BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam1. Disini jelas bagi kita bahwa segala macam aktivitas muamalah kita telah diatur dalam Islam begitu pula segala aktivitas yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan haruslah benar-benar berprinsip syari’at islam. Aktivitas yang dilakukan oleh lembaga keuangan biasanya berkisar pada bagaimana mendapatkan dana serta membelanjakan nya. Adapun untuk mendapatkan dana lembaga keuangan syari’ah biasa menawarkan pembiayaan atau kredit. Aktivitas vital dari sebuah Unit Simpan Pinjam salah satunya adalah pelemparan dana atau pembiayaan yang sering disebut juga dengan lending-financing. Adapun istilah yang dipakai di Unit simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim lebih dikenal dengan sebutan kredit. Mengapa kredit bukan pembiayaan, karena kredit hanya sebutan saja, di USP ini lebih menekankan pada prakteknya. Adapun pengertian Kredit dan pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998.
1
Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Terjemahan M. Nastangin) Yogyakarta, Dana bakti Wakaf, 1993 hal. 19
1
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utang nya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Sedangkan menurut PP. no 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah; “Penyediaan uang berdasarkan tujuan dengan pihak lain hutangnya setelah sejumlah imbalan”.
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran
Di saat lembaga-lembaga keuangan sibuk dengan metode bagi hasilnya dengan teori-teori nya yang ideal, namun masih dipertanyakan prakteknya. USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim membuat terobosan baru dengan metode yang sangat inovatif dan kreatif serta tetap berbasis pada nilai-nilai syari’ah yakni dengan metode Nazar hibah. Pengembalian hutang dengan memberikan kelebihan tanpa dipersyaratkan sebelumnya akan menjadi kebaikan /sedekah orang yang berhutang. Namun kelebihan pengembalian yang dipersyaratkan dilarang oleh Islam karena termasuk riba2. Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW bersabda:
2
Muhammad Ridwan, MANAJEMEN Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm. 105
2
3
“Dari Abu Rafi’ r.a.; Bahwasanya Nabi SAW. meminta pada seorang lakilaki supaya menghutangkan seekor unta muda, maka sampai lah kepada Nabi, seekor unta dari unta-unta shadaqah kepada beliau. Kemudian beliau menyuruh Abu Rafi supaya melunasi utang nya itu. Kata Abu Rafi’: Saya tidak mendapatkan selain unta yang baik dan telah sampai umur”. Beliau bersabda: “berikanlah padanya, karena sebaik-baiknya orang itu ialah yang terbaik dalam cara melunasi utangnya”.diriwayatkan oleh Muslim.” Inilah yang menjadi referensi utama pelaksanaan metode nazar hibah yang dilaksanakan oleh USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membahas Metode Nazar hibah baik itu secara teoritis maupun praktis yang ada di USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim, sehingga penulis mengangkat sebuah judul “STUDI ANALISIS TERHADAP PENERAPAN KREDIT DENGAN METODE NAZAR HIBAH DI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) KOPERASI PONDOK PESANTREN AT-TASLIM DEMAK”.
3
Bulughul Maram, Toha Putra,T.th
3
B. Perumusan Masalah Dalam skripsi ini penulis akan mengangkat beberapa pokok permasalahan yaitu: 1. Bagaimana Konsep Nazar hibah yang dilakukan terhadap USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak? 2. Mengetahui seperti apakah realisasi Nazar hibah yang dipraktekkan terhadap USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim?. Fokus kajian dalam penulisan skripsi ini adalah tentang penerapan kredit Nazar hibah pada Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim, kaitannya dengan hukum Islam di Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim. C. Tujuan Penelitian Dalam penulisan suatu skripsi ini dimana skripsi harus mengandung muatan penelitian dan membutuhkan kerja dan pikiran yang mendalam sehingga penulisan skripsi ini mempunyai tujuan: 1. Tujuan Formal a. Menambah kekayaan Ilmu Pengetahuan terutama syari’ah khususnya Muamalah b. Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar kesarjanaan dalam disiplin Ilmu Syari’ah pada Fakultas Syari’ah jurusan Muamalah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
4
2. Tujuan Fungsional a. Untuk mengetahui profil Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim, baik secara teoritis dan prakteknya. b.
Untuk mengetahui seperti apakah sebenarnya konsep Nazar hibah berikut realisasi yang dilakukan di Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim, apakah sudah sesuai dengan Hukum Islam.
D. Telaah Pustaka dan Kerangka Teori 1. Telaah Pustaka Penulis akan menggunakan literatur-literatur yang ada diantaranya bisa dari buku-buku yang berhubungan dengan kegiatan muamalah khususnya masalah hutang piutang, hibah dan nazar. Skripsi Muhammad Adib Ghozali yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Syirkah di Koperasi Pondok pesantren At-Taslim Demak”, telah menguraikan secara singkat mengenai pengertian dan dasar hukum syirkah, rukun dan syarat-syarat syirkah serta pelaksanaan syirkah dalam sistem ekonomi Islam, akan tetapi dalam hal ini, ia hanya memfokuskan syirkah dalam sistem ekonomi islam. 2. Kerangka Teori Sesuai dengan fatwa MUI bahwa bunga bank adalah haram, maka USP koperasi pondok pesantren At-Taslim membuat suatu metode yaitu Nazar Hibah, karena menurut ulama memberi nilai lebih pada hutang yang tanpa dipersyaratkan adalah Halalan Toyyiban..
5
Nazar (Ar: an-nazr = perjanjian) = Mewajibkan sesuatu yang tidak wajib atas diri sendiri sehubungan dengan terjadinya suatu peristiwa; menjadikan suatu ibadah yang pada mulanya tidak wajib sebagai kewajiban bagi diri sendiri4, metode ber nazar berarti mewajibkan diri berbuat baik kepada orang lain terhadap perbuatan yang sifatnya bukan “WAJIB”. Definisi Nazar menurut para ahli Hukum Islam antara lain : Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa “Nazar” adalah: “iltizam (mengkonsekuensikan diri) bertaqorrub pada hal-hal yang tidak semestinya ada, menurut syari’at dengan suatu ungkapan kata yang terasa”.5 Menurut pengarang Fathul Mu’in “Nazar” adalah: “Penetapan pelaksanaan ibadah bukan fardlu ain baik sunnah atau fardlu Kifayah oleh orang muslim Mukallaf yang Rasyid (= pandai berbuat) 6. Definisi Hibah menurut para ahli Hukum Islam antara lain : Sedangkan hibah (Ar.=berhembusnya atau berlalunya angin) = Menurut bahasa berarti suatu pemberian terhadap orang lain, yang sebelumnya orang lain itu tak punya hak terhadap benda tersebut7.
4
Abdul Azis Dahlan(et. al.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, hal 1316-1317 5 Sayid Sabiq, Fikih Sunnah terjemah, jilid 12, Bandung: PT Al Ma’arif, 1987, hal. 31 6 Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, Fathul Mu’in Terjamah, jilid 2, Kudus: PT Menara, 1979, hal. 144 7 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993, hlm. 106
6
Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa “Hibah” adalah: “akad yang pokok persoa lannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain di waktu dia hidup, tanpa adanya imbalan” 8. Menurut pengarang Fathul Mu’in “Hibah” adalah: “Memberikan suatu barang yang pada ghalibnya syah dijual atau piutang, oleh orang ahli Tabarru’, dengan tanpa ada penukarannya”.9 Sulaiman Rasyid memberikan definisi sebagai berikut : Hibah ialah memberikan zat dengan tidak ada tukarnya”.10 Dari beberapa definisi yang disampaikan oleh para ahli hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa hibah ini adalah merupakan suatu 1.
Pemberian yang bersifat suka rela (tidak ada sebab musababnya).
2.
Tanpa ada kontra prestasi dari pihak penerima pemberian.
3.
Pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup. Inilah yang membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan sesudah si pewasiat meninggal dunia). Hibah adalah nilai lebih dari pokok hutang yang diambil, sebenarnya
hibah ini berasal dari konsep bank konvensional tapi di padu fiqh (Syari’ah Islam) hingga lahirlah metode nazar hibah. Definisi nazar hibah secara eksplisit memang belum ada dalam bukubuku ekonomi, khususnya buku ekonomi Islam. Namun setelah sedikit mengetahui definisi masing-masing dari nazar dan hibah maka dapat diambil suatu kesimpulan. 8
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah terjemah, jilid 14, Bandung: PT Al Ma’arif, 1988, hlm. 167 Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, op.cit , jilid 2, hlm. 324 10 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: At-thohiriyyah, 1990, cet XIII, hlm. 305 9
7
Nazar Hibah adalah
“memberikan nilai lebih pada hutang atas
inisiatif peminjam sendiri yang tadinya sunnah karena di nazari menjadi wajib” 11. E. Metode Penelitian Skripsi Dalam Penelitian ini penulis akan mengadakan penelitian di Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak, yang beralamat di Jl. Kalijajar No.09 Bintoro Demak 59511. Agar skripsi ini memenuhi kriteria sebagai karya ilmiah serta mengarah kepada tujuan yang dimaksud, maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengkaji data-data lapangan (field research) sementara literatur yang berkaitan dengan masalah ini digunakan sebagai data pendukung. 1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk membahas masalah atau problematika yang terdapat pada judul skripsi ini adalah: Field Research yaitu; penulis langsung kelapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.12 Untuk memperoleh data lapangan yang akan diperlukan oleh penulis nanti maka penulis akan menggunakan metode sebagai berikut:
11
Wawancara dengan manajer USP Bp. Sa’id, di kantor USP, tanggal I Juli 2005 jam
10.00 WIB 12
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Yogya: UGM University, cet ke-9, 2000,
hlm. 30
8
1. Observasi yaitu; Pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang akan diselidiki. Mengetahui bagaimana konsep dan realisasi penerapan kredit nazar hibah terhadap Unit Simpan Pinjam Kopontren At-Taslim Demak dan terhadap nasabah yang melakukan kredit nazar hibah. 2. Wawancara/Interview yaitu; Proses tanya jawab dalam pengamatan yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan13. Adapun responden yang akan diwawancarai adalah Pengurus dan Anggota Koperasi Pondok Pesantren At-taslim Demak. 3. Dokumentasi, dengan menggunakan metode ini kita akan mengutip data-data yang bisa berupa dokumen yang ada hubungannya dengan Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak, baik mengenai sejarah berdirinya, produk dan sistem pelayanannya. 2. Metode Analisis Data Dalam analisis data ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Deskriptif Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
13
subyek
atau
obyek
penelitian
(seseorang,
lembaga,
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Cet ke-3 2001,
hal. 70
9
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.14 Metode ini digunakan untuk menganalisis teori-teori dan konsepkonsep dalam menyusun bab III, yakni penulisan yang menyajikan data hasil observasi di lapangan tentang konsep dan pelaksanaan kredit nazar hibah di Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren AtTaslim Demak. b. Metode Evaluatif dilakukan dalam upaya melakukan evaluasi dan menganalisis data dengan mensinergikan data tersebut dengan sumber hukum islam.15 F.
Sistematika Penulisan Di dalam penyusunan skripsi ini penulis akan menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Berisi Pendahuluan sub bab nya tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka dan kerangka teori, Metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Membahas Sekilas tentang Nazar hibah, sub bab Nazar baik pengertian dan landasan teori, syarat dan rukun, batal nya nazar, sub bab hibah mengenai pengertian, landasan teori, syarat dan rukun, sub bab Nazar hibah.
14
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993, hlm. 63 15 Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik Research, Bandung: Tarsito, tth., 1986, hlm. 135.
10
Bab III Karena penelitian penulis bersifat lapangan maka bab III cenderung membahas tentang Gambaran umum Koperasi pondok pesantren At-Taslim Demak, Subbab: profil Kopontren At-Taslim, Organisasi dan Manajemen, Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim, Sejarah Perkembangan dan Badan Hukum USP Visi Misi USP, Motto USP, Struktur Organisasi, Operasionalisasi Kredit Nazar Hibah. Bab IV Membahas tentang Analisis Konseptual Nazar hibah dan Realisasi Nazar hibah di Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kredit Metode Nazar hibah di Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim. Bab V Berisi Penutup Sub Bab: Simpulan, Saran-saran, penutup
11
BAB II SEKILAS TENTANG NAZAR HIBAH
A. Konsep Nazar 1. Pengertian Nazar Kata Nazar berasal dari kata :…………..,…………,………..yang artinya “bernazar”, dalam bahasa Inggris disebut “to vow”.16 Nazr wa niyaz (
) “Vows and Oblations”. These are given
in the name of God, or in the name of Prophet ,or in the name of some muslim saint.[Vows]17 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Nazar” berarti: ”janji hendak berbuat sesuatu apabila telah tercapai maksudnya; kaul; membayar (melepasi, menunaikan), melakukan apa yang sudah dijanjikan”.18 Dalam Ilmu Fiqh “Nazar” berarti “mengingat”, maksudnya ialah mewajibkan kepada diri sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengucapkan lafadz nazar, sesuai dengan ketentuan syara”.19
16
Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus (Arab, Indonesia, Inggris), Jakarta: PT.Mutiara Sumber Widya, cet. ke-4, 1974, hlm. 249 17 Thomas Patrick Hughes, Dictionary Of Islam (Being A Cyclopedia of the doctrines, Rites, Ceremonies, and Custom, together with the technical and theological terms, of Muhammadan Religion), India,: Cosmo Publications, 1982, hml. 431 18 W.J.S. Poerwadarminta, KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, hlm.667 19 Depag RI, Ilmu Fiqh, 1982, hlm. 474
12
2. Landasan Teori Nazar Pentasyri’an Nazar termaktub dalam Kitabullah dan Sunnah.20Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah:270 (٢٧٠ : ن اﻟّﻠ َﻪ َﻳ ْﻌَﻠ ُﻤ ُﻪ )ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ َوﻣَﺎ أَﻧ َﻔ ْﻘﺘُﻢ ﻣﱢﻦ ﱠﻧ َﻔ َﻘ ٍﺔ َأ ْو َﻧ َﺬ ْرﺗُﻢ ﻣﱢﻦ ﱠﻧ ْﺬ ٍر َﻓِﺈ ﱠ Artinya: “Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya..”21 Menurut tafsir Al-Misbah, ayat ini berbicara tentang nafkah, tetapi diiringi dengan uraian tentang nazar, yaitu mengikat diri dengan kewajiban melaksanakan suatu kebajikan yang tidak diwajibkan oleh Allah. Apapun yang kita nafkahkan, sedikit atau banyak berdasar kewajiban atau anjuran Allah, atau kewajiban yang kita tetapkan sendiri, maka yakinlah bahwa Allah mengetahuinya. Allah mengetahui segala motivasi, sikap dan ucapan kita, baik itu sebelum, ketika dan sesudah menafkahkan, kadar dan jenis nafkah kita, demikian juga Allah mengetahui sampai dimana ketulusan dan pelaksanaan nazar kita. Dan juga ayat ini mengisyaratkan, bahwa yang bernafkah sesuai dengan tuntunan Ilahi serta memenuhi nazar sebagaimana mestinya, akan memperoleh banyak penolong. Surat Al-Hajj: 29 berbunyi (٢٩)ﺖ ا ْﻟ َﻌﺘِﻴﻖ ِ ُﺛﻢﱠ ْﻟ َﻴ ْﻘﻀُﻮا َﺗ َﻔ َﺜ ُﻬ ْﻢ َو ْﻟﻴُﻮﻓُﻮا ُﻧﺬُو َر ُه ْﻢ َو ْﻟ َﻴﻄﱠﻮﱠﻓُﻮا ﺑِﺎ ْﻟ َﺒ ْﻴ “Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada di badan mereka dan hendaklah mereka memenuhi nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf di Baitullah yang tua itu (Al Hajj: 29).”22 20
hlm. 32
21
Sayyid Sabiq, Terjemah Fikih Sunnah, jilid 12, Bandung: Depag. RI, Al-Quran dan terjemahnya, hlm.67
13
PT. Al-Ma’arif 1987,
(٧)
ﺴ َﺘﻄِﻴﺮًا ْ ﺷﺮﱡ ُﻩ ُﻣ َ ن َ ن َﻳﻮْﻣًﺎ آَﺎ َ ن ﺑِﺎﻟ ﱠﻨ ْﺬ ِر َو َﻳﺨَﺎﻓُﻮ َ ﻳُﻮﻓُﻮ
“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana(QS. Al Insaan: 7)”23 Di dalam As-sunnah, Rasulullah bersabda:
“Siapa yang bernadzar akan mentaati Allah, maka hendaklah ia taat. Dan siapa yang bernadzar akan bermaksiat kepada Allah, maka hendaklah jangan bermaksiat kepada-Nya.”24 Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah ra; sikap Islam, sekalipun
telah
mensyari’atkan
nadzar,
akan
tetapi
tidak
mensunahkannya.25 3. Rukun dan Syarat Nazar Para ulama fikih berbeda pendapat mengenai rukun nazar. Menurut mazhab Hanafi, Unsur Nazar hanya ada satu yaitu: sighat (ucapan atau pernyataan) yang menunjukkan adanya keinginan untuk bernazar. Sedangkan menurut jumhur ulama fikih, unsur nazar ada tiga. a. Subjek atau orang yang bernazar (an-nazir). b. Objek atau yang dinazarkan (al-manzur). c. Ungkapan atau pernyataan yang menyatakan adanya nazar (assighah)26.
22
Depag. Ibid, hlm. 516 Depag. Ibid, hlm.1004 24 Sayyid Sabiq, op.cit, hlm. 33 25 Sayyid Sabiq, Op.Cit, hlm. 33 26 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, cet.1, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm.1317 23
14
Begitu juga dalam penentuan syarat-syarat yang berkaitan dengan unsur-unsur (rukun) nazar para ulama fikih juga berbeda pendapat. Ad. a. Subjek 1. Muslim Nazir haruslah muslim, maka tidak sah jika nazar diucapkan oleh orang kafir. Sehingga apabila seorang kafir bernazar kemudian masuk islam, maka nazarnya diwaktu kafir tersebut dipandang tidak sah (mu’tabar) dan tidak harus dipenuhi setelah yang bersangkutan masuk Islam. 2. Cakap bertindak Yaitu berakal dan baligh, maka tidak sah nazar orang gila atau anak-anak, sebab mereka tersebut dipandang sebagai orang yang tidak cakap bertindak hukum sehingga tidak dapat dibebani suatu kewajiban, sedangkan bernazar berarti membuat suatu kewajiban tertentu yang akan dituntut pertanggung jawabannya. Ulama Mazhab Hanafi, sesuai dengan pandangan mereka bahwa rukun nazar hanya sigah, tidak mengemukakan syarat-syarat nazar. ulama mazhab Syafi’i berpendapat bahwa ikhtiar dan kemampuan merupakan syarat bagi subyek atau orang yang bernazar. Dengan demikian, menurut ulama Mazhab Hanafi, orang yang bernazar karena dipaksa oleh pihak luar tetap dituntut untuk melaksanakannya, sedangkan menurut ulama Mazhab Syafi’i, nazar yang mereka ucapkan dipandang tidak sah (ghairu
15
mu’tabar). Pendapat Mazhab Syafi’i ini didasarkan hadits: “Tidak akan dituntut pertanggung jawaban dari tiga kelompok umatku, yaitu orang yang tersalah, orang yang lupa, dan orang yang dipaksa”.(HR. atTabrani)”.27 Ad. b. Objek (yang dinazarkan) Jumhur ulama membagi objek (yang dinazarkan) menjadi dua macam, yaitu: 1. Nazar yang tidak jelas Nazar yang tidak jelas ialah nazar yang tidak menyebutkan secara pasti apa yang akan dinazarkannya. Misalnya, seseorang berkata: “Saya bernazar kepada Allah SWT”. 2. Nazar yang jelas Nazar ini dibagi menjadi empat: a. Nazar yang dapat menjadi media untuk mendekatkan diri b. Nazar yang apabila dilakukan akan berakibat maksiat atau durhaka kepada Allah SWT. c. Nazar yang dibenci menurut syara’ sebaiknya tidak dilaksanakan d. Nazar yang mubah dilakukan, yaitu boleh dilaksanakan dan boleh
juga
tidak
karena
sesungguhnya ini bukan nazar.
27
Ibid, hlm. 1317
16
menurut
jumhur
ulama
Dari segi wujudnya, objek nazar dapat dibagi kepada dua macam: a. Nazar Aktif b. Nazar Pasif Adapun syarat-syarat bagi yang dinazarkan agar nazarnya dapat diterima (mengikat) ialah sebagai berikut: 1. Yang dinazarkan itu dapat diterima akal dan mungkin terjadi menurut pertimbangan syara’. 2. Yang dinazarkan itu merupakan ibadah (media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT). 3. Yang dinazarkan itu, jika terdiri dari harta, harus dimiliki oleh yang bernazar. 4. Yang dinazarkan bukan merupakan sesuatu yang memang hukumnya wajib dikerjakan oleh yang bernazar. 5. Yang dinazarkan itu bukan berupa ibadah yang bersumber dari adat. Syarat ini hanya diakui oleh ulama Mazhab Hanafi, sedangkan ulama Mazhab Syafi’i tidak memasukkannya sebagai syarat bagi yang dinazarkan. Ad. c. Ungkapan atau pernyataan yang menyatakan adanya nazar (assigah) Sigah nazar, dari segi yang dinazarkan, ada dua macam. a. Pernyataan (sigah) yang tidak mengandung penjelasan (mutlaq).
17
b. Pernyataan (sigah) yang mengandung penjelasan (muqayyad). Penjelasan ini biasanya berupa syarat, seperti “jika” dan “apabila”. 4. Macam-macam Nazar Pembagian nazar dapat ditinjau dari segi lafadz (sigat)nya dan dapat pula dari segi isi nazar itu28. Ditinjau dari segi lafadz (sigat),maka nazar itu terbagi menjadi dua yaitu: a. Nazar mutlak dan disebut juga nazar ghairu masyruth. Yaitu nazar yang dilakukan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa ada sesuatu sebab atau syarat, seperti seorang bernazar, “karena Allah, aku mewajibkan atas diriku sembahyang dua raka’at”. Nazar ini diucapkan tanpa sebab ataupun tanpa syarat, tetapi diucapkan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah. b. Nazar muqayyad dan disebut juga nazar masyruth. Yaitu nazar yang dilakukan karena memperoleh sesuatu nikmat atau karena terhindar dari sesuatu bahaya, seperti seorang bernazar, ”Jika aku lulus ujian yang akan datang ini, aku akan berpuasa tiga hari karena Allah” atau seorang yang terhindar dari bahaya, seperti ia selamat dan tidak cidera diwaktu bis yang ditumpanginya terguling, ia bernazar, “karena saya selamat dan tidak cidera waktu bis yang saya tumpangi terbalik, maka saya berpuasa selama lima hari”. Nazar ini
28
Depag RI, Op.Cit, hlm. 478
18
diucapkan karena ada sebab atau syarat, yaitu lulus ujian dan selamat, tidak ada cidera karena bis terbalik, dan bersyukur kepada Allah atas nikmat dan penjagaan-Nya itu. Kedua macam nazar ini wajib dilaksanakan, berdasar hadist:
Artinya: “Bersabda Nabi saw, “Barangsiapa yang bernazar untuk menta’ati Allah, maka hendaklah ia laksanakan”. Ditinjau dari segi isi, nazar terbagi menjadi dua yaitu: a. Nazar untuk mengerjakan suatu perbuatan. Perbuatan itu berupa: 1. Perbuatan ibadah 2. Perbuatan Maksiat 3. Perbuatan Makruh 4. Perbuatan Mubah Karena nazar itu harus berupa perbuatan taat kepada Allah, maka yang dihukum sebagai nazar yang disyari’atkan, ialah nazar nomor 1 dan 4, yaitu nazar perbuatan ibadah dan nazar perbuatan mubah sedang nazar perbuatan maksiat dan perbuatan makruh wajib dilanggar dengan membayar kafarat.29 b. Nazar meninggalkan suatu perbuatan. Perbuatan itu berupa: 1. Perbuatan ibadah 2. Perbuatan Maksiat 3. Perbuatan Makruh
29
Depag. RI, Ilmu Fiqh, Op.Cit, hlm. 479.
19
4. Perbuatan Mubah Yang termasuk nazar yang disyari’atkan, ialah nazar untuk meninggalkan perbuatan maksiat dan perbuatan makruh. Sedang nazar tidak akan melaksanakan perbuatan ibadah dan perbuatan mubah tidak termasuk nazar yang disyari’atkan. 5. Hukum Bernazar Sepakat para ulama bahwa bila seorang bernazar untuk melakukan taat kepada Allah, maka ia wajib melaksanakan nazarnya jika ia tidak melaksanakan nazarnya, berarti ia telah melanggar nazarnya, karena itu ia wajib membayar kafarat seperti dan sebanyak kafarat sumpah. Jika seorang bernazar untuk melakukan perbuatan maksiat maka ia tidak wajib melaksanakan nazarnya itu. Karena nazar untuk mendurhakai Allah itu pada hakekatnya tidak termasuk nazar, maka orang yang melanggarnya tidak wajib membayar kafarat. Sedang menurut Mazhab Hanafi, orang itu wajib melanggar nazarnya dan wajib membayar kafarat.30 B. Konsep Hibah 1. Pengertian Hibah Hibah berasal dari bahasa arab yaitu; akar kata “
30 31
,
“Yang berarti “memberi”.31
,
Depag RI, Ilmu Fiqh, Op.Cit, hlm. 481. Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Bandung: PT. Al-Ma’arif, t.th, hlm. 476.
20
Adapun pendapat lain dikatakan bahwa hibah berasal dari kata ,
,
,
,
,
, artinya “memberikan”
dalam bahasa inggris disebut juga to grant, to give.32 Sehingga dari kata tersebut dipakailah kata hibah dengan maksud memberikan sesuatu kepada orang lain baik berupa harta ataupun benda lainnya. Hibah (
). A legal term in Muhammad law, which signifies a
deed of gift, a transfer of property, made immediately and without any exchange.[Gifts]33 Di dalam Kamus Umum bahasa Indonesia “Hibah” berarti “pemberian; Menghibahkan artinya: memberikan (pada ketika si pemberi masih hidup)”.34 Menurut pendapat Abi Yahya Zakariyah Al-Anshori hibah adalah: ”Memberikan sesuatu dari hak milik yang bersifat sunat pada waktu hidupnya.”35 Berikut pendapat Teungku Muhammad Hasbie Ash Shiddieqy hibah ialah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan diadakan akad tanpa diadakan bunga.36 Menurut M. Ali Hasan hibah artinya: pemberian atau hadiah, yaitu suatu pemberian yang dilakukan secara sukarela dalam mendekatkan diri 32
Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus (Arab, Indonesia, Inggris), Op.Cit,
hlm. 265.
33
Thomas Patrick Hughes, Dictionary Of Islam (Being A Cyclopedia of the doctrines, Rites, Ceremonies, and Custom, together with the technical and theological terms, of Muhammadan Religion), op.cit, hlm. 431 34 W.J.S. Poerwadarminta, KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, op.cit, hlm. 354 35 Abi Yahya Zakariyah Al-Anshori, Fath Al-Wahab, Semarang: Toha Putra, Juz I, t.th., hlm.259 36 Teungku Muhammad Hasbie Ash Shidieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, cet.2, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm. 238
21
kepada Allah tanpa mengharapkan balasan apa pun.37 Senada dengan M. Ali Hasan Drs. Hamid Farihi, M.A., juga berpendapat bahwa: Salah satu bentuk taqorrub kepada Allah SWT dalam rangka mempersempit kesenjangan sosial serta menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial adalah hibah atau pemberian.38 Menurut Mustafa Al-Zarqa hibah adalah:
Artinya: “Suatu akad yang obyeknya adalah: Memberikan hak milik hartanya kepada orang lain secara gratis tanpa imbalan”. 39 Hibah dikatakan suatu akad yang menurut para fuqaha diartikan dengan “perikatan antara ijab dengan qabul secara yang dibenarkan oleh syara’(Hukum Islam), yang menerapkan kerelaan antara kedua belah pihak.40 Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa pemberian hibah terdapat unsur kerelaan, artinya pemberi hibah dengan cuma-cuma memberikan sesuatu dari hak miliknya kepada orang lain tanpa imbalan. Oleh karena hibah merupakan suatu pemberian, maka otomatis timbul adanya orang yang diberi. Dengan sebab itu maka timbul akad antara pemberi dan penerima hibah. 37
M. Ali Hasan, Berbagai macam transaksi dalam Islam, cet.1,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 76 38 Hamid Farihi, M.A Problematika Hukum Islam, Cet.3, Jakarta: Pustaka Firdaus 2004, hlm. 104-105. 39 TM. Hasbie Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm. 89. 40 Mustafa Ahmad Al-Zarqa, Al-Madkhal Al Fiqh Al’amm, Beirut: Dar Al-Fikr, juz. I, hlm. 549.
22
Di dalam hukum islam secara jelas sebagai suatu akad, yakni suatu perikatan yang didasarkan atas kerelaan kedua belah pihak. 2. Landasan Teori Hibah Allah SWT mensyari’atkan hibah karena didalamnya terkandung upaya menjinakkan hati dan memperkuat tali kasih sayang di antara manusia, seperti hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a. ”Tahadau tahabbu” yang artinya: “salinglah memberi, maka akan timbul kasih sayang”41. Dalam hadist lain riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW mengatakan, “salinglah kalian memberi hadiah, karena hadiah itu dapat menghilangkan iri hati, dan janganlah menganggap sepele atas pemberian meskipun berupa kikil kambing”42. Dalam hukum islam terdapat beberapa dalil hukum/dasar hukum yang pernah disepakati oleh jumhur ulama yaitu; Al-Qur’an, Al- sunnah, ijma’ dan qiyas.43 Ayat-ayat yang menjadi landasan hukum dibolehkannya hibah diantaranya adalah: - QS. Al-Baqarah: 262 َ ﻞ اﻟّﻠ ِﻪ ُﺛﻢﱠ ِ ﺱﺒِﻴ َ ن َأ ْﻣﻮَاَﻟ ُﻬ ْﻢ ﻓِﻲ َ ﻦ ﻳُﻨ ِﻔﻘُﻮ َ اﱠﻟﺬِﻳ ﺟ ُﺮ ُه ْﻢ ﻋِﻨ َﺪ ْ ﻻ َأذًى ﱠﻟ ُﻬ ْﻢ َأ َ ن ﻣَﺎ أَﻧ َﻔﻘُﻮُا َﻣ ّﻨًﺎ َو َ ﻻ ُﻳ ْﺘ ِﺒﻌُﻮ ن َ ﺤ َﺰﻧُﻮ ْ ﻻ ُه ْﻢ َﻳ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َو َ ف ٌ ﺥ ْﻮ َ ﻻ َ َر ﱢﺑ ِﻬ ْﻢ َو Artinya: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh
41
Hadis ini ditakhrij oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, juga oleh al-Baihaqi. Menurut al-Hafidh isnad Hadis ini hasan. Lihat Nailul Authar juz 6, hlm. 100. 42 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, cet. Ke-4, 1983, juz 3, hlm. 389. 43 Prof. Dr. Abdul Wahhab khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada , 1994, hlm. 18.
23
pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”44 - QS. Al-Munafiqun:10 ﺐ ٍ ﺟ ٍﻞ ﹶﻗﺮِﻳ ﺗﻨِﻲ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃﺮ ﺧ ﻮﻟﹶﺎ ﹶﺃ ﺏ ﹶﻟ ﺭ ﺕ َ ﻮ ﻤ ﺍﹾﻟﺪﻛﹸﻢ ﺣ ﻲ ﹶﺃ ﻳ ﹾﺄِﺗ ﺒ ِﻞ ﺃﹶﻥﻦ ﹶﻗﺎﻛﹸﻢ ﻣﺯ ﹾﻗﻨ ﺭ ﺎﻴﻘﹸﻮﻝ َﺃﹶﻧ ِﻔﻘﹸﻮﺍ ﻣِﻦ ﻣﻭ ﹶﻓ ﲔ ﺤ ِ ﺎِﻟﻦ ﺍﻟﺼ ﻣ ﻭﹶﺃﻛﹸﻦ ﻕ ﺪ ﺻ ﹶﻓﹶﺄ Artinya: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"45 Dari kedua ayat tersebut diatas dapat diambil suatu pengertian hibah secara implisit yaitu; memberikan sesuatu tanpa imbalan atas dasar mengharap keridloan Allah SWT. Di dalam ayat yang lain ditemukan lafadz-lafadz yang mencerminkan pengertian hibah secara etimologi misalnya adalah QS. Ali Imran ayat 38 yang berbunyi; ﺱﻤِﻴ ُﻊ اﻟ ﱡﺪﻋَﺎء َ ﻚ َ ﻃ ﱢﻴ َﺒ ًﺔ ِإ ﱠﻧ َ ﻚ ُذرﱢﻳﱠ ًﺔ َ ﺐ ﻟِﻲ ﻣِﻦ ﱠﻟ ُﺪ ْﻧ ْ ب َه ل َر ﱢ َ ﻚ َدﻋَﺎ َز َآ ِﺮﻳﱠﺎ َرﺑﱠ ُﻪ ﻗَﺎ َ ُهﻨَﺎِﻟ Artinya: “Disanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.46 Dan juga ditemukan dalam QS. Shaad ayat 9, yang berbunyi ;
َِأ ْم ﻋِﻨ َﺪ ُه ْﻢ َﺥﺰَاِﺋ ُﻦ َر ْﺡ َﻤ ِﺔ َرﱢﺑ َﻚ اْﻟ َﻌﺰِﻳ ِﺰ اْﻟ َﻮهﱠﺎب 44
Depag RI, Al Qur’an Terjemah. hlm. 66. Depag RI, Al Qur’an Terjemah, hlm. 938 46 Depag RI, Al Qur’an Terjemah, hlm. 81. 45
24
Artinya: “Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?”47 Didalam Tafsir Al-Misbah kata ( ) khaza’in/gudang-gudang atau perbendaharaan, adalah bentuk jamak dari kata (
)
khazinah. Ia digunakan untuk menggambarkan aneka anugerah dan nikmat Ilahi yang sangat berharga.48 Dan kata ( dari akar kata (
) al-wahhab terambil
) yang berarti memberi dan memilikkan sesuatu
yang dimiliki tanpa imbalan. Dari kedua ayat tersebut dapat diketahui bahwa hibah berarti pemberian. Dan dapatlah kiranya untuk diambil rumusan bahwa Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk memberikan dermanya kepada orang lain dan saling tolong menolong, sebagai realisasi selama hidup di dunia dan tidak mendiskreditkan terhadap orang yang menderita atau memberikan bantuannya kepada orang yang membutuhkannya dan memperhatikan kesulitan orang lain, hal ini sebagaimana hadist nabi yang berbunyi:
47 48
Depag RI, Al Qur’an Terjemah, hlm. 734 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati,2004, hlm116
25
Artinya: “Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan di dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa memberi kelonggaran kepada seorang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aib dia di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya menolong saudaranya.”(H.R Muslim).49 Hadist di atas dengan jelas mengatakan, bahwa sikap menyanjung orang lain dengan cara memberikan sesuatu (benda) atau membantu saudaranya dengan melepaskannya dari kesusahan yang dialami merupakan hal yang baik dan dianjurkan dalam tuntutan syari’at Islam. Karena pada hakekatnya semua kekayaan dan rizki yang ada di dunia ini adalah mutlak kepunyaan Allah SWT. Pemberian hibah adalah sunat sebagaimana yang terdapat di dalam AlQur’an dan Al-hadist serta kesepakatan para ulama. Demikian yang ungkapkan Imam Taqyuddin Abi bakar bin Muhammad Al-Husaini.50 Dari beberapa penjelasan tersebut diatas baik dalil–dalil yang mengatur tentang hibah ataupun pendapat para ulama dan ahli hukum Islam yang ada korelasinya, maka dapat dipahami bahwa hibah adalah perbuatan baik dan di anjurkan dalam islam yang cara kepemilikannya harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
49
Rachmat Syafe’i, DR. H. M.A, AL-HADIS (Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan hukum), Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 251-252. 50 ImamTakyuddin, Kifayatul Ahyar, Bandung: PT Al-Ma’rif, tth, Juz I, hlm. 323
26
3. Rukun dan Syarat Adapun yang menjadi rukun hibah itu terdiri dari : a.
ada orang yang memberi (penghibah).
b.
ada orang yang menerima pemberian (penerima hibah).
c. ada ijab dan kabul; dan d. ada barang/benda yang diberikan (benda yang dihibahkan)51 Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu hibah sah adalah Ad. a. Syarat-syarat bagi penghibah 1. Barang yang dihibahkan adalah milik si penghibah; dengan demikian tidaklah sah menghibahkan barang milik orang lain. 2. Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya disebabkan oleh sesuatu alasan. 3. Penghibah adalah orang yang cakap bertindak menurut hukum (dewasa dan tidak kurang akal. 4. Penghibah tidak dipaksa untuk memberikan hibah, sebab hibah itu
akad
yang
mempersyaratkan
keridhaan
dalam
keabsahannya.52 Dengan demikian haruslah didasarkan kepada kesukarelaan. Ad. b. Syarat-syarat bagi penerima hibah Bahwa penerima hibah haruslah orang yang benar-benar ada pada waktu hibah dilakukan. Adapun yang dimaksudkan dengan 51 52
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: At-Thohiriyyah, tth, cet.XVII, hlm. 312 Sayyid Sabiq, Op.cit, hal 171
27
benar-benar ada ialah orang tersebut (penerima hibah) sudah lahir. Dan tidak dipersoalkan apakah ia anak-anak, kurang akal, dewasa. Dalam hal ini berarti setiap orang dapat menerima hibah, walau bagaimanapun kondisi fisik dan keadaan mentalnya. Dengan demikian memberi hibah kepada bayi yang masih ada dalam kandungan adalah tidak sah.53dan adapun syarat benda yang dihibahkan adalah: Ad. c. Syarat benda yang dihibahkan. Menyangkut benda yang dihibahkan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Benda tersebut benar-benar ada 2. Benda tersebut mempunyai nilai 3. Benda tersebut dapat dimiliki zatnya, diterima peredarannya dan pemilikannya dapat dialihkan 4. Benda yang dihibahkan itu dapat dipisahkan dan diserahkan kepada penerima hibah.54 Ad. d. Ijab Qabul Adanya ijab qabul yang menunjukkan pemindahan hak milik dari seseorang (yang menghibahkan) kepada orang lain (yang menerima hibah. Bentuk ijab bisa dengan kata-kata hadiah, atau juga dengan kata-kata lain yang mengandung arti pemberian. Terhadap kabul (penerimaan dari pemberian hibah),para ulama 53
Drs. H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, S.H., Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, cet. ke-2, hlm.115 54 Drs. H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, S.H., Ibid, hlm. 116
28
berbeda pendapat. Imam Malik dan Imam Syafi’i menyatakan bahwa harus ada pernyataan menerima (qabul) dari orang yang menerima hadiah, karena kabul ini termasuk rukun. Sedangkan bagi segolongan ulama ulama Mazhab Hanafi, kabul bukan termasuk rukun hibah. Dengan demikian sigat (bentuk) hibah itu cukup dengan ijab (pernyataan pemberian) saja. Adapun menyangkut ijab kabul yaitu adanya pernyataan, dalam hal ini menurut penulis dapat saja dalam bentuk lisan atau tulisan. Sebagaimana menurut pendapat Teungku Muhammad Hasbie Ash Shiddieqy mengatakan bahwa: Mengucapkan dengan lidah, bukanlah
satu-satunya
jalan
yang
harus
ditempuh
dalam
mengadakan akad. Ada beberapa cara untuk memperlihatkan kesungguhan. Lantaran itu para fuqaha menerangkan cara-cara yang harus kita ditempuh. 1. Kitabah (tertulis) 2. Isyarah 3. Ta’athi (beri memberi yang berlaku dalam bai’ul mu’athah = jual beli secara beri memberi)55 4. Macam-macam Hibah Hibah dalam pandangan hukum islam dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
55
Teungku Muhammad Hasbie Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm. 30
29
a. Hibah barang dan Mengenai penghibahan barang pada kenyataannya ada yang bermaksud mencari keridhaan Allah SWT ataupun mencari keridhaan Makhluk. Dalam hal hibah barang yang tidak bermaksud memperoleh balasan, dari kalangan fuqaha tidak ada perselisihan tentang kebolehannya. Artinya dalam kondisi apapun dan dibolehkan. Karena mengingat namanya hibah adalah memberikan barang kepada orang lain tanpa adanya suatu imbalan apapun. b. Hibah manfaat. Adapun hibah manfaat adalah hibah yang memberikan manfaat (hak guna) kepada orang lain. Hibah manfaat ini pada dasarnya sama dengan hibah barang, yakni sebelum habis jangka waktunya maka tidak dapat ditarik kembali. C. Konsep Nazar Hibah 1. Konsep Nazar Hibah Konsep Nazar Hibah secara eksplisit memang belum ada yang membahas, namun penulis akan mencoba memberikan gambaran konsep nazar hibah menurut pendapat pengelola/pengurus koperasi. a. Pengertian Nazar Hibah Pengertian Nazar : Mewajibkan diri untuk berbuat baik kepada orang lain terhadap perbuatan yang sifatnya bukan wajib.
30
Pengertian Hibah : Nilai lebih dari jumlah (pokok) hutang yang diambil. Pengertian Nazar Hibah : “memberikan nilai lebih pada pokok hutang atas inisiatif peminjam sendiri yang tadinya sunnah karena di nazari menjadi wajib”, konsep bank konvensional yang dipadu dengan fiqh (Syari’ah Islam).56 Pendapat lain dari Nurul Huda, MA. Nazar Hibah adalah: Sesuatu yang harus diberikan kepada orang atau badan usaha dari orang yang berhibah, karena orang yang berhibah itu telah mampu memberikan apa yang telah diberikan kepada orang atau badan usaha tersebut.57 b. Rukun dan Syarat Nazar Hibah Secara umum rukun dan syarat nazar hibah adalah sama dengan hibah hanya di tambah lafaz Nazar : Adapun yang menjadi rukun nazar hibah itu terdiri dari : 1. ada orang yang memberi (penghibah). 2. ada orang yang menerima pemberian (penerima hibah). 3. ada ijab dan kabul; dan 4. ada barang/benda yang diberikan (benda yang dihibahkan) 5. Nazar Dari berbagai uraian mengenai nazar hibah diatas secara umum dapatlah kita ambil suatu konsep mengenai nazar hibah.
56
Wawancara dengan Bp. Nur Said selaku Manajer USP Kopontren At-Taslim Demak tanggal 23 November 2005 di kantor USP. 57 Wawancara dengan Bp. KH. Nurul Huda, MA, Pengasuh Pon.Pes At-Taslim Demak, 23 November 2005, di rumah Beliau.
31
Nazar hibah adalah: bernazar memberi hibah oleh penghutang kepada yang memberi hutang yang berasal dari penghutang itu sendiri, yang mana asal mula hibah adalah sunnah karena disini dinazari, maka bisa menjadi wajib, hibah ini diberikan kepada yang memberi hutang sebagai ungkapan rasa terima kasih. 6. Perhitungan Nazar Hibah Model perhitungan nazar hibah ada dua macam yakni: model kredit biasa dan model kredit R.C.58 a. Model Kredit Biasa Angsuran: misal Rp. 1.00.000 terserah nasabah Hibah: Saldo akhir kredit x 2% b. Model Kredit R.C Angsuran: misal Rp.1.00.000 terserah nasabah Hibah: Saldo akhir kredit x 1.25%
58
Wawancara dengan manajer USP Bp. Sa’id, di kantor USP, tanggal I Juli 2005 jam 10.00 WIB.
32
BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI PONDOK PESANTREN AT-TASLIM DEMAK
A.
Profil KOPONTREN At-Taslim Demak Pondok Pesantren At-Taslim merupakan Lembaga Pendidikan yang didirikan oleh Romo Sa’dullah Taslim Al-Hafidh sekaligus sebagai waqif putra beliau Muhammad Nurul Huda, MA. Pada tanggal 11 Maret 1986 Muhammad Nurul Huda, MA diangkat Sebagai Nadhir, disamping bidang pendidikan keagamaan (tarbiyah diniyah) yang dikembangkan oleh pesantren, pesantren juga melakukan pengembangan di bidang pendidikan ekonomi (tarbiyyah iqtishodiyyah) untuk meningkatkan kesejahteraan para santri dan masyarakat sekitarnya dan sekaligus sebagai bekal ketrampilan berwirausaha bagi santri sendiri.59 Dalam pengembangan bidang ekonomi ini melalui usaha perkoperasian (syirkah).pada awal pendirian KOPONTREN At-Taslim kegiatan usaha yang didirikan adalah Pertokoan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi santri (1986-sekarang) dengan sistem penanaman saham senilai Rp.5.000,(lima ribu rupiah).
59
Brosur Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak.
33
Pada akhir tahun 1995 tepatnya tanggal 6 Desember 1995 KOPONTREN At-Taslim resmi terdaftar secara hukum dan telah mendapatkan Badan Hukum Nomor. 1256/BH/KWK.11/XII/1995. B. Kedudukan dan Keanggotaan 1. Kedudukan KOPONTREN At-Taslim berkedudukan di jantung Kota Demak tepatnya di Jl. Kalijajar No. 09 Bintoro Demak 59511 phone (024)685742-681382. 2. Keanggotaan Anggota KOPONTREN At-Taslim terdiri dari para santri, pengasuh, dewan guru, karyawan, dan masyarakat sekitar. Sampai RAT ke-6 anggotanya sudah mencapai 358 orang (227 laki-laki, 131 perempuan).60 C. Unit Simpan Pinjam (USP) Syari’ah KOPONTREN At-Taslim Demak Sebuah lembaga yang bergerak dibidang keuangan (finansial) yang berlandaskan pada aturan-aturan syari’ah dan sebuah lembaga yang mencoba membantu masyarakat luas dalam menggalang dan memberdayakan ekonomi umat menuju masyarakat madani. 1. Sejarah Perkembangan dan Badan Hukum USP Syari’ah Unit Simpan Pinjam KOPONTREN At-Taslim merupakan salah satu unit usaha yang ada dibawah naungan KOPONTREN At-Taslim yang
60
Laporan RAT tahun 2004.
34
berdiri
sejak
tahun
1995
dengan
Badan
Hukum
Nomor
12560/BH/KWK.11/1995. Di saat orang sibuk membicarakan tentang hukum bunga bank, KOPONTREN At- Taslim telah memberanikan diri membuat terobosan dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan yang berbasis pada nilainilai syariat yakni dengan metode nadzar hibah yang pada awalnya baru berbentuk Laboratorium Keuangan dengan nama LKP. Akan tetapi setelah dirasa sudah mantap dari beberapa metode yang diujicobakan barulah dirubah namanya menjadi Unit Simpan Pinjam (USP). USP KOPONTREN At-Taslim merasa terpanggil untuk membantu umat, setelah dirasa banyaknya praktek-praktek akad utang piutang yang sangat merugikan salah satu pihak dan hanya menguntungkan pihak yang lain.61 Sehingga USP KOPONTREN At-Taslim memiliki visi dan misi yang jelas dalam rangka membantu peningkatan ekonomi rakyat. 2. Visi dan Misi - Visi : Terhapusnya praktek akad utang piutang yang tinggi bunganya yang jauh dari nilai-nilai ta’awun. - Misi : Terbentuknya lembaga keuangan yang benar-benar berprinsip syari’ah.62
61 62
Brosur Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak ibid
35
3. Motto USP KOPONTREN At-Taslim Demak
“Mencari rizki halal adalah termasuk berjuang dijalan Allah SWT.”
“Pandai mengatur adalah separoh kesuksesan ekonomi”
“Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan di antara kalian semua adalah orang-orang yang paling bagus dalam membayar hutangnya”. 4. Struktur Organisasi KOPONTREN At-Taslim Demak Penasehat/Pembina
: KH. Muhammad Nurul Huda, MA
Pengawas
: Rochwan, SE Yatin,CH, Amd Drs Murman
Ketua
: Karyono
Sekretaris
: Hariri
Bendahara/Manajer
: Nur Sa’id MS.
Kabid. Penggalangan Dana : Abidin Noor Kabid. Perkreditan
: Noor Hadi
Kabid. Pemasaran dan Akt : Hariri GS. Anggota
: Markastin
5. Produk-produk Unit Simpan Pinjam KOPONTREN At-Taslim 1. Produk Simpanan
36
a. Tabungan A Adalah salah satu produk tabungan yang ada pada USP KOPONTREN At-Taslim Demak dan hanya dapat diambil setelah simpanan/tabungan tersebut telah mengendap selama 1 (satu) bulan penuh. Manfaat : a) Sebagai fasilitator bagi para penabung dalam rangka memenuhi biaya hidup. b) Sebagai sarana untuk hidup hemat. c) Bisa dijadikan jaminan kredit. d) Mendapatkan hibah yang memuaskan dan dihitung secara hibah berhibah. b. Tabungan Adalah produk simpanan yang ada pada USP KOPONTREN At-Taslim Demak yang dapat diambil setiap saat. Keuntungan: a) Mudah pengambilannya dan cepat prosesnya. b) Hibah memuaskan dan dihitung secara hibah berhibah. c) Tanpa biaya administrasi dan potongan lainnya serta dapat fasilitas buku tabungan. c. Tabungan Berjangka (Deposito) Adalah produk tabungan yang hanya dapat diambil dalam jangka waktu-waktu tertentu yaitu 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan.
37
Manfaat: a) hibah relatif lebih tinggi dari simpanan yang lain. b) Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit. c) Tidak ada biaya administrasi atau potongan lainnya. d) Sangat positif bagi masa depan keluarga63. 2. Produk Kredit a. Kredit Komersial Biasa Adalah produk kredit yang diperuntukkan bagi nasabah yang membutuhkan tambahan modal untuk segala macam usaha produktif dengan sistem Nazar Hibah. Kelebihan: a). Hibah relatif lebih ringan dan bersifat menurun. b). Hanya biaya administrasi tanpa potongan lainnya. c). Proses cepat dan persyaratan untuk mendapatkannya tidak rumit. b. Kredit RC (Rekening koran) Adalah produk kredit yang perhitungan hibahnya bersifat harian. Kelebihan: a). Hibah relatif lebih ringan b). Sangat cocok bagi para wiraswastawan yang setiap saat membutuhkan tambahan dana c). Biaya administrasi cukup ringan/murah
63
Brosur Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak
38
d). Hibah hanya dikenakan sebesar jumlah saldo akhir kredit, bukan dari plafond kredit yang disetujui.64 D. Operasionalisasi Kredit Nazar Hibah 1. Syarat-syarat Umum Permohonan menjadi Anggota a. Mengisi dan menandatangani formulir permohonan menjadi anggota KOPONTREN At-Taslim yang sudah disediakan. b. Membawa identitas diri (KTP,SIM, dll) c. Membayar simpanan pokok sebesar Rp.30.000;(tiga puluh ribu rupiah) dan simpanan wajib minimal Rp.36.000; (tiga puluh enam ribu rupiah). d. Tidak dipungut biaya administrasi. 2. Syarat-syarat Umum Permohonan Kredit a. Sudah terdaftar sebagai anggota aktif KOPONTREN At-Taslim sekurang-kurangnya 1 (satu) Tahun. b. Memiliki rekening tabungan A minimal Rp.100.00; (seratus ribu rupiah) dan tidak diambil selama 1 (satu) tahun atau memiliki rekening tabungan/deposito sampai masa terlunasinya kredit. c. Menyerahkan agunan (jaminan) yang memadai. d. Menyerahkan foto copy identitas diri (KTP,SIM, dll).65 3. Perhitungan Kredit Nazar Hibah a. Kredit Komersial Biasa
64 65
Brosur Unit Simpan Pinjam, Ibid. Brosur Unit Simpan Pinjam, Ibid.
39
Misal: Hamam Nasiruddin melakukan pinjam sebesar Rp. 1.000.000; (satu juta Rupiah), petugas akan bertanya: 1. Berapa besar angsuran yang akan dibayar perbulannya? Jawab: Rp. 100.000; (seratus ribu rupiah). 2. Anda mau memberi hibah berapa? (secara general hibah telah disepakati dalam RAT Tahun 2004 yaitu sebesar 2 %) Jawab: 2% 3.
Mau diangsur secara harian atau bulanan? Jawab: Bulanan
4.
Kalau bulanan, berapa bulankah angsurannya? Jawab: 10 bulan. Model Perhitungan kredit komersial biasa bersifat Menurun yakni:
Semakin pokoknya dibayar banyak penurunan hibah banyak Angsuran = misal Rp.100.000 (terserah nasabah) Hibah = Saldo akhir kredit x 2% Rp.100.000; x 2% = Rp. 2.000; (Karena bersifat menurun maka tiap bulan berkurang 2%, jadi hibah berkurang sebesar Rp. 2.000;/bulan). Berikut perhitungan hibahnya: Januari hutang Rp. 1.000.000 Februari 2/100 x Rp. 1.000.000 = Rp. 20.000; Maret 2/100 x Rp. 900.000 = Rp. 18.000; April 2/100 x Rp. 800.000 = Rp. 16.000; Mei 2/100 x Rp. 700.000 = Rp. 14.000;
40
Juni 2/100 x Rp. 600.000 = Rp. 12.000; Juli 2/100 x Rp. 500.000 = Rp. 10.000; Agustus 2/100 x Rp 400.000 = Rp. 8000; September 2/100 x Rp 300.000 = Rp. 6000; Oktober 2/100 x Rp. 200.000 = Rp. 4.000; November 2/100 x Rp. 100.000 = Rp. 2.000; Tabel.1 TANGGAL
2004 5 Januari 5 Februari 5 Maret 5 April 5 Mei 5 Juni 5 Juli 5 Agustus 5 September 5 Oktober 5 November Jumlah
D/K
D K K K K K K K K K K
URAIAN
1.000.000 120.000 118.000 116.000 114.000 112.000 110.000 108.000 106.000 104.000 102.000 1.110.000
ANGSURAN
Pokok 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 1.000.000
Hibah 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 110.000
SALDO
1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 0
b. Kredit RC Untuk nasabah kredit RC biasanya bukan pedagang (tidak digunakan untuk usaha/tidak produktif), dan uang pinjaman ini biasa digunakan untuk membayar uang sekolah. Misal: Uli Wafi melakukan transaksi hutang sebesar Rp. 1.000.000; ( satu juta rupiah), petugas akan bertanya: 1. Diangsur secara harian/bulan ? Jawab: harian, 10 bulan
41
2. Berapa besar angsuran yang akan dibayar perbulan? Jawab: Rp.100.000; 3. Anda mau memberi hibah berapa? (secara general hibah telah disepakati dalam RAT Tahun 2004 yaitu sebesar 1,25 %) Jawab: 1.25% Model Perhitungan kredit komersial biasa bersifat Tetap yakni: Nominal hibah tetap perbulannya. Angsuran = misal 100.000;(terserah nasabah)
Hibah = Saldo akhir kredit x 1.25% Misal pinjam bulan Oktober mulai mengangsur bulan November, berikut contoh perhitungannya: Oktober pinjam Rp. 1.000.000; (mulai mengangsur bulan November) November (saldo awal) Rp. 1.000.000 x 1.25% = Rp. 12500; Desember (sisa kredit november) Rp. 900.000 x 1.25% = Rp. 11.250; Januari (sisa kredit) Rp. 800.000 x 1.25% = Rp. 10.000; Februari (sisa kredit) Rp. 700.00 x 1.25% = Rp. 8.750; Maret hanya membayar hibah Rp. 600.000 x 1.25% = Rp. 7.500; April (sisa kredit) Rp. 400.000; x 1.25% = Rp. 5.000; Mei (sisa kredit bulan April + Mei) Rp. 300.000; x 1.25% = Rp. 3750; Juni (sisa kredit) Rp. 200.000; x 1.25% = Rp. 2.500; Juli (sisa kredit); Rp. 100.00; x 1.25% = Rp. 1.250;
42
Tabel. 2 TANGGAL 5 Oktober 2004 5 Nopember 2004 5 Desember 2004 5 Januari 2005 5 Februari 2005 5 Maret 2005 5 April 2005 5 Mei 2005 5 Juni 2005 5 Juli 2005 Jumlah
D/K D K K K K K K K K K
URAIAN
ANGSURAN Pokok Hibah
1.000.000 112.500 111.250 110.000 108.750
100.000 100.000 100.000 100.000
105.000 103.750 102.500 101.250 1.062.500
200.000 100.000 100.000 100.000 1.000.000
12.500 11.250 10.000 8.750 7.500 5.000 3.750 2.500 1.250 62.500
SALDO 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 600.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
Namun terkadang dari semua jenis kredit diatas ada yang hanya membayar hibahnya saja setiap bulannya. Adapun angsuran dibayar kemudian. Dan hal ini tidak mengakibatkan membayar lagi hibah angsuran yang belum dibayar, angsuran bulan berikutnya tetap dengan hibahnya, dan apabila bertambah itupun dari angsuran nasabah sendiri yang belum dibayar di bulan lalu.66 Tujuan orang melakukan kredit nazar kredit hibah adalah bermacam-macam bukan hanya untuk membuka usaha, mereka meminjam biasanya untuk membayar uang sekolah anak mereka yang baru masuk perguruan tinggi, ada juga yang untuk membangun rumah. Jatuh tempo pinjaman mereka pun beragam ada yang hanya 3 hari saja dan ada juga yang sampai satu tahun. Pelaksanaan kredit nazar hibah dilakukan secara tertulis diatas kertas bermaterai, yang ditandatangani oleh peminjam dan pihak pengelola USP, serta di ketahui oleh penasehat/pembina KOPONTREN At-Taslim.
66
Wawancara dengan nasabah Uli Wafi di rumahnya Jl. Bango Demak.
43
Pada umumnya para peminjam merasa sangat telah dibantu dengan adanya kredit nazar hibah, mereka menganggap hibah yang mereka berikan kepada USP adalah sebagai ungkapan terima kasih, karena USP telah membantu mereka mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi. Para nasabah berpendirian bahwa mengembalikan hutang itu dianjurkan: tepat waktu, tepat jumlah dan lebih dari hutang.67 Berikut Transaksi-Transaksi yang Telah Dilakukan Oleh USP 1. Nomor akad
: 573/KBBM/XI/ 04
Nama
: SUNARTO
Alamat
: Gg. Kutilang 03/8 Bintoro Demak
Hibah Kredit
: 24% efektif
Tanggal Kredit
: 01 November 2004
Jatuh Waktu
: 10 Bulan
Jatuh Tempo
: 01 September 2005 Angsuran
Tanggal
D/K
Uraian
2004 11 Okt 03 Nop 03 Des
D K K
3.000.000 300.000 300.000
240.000 244.000
60.000 56.000
2.760.000 2.516.000
2005 05 Jan 03 Feb 05 Mar 04 Apr 04 Mei 03 Jun
K K K K K K K
300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
249.500 254.500 259.000 265.000 270.000 275.500
50.500 45.500 41.000 35.000 30.000 24.500
2.266.500 2.012.000 1.753.000 1.488.000 1.218.000 942.500
Pokok
67
Hibah
Saldo
Wawancara dengan Bp. Sunarto yang juga melakukan pinjaman Di USP ini sejumlah Rp. 3.000.000.
44
06 Jul K 06 Agust K 05 Okt K Jumlah
300.000 300.000 400.000 3.400.000
2. Nomor akad
281.000 286.500 375.000 3.000.000
19.000 13.500 25.000 400.000
661.500 375.000 0 0
: 581/KBBM/ XI/ 04
Nama
: SUMANTO
Alamat
: JL. Kyai Langgeng Bintoro Demak
Hibah Kredit
: 24% efektif
Tanggal Kredit
: 01 November 2004
Jatuh Waktu
: 10 Bulan
Jatuh Tempo
: 01 September 2005
TANGGAL D/K
URAIAN
ANGSURAN Pokok Hibah
SALDO
2004 01 Nop 02 Des
D K
1.000.000 120.000
100.000
20.000
1.000.000 900.000
2005 04 Jan 01 Feb 07 Mar 04 Apr 07 Mei 02 Jun 04 Jul 05 Agust 06 Sept Jumlah
K K K K K K K K K
118.000 116.000 114.000 112.000 110.000 108.000 106.000 104.000 100.000 1.108.000
100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 1.000.000
18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 0 108.000
800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 0
45
3. Nomor akad
: 019/KRC/ VI/ 04
Nama
: MARYANTO
Alamat
: Gg. Cendrawasih 207 Bintoro Demak
Hibah Kredit
: 1,25%
Tanggal Kredit
: Desember 2004
Jatuh Waktu
: 10 Bulan
Jatuh Tempo
: 01 September 2005
TANGGAL
D/K
URAIAN
1 Desember 2004 1 Januari 2005 1 Februari 2005 1 Maret 2005 1 April 2005 1 Mei 2005 1 Juni 2005 1 Juli 2005 1 Agustus 2005 1 September 2005 1 Oktober 2005 Jumlah
D K K K K K K K K K K
10.000.000 1.125.000 1.112.500 1.100.000 1.087.500 1.075.000 1.062.500 1.050.000 1.037.500 1.025.000 1.012.500 10.687.000
46
ANGSURAN Pokok Hibah 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 10.000.000
125.000 112.000 100.000 87.500 75.000 62.500 50.000 37.500 25.000 12.500 687.000
SALDO 10.000.000 9.000.000 8.000.000 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0 0
BAB IV ANALISIS KONSEPTUAL DAN PELAKSANAAN KREDIT NAZAR HIBAH DI USP KOPONTREN AT-TASLIM DEMAK
A. ANALISIS KONSEPTUAL KREDIT NAZAR HIBAH Nazar hibah adalah kalimat majemuk, dimana makna sesungguhnya berarti bernazar memberi hibah, maka tendensi dari kalimat ini adalah pemberian hibah. Memberi hibah yang di-nazari. Segolongan ulama para guru-guru kita berselisih pendapat mengenai sahnya nazar penghutang memberikan harta tertentu kepada pemberi hutang selama hutang masih ada di bawah tanggungannya. Sebagian ada yang mengatakan sah dan sebagian lagi mengatakan tidak. Dikatakan sah karena hibah dianggap sebagai ibadah dan dikatakan tidak sah karena dianggap sebagai jembatan menuju riba. Di dalam Fathul Mu’in dijelaskan:
Artinya: “Sebagian mereka berkata : Nazar tidak sah, sebab dari segi yang khusus ini, pemberian harta bukan sebagai ibadah tetapi justru penazar menggunakannya sebagai jembatan ke arah Riba Nasiah”.68
68
Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, Fathul Mu’in Terjamah, jilid 2, Kudus: PT Menara, 1979, hal. 156
47
Sebagian yang lain berkata: nazar tetap sah, sebab sebagai imbalan atas terjadinya kenikmatan berupa keuntungan hutang jika diperdagangkan, atau imbalan atas tersingkirkannya bencana penagihan jika ternyata hutang tersebut masih perlu diperpanjang dalam tanggungannya lantaran tengah kemelaratan atau untuk nafkah, dan juga adanya kesunahan bagi penghutang menambah jumlah pengembaliannya berarti kalau penambahannya ditetapkan dengan nazar maka wajib bukan sunnah lagi maka kalau begitu berarti imbalan jasa bukan jembatan riba, sebab riba terjadi hanya pada akad misalnya jual beli.69 Mengenai kebolehan memberi nilai lebih pada hutang juga diterangkan dalam kitab Fathul Mu’in:
Jaiz bagi muqridl menerima kemanfaatan yang diberikan kepadanya oleh muqtaridl tanpa atas disyaratkannya sewaktu akad, misalnya kelebihan ukuran atau mutu barang pengembalian lebih bagus dari pada yang dihutangkan. Bahkan melebihkan pengembalian hutang adalah disunnahkan bagi muqtaridl, karena berdasarkan sabda Nabi SAW: sesungguhnya yang paling baik diantara kalian adalah yang paling bagus dalam membayar hutang.70 Menurut penulis Nazar Hibah bisa menjadi metode alternatif bagi mereka yang kekurangan dana. Terlebih bagi mereka yang menggunakan dananya tidak untuk usaha/tidak produktif, mengingat mereka hanya meminjam dalam jangka waktu yang singkat, misal hanya pinjam 3 hari saja, mana mungkin dalam jangka waktu 3 hari saja bisa menghasilkan keuntungan. Munculnya konsep nazar hibah bukan tanpa proses, nazar hibah hadir di saat masyarakat terlilit oleh banyaknya rentenir yang hanya menguntungkan pihak rentenir saja, sedang pihak peminjam menjadi pihak yang sangat 69 70
Ibid. hal. 157. Ibid, hal. 213.
48
dirugikan karena hutangnya terus dan terus bertambah, serta kesadaran masyarakat sendiri untuk membayar hutang juga lemah. Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah ketika peminjam itu hutang kepada rentenir dimana uang yang mereka pinjam setiap bulan akan “nganaki” (red. jawa) atau berbunga (istilah perbankan), peminjam akan berusaha untuk cepat-cepat melunasi tapi ketika peminjam hutang kepada orang yang tidak memberi bunga/nganaki maka mereka membayarnya malas dan kalau ditagih selalu menghindar atau mengatakan belum memiliki uang, ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bisa juga bertahun-tahun tidak dibayar. Peminjam menganggap hutang kepada orang yang tanpa memberi bunga itu orientasinya adalah Lillahita’ala, maka membayarnya juga Lillahita’ala. Tentu saja ini sangatlah tidak fair mengingat hutang itu harus dibayar, tidak boleh kita seenaknya, dalam hal ini penghutang sangat dirugikan. Maka hadir sebuah metode kredit nazar hibah yang tidak merugikan salah satu pihak saja. Konsep nazar hibah memang tidak ada dalam Al Qur’an, konsep ini berasal dari konsep konvensional yang dipadu dengan fiqh (Syari’ah Islam), tetapi setelah USP At-Taslim melakukan uji coba, konsep nazar hibah ternyata diterima di masyarakat dan bisa berjalan hingga sekarang. Hal ini terbukti dengan antusiasme masyarakat melakukan transaksi kredit nazar hibah di USP Kopontren At-Taslim. Penulis mendukung adanya ijtihad maupun ide-ide baru inovatif yang dilakukan oleh USP Kopontren At-Taslim Demak, dengan memunculkan
49
metode kredit nazar hibah dimana metode ini hadir sebagai metode alternatif ke tengah-tengah masyarakat yang dapat berjalan dan diterima oleh masyarakat. Nazar hibah muncul ke tengah-ketengah masyarakat sebagai metode alternatif yang memberikan manfaat bagi masyarakat, kalau memang sudah terbukti dan bisa berjalan serta dapat diterima masyarakat why not. Dan nazar hibah adalah solusi disaat orang sama khilaf tentang bunga bank.71 Hibah yang ditetapkan adalah 2 %, menurut penulis penetapan hibah ini sudah dilakukan secara adil, karena penetapan hibah di lakukan secara bersama-sama pada saat RAT, 2 % ini pada hakekatnya adalah 1% sebab 1% untuk administrasi bisa kembali lagi di SHU. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam sistem perekonomian Islam adalah akad atau perjanjian. Akad ini menjadi bagian penentu setiap transaksi ekonomi. Oleh karenanya, akad harus dibuat oleh kedua belah pihak yang bertransaksi. Karena dengan akad, transaksi itu menjadi sah atau tidak sah.72 Beberapa prinsip dasar yang harus terpenuhi dalam pembuatan akad yaitu: 1. Suka sama suka, akad harus dibuat atas dasar ridha kedua belah pihak yang bertransaksi, karenanya tidak boleh ada paksaan. Sebagaimana firman Allah SWT QS. An Nisa: 29 ن َ ن اﻟّﻠ َﻪ آَﺎ ﺴ ُﻜ ْﻢ ِإ ﱠ َ ض ﻣﱢﻨ ُﻜ ْﻢ َو َﻻ َﺗ ْﻘ ُﺘﻠُﻮ ْا أَﻧ ُﻔ ٍ ن ِﺗﺠَﺎ َر ًة ﻋَﻦ َﺗﺮَا َ ﻃ ِﻞ ِإ ﱠﻻ أَن َﺗﻜُﻮ ِ َﻻ َﺗ ْﺄ ُآﻠُﻮ ْا َأ ْﻣﻮَا َﻟ ُﻜ ْﻢ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎ ْﻟﺒَﺎ ِﺑ ُﻜ ْﻢ َرﺣِﻴﻤ ًﺎ 71
Wawancara dengan Abidin Noor selaku Kabid Penggalangan Dana di kantor USP KOPONTREN At-Taslim Demak. Tanggal 2 Januari 2006. 72 Muhammad Ridwan, MANAJEMEN Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm. 86.
50
Artinya; “ …janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”.73 Dari hasil observasi dan wawancara penulis diketahui bahwa penghutang tidak merasa dipaksa memberikan hibah kepada USP, hibah yang ditetapkan juga tidak terlalu berat, hibah yang mereka berikan mereka anggap sebagai wujud ungkapan terima kasih kepada USP yang telah membantu mereka mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi. Sebagaimana penuturan Bapak Sumanto yang telah melakukan transaksi kredit nazar hibah sebesar Rp. 1.000.000; di USP KOPONTREN At-Taslim Demak. Hibah disini lebih murah dan ringan, pembayarannya juga lebih fleksibel. Kalau belum punya uang bisa mengangsur pokoknya saja atau hibahnya saja sedangkan kekurangan pokok angsuran atau hibah yang belum dibayar bisa dibayarkan pada bulan berikutnya dengan tidak ada penambahan apapun lagi, yang terpenting utang harus dibayar.74 2. Tidak boleh menzalimi, prinsip ini menegaskan adanya kesetaraan posisi sebelum terjadinya akad. Seseorang tidak boleh merasa dizalimi karena kedudukannya yang karenanya terpaksa melepaskan hak miliknya. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 278 ﻮﻥ ﹾﻈ ﹶﻠﻤﻭ ﹶﻻ ﺗ ﻮ ﹶﻥﺗ ﹾﻈ ِﻠﻤ ﹶﻻ Artinya: “ ….dan janganlah kamu menzalimi atau dizalimi”.75
73
Depag RI. AlQuran dan Terjemahnya, hlm. 122 Wawancara dengan Bp Sumanto selaku nasabah di USP Kopontren At-Taslim Demak, tanggal 2 Januari 2006 75 Depag. Ibid, RI, hlm. 69 74
51
Dalam akad kredit nazar hibah tidak ada satupun yang menzalimi atau dizalimi, hal ini diamini oleh Uli Wafi yang telah melakukan transaksi di USP KOPONTREN At-Taslim sebesar Rp. 1.000.000; saya rela memberi hibah karena saya telah dibantu oleh pihak KOPONTREN, bahkan saya diberi keringanan dengan hanya membayar hibahnya saja dulu ketika saya belum memiliki cukup uang, demikian ungkap Uli Wafi.76 3. Keterbukaan/transparansi, prinsip ini menegaskan pentingnya pengetahuan yang sama antar pihak yang bertransaksi terhadap obyek kerjasama. Firman Allah SWT QS. An-Nisa: 5 ﺟ َﻌ َﻞ اﻟّﻠ ُﻪ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِﻗﻴَﺎﻣ ًﺎ وَا ْر ُزﻗُﻮ ُه ْﻢ ﻓِﻴﻬَﺎ وَا ْآﺴُﻮ ُه ْﻢ َوﻗُﻮﻟُﻮ ْا َﻟ ُﻬ ْﻢ َﻗ ْﻮ ًﻻ َ ﺴ َﻔﻬَﺎء َأ ْﻣﻮَا َﻟ ُﻜ ُﻢ اﱠﻟﺘِﻲ َو َﻻ ُﺗ ْﺆﺗُﻮ ْا اﻟ ﱡ ﱠﻣ ْﻌﺮُوﻓ ًﺎ Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya , harta (orang yang dalam kekuasaanmu), yang dijadikan Allah pokok penghidupanmu, berilah mereka belanja”.77 Prinsip keterbukaan dijalankan oleh USP KOPONTREN, buktinya adalah setiap satu tahun sekali, USP melakukan RAT, dan antusiasme para anggota cukup besar dengan menghadiri RAT ini. Hal ini diungkapkan oleh Abidin Noor selaku Kabid. Penggalangan Dana.78
76
Wawancara dengan Uli Wafi selaku nasabah di Jl Bango Demak, tanggal 2 Januari
2006.
77
Depag RI, AlQuran dan Terjemahnya, hlm.115 Wawancara dengan Abidin Noor selaku Kabid Penggalangan Dana, di USP kopontren At-Taslim Demak, Tanggal 2 Januari 2005. 78
52
4. Penulisan,
prinsip
menegaskan
pentingnya
dokumentasi
yang
ditandatangani dan disaksikan oleh para pihak yang bekerjasama. Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 282 ﺐ ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ ِل ٌ ﻰ ﻓَﺎ ْآ ُﺘﺒُﻮ ُﻩ َو ْﻟ َﻴ ْﻜﺘُﺐ ﱠﺑ ْﻴ َﻨ ُﻜ ْﻢ آَﺎ ِﺗﺴﻤ َ ﺟ ٍﻞ ﱡﻣ َ ﻦ ِإﻟَﻰ َأ ٍ ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮ ْا ِإذَا َﺗﺪَاﻳَﻨﺘُﻢ ِﺑ َﺪ ْﻳ َ ﻳَﺎ َأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar”.79 Penulisan akad kredit nazar hibah dilakukan diatas kertas bermaterai yang ditandatangani oleh para pihak, dan telah memiliki kekuatan hukum. Ada tiga macam akad yang diterapkan di USP Kopontren At-Taslim Demak yaitu: Akad Kredit, Akad Nadzar Rekening Biasa, Akad Nadzar Rekening Koran.80 Berikut contoh akad kredit dan akad nazar yang diterapkan oleh USP KOPONTREN At-Taslim. a. Akad Nazar hibah Komersial biasa Yang bertanda tangan dibawah ini: 1. Nama : Hamam Nashiruddin Alamat : Kel. Betokan RT/RW02/04Betokan Demak Pekerjaan : Pengajar/Guru No. Identitas diri : 0443/02182/111017 Nama Ahli Waris : Suwarno Alamat : Kel. Betokan RT/RW02/04Betokan Demak Pekerjaan : Wirswasta Hubungan Keluarga : Kakak
79
Depag, Al Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 70 Brosur USPKopontren At-Taslim Demak.
80
53
Selanjutnya disebut pihak I (Pertama): 2. Nama Alamat
: USP Kopontren At-Taslim Demak : Jl. Kalijajar No. 9 Demak
Selanjutnya disebut pihak II (Kedua): Dengan ini menyatakan bahwa pihak I (pertama telah menerima plafond Kredit dari pihak II(Kedua) sebesar Rp 1.000.000;(Satu Juta Rupiah) untuk jangka waktu 10 bulan dengan perjanjian sebagai berikut: 1. Pihak I (Pertama) menyerahkan BORG/Rohn/Jaminan berupa BPKB Yang dinilai sebesar Rp 2.500.000;Pihak I (Pertama) merelakan barang yang dijadikan jaminan untuk dijual oleh pihak yang kedua apabila kreditnya sudah jatuh tempo dan tidak mampu melunasinya. 2. Di dalam melaksanakan penjualan barang jaminan pihak II (kedua) telah terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak I (Pertama) akan hal tersebut. 3. Penjualan barang jaminan tersebut diatas baru bisa dilaksanakan setelah pihak I(pertama) kreditnya sudah jatuh tempo dan diberi kelonggaran maksimal 2 bulan. 4. Apabila penjualan barang jaminan kredit melebihi saldo pokok kredit plus kewajiban membayar hibah, maka kelebihannya akan dikembalikan pada pihak I (Pertama). 5. Semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka penjualan jaminan kredit ditanggung sepenuhnya oleh pihak I(pertama). 6. Apabila pihak I (pertama) tidak mampu melunasi kreditnya akibat meninggal dunia, maka tanggung jawab pelunasan kredit dibebankan kepada ahli waris pihak I (Pertama) yang sudah ditunjuk. 7. Apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian akibat akad kredit ini, pihak I (Pertama) maupun pihak II (Kedua) sepakat untuk diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan sebelum ditentukan melalui jalur hukum. 8. Pihak I (Pertama) dengan keikhlasan hati menyatakan tunduk dan patuh pada ketentuan yang berlaku dan yang akan berlaku di Unit Simpan Pinjam (USP) Kopontren At-Taslim Demak. Kemudian setelah diisi semua ditanda tangani oleh para pihak berikut daftar para pihak yang menandatangani surat perjanjian; 1. Pihak pertama, berisi; a. Nama terang b. Tanda tangan c. Materai sebesar Rp. 6.000; 2. Pihak kedua, berisi; a. Nama terang b. Tanda tangan 3. Pembina Kopontren At-Taslim Demak 4. Para saksi terdiri dari dua orang
54
5. Keterangan b. Akad Nazar hibah Rekening Koran (RC) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama : Uly Wafi Alamat : Desa Bango RT/RW 02/01 Bango Demak Pekerjaan : Wiraswasta No. Identitas diri : 0190/00782/112002 Nama Ahli Waris : M. Arifin Alamat : Desa Bango RT/RW 02/01 Bango Demak Pekerjaan : Pedagang Hubungan keluarga: Kakak Selanjutnya disebut pihak I (Pertama):
1. Nama : USP KOPontren At-Taslim Demak 2. Alamat : Jl. Kalijajar No. 9 Demak Selanjutnya disebut pihak II (Kedua): Dengan ini Pihak I (Pertama) bernadzar: a. Jika saya (pihak I)mendapat plafond Kredit sebesar Rp 1.000.000; dari Pihak II (Kedua), maka saya memberikan hibah sebesar Rp 1,25% dari saldo akhir bulan kredit, yang akan saya berikan pada saat membayar angsuran kredit (angsuran pokok) setiap bulan kredit. b. Kredit saya perhitungkan berdasarkan tanggal dan bulan Nasional (Masehi). c. Jika pembayaran angsuran kredit saya laksanakan sebelum akhir bulan kredit, maka akan tetap memberikan hibah pada waktu seharusnya mengangsur, maka akumulasi akan saya berikan pada saat pembayaran angsuran kredit (angsuran pokok) berikutnya. d. Saya akan melunasi kredit yang saya terima dari pihak II(kedua) dalam Jangka waktu maksimal 10 bulan (jatuh tempo tanggal:5 bulan Juli tahun 2005). Kemudian setelah diisi semua ditanda tangani oleh para pihak berikut daftar para pihak yang menandatangani surat perjanjian; 1. Pihak pertama, berisi; a. Nama terang b. Tanda tangan c. Materai sebesar Rp. 6.000; 2. Pihak kedua, berisi; a. Nama terang b. Tanda tangan 3. Pembina Kopontren At-Taslim Demak 4. Para saksi terdiri dari dua orang 5. Keterangan
55
Meskipun dalam konsep terdapat predetermined, namun prosentase yang ditetapkan telah melalui kesepakatan bersama pada waktu RAT. B. Analisis Pelaksanaan Kredit Nazar Hibah USP KOPONTREN At-Taslim memiliki dua model pinjaman yakni; 1. Kredit Komersial Biasa 2. Kredit RC Di dalam kredit komersial biasa hibah yang harus di berikan adalah 2% seperti yang tertera di dalam Tabel 1 bab IV. TANGGAL
D/K
2004 5 Januari 5 Februari 5 Maret 5 April 5 Mei 5 Juni 5 Juli 5 Agustus 5 September 5 Oktober 5 November Jumlah
D K K K K K K K K K K
URAIAN 1.000.000 120.000 118.000 116.000 114.000 112.000 110.000 108.000 106.000 104.000 102.000 1.110.000
ANGSURAN Pokok Hibah 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 1.000.000
20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 110.000
SALDO 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 0
Hibah 2% ini adalah merupakan kesepakatan pada saat RAT, dan 2% ini sebenarnya adalah 1% karena 1% akan kembali lagi kepada anggota berupa SHU yang dibagikan pada waktu tutup buku. Untuk kredit RC hibahnya adalah 1,25% tetap seperti diterangkan dalam tabel.2 bab III hibah 1,25% ini sangatlah murah, menurut Uli Wafi81; pada
81
Wawancara dengan Uli Wafi selaku nasabah dan anggota KOPONTREN At-Taslim di rumahnya Jl. Bango Demak. Tanggal 2 Januari 2006.
56
kredit RC peminjam diperbolehkan hanya mengangsur hibahnya saja sedangkan pokoknya bisa diangsur di lain waktu, hal ini tidak akan menambah hibah untuk angsuran selanjutnya. Berikut tabel 2 bab III. Tabel. 2 TANGGAL 5 Oktober 2004 5 Nopember 2004 5 Desember 2004 5 Januari 2005 5 Februari 2005 5 Maret 2005 5 April 2005 5 Mei 2005 5 Juni 2005 5 Juli 2005 Jumlah
D/K D K K K K K K K K K
URAIAN
ANGSURAN Pokok Hibah
1.000.000 112.500 111.250 110.000 108.750
100.000 100.000 100.000 100.000
105.000 103.750 102.500 101.250 1.062.500
200.000 100.000 100.000 100.000 1.000.000
12.500 11.250 10.000 8.750 7.500 5.000 3.750 2.500 1.250 62.500
SALDO 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 600.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
Dari hasil survey penulis ketahui bahwa pelaksanaan nazar hibah sudah sesuai dengan konsep yang ditawarkan, tidak dilebihkan dan tidak dikurangi. Kredit nazar hibah USP KOPONTREN At-Taslim mempunyai kelebihan sen diri dibanding dengan pembiayaan/kredit yang ditawarkan oleh bank maupun KSPS yang lain, dimana anggota diberi kesempatan menawar untuk menentukan jangka waktu pengembalian dan jumlah angsuran yang akan dibayarkan setiap bulan sesuai kemampuan pemohon yang telah disurvey oleh petugas di USP KOPONTREN At-Taslim. Tabel diatas menunjukkan bahwa nasabah lebih mendahulukan hibahnya dibandingkan dengan hutangnya, padahal yang harus di bayar terlebih dahulu adalah hutang karena membayar hutang itu hukumnya wajib. Memang ada
57
kelebihan dalam pengembalian hutang, namun kelebihan ini dianggap sebagai ungkapan terima kasih karena kelebihan ini sangat ringan dibanding dengan yang ada di bank/KSPS yang lain, menurut pengakuan Cak Asrofi82. Dan pemohon tidak merasa memberikan kelebihan hutang itu sebagai suatu keterpaksaan tetapi pemohon memberikan secara sukarela tambah Cak Asrofi. “Tidak pula termasuk dalam pengertian riba, jika seseorang yang memberikan kepada orang lain harta (uang) untuk diinvestasikan sambil menetapkan baginya dari hasil usaha tersebut kadar tertentu. Karena transaksi ini menguntungkan bagi pengelola dan bagi pemilik harta, sedangkan riba yang diharamkan merugikan salah seorang tanpa satu dosa (sebab) kecuali keterpaksaannya, serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha kecuali penganiayaan dan kelobaan. Dengan demikian, tidak mungkin ketetapan hukumnya menjadi sama dalam pandangan keadilan Tuhan dan tidak pula kemudian dalam pandangan seorang yang berakal atau berlaku adil.”83 Penulis akan mencoba membandingkannya dengan contoh perhitungan produk pembiayaan dari BMT yang penulis ketahui. Misalnya: seorang nasabah meminjam uang sebesar Rp. 5.000.000; berikut perhitungannya; 86 Pokok =
5.000.000 = 416.700; 12 bulan Cadangan Resiko (biaya/insentif) = 5.000.000 x 1% = 50.000; Bagi Hasil = 5.000.0000 x 2.5% =125.000;
82
Wawancara dengan Cak Asrofi selaku nasabah dan anggota KOPONTREN At-TASlim Demak di Pon.Pes At-Taslim Jl. Kalijajar No.9 Demak.Tanggal 2 Januari 2006. 83 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Dar Al-Manar, Mesir, 1376 H, Jilid III, hlm. 113. 86 Wawancara dengan Yuni, teller BMT, tanggal 20 Oktober 2004.
58
Tanggal 5 Oktober 2003 5 Nopember 5 Desember 2004 5 Januari 5 Februari 5 Maret 5 april 5 Mei 5 Juni 5 Juli 5 Agustus 5 September 5 Oktober Total
CR
BAGI HASIL
SALDO
D/K
URAIAN
POKOK
D K K
5.000.000 591.700 581.282
416.700 416.700
50.000 50.000
125.000 114.582
5.000.000 4.583.300 4.166.600
K K K K K K K K K K
570.865 560.447 550.038 539.612 529.195 518.777 508.360 497.942 487.525 477.107 6.287.967
416.700 416.700 416.700 416.700 416.700 416.700 416.700 416.700 416.700 416.700 5.000.400
50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 600.000
104.165 93.747 83.330 72.912 62.495 52.077 41.660 31.242 20.825 10.407 687.567
3.749.900 3.333.200 2.916.500 2.499.800 2.083.100 1.666.400 1.249.700 833.000 416.300 0 0
Nazar hibah terlihat lebih ringan dan tidak memberatkan nasabah dibandingkan dengan metode mudharobah. Menurut penulis nazar hibah adalah suatu ide inovatif, yang hadir disaat orang-orang sama khilaf tentang bunga bank dan diharapkan kredit nazar hibah bisa menjadi solusi alternatif yang muncul selain metode bagi hasil yang sekarang ini sedang menjamur. Dan penulis sangat mendukung adanya ide-ide baru yang inovatif, bisa berjalan dan diterima oleh masyarakat. Di dalam prinsip ekonomi Islam bahwa mengambil bunga dari utang piutang tidak dibolehkan karena adanya larangan riba. Maka hilat atau fiksi hukum yang dilakukan ialah dengan cara dimana orang yang berhutang memberi hibah kepada USP Kopontren At-taslim (yang memberi hutang), dan hibah yang diberikan menggunakan cara nazar. Definisi fiksi hukum (hilat) = fiksi atas dasar sistem yang berlaku atas perkara tertentu, dan dipergunakannya buat hal baru dengan maksud untuk menetapkan kebenaran atau untuk menghilangkan kesamaran ataupun 59
untuk memudahkan karena dorongan kepentingan yang mendesak. Fiksi seperti ini tidak merusak kemaslahatan syari’at dan oleh sebab itu tentunya tidak ada mazhab atau mazhab-mazhab fiqh yang melarangnya. 84 Nazar hibah ini lebih mengarah kepada hilat/fiksi hukum, hilat ini digunakan oleh Kopontren untuk mendapatkan suatu hak dan menolak kelaliman, hak USP adalah menerima pembayaran hutang dari orang yang berhutang dan mendapatkan balas jasa berupa hibah. Nazar hibah ini dilakukan agar masyarakat memiliki rasa tanggung jawab dan terikat untuk membayar hutangnya, nazar hibah dilakukan demi kemashlahatan umat, lebih kepada menolak kerusakan dan mendahulukan kebaikan. Di dalam fara idul bahiyyah disebut :
Artinya:” Menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kebaikan.”85
84
Dr. Sobhi Mahmassani (alih bahasa Ahmad Sudjono, SH), Filsafat Hukum Islam: PT Al Ma’rif, Bandung, 1976, hlm. 238 85 Drs. Adib Bisri, Terjamah Al-faraidul Bahiyyah: Menara Kudus, Kudus, 1977, hlm. 24
60
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dari uraian pembahasan “Studi analisis terhadap Penerapan
Kredit
dengan Metode Nazar Hibah di USP Kopontren At-Taslim Demak”, dapat penulis simpulkan bahwa; 1. Dalam penerapan kredit nazar hibah penulis mengetahui bahwa besarnya prosentase hibah ditentukan bersama dalam RAT. Hal ini membuktikan bahwa tambahan yang diberikan atas prakarsa peminjam yang besarnya disepakati pada saat RAT, praktek kredit nazar hibah yang dilakukan telah sesuai dengan konsep yang ada. Yakni untuk kredit komersial biasa hibahnya sebesar 2% dan untuk kredit rekening koran sebesar 1.25%. 2. Konsep metode nazar hibah memang belum ada dalam Al-Qur’an, tetapi nazar itu sendiri sudah ada dalam Al-Quran dan hadis sedangkan hibah telah ada juga di dalam fiqh, adapun nazar hibah yang ditawarkan memang sebuah produk yang kreatif dan inovatif. Nazar hibah lebih mengarah kepada “dar u al mafasit muqoddimun ‘ala jalbi al masolih”, menolak kerusakan dan menarik kebaikan. Dengan adanya nazar hibah masyarakat diharapkan dapat terikat dan memiliki rasa tanggung jawab untuk membayar hutangnya. 3. Pada dasarnya penulis mendukung suatu ide-ide yang kreatif dan inovatif, tentunya dengan tetap mengedepankan nilai-nilai Islami dalam perilaku
61
bisnis kalaupun USP hadir dengan hilat nazar hibahnya harus kita lihat dulu dari berbagai lini, bukan hanya men-judgment sesuatu atas dasar emosi sesaat. Nazar hibah ini lebih mengarah kepada hilat/fiksi hukum, hilat ini digunakan oleh Kopontren untuk mendapatkan suatu hak dan menolak kelaliman, hak USP adalah menerima pembayaran hutang dari orang yang berhutang dan mendapatkan balas jasa berupa hibah. Dimana kita ketahui bersama bahwa lembaga keuangan seperti Unit Simpan Pinjam hanyalah berperan sebagai intermediaris, lembaga keuangan ini mendapatkan pendapatannya dari hibah yang diberikan oleh nasabah peminjam. Unit Simpan Pinjam hadir sebagai suatu lembaga keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat bahkan tidak mungkin dapat menjadi faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
62
B. Saran-saran Saran-saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan konsep dan pelaksanaan nazar hibah pada khususnya dan Kopontren At-Taslim pada umumnya ialah; 1. Kepada Kopontren At-Taslim sebagai Koperasi yang telah berbadan hukum dan telah memiliki unit-unit usaha, yang salah satu unit usahanya adalah USP ini, diharapkan USP yang masih bernaung dibawah Badan Hukum Koperasi bisa memiliki Badan Hukum sendiri dan menjadi Badan Hukum Syari’ah, mengganti sebutan untuk transaksi yang dilakukan misalnya: kredit diubah menjadi pinjaman, Hal ini tidak lain dan tidak bukan untuk lebih membuat masyarakat lebih mantap melakukan berbagai transaksi, agar benar-benar bersumber pada nilai-nilai Islam bukan hanya secara praktis, namun juga teoritis. 2. Kepada USP untuk menambah hal-hal kurang dari produk pinjaman nazar hibah juga menambah produk-produk pinjamannya, khususnya produk kredit dengan metode nazar hibah dan menambah produknya dengan yang telah ada sekarang yaitu; Mudharabah, Murabahah, Bai’u bitsamin ajil. 3. Kepada USP sebisa mungkin memberikan kredit RC bukan hanya kepada orang-orang yang melalui rekomendasi penasehat Kopontren At-Taslim saja, tetapi bisa memberikan kredit RC kepada masyarakat lain yang benar-benar membutuhkan dana dan dianggap mampu untuk membayar kembali dengan tanpa rekomendasi penasehat Kopontren.
63
4. Kepada masyarakat yang telah di beri kepercayaan oleh USP mohon kejujurannya, karena hutang itu hukumnya wajib dibayar. C. Penutup Dengan mengucap syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, berakhirnya penyusunan skripsi ini bukanlah akhir dari sebuah perjuangan justru perjuangan baru dimulai. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, tentunya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini. Dan penulis sadar sepenuhnya bahwa kesempurnaan yang sebenarnya adalah hanya milik Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
64
DAFTAR PUSTAKA Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus (Arab, Indonesia, Inggris), Jakarta: PT.Mutiara Sumber Widya, cet. ke-4, 1974 Al-Anshori, Abi Yahya Zakariyah, Fath Al-Wahab, Semarang: Toha Putra, Juz I, t.th. Al-Malibariy, Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz, Fathul Mu’in Terjamah, jilid 2, Kudus: PT Menara, 1979 Al-Zarqa, Mustafa Ahmad, Al-Madkhal Al Fiqh Al’amm, Beirut: Dar AlFikr, juz. I Ash Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbie, Pengantar Ilmu Fiqh, cet.2, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997 -----------------------------------------------------, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Bisri, Adib, Drs., Terjamah Al-faraidul Bahiyyah: Menara Kudus, Kudus, 1977 Bulughul Maram, Toha Putra,T.th Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Cet ke-3, 2001 Dahlan, Abdul Azis (et. al.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996 Depag RI, Ilmu Fiqh, 1982 Depag. RI, Al-Quran dan terjemahnya Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993, Drs. H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, S.H., Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, cet. ke-2 Farihi, Hamid M.A, Problematika Hukum Islam, Cet.3, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004
65
Hasan, M. Ali, Berbagai macam transaksi dalam Islam, cet.1,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 Hughes, Thomas Patrick, Dictionary Of Islam (Being A Cyclopedia of the doctrines, Rites, Ceremonies, and Custom, together with the technical and theological terms, of Muhammadan Religion), India,: Cosmo Publications, 1982 Khallaf, Prof. Dr. Abdul Wahhab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada , 1994 Mahmassani, Dr. Sobhi (alih bahasa Ahmad Sudjono, SH), Filsafat Hukum Islam: PT Al Ma’rif, Bandung, 1976 Mannan, Muhammad Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Terjemahan M. Nastangin) Yogyakarta, Dana bakti Wakaf, 1993 Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Sosial, Yogya: UGM University, cet ke-9, 2000 --------------------, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993 Poerwadarminta, W.J.S., KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, Jakarta: Balai Pustaka, 1999 Ridwan, Muhammad, MANAJEMEN Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 2004 Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: At-thohiriyyah, 1990, cet XIII Sabiq, Al-Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, cet. Ke-4, 1983, juz 3 -------------------, Fikih Sunnah terjemah, jilid 12, Bandung: PT Al Ma’arif, 1987 ---------------, Fikih Sunnah terjemah, jilid 14, Bandung: PT Al Ma’arif, 1988 Shihab, M. Quraish , Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2004 Surachmad, Winarno, Dasar dan Tehnik Research, Bandung: Tarsito, tth., 1986 Syafe’i, Rachmat, DR. H. M.A, AL-HADIS (Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan hukum), Bandung: Pustaka Setia, 2000
66
Takyuddin, Imam, Kifayatul Ahyar, Bandung: PT Al-Ma’rif, tth, Juz I Wawancara dengan Manajer USP Noor Sa’id, di kantor USP Wawancara dengan Muhammad Nurul Huda, MA, Pengasuh Pon.Pes AtTaslim Demak, 23 November 2005, di rumah Beliau. Wawancara dengan nasabah Uli Wafi di rumahnya Jl. Bango Demak Wawancara dengan Sumanto selaku nasabah di USP Kopontren At-Taslim Demak, tanggal 2 Januari 2006 Wawancara dengan Abidin Noor selaku Kabid Penggalangan dana, di USP kopontren At-Taslim Demak, Tanggal 2 Januari 2005. Wawancara dengan Cak Asrofi selaku nasabah dan anggota KOPONTREN At-TASlim Demak di Pon.Pes At-Taslim Jl. Kalijajar No.9 Demak.Tanggal 2 Januari 2006. Yunus, Muhammad, Kamus Arab Indonesia, Bandung: PT. Al-Ma’arif, t.th.
67