuk membuktikan
signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri atau secara individual, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Ho
Menentukan Ho dan Ha :
ß1 = ß2 = 0 artinya tidak ada pengaruh secara parsial
variabel
independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset ratio(X1), corporate tax rate (X2 ), profitability (X3), firm age (X4) terhadap struktur modal (Y). Ha : ß1 ≠ ß2 ≠ 0 artinya ada pengaruh secara parsial variabel independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset ratio(X1),
29
corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4), terhadap struktur modal (Y). b.
Level of significance (α)=0,05
c.
Kriteria Pengujian 1)
Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh secara parsial variabel independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset ratio (X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4) terhadap struktur modal (Y). 2)
Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho
diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh secara parsial variabel independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset ratio(X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4 ) terhadap struktur modal (Y). Selanjutnya Uji t ini akan dilakukan dengan menggunakan Program SPSS ver. 15 for windows. 5.3.2
Uji Siginifikansi Simultan (Uji-F) Uji Signifikansi Simultan atau Uji-F digunakan untuk membuktikan
signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan atau secara bersama-sama, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Ho :
Menentukan Ho dan Ha ß1 = ß2 = 0 artinya tidak ada pengaruh secara bersama-sama variabel independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset
30
ratio(X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4) terhadap struktur modal (Y). Ha
:
ß1 ≠ ß2 ≠ 0 artinya ada pengaruh secara bersama-sama variabel independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset ratio(X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4), terhadap struktur modal (Y).
b.
Level of significance (α)=0,05
c.
Kriteria Pengujian 1)
Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh secara secara bersama-sama variabel independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset ratio(X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4) terhadap struktur modal (Y). 2)
Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho
diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh secara bersama-sama variabel independen yang terdiri atas terdiri atas fixed-asset ratio(X1), corporate tax rate (X2), profitability (X3), firm age (X4) terhadap struktur modal(Y). Selanjutnya Uji t ini akan dilakukan dengan menggunakan Program SPSS ver. 15 for windows. 5.4
Koefisien Determinasi Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
31
statistik t, nilai statistik f, dan koefisien determinasinya (R-Squared). Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik, apabila nilai uji statistiknya disebut signifikan secara statistik, apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dalam hal ini H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dalam hal ini H0 diterima. Adjusted R2 dapat bernilai negatif kendati R2 selalu positif. Bila adjusted R2 dapat bernilai negatif, maka nilainya dianggap nol. Secara umum, bila tambahan variabel independen merupakan prediktor yang baik, maka akan menyebabkan nilai varians baik, dan pada gilirannya adjusted R2 meningkat. Sebaliknya, bila tambahan variabel baru tidak meningkat varians, maka adjusted R2 akan menurun. Artinya, tambahan variabel baru tersebut bukan merupakan prediktor yang baik bagi variabel dependen.
32
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1
Deskripsi Obyek Penelitian
5.1.1.1 Sejarah Berdirinya Bank Pembangunan Daerah Bali Bank Pembangunan Daerah Bali (BPD BALI) merupakan Bank umum milik Pemerintah Daerah Bali yang didirikan pada tanggal 5 Juni 1952 berdasarkan akte no. 131 yang dibuat dihadapan Ida Bagus Rurus di Denpasar dengan status hukum Perseroan Terbatas (PT) dan jumlah yang disetor sebesar Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah ). Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 status hukum Perseroan Terbatas tidak berlaku mengingat pendirian BPD Bali baru diputuskan tanggal 9 Februari 1965 dengan Nomor 6/DPRGR/1965 yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Kep. Des 9/21/28-128 tanggal 14 Juli 1965. Ijin usaha diperoleh dari Menteri Urusan Bank Sentral / Gubernur BI dengan Kep. 110/485/65 tanggal 2 November 1965. Mengingat makin berkembangnya PT. Bank Pembangunan Daerah Bali maka telah diadakan beberapa kali perubahan peraturan daerah dan yang terakhir adalah Peraturan Daerah No. 15 Tahun 1996 tanggal 19 Desember 1996 tentang perubahan pertama Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1992, disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan No. 584.61-1028 tanggal 16 September 1997, diundangkan dengan Lebaran Prop. Daerah Tk. I Bali No. 247 Tanggal 30 September 1997 seri D No. 246. Berdasarkan peraturan ini modal disetor berubah
33
33
menjadi Rp. 75.000.000.000 ( Tujuh Puluh Lima Milyar Rupiah ). Dengan salinan akta No.7 tgl 12 Mei 2004 yang dibuat dan disampaikan oleh notaris Ida Bagus Alit Sudiatmika, SH dan disahkan oleh Menteri Kehakiman dan dan Hak Azasi manusia tgl 12 Mei 2004 maka Bank Pembangunan Daerah Bali ditetapkan menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Bank Pembangunan Daerah Bali. PT. Bank Pembangunan Daerah Bali berstatus Perusahaan Daerah dimana BPD Bali berupaya mencapai laba yang optimal dengan tetap mengemban misinya sebagai agen pembangunan yang dikelola dengan berdasarkan asas ekonomi perusahaan dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian guna menjaga kepercayaan masyarakat dan para pemegang saham. Disamping itu, BPD Bali senantiasa mementingkan pertumbuhan yang kokoh dan sehat. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan merata keseluruh pelosok lapisan masyarakat yang ada di daerah Bali, Bank Pembangunan Daerah Bali telah memiliki 11 Kantor Cabang, 9 Kantor Cabang Pembantu , 19 Kantor Kas dan 1 Kantor Pelayanan yang memiliki fungsi dan peranan untuk membantu kelancaran aktivitas keuangan dan memudahkan nasabah dalam menggunakan produk-produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bank Pembangunan Daerah Bali. Salah satu dari kantor Cabang Bank Pembangunan Daerah Bali adalah BPD Bali Cabang Utama Denpasar yang didirikan berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan No. S - 4566 / 1977 tanggal 18 Oktober 1977 yang isinya memberikan izin kepada BPD Bali yang berkedudukan di Denpasar untuk melakukan usaha cabang di Denpasar.
34
5.1.2 Struktur Organisasi PT. BPD Bali Kantor Cabang Utama Denpasar menggunakan struktur organisasi garis. Struktur organisasi garis ini dipilih karena tugas, wewenang dan tanggung jawab mengalir dari atas kebawah sehingga kekuasaan dan tanggung jawab masing-masing jabatan dapat jelas terlihat dan bila ada keputusan dapat segera ditindaklanjuti. Adapun struktur organisasi PT. BPD Bali Kantor Cabang Utama Denpasar adalah sebagai berikut : (Gambar 5.1)
Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dapat dijelaskan tentang tugas dan tanggung jawab dari masing-masing unit kerja, yaitu : 1) Kepala Cabang Utama (KCU) Uraian Tugas : (1)
Mengkordinir penyusunan Business Plan, Rencana Kerja
& Anggaran baik jangka pendek maupun jangka panjang Kantor Cabang dan juga Kebijaksanaan Umum Kantor Cabang. (2)
Melaksanakan
sistem operasional dan
managerial
control sesuai dengan sistem prosedur yang ditetapkan Kantor Pusat (3)
Melayani dan memutus permohonan kredit, permohonan
jaminan Bank, serta permohonan surat surat keterangan Bank dari nasabah dan melakukan pembahasan sesuai dengan batas wewenang yang telah ditetapkan oleh direksi.
35 KCU
WCP
Bidang PNB
Bidang PNT
WCO
Bidang Luar Negeri
Bidang PNK
Bidang PMK
Bidang PMD
CAPEM
Bidang ADC
Capem Sanur
Capem T. Umar
Bidang DUK
Kantor Kas
Kas Kesiman
Capem Mengwi
Bidang Pembinaan LPD
Capem Gatsu
Capem Unud
Capem Gatsu Barat
Kas RSU Sanglah
Capem Kamboja
Capem Monang Maning
Capem Abian Semal
Keterangan : - KCU = Kepala Cabang Utama - WCP = Wakil Cabang Pelayanan - WCO = Wakil Cabang Operasional - PNB = Pelayanan Nasabah - PNK = Penyelamatan Kredit - PMD = Pemasaran Dana
- PMK = Pemasaran Kredit - ADC = Administrasi Kredit - KCP = Kepala Cabang Pembantu - PNT = Pelayanan Non Tunai - DUK = Administrasi Umum
Gambar 5.1 Struktur Organisasi PT.Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar Sumber : PT. Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar
36
36
(4) Mengkoordinir Kantor Cabang Pembantu/Kantor Kas yang berada dibawahnya serta memantau agar target kredit dan kualitas aktiva produktif / NPL tetap Sehat.
2) Wakil Kepala Cabang (WCB) Uraian Tugas : (1)
Membantu menyusun Kebijakan Umum Cabang, Rencana Kerja
dan Anggaran / Business Plan baik jangka panjang maupun jangka pendek. (2)
Melaksanakan sistem operasional dan managerial control sesuai
dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan Kantor Pusat. (3)
Sebagai Kelompok Pemutus Kredit ikut memberikan pertimbangan
keputusan atas permohonan kredit dan jaminan bank. (4)
Menyelia (mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi) serta
mengelola seluruh aktivitas pelayanan nasabah di back office transaksi giro, tabungan, deposito, kiriman uang, Wiring, administrasi kredit/umum sesuai dengan prosedur dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetapkan untuk mengupayakan pelayanan yang maksimal kepada nasabah /calon nasabah. (5)
Menjaga Kualitas Aktiva Produktif dan NPL tetap Sehat.
(6)
Memantau agar target kredit yang ditetapkan Kantor Pusat
tercapai. 3) Bidang Pelayanan Nasabah (PNB) Uraian Tugas :
37
(1)
Membantu menyusun Business Plan, Rencana Kerja & Anggaran
Kantor cabang. (2)
Menyelia
(mengarahkan,
mengendalikan,
mengawasi)
pengelolaan rekening giro, deposito dan tabungan nasabah lama (sedang berjalan). (3)
Melayani pembukaan rekening, deposito dan tabungan baru.
(4)
Melayani perubahan dan penutupan rekening giro, tabungan,
dan deposito (5)
Mengelola rekening nasabah serta memproses permintaan nasabah
untuk pemblokiran cek/bilyet giro. (6)
Memantau daftar jatuh tempo deposito berjangka.
(7)
Memproses perpanjangan deposito berjangka yang telah jatuh
tempo. (8)
Membuat laporan secara berkala kepada Kepala Cabang.
4) Bidang Penyelamatan Kredit (PNK) (1)
Membantu Kepala Cabang / atasan langsung dalam menyusun Business Plan, Rencana Kerja & Anggaran Kantor Cabang.
(2)
Membantu menciptakan kebijaksanaan Kepala Cabang yang berhubungan dengan penyelamatan kredit macet dan hapus buku.
(3)
Memantau dan mengadakan koordillasi penyelesaian kredit diragukan, macet, hapus buku yang telah diserahkan kepada Lembaga Hukum yang menangani.
38
(4)
Mengidentifikasi data/permasalahan nasabah terutama yang menyangkut jaminan / agunan dan pelaksanaan dalam pengamaiian barang.
(5)
Mengusahakan penjualan dibawah tangan atas barangbarang jaminan, mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri dan melakukan penagihan kepada penjamin.
5) Bidang Pelayanan Tunai Non Tunai (PNT) UraianTugas : (1)
Membantu menyusun Business Plan serta Rencana Kerja & Anggaran Kerja Cabang.
(2)
Menyelia (mengarahkan, mengendalikan, mengawasi) dan melayani transaksi tunai/non tunai.
(3)
Menerima setoran-setoran tunai
/ non
tunai
kegiatan
semua jenis rekening serta menanda tangani semua tanda terima atas setoran tersebut. (4)
Menerima setoran pajak dari nasabah pemegang rekening atau masyarakat serta membukukan setoran tersebut ke dalam rekening yang berhak.
(5)
Menerima setoran
kliring
dan membukukan
semua
transaksi rekening, jumlah bunga serta biaya kedalam buku rekening nasabah. (6)
Menyelia transaksi kas di teller serta memeriksa kebenaran fisik kas besar atau kas kecil dan aktivitas valuta asing.
39
6) Bidang Pemasaran Kredit (PMS) Uraian Tugas : (1)
Membantu menyusun Business Plan serta Rencana Kerja & Anggaran Kantor Cabang.
(2)
Membuat perencanaan dan melaksanakan program-program pendekatan/ pertemuan dengan nasabah / calon nasabah debitur / pemilik dana.
(3)
Membuat perencanaan dalam memasarkan produk kredit dan dana (langsung/tidak langsung) kepada debitur atau calon debitur / pemilik dana.
(4)
Melakukan pemantauan perkembangan usaha debitur / pemilik dana.
(5)
Memproses permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah / nasabah debitur, menganalisis dan membuat surat keputusan kredit.
(6)
Menyelia dan berpartisipasi aktif dalam pemasaran produk kredit / produk dana dan jasa kepada calon nasabah/ nasabah debitur / pemilik dada secara langsung maupun tidak langsung serta membuat laporan hasil kunjungan tersebut.
(7)
Menyelia dan berpartisipasi aktif dalam : a)
Melakukan kunjungan kepada debitur / pemilik
dana dalam rangka i pengumpulan dan verifikasi data. b)
Meneliti dan melaporkan mutasi rekening / aktifitas
rekening yang tidak normal.
40
c)
Memantau pembayaran bunga dan hutang pokok.
7) Bidang Administrasi Kredit (KAD) Uraian Tugas : (1)
Membantu menyusun Business Plan, Rencana Kerja & Anggaran Cabang.
(2)
Memproses administrasi fasilitas kredit Cabang dan proses pemberian kredit oleh Cabang.
(3)
Menyelia (mengarahkan, mengendalikan, mengawasi) dan berpartisipasi aktif dalam menyiapkan dan mengerjakan dokumen kredit untuk nasabah.
(4)
Menyelia dan berpartisipasi aktif dalam memproses kegiatan informasi Bank yang meliputi : a) Memelihara
dan
memperbarui
daftar
nasabah
debitur
untuk
merehabilitasi dan daftar debitur macet Bank-Bank sesuai data periodik Bank Indonesia. b) Memproses permintaan nasabah debitur untuk merehabilitasi dari daftar debitur macet Bank-bank dan meneruskannya ke Bank Indonesia. (5)
Memantau realisasi pembayaran bunga dan hutang pokok.
(6)
Menyelia dan berpartisipasi aktif dalam pembuatan formulir pemantauan proses pemberian kredit, menginformasikan formulir tersebut kepada yang terkait sesuai dengan kebutuhan.
8) Bidang Pembinaan LPD Uraian Tugas :
41
(1)
Membantu Kepala Cabang menyusun Business Plan, Rencana Kerja & Anggaran Kerja.
(2)
Membantu Kepala Cabang menyusun Kebijaksanaan Direksi dalam Pembinaan LPD.
(3)
Menyusun Kebijaksanaan dan prosedur Pembinaan LPD.
(4)
Merencanakan dan mengkoordinir dan mengendalikan kebijakan & prosedur Pembinaan LPD.
(5)
Meneliti melaksanakan
perkembangan
langkah-langkah
kegiatan
pembinaan,
LPD
pengawasan
dan dan
pengembangan. 9) Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (DDK) Uraian Tugas : (1)
Membantu menyusun Business Plan serta Rencana Kerja & Anggaran Cabang.
(2)
Menyelia dan berpartisipasi aktif dalam : a) Menyiapkan kebutuhan logistik, akomodasi dan transportasi b) Mengelola
urusan
kerumahtanggan
administrasi
umum
dan
administrasi kepegawaian serta mengelola file/arsip sentral cabang. c) Mengelola dokumen-dokumen keluar/masuk, secara langsung/via kurir d) Mengkoordinir penggunaan kendaraan dan pengemudinya (3)
Mengupayakan
selalu
berfungsinya
perlengkapan inventaris, terciptanya kebersihan, keamanan kantor dan sekitarnya.
peralatan
/
ketertiban serta
42
(4)
Pengelolaan administrasi kepegawaian seperti daftar gaji pegawai, pajak pegawai, absensi pegawai, administrasi perawatan kesehatan pegawai, jadwal cuti pegawai, pendidikan serta kepangkatan pegawai,
(5)
Membuat dan menghitung laporan-laporan Cabang dan seksi-seksi terkait
(6)
Menyusun slip atau bukti-bukti pembukuan rekening dan membukukannya
semestinya
serta
memantau
dan
mengupayakan
kebenaran pemrosesan semua transaksi. (7)
Mengendalikan / mengawasi data input dan output komputer.
(8)
Menyusun dan menganalisa profitabilitas Cabang likuiditas harian Cabang.
(9)
Menyiapkan Neraca Harian / Bulanan dan posisi Laba / Rugi harian / bulanan dan menyiapkan laporan arus kas, dan laporan maturity profile.
10) Tugas dan Kewenangan Kepala Capem (1) Mengkordinir penyusunan Business Plan, Rencana Kerja & Anggaran baik jangka pendek maupun jangka panjang Kantor Cabang Pembantu dan juga Kebijaksanaan Umum Kantor Cabang Pembantu. (2) Melaksanakan sistem operasional dan managerial control sesuai dengan sistem prosedur yang ditetapkan Kantor Pusat dan Kantor Cabang Utama Denpasar.
43
(3) Melayani dan memutus permohonan kredit, permohonan jaminan Bank, serta permohonan surat surat keterangan Bank dari nasabah dan melakukan pembahasan sesuai dengan batas wewenang yang telah ditetapkan oleh direksi. (4) Mengkoordinir Kantor Kas yang berada dibawahnya serta memantau agar target kredit dan kualitas aktiva produktif / NPL tetap Sehat. (5) Berwenang untuk memutus kredit dengan plafond sampai dengan Rp.250.000.000,-
5.1.3
Kegiatan Operasional PT. Bank BPD Bali Cabang Pembantu Teuku Umar Denpasar
5.1.3.1 Produk dan Jasa PT. Bank BPD Bali Cabang Pembantu Teuku Umar Denpasar PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Teuku Umar memiliki bidang-bidang usaha yang merupakan sektor Bank umum. Selain berperan dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Bali, PT. BPD Bali Kantor Cabang Pembantu Teuku Umar Denpasar juga melaksanakan pelayanan jasa kepada masyarakat umum dalam bidang keuangan. PT. BPD Bali Kantor Cabang Pembantu Teuku Umar Denpasar melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kemasyarakat dalam bentuk kredit, serta memberikan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran dan juga memiliki kegiatan yang sama dengan Kantor Pusat, yang dapat dirinci sebagai berikut :
44
1)
Tabungan, merupakan simpanan yang paling
mudah dan aman dimana pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu. Adapun jenis tabungan yang ditawarkan adalah : (1)
Simpanan Pembangunan Daerah (SIMPEDA)
(2)
Simpanan Bali Dwipa (SIBAPA)
2)
Deposito, yaitu simpanan masyarakat di
Bank disimpan sekaligus dengan mendapatkan sejumlah bunga tertentu secara tepat dan dapat ditarik da;am jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian jangka waktu, terdiri dari: deposito dengan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. 3)
Giro, merupakan simpanan masyarakat pada
Bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayar atau dengan cara pemindahbukuan. 4)
Kredit, merupakan pinjaman berupa uang, bantuan dana yang
diberikan kepada debitur dengan persyaratan dan tingkat bunga yang telah ditentukan meliputi : (1)
Kredit Konsumtif, yaitu kredit
yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif yang semata-mata digunakan untuk membeli barangbarang kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti properti (rumah), mobil, dan berbagai macam barang konsumsi lainnya. Kredit Konsumtif meliputi : a)
Kredit Non KUK ( Kredit Usaha Kecil) Perumahan
b)
Kredit Non KUK ( Kredit Usaha Kecil) Kendaraan
45
c)
Kredit Non KUK ( Kredit Usaha Kecil ) Pegawai BPD
d)
Kredit Non KUK ( Kredit Usaha Kecil) Alat Rumah
Tangga e)
Kredit Non KUK (Kredit Usaha Kecil ) Lainnya
(2)
Kredit komersial, yaitu kredit yang
dibayarkan oleh Bank untuk memperlancar kegiatan usaha debitur dibidang perdagangan, industri, maupunjasa. Kredit Komersial meliputi:
5)
a)
Kredit Modal Kerja
b)
Kredit Investasi
Jasa-jasa lainnya dibidang keuangan : 1)
Kliring, yaitu suatu penyelesaian utang piutang antara Bank-
Bank peserta kliring dalam bentuk warkat atau surat berharga disuatu tempat tertentu. 2)
Transfer, yaitu jasa pengiriman uang baik dalam negeri
maupun luar
negeri. Pengiriman dapat dilakukan dengan telex, mail
transfer, telepon, dan telegraph, 3)
Pay Roll, yaitu jasa pelayanan gaji dengan pembebanan pada
rekening tabungan. 4)
Pembayaran Air dan telepon yaitu jasa pembayaran rekening
air telepon baik secara tunai maupun melalui pemotongan rekening di Bank.
46
5.2.1
Uji Asumsi Klasik Maksud dilakukakan pengujian asumsi dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan model regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias. Analisis regresi juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Teknik estimasi variable dependen yang melandasi independen analisis tersebut disebut Ordinary Least Squares (OLS). Model regresi yang menggunakan teknik OLS, sering disebut sebagai model regresi linear klasik. Untuk dapat dianalisis hasilnya, model tersebut harus menggunakan asumsi OLS. Terdapat 10 asumsi OLS yang harus dipenuhi, tetapi pada umumnya hanya 4 uji yang harus dilakukan yaitu Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Multikolinieritas. Pengujian ini dilakukan untuk meyakini bahwa model regresi yang diperoleh mempunyai kemampuan untuk memprediksi, dan kemanfaatan dalam pengambilan keputusan. 5.2.1.1 Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu keadaan di mana salah satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainnya. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolinieritas adalah dengan melakukan regresi antar variabel penjelas. Jika signifikan berarti terdapat Multikolinieritas. Untuk menguji Multikolinieritas dengan vasilitas yang disediakan SPSS yaitu dengan melihat nilai VIF dari masing-masing variabel. Jika nilai VIF lebih rendah dari 10, maka dapat
47
disimpulkan bahwa tidak ada Multikolinieritas
yang serius antara variabel
independen dalam model. Dengan melihat nilai VIF dalam model regresi dapat diketahui bahwa masing-masing variabel tidak mengandung adanya gejala Multikolinieritas karena mempunyai nilai VIF yang lebih rendah dari 10. Hal ini menunjukkan model regresi tersebut lolos uji Multikolinieritas. Tabel 5.1 Hasil Pengujian Multikolinieritas Dengan Menggunakan Varian Inflas Factor (VIF) Collinearity Statistics
Model
Tolerance 1
(Constant) Fixed_Asset_Ratio Corporat_Tax_Rate Profitability Firm_Age
0,204 0,295 0,416 0,164
VIF 4,900 3,384 2,401 6,094
a Dependent Variable: Struktur_Keuangan
Sumber : Lampiran 1 (Coefficientsa) Berdasarkan
Tabel 5.1 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan nilai
tolerance menunjukkan tidak ada variable independent yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variable independent yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variable independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada Multikolonieritas antar variable independent dalam model regresi. 5.2.1.2 Uji Autokorelasi Uji autokerelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji DurbinWatson (DW Test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi
48
tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel indepeden. Selanjutnya uji autokerelasi Durbin-Watson (DW Test) dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data terlihat seperti Tabel 5.10. berikut: Tabel 5.2 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW Test) Model 1
R 0,868(a)
R Square 0,753
Adjusted R Square 0,743
Std. Error of the Estimate 2,69592
DurbinWatson 1,699
a Predictors: (Constant), Firm_Age, Profitability, Corporat_Tax_Rate, Fixed_Asset_Ratio b Dependent Variable: Struktur_Keuangan
Sumber : Lampiran 2 (model summaryb) Berdasarkan tabel 5.2 di atas didapat nilai DW sebesar 1.699. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, dengan jumlah sampel sebanyak 4 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4) sebagai berikut : Tabel 5.3 Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Kesimpulan Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada korelasi Sumber: Ghozali (2006:96)
Keputusan Tolak
Jika Kurang dari 1,08
No desicision
1,08 s/d 1,66
Tdk Tolak
1,66 s/d 2,34
No desicision
2,34 s/d 2,92
Ditolak
Lebih dari 2,92
49
Oleh karena nilai DW 1,699 lebih besar dari batas atas (du) 1.66 dan kurang dari 2,34 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif. Dengan demikian dapat dikatakan tidak terdapat autokorelasi 5.2.1.3 Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Selanjutnya uji heterokedastisitas dengan menggunakan Glejser dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data terlihat seperti Tabel 5.4 berikut: Tabel 5.4 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Glejser
Model 1
(Constant) Fixed_Asset_Ratio Corporat_Tax_Rate Profitability Firm_Age
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t B Std. Error Beta 2,071 1,632 1,269 -0,039 0,111 -0,079 -0,349 -0,051 0,122 -0,077 -0,413 0,029 0,126 0,036 0,228 -0,020 0,112 -0,045 -0,179
Sig. 0,208 0,728 0,680 0,820 0,858
a Dependent Variable: Res_2
Sumber : Lampiran 3 (Coefficientsa) Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolut Y atau | Y |. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas 0,05 atau di atas tingkat kepercayaan 5%, jadi dapat dikatakan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.
50
5.2.1.4 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel, pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik dengan parametrik Kolmogrorov-Smirnow test (K-S) dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data terlihat seperti Tabel 5.13. berikut: Tabel 5.5 Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S) Unstandardized Residual N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
4 0,0000000 2,64089054 0,094 0,094 -0,055 0,940 0,340
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber : Lampiran 4 (One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test) Besarnya nilai Kolmogorov-Smimov adalah 0,940 dan menunjukkan keadaan yang tidak signifikan dengan nilai derajat probabilitas signifikansi atau p value > 0,05 atau 5%. Hal ini berarti Ho diterima, yang artinya bahwa data residual berdistribusi normal atau dapat dikatakan telah lolos uji normalitas. 5.2.2
Analisis Regresi
51
Hasil analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menganalisis tentang besarnya pengaruh dari variabel Fixed-Asset Ratio (X1), Corporate Tax Rate (X2), Profitability (X3), Firm Age (X4) terhadap Struktur Modal (Y) Dari analisa regresi yang dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data dapat terlihat seperti Tabel 5.14 berikut: Tabel 5.6 Analisa Regresi Model 1
(Constant) Fixed_Asset_Ratio Corporat_Tax_Rate Profitability Firm_Age
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Beta Error 2,021 1,700 0,701 0,116 0,293 0,900 0,128 0,374 0,931 0,132 0,558 0,565 0,117 0,229
t 1,189 4,598 5,787 7,065 3,227
Sig. 0,008 0,004 0,002 0,000 0,006
a Dependent Variable: Struktur_Keuangan
Sumber : Lampiran 5 (Coefficientsa) Berdasarkan Tabel 5.6, maka persamaan regresi yang di dapat adalah sebagai berikut: Y = 2,021 + 0,701X1 + 0,900X2 + 0,931X3 + 0,565X4 Keterangan : Y
= Struktur Modal
X1
= Fixed Asset Ratio
X2
= Corporate Tax Rate
X3
= Profitability
X4
= Firm Age
Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar 2,021. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability,
52
Firm Age akan terjadi perubahan Struktur Modal sebesar 2,021. Selanjutnya koefisien regresi Fixed Asset Ratio sebesar 0,701 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap perubahan Fixed Asset Ratio satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan Struktur Modal akan mengalami perubahan sebesar 0,701% dengan arah yang sama. Corporate Tax Rate mempunyai koefisien regresi sebesar 0,900 dan bertanda positif, berarti setiap perubahan Corporate Tax Rate satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan Struktur Modal akan mengalami perubahan sebesar 0,900% dengan arah yang sama. Profitability mempunyai koefisien regresi sebesar 0,931 dan bertanda positif, berarti setiap perubahan Profitability satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan Struktur Modal akan mengalami perubahan sebesar 0,931% dengan arah yang sama. Firm Age mempunyai koefisien regresi sebesar 0,565 dan bertanda positif, berarti setiap perubahan Firm Age satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan Struktur Modal akan mengalami perubahan sebesar 0,565% dengan arah yang sama Persamaan model matematis di atas menunjukkan bahwa pengaruh Profitability dominan daripada Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Firm Age. Hal itu ditunjukkan dari Standardized Coefficients Beta Profitability 0,558 lebih besar dari koefisien regresi Fixed-Asset Ratio 0,293, Corporate Tax Rate 0,374, dan Firm Age 0,229.
5.2.3
Pengujian Hipotesis
5.2.3.1 Uji-t (Parsial)
53
Hasil uji signifikansi individual (uji-t) dengan menggunakan Program SPSS ver 15 for windows disajikan pada Tabel 5.7
Tabel 5.7 Uji Signifikansi Individual (Uji-t)
Model 1
(Constant) Fixed_Asset_Ratio Corporat_Tax_Rate Profitability Firm_Age
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Beta Error 2,021 1,700 0,701 0,116 0,293 0,900 0,128 0,374 0,931 0,132 0,558 0,565 0,117 0,229
t 1,189 4,598 5,787 7,065 3,227
Sig. 0,008 0,004 0,002 0,000 0,006
a Dependent Variable: Struktur_Keuangan
Sumber : Lampiran 5 (Coefficientsa) 1.
Pengaruh fixed-asset ratio terhadap struktur modal PT. Bank BPD Bali Kantor Cabang Pembantu Teuku Umar Denpasar Berdasarkan Tabel 5.7, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi Fixed Fsset Ratio adalah 0.004 atau lebih kecil dari 0.05 atau 5% dan koefisien regresi-nya adalah positif 0,701 yang artinya hipotesis yang berbunyi FixedAsset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dapat diterima. Dengan demikian dikatakan bahwa Fixed-Asset Ratio mempunyai Pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar.
54
2.
Pengaruh Corporate Tax Rate terhadap struktur
modal PT. Bank BPD Bali Kantor Cabang Pembantu Teuku Umar Denpasar Berdasarkan Tabel 5.7, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi atau p value Corporate Tax Rate adalah 0.002 atau lebih kecil dari 0.05 atau 5% dan koefisien regresi-nya adalah positif 0,900 yang artinya hipotesis yang menyatakan Corporate Tax Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dapat diterima. Dengan demikian dikatakan bahwa Corporate Tax Rate mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. 3.
Pengaruh Profitability terhadap struktur modal PT.
Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar Berdasarkan Tabel 5.7, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi Profitability adalah 0.000 atau lebih kecil dari 0.05 atau 5% dan koefisien regresi-nya adalah positif 0,931 yang artinya hipotesis yang berbunyi Profitability berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dapat diterima. Dengan demikian dikatakan bahwa profitability mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar.
55
4.
Pengaruh Firm Age terhadap Struktur Modal PT.
Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar Berdasarkan Tabel 5.7, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi Firm Age adalah 0.006 atau lebih kecil dari 0.05 atau 5% dan koefisien regresi-nya adalah positif 0,565 yang artinya hipotesis yang berbunyi firm age berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dapat diterima. Dengan demikian dikatakan bahwa Firm Age mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Stuktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. 5. Profitability berpengaruh dominan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar Berdasarkan Tabel 5.7,
dapat dilihat bahwa nilai Standardized
Coefficients 4 (empat) variabel keuangan (Fixed Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability dan Firm Age) yang merupakan variabel bebas secara berturut-turut adalah 0,293; 0,374; 0,558; dan 0,229. Berdasarkan hal tersebut nilai Unstandardized Coefficients terbesar adalah Profitability yaitu sebesar 0,931 5.2.3.2 Uji-f (Simultan) Hasil uji signifikansi simultan (uji-F) dengan menggunakan Program SPSS ver 15 for windows adalah sebagai berikut: Tabel 5.8 Hasil Uji Silmutan (Uji-F)
56
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2104,584 690,456 2795,040
df 1 2 3
Mean Square 526,146 7,268
F 72,393
Sig. 0,000(a)
a Predictors: (Constant), Firm_Age, Profitability, Corporat_Tax_Rate, Fixed_Asset_Ratio b Dependent Variable: Struktur_Keuangan
Sumber : Lampiran 5 (ANOVAb) Berdasarkan Tabel 5.8 tersebut, dapat ketahui bahwa nilai uji F memiliki signifikansi adalah 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 atau 5%, dengan demikian secara bersama- Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, Firm Age. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang berbunyi Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, dan Firm Age secara bersama-sama (secara simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dapat dibuktikan. 5.2.3.3 Koefisien Determinasi Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel yang terikat digunakan uji koefisien determinasi dari harga R2. Perhitungan regresi hasil olah data SPSS ditunjukkan pada Tabel 5.9. berikut ini: Tabel 5.9 Koefisien Determinasi Model 1
R 0,868(a)
Adjusted R Square R Square 0,753
0,743
Std. Error of the Estimate 2,69592
a Predictors: (Constant), Firm_Age, Profitability, Corporat_Tax_Rate, Fixed_Asset_Ratio
Sumber : Lampiran 5 (Model Summary)
57
Berdasarkan tampilan output SPSS model summary, besarnya adjusted R2 adalah 0,753, hal ini berarti 75,3% variabel dependen Struktur Modal dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen fixed-asset ratio, corporate tax rate, profitability, firm age, sedangkan sisanya 24,7% (100%-75,3%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model.
5.3 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data penelitian, terlihat bahwa Fixed-Asset Ratio mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. Hal ini berarti Fixed-Asset Ratio dapat meningkatkan Struktur Modal Perusahaan, demikian sebaliknya.
Ini berarti juga bahwa PT. Bank BPD Bali
Kantor Capem Teuku Umar Denpasar memiliki tangibility of assets yang tinggi (diproksikan dalam fixed asset ratio). Aset tersebut bisa dijadikan jaminan, maka akan menurunkan resiko pemberi pinjaman terhadap agency costs dari pemberian hutang tersebut, hal ini berarti menghindari resiko. Kepemilikan asset juga dapat memelihara nilai likuidasi perusahaan. Sehingga proporsi tangibleassets yang lebih besar akan mendorong pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman, dan tingkat leverage akan lebih tinggi. Corporate Tax Rate yang menunjukkan berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. Kondisi ini berarti bahwa semakin tinggi Corporate Tax Rate
58
semakin tinggi Struktur Modal Perusahaan. Untuk mengurangi pajak yang terlalu tinggi PT. Bank BPD Bali mengurangi tingkat bunga yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Weston dan Brigham (1994), bunga adalah beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan (deductible expense), dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan hutang tersebut. Profitability berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. Kondisi ini berarti bahwa meningkatnya Profitability dapat meningkatkan Struktur Modal dengan penggunaan hutang semakin besar. Kondisi ini berlawanan dengan temuan teori yang diungkapkan sebelumnya, yaitu Profitability berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal seperti yang diungkapkan oleh Weston dan Brigham (1994). Makna temuan penelitian ini adalah : karena karakteristik perusahaan manufaktur sangat berbeda dengan perbankan, dimana
perbankan
akan
meningkatkan hutangnya kepada pihak ketiga (Tabungan, Deposito dan Giro) yang kemudian disalurkan dalam bentuk kredit,
untuk meningkatkan
Profitabilitynya. Semakin tinggi dana pihak ketiga semakin tinggi kredit yang disalurkan sehingga pendapatan dari spread bunga semakin tinggi dan profitability akan meningkat. Begitu juga yang terjadi di PT Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. Temuan Pengaruh Positif Profitability terhadap Struktur Modal, sesuai dengan pendapat Hidayat (2004), yang menyatakan bahwa hasil kegiatan operasional suatu perusahaan perbankan secara konsepsonal dipengaruhi oleh
59
keputusan manajemen dalam menetapkan Struktur Modal. Dengan demikian jika sebuah perusahaan perbankan beroperasi pada tingkat efisiensi yang sama untuk memperoleh pendapatannya maka kebijakan penetapan sumber pembelanjaan (finansial decision) tidak akan menyebabkan perubahan terhadap pencapaian hasil kegitan operasional. Tetapi sebaliknya, keputusan penetapan sumber dana pada tingkat efisiensi operasional tersebut akan mempunyai keragaman pengaruh terhadap penghasilan perusahaan perbankan. Dengan kata lain bahwa penetapan struktur pembelanjaan atau struktur modal yang berbeda akan mempunyai kekuatan berlainan bagi perubahan penghasilan dan nilai perusahaan. Keadaan tersebut disebabkan karena setiap perubahan struktur modal akan selalu disertai oleh adanya perubahan tingkat resiko finansialnya. Firm Age yang mempunyai Pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Struktur Modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar. Hal ini berarti bahwa meningkatnya Firm Age
dapat meningkatkan Struktur Modal
Perusahaan. PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar menerapkan Firm Age sebagai proksi untuk menilai reputasi suatu perusahaan sebagai peminjam dana atau pemilik hutang. Perusahaan yang telah lama berdiri dimungkinkan memiliki reputasi yang lebih baik dari pada perusahaan yang baru saja berdiri, karena seiring dengan perjalanan waktu yang lebih lama berarti perusahaan telah menghadapi berbagai kondisi yang selalu berkembang dan berbeda. Perusahaan yang dapat melalui berbagai kondisi tersebut menunjukkan adanya stabilitas dalam manajemen perusahaan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh pemberi pinjaman, yang oleh Riyanto (2005) termasuk dalam capacity sebagai salah satu dari lima C yaitu character, capacity, capital, collateral dan conditions, sebagai pedoman bagi perbankan dan lembaga
60
keuangan dalam mengadakan penilaian resiko pemberian kredit kepada perusahaan.
5.4 Implikasi Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor (Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability dan Firm Age) sangat relevan digunakan sebagai variable keuangan yeng mempengaruhi Struktur Modal dari suatu perusahan perbankan. Sisi positif dari hasil penelitian ini adalah mempertegas hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa variabel independen (Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability dan Firm Age) dapat dimasukkan ke dalam model regresi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap Struktur Modal. Bahkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability dan Firm Age memiliki variasi mempengauhi Struktur Modal Hal ini sebesar 75,3%. Implikasi bagi penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan justifikasi metode penelitian terutama pada perbankan lain. Namun demikian hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan kontribusi kepada para perbankan minimal dapat menambah referensi dalam pengambilan keputusan tentang struktur modalnya. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada manajemen PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dalam melakukan pengambilan keputusan mengenai Struktur Modal perusahaan.
61
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian sera hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1)
Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, Firm
Age secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar Denpasar dengan variasi yang dapat dijelaskan sebesar 75,3%. 2)
Secara parsial variabel fixed-asset ratio, corporate tax rate,
profitability dan firm age mempunyai pengaruh signifikan terhadap terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar. (1) Fixed-asset ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar.
62
(2) Corporate Tax Rate berpengaruh positif signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar. (3) Profitability berpengaruh positif signifikan dan dominan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar. (4) Firm age berpengaruh positif signifikan terhadap Struktur Modal pada PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar.
6.2 Saran 61 Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini baik kepada perusahan maupun untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1) Nasabah sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi Struktur Modal dari suatu perusahaan karena dengan adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan kepercayaan yang diberikan kepada PT. Bank BPD Bali. 2) Manajemen PT. Bank BPD Bali Kantor Capem Teuku Umar dalam melakukan pengambilan keputusan mengenai Struktur Modal perusahaan harus lebih mempertimbangkan Fixed-Asset Ratio, Corporate Tax Rate, Profitability, Firm Age.
63
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Hermanto. 2009. Struktur Kapital; Antara Teori dan Praktek, Usahawan, No. 03 THXXVIII, Maret . Bambang Riyanto. 2005. Dasar-dasar Pembelanjaan. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta. Barclay, Michael J. dan Smit. 2005. The Maturity of Corporate Debt, The journal of Finance, Vol. L, No. 2, Juni. Berger, Philip G; Ofek dan Yermack. 2007. Optimal Capital Structure, Endogenous Bankruptcy, and Term Structure Decisions, The Journal of Finance, Vol. LII, No. 4, September. Brigham, F Eugence and Joel F Houston. (2001). Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Jakarta : Erlangga. Ghosh, Arvin; Cai dan Li. 2008. The Determinants of Capital Strukture, American Business Review, June 2000: 129-132. Guedes, Jose dan Opler. 2006. The Determinants of The Maturity of Corporate Debt Issues, The Journal of Finance, Vol 51, No.5, Desember. Homaifar, Ghassem; Zeitz and Benkato. 1994. An Empirical of Capital Strukture: Some New Evidence, Journal of Business Finance & Accounting, Januari, p: 1-12. Hotbonar Sinaga. 2003. Asset Liability Management dalam Kaitannya dengan Struktur Modal Perusahaan, Usahawan, No. 03 TH. XXVIII Maret. Johnson, Shane A. 1997. The Effect of Bank Debt on Optimal Capital Structure, Financial Management, Vol. 26, No.4, Winter. Norpin. 2007. Ekonomi Moneter. BPFE UGM, Yogyakarta. Rajan, Raghuram G. dan Zingales. 1995. What Do We Know about Capital Structure? Some Evidence from International Data, The Journal of Finance, Vol. L, No.5, Desember. Rustam Hidayat. 2004. Pengaruh Penggunaan Hutang Terhadap Resiko Penghasilan dan Harga Saham serta Biaya Modal, Usahawan, No.1 TH XXIII, Januari.S 62
64
Suad Husnan. 2006. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jagka Panjang), BPFE, Yogyakarta. Weston, J. Fred dan Brigham. 1994. . Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2, Alih Bahasa: Alfonsus Sirait, Penerbit Erlangga, Jakarta. Weston, J. Fred dan Copeland. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2, Alih Bahasa: A Jaka Wasna dan Kibrandoko, Bina Rupa Aksara, Jakarta. Imam Ghozali. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung. William T. Moore dan Boquist, K. 2004. Equity Valuation Effects of Foreign Capital Expenditures: The Role of Property Rights,” with P. English, International Journal of Banking and Finance, Summer 2004 Nurgianto, Gunawan Marzuki. 2000. Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Borio, C.E.V., 1990. “Leverage and financing of nonfinancial companies: an inter- national perspective”, BIS Economic Papers, No. 27. De Angelo, H. and R. Masulis. 2000. Leverage, and dividend irrelevancy under corporate and personal taxation. Journal of Finance. 35: 453-464. Miller.M.H and K.Rock. (2007). Dividend policy under asymmetric information. Journal of Finance. 40: 1031-1051. Myers, S. And N. Majluf. (1997). Corporate financing and investment decisions when firms have information investors do not have. Journal of Finance Economics. 13: 187-221 Titman, S. and Wessels. (2008). The determinant of capital structure choice. Journal of Finance. 43:1-19. Guilford, J. P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New. York: Mc Graw-Hill Book Co. Inc. Barry Render & Ralph M. Stair, Jr., 2000, Quantitative Method for Management Sciences, 7th Edition, Prentice Hall Bradley, M., Jarrel G.A., Kim E.H. (2004). On the existence of an optimum capital structure: theory and evidence. Journal of Finance. 39:857878.