BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini, kebutuhan akan informasi dan hiburan melalui media televisi semakin meningkat.Televisi sebagai institusi sosial secara tidak lansung memberikan kontribusi dalam membentuk masyarakat. Maka, apa yang ditampilkan di televisi seharusnya tidak semata-mata untuk mencari keuntungan semata, karena frekuensi yang digunakan saluran televisi pun sesungguhnya adalah sumber daya alam yang terbatas yang merupakan ranah publik, seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, Pasal 1 ayat 8. Oleh karena itu, televisi harus bertanggung jawab dalam menyiarkan setiap program acara, dan memenuhi fungsinya sebagai media massa. Fungsi televisi sebagai media massa yakni (Ardianto et al., 2007:137) mengemukakan bahwa televisi memiliki fungsi yang sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Banyaknya audien televisi menjadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk hiburan dan informasi. Stasiun televisi setiap harinya
menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku.Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) Program informasi (News) dan; 2) program hiburan (Entertainment).Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu 1
berita keras (Hard News) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (Soft News) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (Game show), dan pertunjukkan (Naratama,2006:64). Gambar 1.1 Jenis Program Televisi
Program Tv
Hard News
Informasi
(Straight News, Features, Infotainment) Soft News (Current Affair, Magazines, Talk show, Documentary) Musik
Quiz
Drama (Sineteron, Film, Cartoon)
Hiburan
Ketangkasan Permainan Reality Show Pertunjukkan (Sulap, Lawak, Tarian , Dll)
( Hidden Camera, Competition Show, Relationship Show, Fly On The Wall, Mistik)
Sumber : Morrisan , M.A (2009 : 215) Berdasarkan hasil survei AC Nielsen Indonesia bahwa 61% sampai 91% masyarakat Indonesiasuka menonton televisi sementara sisanya memilih untuk mendengarkan radio(www.agbnielson.co.id, diunduh pada tanggal 15 Oktober 2015). Bahkan setelahadanya internet, menonton televisi masih menjadi aktivitas terpenting di waktusenjang di seluruh dunia (Gui& Stanca, 2009). Hal ini didukung juga seperti pada gambar 1.2 dibawah ini yang menunjukan pertumbuhan pengguna radio, televisi dansurat kabar di Indonesia.
2
Gambar 1.2 Presentase Jumlah Pengguna Radio, Televisi dan Surat Kabar di Indonesia
Indonesia
Sumber: www.bps.go.id, diakses 15Oktober 2015 (02:27 WIB) Berdasarkan gambar 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah penonton televisi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2003-2012. Hal ini bertolak belakang dengan pendengar radio yang terus mengalami penurunan sama seperti pembaca surat kabar dan majalah. Peningkatan jumlah penonton televisi di Indonesia juga diikuti dengan perkembangan stasiun televisi di Indonesia.Hal ini membuktikan bahwa mediatelevisi menjadi media pilihan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang rata-rata menghabiskan waktu 4,5jam setiap harinya untuk menonton televisi. Ke depan, media televisiakan semakin kuat seiring dengan keunggulan yang dimiliki. Apalagi konsumen Televisi juga semakin dimanjakan dengan berbagai program hiburan yang sifatnya gratis dan mudah diakses. Kemampuan masyarakat dalam mengakses media ini didukung dengan sifatnya yang pandang dengar (audiovisual) membuat media Televisi semakin populer di kalangan masyarakat dan mengalahkan media yang lain. Hal ini menuntut media Televisi dalam membuat suatu
3
program televisi untuk tidak memproduksi siaran dan menayangkan isi siaran yang bertentangan dengan regulasi yang ada. Regulasi mengenai penyiaran telah tersedia mulai dari UU Penyiaran 32/2002 hingga peraturan operasional yang dibuat KPI yaitu Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS).Peraturan tersebut digunakan untuk melakukan pengawasan dan juga dapat dipakai sebagai pedoman bagi lembaga penyiaran dalam menyelenggarakan siaran. Tabel 1.1 Laporan Kinerja Komisi Penyiaran Daerah Jawa Barat (KPID) Tahun 20122014
Sumber : Arsip Komisi Penyiaran Daerah Jawa Barat (KPID)
4
Gambar 1.3 Program Televisi Trans 7, Hitam Putih on the weekend (Edisi 003: Desi Ratnasari, 7 April 2012)
Sumber : http://www.kpi.go.id/index.php/2012-05-03-16-16-23/siaran-pers-2, diakses 24 Juni 2015 (21:30 WIB) Berdasarkan data statistik KPID Jawa Barat pada tahun 2013-2014 terdapat banyak temuan pelanggaran, teguran, imbauan, bahkan penghentian siaran terhadap stasiun televisi Indonesia. Data yang didapatkan dari KPID sama saja dengan data dari KPI Pusat hal ini didukung dengan wawancara dengan bapak R. Guntur Karyapati, Jabatan Koordinator Tenaga Ahli Pengawasan Isi Siaran “Sebenarnya berbeda, karena wilayah pengawasan KPID jabar hanya untuk TV lokal jabar, sedangkan KPI Pusat untuk seluruh TV berjaringan Nasional tetapi komisioner dari KPID Jabar memiliki akses untuk memiliki data dari KPI Pusat juga jadi datanya sama saja tetapi pengawasannya saja yang berbeda”. Bentuk pelanggaran tersebut meliputi peraturan-peraturan yang sudah di tetapkan oleh KPI melalui Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS), dan hal ini terus menerus bertambah di stasiun Televisi indonesia. Salah satu contoh program Televisi
5
bermasalah yang melakukan pelanggaran tersebut adalah program Televisi Trans 7, Hitam Putih on the weekend (Edisi 003: Desi Ratnasari, 7 April 2012). Anak Desi Ratna Sari, Nasywa, diwawancarai oleh Deddy Corbuzier perihal kehidupan pribadi Desi Ratna Sari yang saat ini sedang menyandang status janda. Deddy menanyakan bagaimana perasaan Nasywa melihat kedekatan Desy dengan seorang pria yang dekat dengan mamanya. Tampak dalam program tersebut Nasywa dengan leluasa mendengar percakapan Desy dan Deddy yang belum pantas diperdengarkan untuk anak seusia Nasywa.Dalam episode itu, Deddy menanyakan pertanyaan pada putri Desy, Nasywa Nathania Hamzah, yang berbunyi, "Lebih suka ketemu ayah (ayah kandung si anak yang orang tuanya telah bercerai) atau Daddy (teman dekat sang ibu saat ini)?" Karena tak mampu menjawabnya, Nasywa pun terdiam dan langsung menangis di pelukan Desy. KPI menilai bahwa adegan tersebut tidak layak ditayangkan karena dapat berdampak pada perkembangan psikologis si anak. Hal ini bertentangan dengan Pelanggaran UU Penyiaran 32/2002 Pasal 51 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 38 tentang Anak dan Remaja sebagai Narasumber. “Ayat 2: Semua lembaga penyiaran wajib mentaati keputusan yang dikeluarkan oleh KPI berdasarkan pedoman perilaku penyiaran.” “Pasal 38.A: Dilarang mewawancarai anak dan remaja berusia di bawah umur 18 tahun, mengenai hal-hal di luar kapasitas mereka untuk menjawabnya, seperti: kematian, perceraian, perselingkuhan orangtua dan keluarga, serta kekuasaan yang menimbulkan dampak traumatik” Untuk memberikan sanksi atas pelanggaran isi siaran, KPI & KPID sebagaimana diatur dalam UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 dapat menjatuhkan sanksi mulai dari administratif hingga pemidanaan. Sanksi tersebut dapat dikenakan mulai dari teguran tertulis, penghentian mata acara yang bermasalah, pembatasan durasi dan waktu siaran, denda administratif, pembekuan kegiatan siaran untuk
6
jangka waktu tertentu, penolakan perpanjangan izin dan pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran. Sementara sanksi pidana, lembaga penyiaran dapat diancam pidana paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak 10 Milliar rupiah.(www.kpi.go.id/)diakses 24 Juni 2015 (21:30 WIB). Selama ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) telah melakukan fungsinya sebagai pengawas terhadap isi siaran melalui perangkat peraturan tersebut,adanya kontrol dan pengawasan terhadap lembaga dan isi penyiaran sejatinya bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti dan membatasi kreativitas, inovasi lembaga penyiaran, tetapi lebih pada kepentingan untuk menjaga ranah publik tersebut agar tidak bertentangan dengan kepentingan publik yang menjadi pemilik ranah tersebut. Pada prinsipnya isi siaran tidak boleh semata-mata menuruti iklan, selera pasar, dan demi rating. Namun, isi siaran menurut Nurudin (2007:140) tetap harus memenuhi kebutuhan publik (public’s need), perlu bagi publik (public’s necessity), dan penting bagi publik (public’s importance). Gambar 1.4 Surat Teguran Tertulis “Uya Emang Kuya” SCTV
7
Sumber : http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/32261-teguran-tertulisprogram-siaran-suka-suka-uya-pt-cipta-televisi-pendidikan-indonesia, diakses 24 Juni 2015 (21:30 WIB)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusnarto (2007) di Surabaya mengenai “Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Program Acara Reality Show , Uya Emang Kuya Di SCTV”menyimpulkan bahwa sebesar 33% memberikan hasil opini negatif terhadap program acara ini karena memberikan efek yang tidak baik bagi khalayak, 60% hasil opini netral dan hanya 7% memberikan hasil opini yang positif itu juga hanya karena unsur hiburan. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) daerah Sumatera Selatan menegur tayangan Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV yang tayang pada hari minggu 6 Desember 2009. Pelanggaran yang ditemukan berdasarkan pemantauan ini dinilai tidak etis karena membuka aib orang secara vulgar saat anakanak banyak menonton televisi. Selain itu terdapat celetukan-celetukan sebagai bentuk respon terhadap pembawa acara atau orang yang dihipnotis dinilai kasar dan merendahkan pribadi. Hal ini bertentangan dengan UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran terutama pasal 36 ayat (6), pasal 36 ayat (1), dan pasal 36 ayat (3) serta peraturan KPI No. 3 Tahun 2007 tentang Standar Program Siaran khususnya 13 point 1 dan pasal 51. Dampak dari acara Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV ini adalah menjadikan sebagian masyarakat untuk mengundang kelucuan hanya dengan menjadikan orang lain sebagai korban kelucuan. Selain itu efek program Televisi yang tidak baik bagi khalayak juga dikemukakan oleh Dosen jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, Pandiya (2008) melalui penelitiannya yang berjudul “Dampak Negatif Program Televisi pada Remaja Kota Semarang” menyimpulkan bahwa salah satu dampak negatif yang paling dirasakan dari program televisi yaitu pornografi serta pornoaksi. Sebesar 13,3% mengemukakan pornografi dan pornoaksi merupakan dampak yang dihasilkan
8
dari program Televisi bagi kalangan remaja di Kota Semarang pada tahun 2008. Seorang psikolog Ni Ketut Ayu Srimariani (2005) menyatakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Usia remaja juga ditandai masa puberta. Semasa anak-anak orientasi pergaulan sebatas keluarga, setelah masuk remaja lebih luas lagi. Di dalam tahapan perkembangan pra-pubertas, anak akan menjadikan sosok-sosok yang ditemui di keluarganya sebagai Role-Model, beda dari usia puber yang mencari Role-Model di luar. Di sinilah tayangan televisi ikut berperan dalam memberikan alternatif Role-Model bagi remaja. Tayangan televisi yang telah meresahkan masyarakat memang membutuhkan dimensi kepedulian moral bagi pengelola atau lembaga penyiaran. Pihak pengelola televisi memang sering dihadapkan pada dilematis antara dimensi idiil dan dimensi komersial. Meskipun secara filosopis idealisme (dimensi idiil) menjadi ciri hakiki pers tetapi realitas menunjukkan bahwa aspek komersial lebih menggejala. Pengelola penyiaran televisi masih terjebak pada upaya menayangkan siaran-siarannya yang mengarah pada unsur hiburan dan informasi semata (infotainment). Sementara televisi sebagai media massa memiliki fungsi di bidang pendidikan dan kontrol/perekat sosial. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif.Walizer dan Wienir dalam Wimmer dan Dominick (2006:156) mendefinisikan analisis isi statistik sebagai prosedur sistematis yang bertujuan untuk memeriksa konten dari informasi yang terekam. Dalam penelitian ini, informasi yang terekam dimaksudkan kepada data laporan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat (KPID) tahun 2012-2014 yang berdasarkan hasil pengawasan isi siaran yang dilakukan oleh KPIDterdapat banyak indikasi temuan yang dapat dilihat di tabel 1.1, mengenai siaran program televisi yang bertentangan dengan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Sementara itu isi yang akan dianalisis adalah kandungan kode etik yang terdapat di berbagai genre yang dapat dilihat pada gambar 1.1 dalam program televisi yang di maksud di atas.
9
Oleh karena itu dengan analisis isi maka akan diketahui frekuensi pelanggaran-pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)yang terdapat dalam program Televisi Indonesia tahun 2012-2014 berdasarkan data laporan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa barat (KPID). Selanjutnya akan dilakukan penkodean dengan sistematis, kemudian ditarik kesimpulan yang objektif. Oleh maka sebab ini peneliti mengangkat judul penelitian,adalah “Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) Program Televisi Lokal Jawa Barat dan Nasional di Indonesia (Studi Analisis Isi Kuantitatif Pada Laporan Komisi Penyiaran Daerah Jawa Barat Tahun 2012-2014)”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan perihal jenis-jenis program televisi yang telah sedikit dijabarkan dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1) Berapa jumlah pelanggaran P3SPS dalam program televisi lokal jawa barat dan nasional di Indonesia per format acara pada tahun 2012-2014? 2) Apa jenis pelanggaran P3SPS yang paling dominan yang dilakukan oleh stasiun televisi lokal jawa barat dan nasional di Indonesia pada tahun 2012,2013 dan 2014? 3) Stasiun televisi apa yang mendominasi pelanggaran P3SPS di Indonesia pada tahun 2012,2013 dan 2014?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui berapa jumlah pelanggaran P3SPS dalam program televisi lokal jawa barat dan nasional di indonesia per format acara pada tahun 2012-2014 10
2) Untuk mengetahui apa jenis pelanggaran P3SPS yang paling dominan yang dilakukan oleh stasiun televisi lokal jawa barat dan nasional di Indonesia pada tahun 2012,2013 dan 2014 3) Untuk mengetahui stasiun televisi apa yang mendominasi pelanggaran P3SPS di Indonesia pada tahun 2012,2013 dan 2014
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 1) Memberikan sumbangan terhadap kajian analisis isi mengenai jenis program televisi terutama pelanggaran dan analisis kode etik dalam berbagai genre program televisi. 2) Penelitian ini pun diharapkan mampu mendorong kajian lebih lanjut mengenai analisis isi jenis program televisi dan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya serta perbandingan dengan penelitian sebelumnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Mendeskripsikan dan membuat perbandingan isi media, apalagi dari segi kode etik sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar program siaran (P3SPS), karena isi media merupakan refleksi dari nilainilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat. 2) Penelitian analisis isi kuantitatif juga merupakan salah satu bahan data mentah yang kemudian bisa dimanfaatkan di penelitian lain dengan topik yang relevan. 1.5 Tahapan Penelitian Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis melalui tahapan sebagai berikut : 1) Observasi
11
Dalam tahap ini peneliti mencari fenomena dan pokok permasalahan yang akan diangkat menjadi topik penelitian. Setelah topik ditemukan, kemudian peneliti menentukan judul penelitian.Peneliti menemukan ketertarikan pada program televisi terutama dari program televisi yang menyimpang dari kode etik siaran. 2) Merumuskan dan Mengidentifikasi Masalah Judul penelitian yang telah ditentukan kemudian diturunkan menjadi rum.lusan masalah dan kemudian diturunkan kembali menjadi pertanyaanpertanyaan ilmiah dalam identifikasi masalah yang kemudian menjadi fokus dan batasan dari penelitian. 3) Pengumpulan Data Data primer didapatkan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti dan dua orang koder yang diberikan format penelitian yang sama terhadap masingmasing genre yang dapat dilihat di tabel 1.1, program televisi yang melakukan pelanggaran P3SPS. Sementara itu, data sekunder penelitian didapatkan dari penelitian terdahulu yang dapat membantu kelengkapan penelitian. 4) Menganalisis Data Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara mendistribusikannya ke tabel frekuensi dan menghitungnya dengan rumus-rumus statistik. 5) Menyajikan dan Membahas Data Hasil data yang telah diperoleh kemudian disajikan dan dibahas secara detail, ditambah dengan pengaplikasian teori-teori yang dapat memperkuat pembahasan masalah dalam penelitian. 6) Kesimpulan dan Saran Menyimpulkan seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir kemudian memberikan saran yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian dengan harapan dapat bermanfaat bagi peneliti juga bagi yang membaca penelitian ini.
12
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur dari berbagai sumber, baik buku maupun penelitian terdahulu yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Komunikasi Bisnis di Universitas Telkom dan observasi hingga pencarian objek untuk penyusunan bab satu hingga bab lima dikantor Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat Jln. Malabar No 62 Bandung, dilakukan selama bulan Juni hingga November 2015. Mahasiswa yang melakukan kegiatan penelitian ini yaitu : Nama : Tri Restutiyanto Fs Nim
: 1204110095
Prodi : Ilmu Komunikasi No.Hp : 087881896881 Email :
[email protected]
13
Tabel 1.6 Waktu Penelitian Bulan Kegiatan Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Pencarian idepenelitian. Kajian penelitian terdahulu. Mengumpulkan data dan pengajuan penelitian kepada pihak terkait dan pencarian literatur. Penyusunan dan melengkapi proposal penelitian skripsi (Bab 13) Mengumpulkan data : coding sheet Analisis data : pengkategorisasian jenis program, tabulasi data, coding Penyusunan laporan akhir, kesimpulan dan saran
14