BAB I PENDAHULUAN
I.A.
Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol
disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Magnus Huss, seorang pejabat bidang kesehatan masyarakat di Swedia (Bachtiar, 2000). Kecanduan alkohol merupakan gangguan yang kompleks dan sering dipandang dari perspektif biopsychosocial (Wallace, 2003). Setiap kontribusi terhadap faktor yang potensial dapat menyebabkan seseorang menjadi peminum berat atau bahkan kecanduan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan karakteristik seseorang (Vaillant, 1998). Dalam 20 hingga 30 tahun terkahir ini, isu mengenai konsumsi alkohol yang dilakoni oleh wanita menjadi fokus utama pembicaraan bagi para peneliti dan praktisi dalam bidang alkohol. Ketertarikan ini merefleksikan perubahan peran sosial dan ekonomi pada wanita dan berhubungan dengan pengkonsumsian. Fenomena pecandu alkohol pada kaum wanita ini menjadi pembicaraan yang menarik khususnya pada area gaya hidup wanita modern (Thom, 2000). Kehidupan wanita di jaman modern atau lebih dikenal dengan life style atau gaya hidup identik dengan kehidupan gemerlap malam. Wanita dekat dengan kehidupan gemerlap malam biasanya cenderung mengkonsumsi alkohol. Fenomena ini sangat jelas terlihat di tempat-tempat hiburan malam yang sempat ditelusuri oleh peneliti. Pemandangan dipenuhi oleh para wanita yang asyik dengan minuman alkohol di tangan mereka sambil tertawa-tawa dan tidak jarang
9
Universitas Sumatera Utara
didapati sudah dalam keadaan tidak sadar. Setiap meja terdapat beberapa botol minuman keras dan gelas-gelas yang terletak berantakan. Suasana ini yang selalu terlihat ketika berada di tempat hiburan malam. Pada awal mengkonsumsi minuman beralkohol pada wanita biasanya dimulai dari ajakan teman di saat yang tepat, di saat sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan atau tragis. Seorang wanita sedang berada dalam keterpurukan sangat membutuhkan keberadaan orang lain yang dapat memberikan dukungan walaupun dukungan yang didapatkan justru akan memperburuk keadaan. Menerima ajakan orang lain untuk mengkonsumsi alkohol ketika sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil dapat memperburuk keadaan. Pada saat mengkonsumsi alkohol akan mengalami perasaan semu seperti kenyamanan, damai, badan terasa ringan melayang dan hal ini yang menyebabkan para wanita sangat tergoda untuk selalu mengkonsumsi minuman beralkohol. Bastaman (2007) yang mengatakan penghayatan dari masalah, dapat menjelma menjadi berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa dan bersenang-senang mencari kenikmatan yaitu dengan mengkonsumsi minuman keras atau alkohol. Dapat dikatakan, perilaku dan kehendak berlebihan ini merupakan bentuk lain dari kegagalan menghayati hidup yang bermakna, dan justru selanjutnya dapat menghalangi individu untuk berusaha menghayati makna hidup. Alasan
wanita
mengkonsumsi
alkohol
adalah
untuk
menaikkan
kepercayaan diri, membebaskan diri dari stres, atau untuk melupakan masalah mereka. Selain itu, penggunaan alkohol juga merupakan suatu pelarian dari faktor psikososial yang dialami individu, misalnya perasaan bersalah, depresi, masalah
10
Universitas Sumatera Utara
perkawinan dan seksual (Pangkahila, 2007). Sebenarnya hampir setiap individu dapat menjadi orang yang hidupnya bergantung kepada alkohol. Ketergantungan biasanya terjadi jika orang yang bersangkutan terus menerus membiasakan minum minuman keras dalam takaran yang tinggi (Palau, 1999). Pada awalnya alkohol memang membantu peminum melupakan persoalanpersoalan hidupnya, memberikan perasaan tenang dan nyaman. Kebiasaan tersebut dilakukan terus menerus, setiap kali merasa tertekan, khawatir, susah dan sebagainya, hingga akhirnya menjadi kecanduan (Palau, 1999). Leary (2003) menambahkan bahwa beberapa individu tidak mampu menghalangi pikiran negatif dan akan berusaha untuk menghilangkan perasaan tidak menyenangkan dengan mengkonsumsi alkohol. Wanita bekerja memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pecandu alkohol karena adanya kesulitan-kesulitan pekerjaan yang dihadapi dan beratnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalani pekerjaannya, atau juga berhubungan dengan cara bersosialisasi di lingkungan kerja (Hammer and Vaglum, 1999). Selain itu wanita yang memiliki self esteem rendah yang biasanya dialami oleh wanita muda dapat menjadi pemicu kecanduan (Alcohol Concern, 2003). Pada umumnya yang menjadi pecandu alkohol adalah wanita pekerja. Mereka melepaskan rasa penat yang dialami ketika bekerja dengan cara mengkonsumsi alkohol bersama teman-teman. Tidak menutup kemungkinan yang menjadi pecandu alkohol merupakan wanita yang masih berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa. Mengkonsumsi alkohol diyakini memberikan hasil yang positif seperti perasaan nyaman dan membuat seseorang lebih mudah memulai
11
Universitas Sumatera Utara
suatu hubungan pertemanan. Hal ini yang banyak menyebabkan para remaja wanita mengalami peningkatan dalam hal mengkonsumsi alkohol (Thom, 2000). Tekanan atau ajakan dapat mengembangkan rasa ingin untuk mengkonsumsi alkohol dan lama kelamaan dapat berkembang menjadi pecandu alkohol (Britton, 2000). Fenomena pecandu alkohol wanita ini dapat dilihat dari sudut pandang lingkungan yang menyertai. Kehidupan seorang ibu rumah tangga yang tidak mampu mengatasi konflik perannya sebagai ibu dan wanita karir, mengalami kecemasan, isolasi dan perasaan tertekan dapat memicu kecanduan alkohol. Pada wanita pekerja juga demikian adanya (Parker dan Harford, 2001). Menjadi pecandu alkohol wanita sebenarnya bukan solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai macam perasaan negatif yang dirasakan. Mencandu alkohol justru membuat seorang wanita dapat menambah keterpurukan atau penderitaan dalam jalan hidupnya. Fenomena ini juga didapati pada beberapa pecandu alkohol wanita yang ditemui peneliti. Mereka mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya setelah menjadi pecandu alkohol. Hal yang tidak menyenangkan itu misalnya usaha yang sedang dirintis hancur berantakan karena kelalaian seorang subjek yang tidak bertanggung jawab, ditinggal oleh orang yang dicintai, kehidupan sosialnya berantakan dan sebagainya. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan mecandu minuman beralkohol. Proporsi seorang pecandu alkohol wanita meningkat dari 10% pada tahun 1988 menjadi 17% pada tahun 2002. Diketahui bahwa wanita berusia lebih dari 16 tahun mengkonsumsi minuman beralkohol dalam setahun terkahir sekitar 86% (Lader dan Meltzer, 2002). Di Indonesia sendiri pecandu alkohol juga cukup
12
Universitas Sumatera Utara
banyak ditemukan tetapi belum ada angka yang tepat mengenai hal tersebut. Masyarakat di beberapa daerah di Indonesia mengkonsumsi minuman keras atau alkohol untuk acara-acara tertentu, baik itu acara keluarga ataupun upacara adat (Bachtiar, 2000). Pada umumnya kebiasaan pecandu alkohol wanita menghabiskan waktu mereka untuk mengkonsumsi minuman beralkohol adalah tempat hiburan malam. Misalnya seperti klub malam, lounge ataupun tempat-tempat yang sifatnya lebih private seperti tempat karaoke. Wanita biasanya lebih memilih lokasi yang lebih private dengan alasan tidak ingin dilihat orang lain yang tidak dikenal dalam keadaan mabuk-mabukan. Berikut kutipan yang di dapat dari pembicaraan peneliti dengan seorang subjek. ”Kalau tempat hiburan malam di sini sebernya gak terlalu banyak ya, terus biasanya tu klo tempatnya udah lumayan terkenal, pasti isinya orang-orang yang kita kenal juga. Kadang tengsin aja gitu kalo orang liat kita mabuk gak jelas gitu. Jadi biasanya kita lebih milih tempat yang agak private ya, kayak tempat karoke gitu, atau pun kalau di klub kita pesen ........ . Jadi kan gak keliatan ma orang-orang kita mau jadi apa di dalam.”
Kehidupan atau peristiwa yang dialami oleh para pecandu alkohol wanita menjadi menarik untuk diteliti dibandingkan pecandu alkohol yang biasanya dilakoni oleh para pria karena adanya stigma atau pandangan masyarakat terhadap kehadiran seorang pecandu alkohol. Masyarakat umum lebih dapat menerima kehadiran pecandu alkohol pria daripada wanita. Hal ini terjadi karena pandangan yang berkembang selama ini adalah pria wajar saja mengkonsumi dan menjadi pecandu alkohol, sedangkan wanita tidak begitu adanya. Pandangan ini secara tidak langsung menjadi suatu hal negatif yang akan terus melekat pada seorang pecandu alkohol wanita.
13
Universitas Sumatera Utara
Ketertarikan peneliti untuk mengangkat tema makna hidup dalam kehidupan pecandu alkohol wanita adalah ingin mengetahui apakah seorang wanita yang merasakan rasa nyaman, damai, dan keluar dari persoalan hidupnya setiap kali mengkonsumsi minuman beralkohol, sudah mendapatkan kebahagiaan yang utuh (meaningfull) atau justru dalam keadaan tidak bermakna (meaningless). Apakah perasaan menyenangkan yang mereka rasakan ketika mengkonsumsi minuman beralkohol hanya bersifat semu? Apakah dengan cara mengkonsumsi alkohol dapat membantu keluar dari persoalan hidup atau justru semakin memperburuk keadaan? Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi dalam suatu kehidupan manusia (Bastaman, 2007). Makna hidup merupakan sesuatu yang unik dan khusus. Artinya makna hidup hanya bisa dipenuhi oleh individu yang bersangkutan. Seorang pecandu alkohol wanita akan memiliki arti khusus dengan cara tersebut dan dapat memuaskan keinginan pecandu alkohol wanita dalam mencari makna hidupnya (Frankl, 2004). Seorang pecandu alkohol yang ditemui oleh peneliti mengatakan sebenarnya hidupnya tidak seperti yang kebanyakan orang lihat. Selintas terlihat ia seperti orang yang bahagia dengan keadaan dirinya sebagai pecandu alkohol. Peneliti menanyakan apakah ia bahagia saat ini, dan ia menjawab sesungguhnya
14
Universitas Sumatera Utara
tidak demikian. Hidupnya justru semakin lama semakin hancur dengan kebiasaannya mengkonsumsi alkohol. Pengalaman yang tidak bermakna dapat memberikan kontribusi kepada etiologi kecanduan alkohol. Perasaan hampa dan tidak bermakna dapat berkembang menjadi perilaku ketergantungan. Bukan pengalaman yang tidak bermakna yang menjadi patologi tetapi cara seseorang dalam mengatasi pengalamannya tersebut yang dapat menjadi masalah. Kekurangan akan tujuan hidup dan makna hidup dapat menciptakan suatu ketidaknyamanan yang pada akhirnya menyebabkan individu mencari pertolongan dengan mengkonsumsi alkohol (Vaillant, 2003). Jika makna hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi oleh pecandu alkohol wanita, akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan mereka yang berhasil menemukan dan mengembangkannya akan merasakan kebahagiaan sebagai ganjarannya sekaligus terhindar dari keputusasaan. Setiap individu memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya (Bastaman, 2007). Manusia memiliki kebebasan berkehendak. Kebebasan ini sifatnya bukan tidak terbatas karena manusia merupakan makhluk yang serba terbatas. Kebebasan berkehendak yang dimaksud di sini adalah kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi yang ada, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Manusia juga memiliki hasrat untuk hidup bermakna. Keinginan untuk hidup bermakna memang benar-benar merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap individu untuk
15
Universitas Sumatera Utara
melakukan berbagai kegiatan atau cara agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga bagi dirinya (Bastaman, 2007). Kebanyakan pecandu alkohol wanita tidak melihat adanya makna yang layak dalam hidupnya. Mereka merasa kekosongan batin, sebuah kekosongan di dalam diri mereka sendiri. Situasi ini disebut dengan kehampaan eksistensial (Frankl, 2000). Kehampaan eksistensial biasanya tercermin dalam bentuk rasa bosan. Lebih jauh lagi, kehampaan eksistensial tersebut seringkali muncul dalam bentuk-bentuk yang terselubung. Pada beberapa kasus seperti pecandu alkohol wanita, terhambatnya keinginan untuk mencari makna hidup berubah menjadi keinginan untuk mencari kesenangan (Frankl, 2004). Pecandu alkohol wanita dapat memicu keinginan untuk mencari makna hidup yang masih tersembunyi. Dibutuhkan upaya dan perjuangan untuk meraih sasaran yang bermakna. Selain upaya dan perjuangan yang berasal dari diri sendiri juga dibutuhkan dukungan sosial dari orang lain (Frankl, 2004). Terdapat beberapa tahapan untuk menuju hidup yang bermakna, yaitu tahap derita, tahap penerimaan diri, tahap penemuan makna hidup, tahap realisasi makna dan yang terakhir tahap kehidupan bermakna. Dalam tahap yang dilewati juga terkandung beberapa komponen yang menentukan keberhasilan seseorang untuk mengubah orientasi makna hidupnya, yaitu pemahaman diri, makna hidup, pengubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah dan dukungan sosial (Bastaman, 1996). Makna hidup merupakan suatu proses yang dicari oleh manusia terus menerus setiap harinya. Makna hidup dapat berbeda setiap hari, bahkan setiap jam dan dapat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Manusia
16
Universitas Sumatera Utara
selalu mencari sumber pemaknaan-pemaknaan baru, apapun artinya, bagi pemaknaan hidupnya. Hal tersebut agar individu merasa hidupnya berarti di dunia ini (Bastaman, 1996).
I.B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, identifikasi masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah bagaimana proses pencarian makna hidup pada seorang pecandu alkohol wanita dilihat berdasarkan tahap-tahap penemuan dan pemenuhan makna hidup.
I.C.
Tujuan Masalah Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan, mendeskripsikan atau
menggambarkan mengenai proses seorang pecandu alkohol wanita yang mencari makna hidup dalam kehidupannya. Sampai dimana tahap pencarian makna hidup seorang pecandu alkohol wanita yang menjadi subjek dalam penelitian ini.
I.D.
Manfaat Penelitian
I.D.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain: 1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu psikologi terutama pada bidang klinis, mengenai proses pencarian makna hidup dalam kehidupan pecandu alkohol wanita.
17
Universitas Sumatera Utara
2. Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai makna hidup pada pecandu alkohol wanita. I.D.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain: 1. Menjadi sumbangan informasi bagi keluarga atau lingkungan sekitar pecandu alkohol wanita agar dapat memberikan dukungan yang positif hingga para pecandu alkohol wanita dapat lebih memaknai hidup dan akhirnya menemukan kebahagiaan. 2. Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini. 3. Untuk pecandu alkohol wanita sendiri, diharapkan dapat membantu dalam proses pencarian makna hidup dari wacana yang diberikan dalam penelitian ini.
I.E.
Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang teratur
sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Bab
I
merupakan
pendahuluan
yang
berisikan
latar
belakang
permasalahan, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisikan landasan teori yang terdiri dari teori-teori yang menjelaskan dan mendukung data penelitian. Diantaranya adalah teori tentang
18
Universitas Sumatera Utara
makna hidup yang di dalamnya akan membahas mengenai definisi makna hidup, karakteristik makna hidup, komponen makna hidup, tahapan pencapaian makna hidup, sumber makna hidup, metode menemukan makna hidup. Selain itu juga akan dibahas mengenai teori yang berkaitan dengan alkohol yang meliputi definisi alkohol, jenis-jenis minuman beralkohol, definisi pecandu alkohol, pecandu alkohol wanita, faktor yang menyebabkan seorang wanita menjadi pecandu alkohol dan gambaran proses pencarian makna hidup pada pecandu alkohol wanita. Bab III membahas mengenai metode penelitian kualitatif yang digunakan, termasuk di dalamnya membahas mengenai metode pengumpulan data, lokasi penelitian, responden penelitian, alat bantu pengumpulan data, prosedur penelitian dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV membahas mengenai analisa dan interpretasi dari data yang didapatkan oleh peneliti. Termasuk di dalamnya biodata responden, gambaran diri responden, tahapan penemuan makna hidup yang dilalui oleh responden dan analisis banding antar responden berdasarkan proses penemuan makna hidup. Bab V membahas mengenai kesimpulan dan diskusi yang berisi temuantemuan yang didapat selama proses penelitian, serta saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.
19
Universitas Sumatera Utara
I.F. Paradigma Latar belakang: Faktor psikologis dan sosial (mis.: pengalaman hidup yang tragis, hyperfemininity, pasif submisif, ambang rasa frustrasi yang rendah, wanita yang bekerja, wanita yang hidup tanpa keluarga, wanita yang sosial ekonomi menengah ke atas).
Penghayatan Tak Bermakna (Pecandu Alkohol Wanita)
Faktor fisiologis (mis.: masalah gynecological obstretical, sindrom fetal alkohol, komplikasi medis).
Tahap Penderitaan
Komponen Dukungan Sosial
Meaningless
Tahap Penerimaan Diri
Komponen pemahaman diri dan pengubahan sikap
Tahap Penemuan Makna Hidup
Sumber makna hidup : nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai bersikap
Tahap Realisasi Makna
Komponen keikatan diri, kegiatan terarah dan makna hidup
Tahap Kehidupan Bermakna (meaningfull)
20
Universitas Sumatera Utara
I.G. Uraian Paradigma Faktor psikologis dari seorang wanita seperti pengalaman tragis atau pengalaman yang tidak menyenangkan, hyperfemininty, pasif submisif dan ambang rasa frustrasi yang rendah dapat menyebabkan seorang wanita menjadi seorang pecandu alkohol. Faktor lain yang dapat menyebabkan hal ini tersebut terjadi adalah faktor sosial dari seorang wanita seperti merupakan seorang wanita yang bekerja, wanita yang hidup tanpa keluarga ataupun wanita yang sosial ekonominya menengah ke atas. Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami oleh seorang wanita dapat berubah menjadi penghayatan tidak bermakna, dimana saat seorang wanita mengalami penghayatan tidak bermakna berubah menjadi berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa dan bersenang-senang mencari kenikmatan. Mencari kenikmatan yang dilakukan seorang wanita dalam hal ini adalah dengan cara mengkonsumsi minuman beralkohol dan lama kelamaan dapat menjadi seorang pecandu alkohol. Ketika seorang wanita yang mengalami faktor-faktor tersebut dan menjadi seorang pecandu alkohol wanita, di sinilah letak penghayatan tidak bermakna. Salah satu efek yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan mencandu alkohol pada seorang wanita adalah faktor fisiologis, dimana seorang wanita yang mencandu alkohol dapat mengalami masalah gynecological-obstretical, sindrom fetal alkohol dan komplikasi medis. Dukungan sosial yang merupakan salah satu komponen dalam penemuan makna hidup dibutuhkan ketika seorang pecandu alkohol wanita mengalami penderitaan dan penghayatan tidak bermakna agar dapat memasuki tahap
21
Universitas Sumatera Utara
penerimaan diri. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai macam lingkungan dan dapat dalam bentuk yang berbeda-beda. Dukungan yang diberikan adalah dukungan yang sifatnya membantu subjek untuk menemukan makna hidupnya. Jika seorang pecandu alkohol wanita mendapatkan dukungan sosial yang cukup dari lingkungannya dalam upaya membantu dirinya menemukan makna hidup, maka ia dapat memasuki tahap-tahap selanjutnya untuk menuju kehidupan yang bermakna (meaningful). Jika tidak mendapatkan dukungan sosial yang membantu seorang pecandu alkohol wanita menemukan kehidupan bermakna, maka ia masih dalam kehidupan tidak bermakna (meaningless). Seorang pecandu alkohol wanita mulai dapat memasuki tahap penerimaan diri yang didalamnya terkandung komponen pemahaman diri dan pengubahan sikap. Jika sudah melewati tahap ini, lanjut ke tahap selanjutnya yaitu tahap penemuan makna hidup. Di dalam tahap ini subjek menemukan apa makna hidupnya dan menentukan tujuan hidupnya. Di dalam tahap ini juga subjek telah memiliki sumber-sumber makna hidup yang terdiri dari nilai kreatif, penghayatan dan bersikap. Lalu subjek masuk ke tahap realisasi makna, dimana dalam tahap ini terdapat komponen keikatan diri, kegiatan terarah dan makna hidup. Setelah dapat merealisasi makna, maka subjek masuk ke tahap kehidupan bermakna. Di tahap ini subjek sudah dapat menghayati makna dan menemukan kebahagiaan (meaningful).
22
Universitas Sumatera Utara