BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. Sehingga, pertukaran barang dan jasa dalam kehidupan manusia menjadi hal yang sangat penting. Awalnya, sistem pertukaran barang dan jasa dilakukan dengan sistem barter atau sistem pertukaran barang dan jasa tanpa adanya alat tukar berupa uang. Sistem pertukaran ini dinilai sangat kompleks, tidak efisisen dan tidak efektif dalam sistem perekonomian modren. Seiring dengan berkembangnya perekonomian maka muncullah uang sebagai alat pertukaran barang dan jasa yang mudah digunakan dan dapat diterima secara umum. Peranan uang dirasakan sangat penting sepanjang sejarah peradaban manusia. Hampir tidak ada satupun kegiatan ekonomi manusia yang tidak terkait dengan uang. Pada awalnya uang hanya dianggap sebagai alat pertukaran, tetapi seiring berkembangnya kehidupan sosial masyarakat dan majunya perekonomian, uang diartikan sebagai ukuran kekayaan seseorang. Menurut Mankiw (2007) bagi seorang ekonom, uang tidak mengacu pada seluruh kekayaan tapi hanya salah satu jenis kekayaan. Tetapi perkembangan sektor keuangan tidak lagi memusatkan uang hanya untuk alat transaksi dan ukuran kekayaan tetapi menjadi salah satu komoditi yang dapat diperjualbelikan. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka dan berkembang cepat, seiring dengan perkembangan ekonomi dunia telah memacu
sektor keuangan mengeluarkan berbagai inovasi produk keuangan baru. Perkembangan pasar uang juga semakin pesat dapat dilihat dari majunya sistem sekuritas dan terjadinya berbagai pembaharuan terhadap sistem dunia perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Sistem ekonomi moneter tidak pernah terlepas dari pengendalian jumlah uang beredar yang erat kaitannya dengan masalah penawaran uang (money suplay) dan permintaan uang (demand for money). Banyaknya jumlah uang beredar baik
M1( uang dalam arti sempit), M2 dan M3 ( uang dalam arti
luas) mempengaruhi berbagai fenomena ekonomi. M1 (uang dalam arti sempit) diartikan sebagai uang kartal yang ada di tangan masyarakat ditambahkan dengan uang giral contohnya cek atau bilyet giro yang ada di bank yang dimiliki oleh perseorangan, badan usaha, dan badan pemerintahan. Sedangkan M2 diartikan sebagai uang dalam peredaran atau M1 ditambah dengan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka kecil, deposito tabungan (termasuk rekening deposito pasar uang), dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Ada juga yang dikenal dengan M3 yaitu M2 ditambahkan dengan deposito berjangka besar, neraca reksadana pasar uang institusi, dan jual beli valuta asing. Banyaknya jumlah uang beredar (JUB) sangat mempengaruhi keadaan perekonomian. Jumlah uang yang beredar di luar kendali dapat menimbulkan berbagai pengaruh buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Jumlah uang beredar yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya inflasi dan mengganggu pertumbuhan ekonomi, dan apabila jumlah uang beredar rendah maka akan terjadi kelesuan ekonomi seperti kemakmuran masyarakat yang secara terus menerus
akan mengalami penurunan. Jumlah uang beredar tidak hanya ditentukan oleh Bank Sentral tetapi juga oleh perilaku konsumen yang memegang uang dan pihak perbankan dimana uang disimpan. Perbankan adalah satu-satunya lembaga keuangan yang secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar melalui penetapan suku bunga atas kredit maupun investasi yang mereka tetapkan. Apabila pihak perbankan tidak menyalurkan sebagian dari cadangan deposito mereka melalui pinjaman kepada masyarakat maka sistem perbankan tidak akan mempengaruhi jumlah uang beredar Tetapi kestabilan jumlah uang beredar yang ditempuh oleh Bank Indonesia melalui instrument kebijakan moneter BI, sering tidak mencapai sasaran dan target yang ditetapkan, hal ini bisa saja terjadi karena lembaga keuangan non bank menawarkan kredit kepada masyarakat dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga yang ditawarkan oleh bank, sehingga masyarakat memilih untuk meminjam uang ke lembaga non bank. Hal ini akan menimbulkan masalah karena apabila di satu sisi bank sental mengendalikan peredaran uang, di sisi lain uang tetap beredar sehingga sering terjadi berbagai masalah dalam keadaan moneter di Indonesia contohnya tingkat inflasi yang sulit untuk dikendalikan. Permintaan uang (demand for money) sangat erat kaitannya dengan kecepatan perputaran uang (velocitiy of money). Secara sederhana, kedua hal ini adalah dua fenomena yang saling berkaitan. Masyarakat yang memegang uang dihadapkan pada pilihan apakah mereka akan membelanjakan uangnya, menabung ataupun menginvestasikannya. Dalam hal ini jika masyarakat memilih untuk tetap memegang
uang
mereka
tidak
membelanjakan,
menabung
ataupun
menginvestasikannya, maka perputaran uang akan lambat dan kecil
dan
permintaan terhadap uang akan kecil, begitu juga sebaliknya apabila semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat maka permintaan terhadap uang akan semakin tinggi dan kecepatan perputaran uang akan tinggi. Masalah permintaan uang sebagai bagian dari sistem moneter hingga saat ini masih menimbulkan banyak pertanyaan, baik dilihat dari pemilihan model permintaan maupun dari fungsi permintaan. Perbedaan tersebut diawali oleh munculnya dua aliran berbeda yaitu aliran Keynesian dan aliran Monetaris. Pada dasarnya perbedaan kelompok Keynesian dan Monetaris terletak pada sumber- sumber yang mendorong adanya perbedaan permintaan dan penawaran agregat. Keynes (1936) mengatakan uang mempengaruhi kegiatan ekonomi riil secara langsung dan juga mempengaruhi inflasi. Bank sentral berpengaruh secara langsung dalam kegiatan ekonomi riil, apabila kegiatan ekonomi riil mengalami penurunan, maka jumlah uang beredar ditambah dan mendorong kegiatan perekonomian. Apabila kegiatan ekonomi riil dinilai terlalu cepat kebijakan moneter diketatkan sehingga terjadi kestabilan kegiatan ekonomi dan laju inflasi dapat dikendalikan. Dalam aliran ini juga dikatakan bahwa tingkat suku bunga dan pendapatan mempengaruhi permintaan uang. Menurut Keynes, tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa banyak uang yang akan dipegang oleh seseorang. Alasannya adalah bahwa tingkat bunga merupakan biaya opportunity cost dimana apabila tingkat suku bunga naik, maka keinginan memegang uang akan turun sedangkan sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun, maka
keinginan memegang uang akan naik. Permintaan terhadap uang juga dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan seseorang. Jika pendapatan tinggi, maka transaksi yang dilakukan akan banyak dan tingkat pengeluaran akan tinggi. Jadi, pendapatan yang tinggi menunjukkan keinginan bertransaksi yang semakin tinggi sehingga permintaan terhadap uang tinggi. Sedangkan Monetaris menyatakan bahwa uang mempengaruhi tingkat inflasi dan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sehingga kebijakan moneter ditetapkan untuk pengendalian inflasi dan tidak secara aktif mempengaruhi keadaan ekonomi riil (Eamon, 1985). Tingkat permintaan uang kuasi yang meliputi deposito berjangka kecil, deposito tabungan (termasuk rekening deposito pasar uang), dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami perubahan. Kenaikan dan penurunan uang kuasi sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, karena jumlah uang beredar dipengaruhi juga oleh banyaknya jumlah uang kuasi (M2) selain oleh uang kartal dan uang giral. Penurunan dan peningkatan terhadap uang kuasi dapat mengakibatkan fluktuasi likuiditas perekonomian Indonesia karena uang kuasi adalah sebagai bagian dari likuiditas perbankan dimana uang kuasi dapat tidak digunakan secara langsung sebagai alat pembayaran. Tingkat suku bunga yang tinggi mendorong para pelaku ekonomi tidak lagi memegang uang mereka secara tunai tetapi lebih memilih mendepositokan uang mereka, menabung atau membeli obligasi. Peningkatan suku bunga, akan mengakibatkan penurunan kegiatan ekonomi di sektor rill. Hal ini mengakibatkan pertambahan terhadap uang kuasi.
Berbagai gejolak yang ditimbulkan di berbagai bidang setelah krisis ekonomi tahun 1997 khususnya di bidang ekonomi telah menyulitkan sistem perbankan nasional. Setelah terjadinya krisis ekonomi sejumlah bank telah dilikuidasi, dibekukan kegiatan operasionalnya atau sebagian melakukan merger. Krisis ekonomi dipicu oleh kekurangan dana lembaga perbankan sebagai akibat dari penarikan dana oleh masyarakat secara besar-besaran, merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, terganggunya sistem pembayaran, melemahnya nilai rupiah terhadap Dollar AS dan kepercayaan masyarakat terhadap uang semakin berkurang mengakibatkan penurunan terus menerus terhadap nilai tukar rupiah. Karena hal tersebut, Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia menyuntikkan dana secara besar-besaran ke sektor perbankan sehingga menyebabkan terjadinya inflasi. Di sisi lain, Bank Indonesia harus menyerap kelebihan likuiditas di masyarakat melalui berbagai kebijakan moneter, salah satunya adalah memantau perputaran uang (M1 dan M2) melalui peningkatan suku bunga dan kestabilan
nilai tukar. Melalui pemantauan tersebut dapat
dianalisis sejauh mana kebijakan moneter yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mendorong masyarakat untuk menyimpan kembali uang mereka di bank. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga deposito secara parsial terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia?
2. Bagaimana
pengaruh PDB
Perkapita
secara
parsial
terhadap
permintaan uang kuasi di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh inflasi secara parsial terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga deposito, PDB Perkapita dan inflasi secara simultan terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga deposito secara parsial terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh PDB Perkapita secara parsial terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi secara parsial terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga deposito, PDB Perkapita dan inflasi secara simultan terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat dan tambahan literatur untuk penelitian selanjutnya. 2. Sebagai masukan bagi kalangan akademis dimana penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan dan
bahan
studi
khususnya
bagi
mahasiswa/i
Department
Ekonomi
pembangunan. 3. Untuk penulis sendiri, sebagai hasil pemikiran dan bentuk aspirasi tentang pengetahuan terhadap permintaan uang kuasi juga sebagai wawasan dan pengetahuan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana permintaan uang kuasi di Indonesia.