BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Masalah Saat ini dunia bisnis menghadapi era baru persaingan yang sangat ketat. Salah satu penyebabnya adalah efek globalisasi serta krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak beberapa tahun silam. Meskipun menurut berbagai penilaian dari para ekonom yang mengetahui bahwa Indonesia tidak siap untuk menghadapi pasar bebas, tetapi karena harus tunduk pada perjanjian AFTA, Indonesia akhirnya membuka keran-keran perdagangan bebas. Akibatnya, dunia usaha di Indonesia dengan terpaksa harus menghadapi pesaingpesaing dari luar negeri yang tidak hanya kuat secara modal, tetapi juga teknologi dan tingginya kualitas SDM yang ada. Misalnya dalam industri perdagangan, ketatnya suatu persaingan menuntut perusahaan untuk lebih aktif dalam mempromosikan produknya. Dengan menerapkan strategi atau metode pemasaran yang tepat, para pelaku bisnis harus lebih siap dalam menghadapi era tersebut. Konsekuensi globalisasi ekonomi telah membuat batas-batas negara menjadi kabur. Kini kegiatan perekonomian suatu negara tidak hanya menjadi masalah bagi negara yang bersangkutan, melainkan juga bagi negara-negara lain.
Terlebih lagi dalam era globalisasi ini, akan muncul suatu fenomena baru yaitu global consumer (konsumen global). Hal ini ditandai dengan konsumen yang kritis, canggih dan semakin well demanding (permintaan yang kompleks). Konsumen tidak hanya memperhatikan pada kebergunaan produk melainkan juga pada kualitas, biaya, delivery (pengiriman) serta kepuasan pelanggan (consumer satisfaction) itu sendiri. Akibatnya perusahaan harus meningkatkan daya saing untuk mempertahankan kelangsungan usahanya melalui berbagai perbaikan, baik dalam hal harga, promosi, kualitas produk, distribusi, strategi penjualan maupun pelayanan. Berbagai strategi di gunakan perusahaan untuk memasarkan produknya dan persaingan yang sangat ketat di lapangan menimbulkan berbagai perusahaan memilih strategi yang paling cocok untuk memasarkan produk nya. Suatu perusahaan membutuhkan beberapa elemen penting untuk mendukung perusahaan agar dapat eksis berdiri. Salah satunya adalah elemen komunikasi. Karena komunikasilah yang melahirkan suatu hubungan timbal-balik. Kemudian dari hubungan timbal-balik itulah dapat tercipta suatu transaksi. Tanpa komunikasi maka masyarakat tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Dalam kaitan dengan aktifitas komunikasi, dikenal istilah komunikasi pemasaran.1 Keberadaan komunikasi pemasaran dalam ilmu komunikasi terletak pada perpaduan antara komunikasi antar pribadi dan komunikasi organisasi. Dalam
1
Prisgunanto, Ilham. 2006. Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik. Bogor : Ghalia Indonesia. Hal. 4
melakukan komunikasi pemasaran, strategi dan taktik pesan akan menjadi suatu hal yang mengefektivitaskan penyampaian pesan komunikasi pemasaran. Hambatan
terbesar
dalam
melakukan
komunikasi
pemasaran
adalah
ketidakmampuan komunikan dalam menangkap isi pesan atau konsep yang ingin disampaikan oleh komunikator. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan gangguan (noise) yang menjadi penghalang keefektifitasan komunikasi. Gangguan dapat berupa gangguan fisik, masalah semantik, perbedaan budaya, dan lain-lain. Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan perusahaan, biasanya tidak hanya berkutat pada satu cara atau satu strategi saja, tetapi diperlukan juga perpaduan strategi, tujuannya agar dapat lebih jelas dan lebih mudah dalam hal memetakan masalah lalu kemudian menemukan solusi yang paling tepat. Oleh karena perpaduan strategi itu maka lahirlah sebuah konsep komunikasi pemasaran yang dikenal dengan istilah Integrated Marketing Communication (IMC). IMC menekankan pentingnya sebuah integrasi antara teknik komunikasi dan teknik pemasaran untuk meraih tujuan. Saat ini banyak perusahaan yang menerapkan IMC dalam sistim komunikasi pemasaran mereka. Hal ini dikarenakan IMC dapat menghasilkan komunikasi dengan beragam cara sehingga berpeluang besar untuk dapat menyampaikan maksud atau isi pesan kepada konsumen secara tepat sasaran. Salah satu jenis usaha yang turut meramaikan perkembangan bisnis dan ekonomi di Indonesia adalah MLM. Pertumbuhan bisnis jaringan atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan MLM (Multi Level Marketing) banyak sekali ditemukan di Indonesia saat ini. Menurut data APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia)
sampai pada tahun 2014 ada lebih dari 85 perusahaan MLM yang tergabung menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Belum lagi ratusan perusahaan di luar sana yang belum dan tidak mendaftarkan diri di APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Tidak hanya itu, hampir di setiap bulannya ada saja perusahaan MLM baru yang membuka usahanya di Indonesia, baik itu perusahaan lokal asal dalam negeri maupun dari luar negeri. Tercatat kurang lebih ada 175 perusahaan yang akan masuk untuk meramaikan industri MLM di Indonesia. 2 Hal ini tidak terlepas dengan keadaan jumlah penduduk Indonesia. Indonesia menempati posisi keempat dengan jumlah pendudek terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat yang banyak yakni lebih dari 237 juta jiwa.3 Tiap tahunnya banyak perusahaan yang menggunakan sistem pemasaran jaringan bermunculan di Indonesia. Mulai dari perusahaan yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Saat ini tercatat ada 85 perusahaan MLM (Multi Level Marketing) yang ikut terdaftar dalam APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Penjualan Langsung Indonesia)4. Maka dari itu, Potensi pemasaran produk dari tiap perusahaan Multi Level Marketing (MLM) masih sangat terbuka untuk dijual di Indonesia. Multi Level Marketing (MLM) pertama kali ditemukan oleh dua orang profesor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an. Produk pertamanya yang dijual adalah berupa vitamin dan makanan tambahan Nutrilite. Wuryando
2
Sumber: http://www.apli.or.id/anggota/ diunduh pada 05 Februari 2015 pukul 21.05 WIB Sumber http://www.bps.go.id/65tahun/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf diunduh pada 05 Februari 2015 pukul 22.30 WIB 4 Sumber: http://www.apli.or.id/anggota/ diunduh pada 05 Februari 2015 pukul 21.05 WIB 3
mengatakan bahwa dalam perkembangan selanjutnya perusahaan MLM Amway mengambil alih Nutrilite.5 Sejak itu, ribuan perusahaan MLM bermunculan dan beberapa perusahaan yang terkenal seperti Forever Living, Herbalife, dan Neolife.6 Masing-masing perusahaan tersebut memiliki lebih dari 50.000 distributor.7 Hingga akhirnya bisnis MLM terus mengalami perkembangan yang pesat. Pada WFDSA (World Federation of Direct Selling Associations) tidak menyediakan data jumlah perusahaan MLM di dunia untuk publik, tetapi WFDSA hanya menyebutkan jumlah negaranya. Terdapat 49 negara di dunia yang telah memiliki asosiasi semacam DSA (Direct Selling Association) atau Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Federation of European Direct Selling Association (FEDSA) pernah menyebutkan bahwa setidaknya ada 1300 perusahaan MLM di seluruh dunia. Namun demikian belum semua perusahaan yang menggunakan sistem MLM terdaftar sebagai anggota APLI, FEDSA maupun WDFSA.8 Di Indonesia sendiri, perusahaan MLM pertama berdiri pada tahun 1986, tepatnya berada di Kota Bandung. perusahaan MLM pertama tersebut ialah PT. Nusantara Sun
5
Wuryando, Bagoes. 2010. Jurus Maut MLM Anti Gagal. Jakarta: Media Pressindo. Hal. 15 Artikel tentang sejarah Multi Level Marketing (MLM) oleh Dwiarko seorang konsultan dan trainer di BrandKita yang bergerak di bidang Smart Branding (Personal Brand, Company Brand dan Online Branding) dan juga seorang pemilik usaha di bidang konsultan IT. Sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/01/09/sejarah-mlm-dan-jenis-jenis-direct-selling-lain/ Diunduh pada 05 Februari 2015 pukul 22.00 WIb 7 Tracy, Brian. 2007. MLM Sukses. Jakarta: Delapratasa Publishing.. Hal. 5 8 Harefa, Andrieas. 2000. Pesona Bisnis Direct Selling dan MLM. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 25 6
Chlorella Tama. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi PT. Centra Nusa Insan Cemerlang.9 Dalam poses perkembangannya, bisnis MLM di Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Hal ini dikarenakan bisnis MLM disalahgunakan oleh pihak atau orang-orang tertentu untuk meraup untung yang sebesar-besarnya. Seperti kasus penipuan atau lebih sering dikenal dengan istilah money game. yang berkedok bisnis MLM.10 Money game awalnya berasal dari Kota New York yakni pada tahun 1919 yang didirikan oleh Charles K. Ponzi. Perusahaan yang didirikan oleh Charles K. Ponzi bernama The Securities and Exchange. Charles K. Ponzi ini menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan sebesar 50% dalam waktu hanya 3 bulan. Ditambah lagi dengan komisi sebesar 10% bila member berhasil membawa investor baru. Dalam waktu singkat Charles K. Ponzi dengan mudahnya berhasil meraup keuntungan sebesar 15 juta dollar.11 Kasus-kasus tersebut pada akhirnya membuat citra MLM menjadi buruk di mata masyarakat. Sebagian masyarakat tidak lagi percaya terhadap perusahaan MLM bahkan masyarakat sudah memandang apriori terhadap MLM. Masyarakat melihat bahwa MLM merupakan bisnis bohongan ataupun bisnis yang kerjanya membohongi orang-orang agar mau bergabung dalam perusahaan MLM.12
9
Wuryando, Bagoes. 2010. Jurus Maut MLM Anti Gagal. Jakarta: Media Pressindo. Hal. 16 Ibid. Hal 72 11 Wuryando, Bagoes. 2010. Jurus Maut MLM Anti Gagal. Jakarta: Media Pressindo. Hal. 69 12 Santoso, Benny. 2003. All About MLM (Memahami Lebih Jauh MLM dan Pernak Perniknya). Yogyakarta: Andi. Hal. 126-133 10
Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis MLM tidak membuat pelaku bisnis MLM berhenti beroperasi di Indonesia. Hal ini terbukti masih adanya pelaku bisnis MLM yang masih tetap bertahan hingga sekarang. Beberapa diantaranya seperti Tupperware Indonesia, Melia Internasional Indonesia, Sophie Martin, Capriasi Multi Nasional Sejahtera, Flexterkita, Orifleme, dan masih banyak lagi pelaku bisnis MLM lainnya. Semua bisnisMLM tersebut bergerak diberbagai bidang produk seperti produk kecantikan (Orifleme), obat dan makan sehat (CNI), pulsa (Flexterkita), aksesoris (Capriasi Multi Nasional Sejahtera), dan yang lainnya. Mewakili perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan MLM, dalam hal promosi, seorang tenaga penjual / pelaku bisnis MLM itu sendiri diperlukan sebuah strategi personal selling yang efektif agar tidak hanya sekedar menjual dan meraih keuntungan dari konsumen tetapi juga terpecaya dan memiliki relasi jangka panjang. Personal selling merupakan metode atau strategi promosi yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam menghadapi era globalisasi ini ditengah persaingan antar merek dan produk MLM di Indonesia. Dalam personal selling, tenaga penjual dapat secara langsung mengetahui kebutuhan, keinginan, motif, keluhan, dan perilaku konsumen, bahwa dalam personal selling, para penjual dapat mengadakan penyesuaian akan pesan-pesan yang disampaikan kepada para pembeli menurut karakteristik yang unik dari setiap prospek atau calon pelanggan.13 Lebih
13
Kusumadmo, E. 1985.KeputusanPemasaran. Yogyakarta : Liberty. Hal. 73
lanjut dengan daya pengamatan dan pendengarannya, para penjual dapat menerima umpan balik tentang pesan dan penjelasannya menurut tingkat dan derajat penyampainya. Apabila umpan balik itu menunjukkan bahwa pesan-pesan tidak dapat diterima seperti yang seharusnya, penjual akan secara cepat mengadakan penyesuaian
di
dalam
metode
presentasi.
Dengan
demikian,
perusahaan
berkesempatan untuk menemukan secara pasti sasaran mereka dengan lebih efektif dibandingkan dengan cara promosi lainnya.14 Strategi personal selling yang tepat juga dapat meredakan issue buruk dari bisnis MLM itu sendiri. Bahwa bukan hanya sekedar meraih keuntungan saja, tetapi seorang pelaku bisnis MLM tersebut dapat menjadi terpercaya baik dalam hal kegunaan dan manfaat produk yang dijual dan dijanjikan maupun terpercaya dari segi pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Dari fakta diatas dapat diketahui bahwa peran personal selling sangat penting untuk perusahaan karena pesan yang disampaikan bersifat individual dan dua arah sehingga penjual dapat memberikan informasi yang bersifat persuasif yang bisa mempengaruhi kepentingan pembelian dan meningkatkan penjualan. Tanpa adanya personal selling, perusahaan akan kesulitan dalam memperoleh informasi yang terjadi di pasar. Oleh kerena itu dalam personal selling, seorang tenaga penjual harus bisa melakukan proses penjualan sebagai berikut: memilih calon pelanggan (prospecting),
14
Kotler Philip dan Amstrong.2001, Prinsip-PrinsipManajemen, Jilid 1 Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Oleh Damos Sihombing, MBA. Erlangga : Jakarta. Hal. 112
mempelajari calon pelanggan (preapproach), pendekatan (approach), menceritakan produk (presentation), menangani keberatan pelanggan (handling objection), menutup penjualan (closing), dan tindak lanjut setelah penjualan (follow up).15 Dengan personal selling terdapat pengaruh secara langsung yang timbul dalam pertemuan
tatap
muka
antara
penjual
dan
pembeli,
dimana
terdapat
pengkomunikasian faktor yang diperlukan untuk mempengaruhi keputusan pembelian atau menggunakan faktor psikologis dalam rangka membujuk dan memberikan keberanian pada waktu pembuatan keputusan pembelian dengan tujuan agar terjadi transaksi penjualan.16 Dengan demikian, personal selling merupakan kegiatan pemasaran yang efektif pada tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan pembelian, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan membeli terlebih lagi pada sebuah perusahaan MLM. Salah satu perusahaan MLM yang menerapkan strategi personal selling dengan baik dalam kegiatan penjualan langsung mereka adalah PT. Melilea Internasional Indonesia. Dalam observasi awal peneliti terhadap PT. Melilea Internasional Indonesia terungkap bahwa aktivitas promosi yang dilakukan oleh perusahaan hanya melalui kegiatan penjualan langsung saja atau bisa dibilang bahwa perusahaan tersebut murni MLM, selain juga memang menggunakan website resmi dari Melilea. Peneliti juga melihat bahwa kreatifitas pemanfaatan alat-alat promosi hanya 15
Kotler Philip dan Amstrong.2001, Prinsip-PrinsipManajemen, Jilid 1 Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Oleh Damos Sihombing, MBA. Erlangga : Jakarta. Hal. 224-226 16 AssauriSofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : FEUI. Hal. 278
dilakukan oleh masing-masing agen dan distributor di wilayah masing-masing tanpa melibatkan pihak perusahaan. Melilea merupakan sebuah mereka dengan produk yang mengangkat satu trend produk kesehatan makanan organik. Didirikan pada tahun 2002 oleh FounderChairman Melilea, Datuk Dr Alan Wong dan Executive President Datuk Dr Stella Chin dengan memprakarsai gaya hidup baru kepada banyak orang dengan cara mentranformasi hidup mereka melalui gaya hidup organik. Bermodalkan ketekunan dan kegigihan, Melilea menerapkan visi "Transformasi Kehidupan" yang sangat menyentuh hati orang banyak. Bermula dari Malaysia, perusahaan ini berubah menjadi sebuah perusahaan berskala Internasional dengan sebuah konsep baru yang meleburkan network marketing, franchise dan jalur distribusi, mendorong konsep kesehatan organik yang merangkap kecantikan dari dalam dan luar bagi hubungan marketing konsumen. Produk makanan atau produk perawatan tubuh organik adalah produk yang pengelolaannya berasal dari bahan-bahan alami tumbuhan tanpa proses kimiawi, seperti misalnya kedelai yang digunakan untuk minuman sehat Melilea di produksi dari kedelai pilihan organik tanpa proses pemupukan tanaman menggunakan bahan kimia atau pestisida. Semakin hari trend pengkonsumsian produk-produk organik semakin meningkat seiring makin meningginya tingkat kesadaran masyrakat akan hidup sehat. Walaupun proses pembuahan dari hasil perkebunan dan pertanian organik relatif lama, tetapi hasil produknya bisa diandalkan bagi kesehatan kita di masa yang akan data.
Hanya dalam kurun waktu singkat sejak didirikan, Melilea International telah berubah menjadi perusahaan berskala multinasional. Kestabilan dan jaminan merek dagang yang unggul menjadi sebab perusahan ini mendapat berbagai pujian. Kualitas produk, model management yang unik, sistem training, marketing plan yang sempurna serta kompensasi yang sangat adil, menjadi pendorong utama berkembang pesatnya Melilea keseluruh penjuru dunia. Bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata bagi para pelaku bisnis Melilea, mereka pun dituntut wajib memiliki hubungan yang baik dengan para konsumennya.17 Berdasarkan data observasi lapangan di awal yang peneliti dapatkan bahwa aktivitas promosi maupun implementasi dilakukan secara independen oleh masingmasing agen atau distributor di masing-masing wilayah, namun tanpa harus menghilangkan nilai inti dan batasan dari perusahaan Melilea sendiri. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian tentang strategi promosi personal selling yang diterapkan oleh agent, distributor dan downline Melilea di wilayah Bekasi. Perbedaan antara agent distributor, dan downline adalah pada penyediaan stok barang produk Melilea saja. Agent distributor merupakan upline dari agent dan downline mereka, para agent distributor ini berhak memberli barang langsung dari principle pusat Melilea untuk dipasarkan sendiri ataupun melalui agent / downline mereka. Sedangkan agent / downline hanya sebatas membeli barang melalui agent distributor dan memasarkan langsung ke konsumen / end user.
17
http://Melilea.com/LATAR_BELAKANG_PERUSAHAAN.htm Diunduh Pada 21 November 2014 pukul 13.00 WIB
Alasan yang melatar belakangi pemilihan wilayah Bekasi pada penelitian ini adalah karena ada beberapa fakta unik yang peneliti dapatkan tentang Kota Bekasi. Diantaranya adalah Kota Bekasi di prediksikan akan menjadi besar karena populasi yang padat sehingga daya beli masyarakatnya pun akan sangat tinggi, Kota Bekasi identik sebagai kota industry, sehingga pencemaran polusi zat kimia akibat aktivitas pabrik dan industry juga akan terjadi di mana-mana khususnya di Bekasi. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang sebuah produk makanan kesehatan terutama organik melilea. Kemiskinan di kota ini pun menurun, batas garis kemiskinan di Kota Bekasi sendiri berada diangka 2.100 Kalori/Kapita dalam per hari atau setara dengan Rp 365.721,- ditahun 2011, sedangkan di tahun 2012 garis kemiskinan meningkat Rp 401.839, hal tersebut dianggap sebagai tanda bahwa kesejahteraan masyarakat Kota Bekasi mulai meningkat.18 Lokasi subyek penelitian berada pada Rumah Organik Melilea Milik Ibu Aisyah Raihanah (Agent Distributor Melilea) Jl. Alamanda Indah V Blok PG No.15 Harapan Indah, Bekasi, Indonesia Di wilayah Bekasi khususnya, para distributor tersebar di seluruh wilayah dengan peningkatan yang cukup signifikan, disini peran para agen dan downline adalah menawarkan produk-produk dan rencana usaha perusahaan kepada calon konsumen atau calon agen /downline dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan sebenarnya dan tidak diperbolehkan melakukan pengenalan yang salah atau menyesatkan dengan tujuan bisa menjual produk perusahaan sebanyak-
18
Sumber: http://www.bekasibusiness.com/2013/08/23/daya-beli-naik-orang-miskin-di-bekasi-turun/ , dikutip pada 9 Februari 2015, pukul 12.00 WIB
banyaknya dengan alasan apapun. Peneliti akan meneliti aktivitas personal selling tersebut di periode tahun 2013-2014. Peran para agen aktif melakukan pelatihan, berpartisipasi, memberikan saran dan mendukung para konsumennya dan berusaha menjalankan tugas-tugasnya secara professional. Semua peran agen dilakukan untuk meningkatkan kualitas guna menjaga kelanjutan komunikasi dengan jaringan distribusi anggota konsumennya. Hal tersebut merupakan bentuk-bentuk implementasi strategi personal selling para agent dan downline dalam aktivitas penjualan langsung mereka terhadap konsumen. Dengan beberapa alasan tersebut yang peneliti kemukakan diatas menjadi dasar ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimanakah implementasi personal selling pada para agen dan downline PT Melilea Insternational Indonesia di Kota Bekasi. Sebagai upaya peningkatan peranan personal selling yang dilakukan oleh agen produk melilea di kota Bekasi.
1.2. Fokus Penelitian Di wilayah Indonesia kantor cabang Melilea tersebar di beberapa wilayah antara lain Jakarta, Bandung, Bekasi, Tangerang, Yogyakarta, Medan, Surabaya, Malang, Pekanbaru dan Makassar. Lokasi subyek penelitian berada pada Rumah Organik Melilea Milik Ibu Aisyah Raihanah Jl. Alamanda Indah V Blok PG No.15 Harapan Indah, Bekasi, Indonesia . Di wilayah
Bekasi khususnya, para agent distributor
tersebar di seluruh wilayah dengan peningkatan yang cukup signifikan, disini peran para agent distributor adalah menawarkan produk-produk dan rencana usaha
perusahaan kepada calon konsumen atau calon distributor dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan sebenarnya dan tidak diperbolehkan melakukan pengenalan yang salah atau menyesatkan dengan tujuan bisa menjual produk perusahaan sebanyakbanyaknya dengan alasan apapun. Peran para agen aktif melakukan pelatihan, berpartisipasi, memberikan saran dan mendukung para konsumennya dan berusaha menjalankan tugas-tugasnya secara professional. Semua peran agen dilakukan untuk meningkatkan kualitas guna menjaga kelanjutan komunikasi dengan jaringan distribusi anggota konsumennya. Dengan alasan tersebut penulis mempunyai tujuan untuk meneliti Bagaimana implementasi personal selling pada para agen PT Melilea Insternational Indonesia di Kota Bekasi. Sebagai upaya peningkatan peranan personal selling yang dilakukan oleh agen produk melilea di kota Bekasi. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pelaksanaan personal selling para agen dan downline Melilea di Kota Bekasi.?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian adalah : Untuk mengetahui dan menganalisis impelmentasi strategi personal selling para agen yang menjual produk Melilea di Kota Bekasi.
1.4. Manfaat Penelitian Dari paparan beberapa hal tersebut diatas, maka manfaat dari penelitian ini terbagi dua yakni : 1.
Manfaat akademis Diharapkan hasil penelitian ini memberikan perkembangan dan khasanah kajian komunikasi pemasaran, terutama tentang personal selling
2.
Manfaat praktis
a. Memberikan para agen konsep dan rencana pemasaran yang bersifat unik. b. Mampu memberikan rasa percaya diri distributor dari konsep personal selling yang utuh. c. Sebagai masukan positif yang mampu mentransformasi konsep marketing komunikasi bagi agen PT. Melilea International Indonesia.