BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran maupun perasaan (Sutedi: 2003:2). Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan. Untuk itu, ia harus memilih dan menggunakan kata-kata dengan makna yang dianggapnya paling tepat digunakan bagi tujuan dan sasaran yang diharapkannya. Karena makna dari tiap kata yang digunakan dalam berbahasa merupakan perwujudan pikiran atau perasaan yang diungkapkan, maka persoalan makna dalam penggunaaan bahasa sebagai alat pengungkapan pikiran maupun perasaan menjadi sangat penting. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, perasaan, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud tiada lain karena memahami makna yang dituangkan dalam bahasa tersebut. Jadi fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis. Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan makna. Oleh sebab itu, mempelajari bahasa termasuk di dalamnya mempelajari makna-makna yang sudah disepakati oleh penutur bahasa itu dan mempelajari bagaimana menggabungkan setiap unsur bahasa yang memiliki makna menjadi suatu ungkapan yang baik dan benar. Seluk beluk bahasa dibahas dalam kajian linguistik (言語学). Berdasarkan fungsinya bahasa dapat dikaji secara internal (intra bahasa) dan secara eksternal (ekstra bahasa). Yang dimaksud dengan kajian secara internal (intra bahasa) adalah pengkajian yang dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu yaitu struktur fonologis ( 音 声 論 )
Universitas Sumatera Utara
(mempelajari tentang bunyi bahasa), morfologis(形態論) (mempelajari tentang bentukbentuk kata), sintaksis(統語論) (mempelajari tentang susunan kalimat), dan semantik 意味論)( mempelajari tentang makna). Selanjutnya kajian ini akan menghasilkan jenis-jenis bahasa tanpa berkaitan dengan masalah diluar bahasa. Kajian ini dilakukaan dengan menggunkan teori-teori dan norma atau prosedur yang telah ada didalam disiplin linguistik. Salah satu tataran linguistik yaitu semantik (意味論) . Semantik berasal dari bahasa Yunani. Sema artinya tanda atau lambang (sign) mengandung makna to signify atau memaknai. Menurut Aminuddin (2001:14) sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian sebagai studi tentang makna. Chomsky dalam Chaer (1994:285) menyatakan bahwa semantik sangat penting dalam studi linguistik karena merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik. Jadi, semantik (意味論) adalah ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana mula makna sesuatu, bagaimana perkembangannya dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa (Djajasudharma, 1999:14). Semantik membahas makna kata-kata yang berhubungan dengan benda-benda konkrit dan konsep-konsep abstrak. Semantik juga membahas makna kata-kata seperti di, dan, ke, pada, yang maknanya tidak jelas kalau tidak dirangkaikan dengan kata-kata lain. Salah satu perbedaan konsep gramatikal bahasa jepang dengan bahasa Indonesia adalah terletak pada partikel. Sugihartono (2001:viii) menyatakan bahwa Bahasa Jepang mengenal. adanya 助詞 (joshi= partikel). Dan menurut sutedi (2003:9) mengungkapkan bahwa gramatikal, Bahasa Jepang banyak mempunyai助詞 yang fungsinya juga bermacammacam. 助詞 (partikel) adalah jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri yang memiliki fungsi membantu dan menentukan arti, hubungan, penekanan,
Universitas Sumatera Utara
keraguan dan lainnya dalam suatu kalimat Bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Kaidah bahasa yang disepakati dalam Bahasa Jepang mungkin sekali bahwa partikelnya sesungguhnya tidak mempunyai arti, kecuali arti yang berhubungan dengan konteksnya (Chino, 2002:vii). Iwabuchi Tadasu dalam Sudjianto(2000:3) menjelaskan bahwa kelas kata seperti が, に, けれども, まで, を, は , ね, dan sebagainya dalam Bahasa Jepang disebut 助詞 (joshi). 助詞 (Joshi) tidak mengalami perubahan (konjugasi) partikel-partikel tersebut akan menunjukkan maknanya yang jelas setelah digabungkan dengan kata lain yang dapat berdiri sendiri dan dapat membentuk sebuah bunsetsu (文節=suku kata). Joshi (助詞) merupakan salah satu hinshi (品詞=kelas kata) di dalam bahasa jepang, sebagai pembentuk bunsetsu
( 文 節 ) (suku kata) dan tidak berkonjugasi, biasanya
menempel di belakang kata lain dan menyatakan arti yang konkrit (Kitahara, 1972:214). Mengingat bahwa partikel dalam bahasa jepang tidak dapat ditebak atau dicocokcocokkan begitu saja dalam suatu kalimat, maka penempatan partiel dengan benar sangat penting. Karena itu, dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk membahas tentang makna dan fungsi partikel dalam kalimat bahasa jepang. Tetapi karena banyaknya jumlah partikel, maka dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas tentang makna dan fungsi partikelに, を,で. Salah satu partikel dalam bahasa jepang yang mempunyai frekuensi pemakaian yang cukup tinggi adalah partikel で , に , を 。Partikel で , に , を yang akan dibahas disini digolongkan kedalam 格助詞(kakujoshi). Masuoka (2000:1) menyatakan bahwa: 格助詞
のは名詞と述語に対する関係(書く関係)を表す語は格助詞と言.
Universitas Sumatera Utara
“Kakujoshi no wa meishi to jutsugo ni taisuru kankei (kaku kankei) o arawasu go wa [kakujoshi] to iu’ yang artinya kakujoshi adalah kata-kata yang menunjukkan hubungan antara kata benda dengan predikatnya”. Kakujoshi( 格助詞) biasanya dipakai setelah taigen( 体言) ( 名詞=nomina) untuk menyatakan hubungan satu 文節 (suku kata) dengn 文節 lainnya (Tadasu, 1989:48, dalam Sudjianto,2007:34). Partikel dalam semantik dapat dimasukkan pada kategori makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digabungkan dengan kata lain dalam konteks kalimat. Makna gramatikal dalam bahasa jepang disebut 文法的意味[bunpoteki imi] yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya (Sutedi, 2003:107). Setelah melihat uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang partikel yang memiliki makna sama dalam bahasa jepang yang menunjukkan tempat yaitu partikel で, に, を。 Contohnya: 1. すみません、ここでタバコを吸ってもいいですか。 sumimasen, koko de tabako o suttee mo ii desuka. Maaf, apakah boleh merokok di sini?
2. 弟は外で遊んでいます。 Otouto wa soto de asondeimasu Adik laki-laki saya sedang bermain di luar. 3. 私はバンドンに住んでいます。 Watashi wa bandon ni sundeimasu. Saya tinggal di Bandung.
Universitas Sumatera Utara
4. 机の上にかばんがあります。 Tsukue no ue ni kaban ga arimasu. Di atas meja ada tas. 5. 空を飛ぶ。 Sora o tobu. Terbang di langit. 6. 道を歩く。 Michi o aruku. Berjalan di jalan. Dari beberapa contoh di atas dapat ditarik pengertian bahwa meskipun ketiga partikel tersebut memiliki persamaan makna yang sama yaitu sama-sama mengandung makna “di” namun nuansa makna “di” yang diberikan tiap-tiap partikel tersebut di dalam kalimat terasa berbeda. Untuk mengetahui apa saja makna gramatikal dan fungsinya yang terkandung pada partikel で, に, をmaka dalam penelitian ini akan menganalisis kalimatkalimat bahasa jepang yang mengandung arti “di” atau menyatakan tempat. 1.2 Perumusan Masalah Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, setiap pembelajar Bahasa Jepang harus mempelajari pemakaian partikel dengan benar. Karena tidak jarang sebuah partikel memiliki makna gramatikal dan fungsi yang berbeda ketika dipahami dalam kalimat yang berbeda pula. Munculnya perbedaan makna yang diinterpretasikan dan akhirnya dapat menimbulkan kesalah pahaman antar individu yang berkomunikasi dalam Bahasa Jepang diakibatkan adanya kesalahan pemakaian partikel dalam suatu kalimat. Makna sebuah partikel hanya akan muncul bila partikel tersebut dipakai dalam sebuah kalimat (makna gramatikal). Hal ini dikarenakan partikel tidak mempunyai makna leksikal dan tidak bisa berdiri sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Kakujoshi(格助詞) sebagai bagian dari joshi(助詞) sangat sering digunakan dalam kalimat Bahasa Jepang. Karena partikel-partikel yang termasuk kelompok kakujoshi(格助 詞) memiliki makna gramatikal dan fungsi yang lebih dari satu macam ketika digunakan dalam suatu kalimat. Tadasu dalam Sudjianto (2003:34) menjelaskan bahwa kakujoshi biasanya dipakai setelah taigen (体言=nomina) untuk menyatakan hubungan satu bunsetsu(文節) dengan bunsetsu(文節) lainnya. Sebagai salah satu partikel yang termasuk jenis kakujoshi(格助 詞), partikel で, に, をsangatlah sering digunakan dalam kalimat Bahasa Jepang.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ragam pemakaian partikel で, に, をyang menerangkan tempat? 2. Bagaimana perbedaan dan persamaan partikel で, に, をtersebut dilihat dari segi makna?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian ini akan membahas makna dan fungsi partikel で, に, をdalam kalimat Bahasa Jepang yang diambil dari buku Minna no Nihongo I dan Minna no Nihongo II dan buku Nihongo no Joshi. Dan perbedaan dari ketiga partikel tersebut. Sebagai bahan pembahasan, tema yang dipilih merupakan tema-tema yang dalam kalimat-kalimat nya menggunakan partikel で, に, を. sehingga diharapkan tema ini dapat ditemukan makna gramatikal dan fungsi partikel で, に, をdalam kalimat Bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Menurut Chaef dalam Chaer (1992:21) menyatakan bahwa analisis bahasa, komponen semantiklah yang menjadi pusat. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik memegang peranan penting. Dan lebih lanjut Chafe dalam Samsuri (1994:350) mengungkapkan bahwa berfikir tentang bahasa sebenarnya sekaligus juga melibatkan makna. Makna berfungsi sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Perbedaan antara leksikal dan gramatikal menyebabkan dalam semantic itu dibedakan pula semantik leksikal dan semantik gramatikal. Menurut Lubis (2002:7) mengungkapkan bahwa kalau yang menjadi objek penelitiannya adalah leksikon dari bahasa, maka jenis semantiknya disebut semantik leksikal. Sedangkan pada semantik gramatikal yang menjadi objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran bahasa.
Menurut Salim (2002:486) gramatikal adalah berkenan dengan tata bahasa. Unsur pembawa makna yang terkecil yang bersifat gramatikal adalah morfem, maksudnya dalam konteks ini adalah morfem terikat. Selain morfem sebagai makna gramatikal, joshi (助詞) juga sebagai makna gramatikal, karena joshi(助詞) bisa menimbulkan makna apabila dihubungkan dengan predikatnya.
Dalam gramatika Bahasa Jepang, partikel termasuk kedalam salah satu hinshi (品詞 = kelas kata). Partikel
( 助 詞 ) sering
diartikan sebagai kata bantu atau post posisi
(Situmorang; 1997:36).
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut menurut Salim (2002:1099) 助詞 (partikel) adalah kata yang hanya mengandung makna gramatikal saja dan biasanya diderivikasikan atau diidentifikasikan, termasuk didalamnya kata sandang, preposisi, konjugasi, dan interjeksi. Partikel で, に, をtermasuk kakujoshi. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Masuoka (2000:1) 名詞の述語に対する関係を指す格助詞には が、を、に、と、から、で、まで、へ、 よりの九つがある。 “Meishi
no
jutsugo
ni
taisuru
kankei
o
sasu
kakujoshi
ni
wa
[ga],
[o],[ni],[to],[kara],[de],[made],[e],[yori] no kokonotsu ga aru”. Terjemahannya: ‘partikel-partikel kakujoshi yang menunjukkan hubungan predikat dengan nomina ada 9buah yaitu が、を、に、と、から、で、まで、へ、より。 Pendapat yang sama juga dikemukakan oeh Iori (2001:345) yang menyatakan kakujoshi [が、を、に、と、から、で、まで、へ、より] yang menunjukkan hubungan antara nomina dengan predikat yang disebut kakujoshi(格助詞).
2. Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disorot (Nawawi, 1995:39-40). Berdasarkan pendapat di atas, maka untuk melihat makna gramatikal partikel で, に, を yang ada dalam kalimat Bahasa Jepang, maka penulis menggunakan konsep makna gramatikal.
Universitas Sumatera Utara
Karena menurut Dedi Sutedi (2003:107) dalam bahasa jepang 助詞 (joshi) dan 助動 詞 (jodoshi) tidak memiliki makna leksikal tetapi memiliki makna gramatikal sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori makna gramatikal dan fungsi kakujoshi で, に, をdalam (Sudjianto, 2007:34-47) dan Sugihartono 2000:1-25). Secara konkrit teori yang dipakai untuk menganalisa makna dan fungsi kakujoshi adalah menurut pendapat Seiichi Makino dan Michio Tsutsui. Teori ini yang diajikan acuan dalam penelitian adalah basic Japanese grammar (Tsutsui, 1986:289-303) . secara umum teori yang digunakan adalah teori semantik.
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penulisan dan manfaat penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian . Untuk mengetahui dan memahami makna yang menunjukkan “tempat” pada partikel で, に, をdalam kalimat Bahasa jepang. •
Untuk mengetahui fungsi dan perbedaan dari ketiga partikel yaitu で, に, を kalimat bahasa jepang
2. Manfaat Penelitian •
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang makna gramatikal dan fungsi partikel で , に, を yang ada dalam kalimat bahasa jepang.
Universitas Sumatera Utara
•
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap keilmuan di Fakultas Sastra USU khususnya jurusan sastra jepang untuk memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.
1.6 Metodologi Penelitian Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Nazir (1998:63) yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam penelitin ini penulis mencoba untuk memaparkan makna gramatikal dan fungsi partikel で, に, をyang terdapat dalam kalimat-kalimat bahasa jepang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kepustakaan (library research). Studi ini dilakukan dengan cara menghimpun data dari berbagai sumber. Menurut Sumanto (1990:19) studi kepustakaan mencakup pengidentifikasian, penjelasan, dan penguraian yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara