BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia pada saat ini telah memberikan banyak perubahan pada ruang-ruang perkotaan. Ruang-ruang perkotaan dituntut untuk bisa mewadahi berbagai aktivitas manusia yang terus berkembang dan semakin kompleks dari waktu ke waktu, sedangkan dalam hal ini ruang sendiri bersifat terbatas . Hal ini mengindikasikan pentingnya penciptaan aktivitas kota yang simultan dan sinergis baik dari sisi waktu maupun ruang agar dapat secara optimal mewadahi aktivitas manusia. Sinergitas pemanfaatan ruang kota ini dituntut untuk efisien dan efektif secara spasial dan waktu, termasuk hubungan penggunaan ruang pada siang dan malam hari. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan pola perilaku masyarakat yang tinggal diperkotaan. Masyarakat yang sebagian besar melakukan aktivitas pada siang hari untuk bekerja, memilih untuk beristirahat pada malam hari. Aktivitas ini tidak lagi hanya dilakukan dengan menghabiskan waktu di rumah tetapi juga dengan melakukan aktivitas di luar ruangan seperti bersosialiasi dan menikmati hiburan (leisure activity). Hal ini lah yang menyebabkan berubahnya ruang-ruang perkotaan yang berfungsi
untuk
mewadahi
aktivitas
masyarakat
pada malam hari.
Perkembangan ini terhitung sangat pesat, termasuk jenis-jenis aktivitas mulai dari café-cafe, fasilitas olahraga hingga berbagai macam aktivitas hiburan yang makin beragam sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Melalui konsep kota 24 jam yang mulai dikembangkan di kota-kota dunia mengindikasikan bahwa telah disadari night-time activity atau aktivitas pada malam hari telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kota secara keseluruhan.Terlepas dariberbagai permasalahan yang ada, dapat dikatakan bahwa 1
aktivitas malam hari memberikan keuntungan dalam perkembangansosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Aktivitas malam hari (nightime activity) memberi pengaruh terhadap pembentukan imej kota, yang juga merupakan refleksi identitas dari masyarakat. Namun sayangnya, kesadaran dan fakta-fakta tentang pentingnya pengembangan aktivitas kota di malam hari tidak diiringi dengan usaha-usaha penataan ruang yang mengindahkan keberadaan aktivitas ini. Selama ini pembangunan/perencanaan/perancangan kota masih cenderung hanya terfokus pada kegiatandi siang hari. Ketidakseriusan ini juga terlihat dari adanya pembiaran terhadap perkembangan kawasan-kawasan yang aktif di malam hari. Pembiaran ini pada perkembangannya memberi pengaruh buruk bagi perkotaan itu sendiri. Aktivitas malam hari sendiri
tidak terlepas dari adanya pandangan-
pandangannegatif. Malam haridalam hal ini telah lama identik dengan stigma negatif semisal konsumsi alkohol, vandalisme,
tindakan kriminal, prostitusi dan lain-
lain.Kondisi ruang-ruang yang gelap, tidak terawasi secara baik dan faktor-faktor lain disinyalir sebagai penyebab munculnya dampak negatif tersebut. Permasalahanpermasalahan ini sebenarnya sudah disadari sejak lama dan terus dikembangkan upaya-upaya penanganannya. Nikolini dalam Momenian dan Zevakat (2012) menyatakan bahwa kawasan pusat kota yang aktif pada malam hari yang lebih aman, atraktif dan mudah diakses dipengaruhi oleh keberhasilan dari kebijakan transportasi publik, fasilitas penerangan (lighting), sistem keamanan, keramahan terhadap anak, dan penataan bangunan. Kondisi yang terjadi di kota-kota Indonesia saat ini adalah bahwa Indonesia belum memiliki pedoman penataan lingkungan yang berbasis pada upaya pengurangan resiko tindakan kriminal. Hal ini menunjukkan lemahnya kesadaraan dalam penciptaan ruang kota yang aman. Untuk itu penelitian yang berkaitan dengan hal ini menjadi sangat penting untuk dilakukan untuk melihat terlebih dahulu bagaimana sebenarnya pengaruh penataan ruang-ruang kota di Indonesia terhadap tindakan kriminal karena dalam hal ini kondisi kota-kota Indonesia tentu saja berbeda 2
dengan kota-kota di negara lain. Pemahaman terhadap kondisi penetaan ruang-ruang di Indonesia terhadap tingkat tindakan kriminal nantinya menjadi sangat penting sebagai dasar acuan penataan ruang dalam skala penataan bangunan dan lingkungan/RTBL yang memang merupakan domain kerja dari para perencana. Pemahaman tentang pengaruh penataan ruang juga menjadi sangat penting terhadap perkembangan ilmu perencanaan wilayah dan kota sehingga mampu membuka peluang bagi para perencana untuk berperan serta dalam menciptakan ruang-ruang kota yang lebih aman. Secara lebih khusus dapat dilihat bahwa kondisi yang berbeda terhadap aktivitas malam hari dapat ditemukan pada negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan kompleksitaspermasalahan yang dihadapi dalam pengembangan aktivitas di malam hari .Di Indonesia misalnya, perkembangan aktivitas malam hari bisa berkembang salah satunya dilihat dari isu keberadaan sektor informal yang terus berkembang secara pesat. Perkembangan kawasan yang aktif pada malam hari yang tidak terkontrol telah memberikan dampak negatif bagi kawasan tersebut, bahkan kawasan disekitarnya. Kajian mengenai aktivitas malam hari merupakan kajian multidisiplin karena melibatkan begitu banyak aspek ilmu pengetahuan. Dari sisi penataan ruangsendiri dalam hal ini diperlukan tindakan
nyata yang mampu meminimalisir tindakan
krimnal dan mengoptimalkan kebermanfaatan dari sisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Kompleksitas dan integrasi penggunaan ruang malam hari menuntut salah satunya
sebuah model konfigurasi pemanfaatan lahan yang dapat
mengoptimalkan berbagai aktivitas manusia. Untuk itu, perlu ditegaskan kembali bahwa disatu sisi night-time activities memberikan
pengaruh bagi bagi
perkembangan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat harus atau penting untuk dikembangkan, disisi lain pengaruh-pengaruh negatif harus diredam.
3
Permasalahan yang terjadi pada era perkotaan seperti saat ini adalah kota-kota telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat dan tidak terkendali.
Meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan setiap tahunnya telah membuat kota harus menyediakan ruang yang lebih banyak untuk mewadahi aktivitas masyarakat yang terus meningkat dan semakin kompleks. Salah satu contoh kasus yang dapat dilihat adalah Kawasan Jalan Seturan Raya. Kawasan Jalan Seturan Rayamerupakan salah satu jalan yang mengalami perkembangan yang pesat di wilayah Kota Yogyakarta. Keberadaan universitas-universitas di sekitar kawasan jalan ini membuat kegiatan perekonomian berkembang dengan cepat dan menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan. Bangunan-bangunan seperti tempat foto copy, rumah makan, tempat olah raga, hingga tempat hiburan berkembang di sepanjang koridor jalan ini.Perubahan guna lahan yang didominasi oleh kegiatan komersil telah menarik banyak orang untuk masuk ke kawasan ini setiap harinya. Keunikan dari kawasan ini adalah bahwa kawasan Jalan Seturan Raya merupakan kawasan yang sangat ramaiterutama pada malam hari. Kawasan ini sendiri
berkembang sesuai dengan refleksi kebutuhan masyarakat sekitar
yang
sebagian besar adalah mahasiswa. Bangunan-bangunan secara cepat berkembang menjadi fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan pergeseran gaya hidup masyarakat muda. Perkembangan kawasan yang pesat ini bukan hanya memberi pengaruh positif seperti peningkatan aktivitas ekonomi, tetapi juga memunculkan dampak-dampak negatif.Runtutan catatan kriminal dan pelanggaranhukum banyak terjadi di kawasan ini. Mulai dari tawuran, pemukulan, konsumsi alkohol, hingga pengrusakan fasilitas publik menjadi catatan kejadian secara berulang terjadi.Adapun, peristiwa-peristiwa kriminal ini terjadi sebagian besar pada malam hari.Hal ini mengindikasikan perlunya manajemen aktivitas malam hari yang menyeluruh, mulai dari perencanaan bangunan, pengawasan,
aksesibilitas,
fasilitas
penerangan,
hingga
transportasi
untuk
meminimalisir dampak kriminal.
4
1.2. Pertanyaan Penelitian : 1) Bagaimana pengaruh penataan ruangkotapada terhadap tindakankriminal di malam hari? 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya tindakan-tindakan kriminalmalam hari terkait dengan kondisi penataan ruang kota? 1.3. Tujuan Penelitian : 1) Mengidentifikasi ruang-ruang pada malam hari yang memiliki tindakan kriminal. 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan kriminal pada penggunaan ruang pada malam hari. 1.4. Manfaat penelitian : 1) Memberi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan berkaitan dengan kajian mengenai aktivitas malam hari perkotaan. 2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan pembangunan Kota Yogyakarta, khususnya Kawasan Jalan Seturan Raya agar mampu berkontribusi secara optimal bagi perkembangan kota. 3) Sebagai pedoman bagi penataan ruang yang berbasis pada pengurangan tindakan kriminal bagi para perencana untuk menyusun rencana tata bangunan atau setara RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan). 1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1. Ruang Lingkup Lokasi : Lingkup dari penelitian ini adalah kawasan Jalan Seturan Raya.Kota Yogyakarta. Kawasan ini merupakan kawasanyang didominasi oleh kegiatan komersial yang aktif terutama pada malam hari. Lingkup lokasi penelitian ini selain bangunan-bangunan disepanjang koridor jalan-jalan utama juga akan melingkupi kantung-kantung tempat tinggal mahasiswa yang menyebar di kawasan ini.
5
1.5.2. Ruang Lingkup Waktu Lingkup dari penelitian ini menggunakan pembatasan waktu yang mendefinisikanrentang waktu untuk kegiatan malam hari yaitu dari pukul 18.00 hingga pukul 05.00. Pertimbangan pembatasan waktu ini dilakukan
berdasarkan
penilaian bahwa rentang waktu ini merupakan jam aktif aktivitas malam hari di Kawasan Jalan Seturan Raya. 1.5.3. Ruang Lingkup Substansi Penilitian ini berfokus pada pengembangan kawasan yang aktif di malam hari, terutama pada upaya untuk meminimalisir dampak-dampak kriminal dari penggunaan ruang pada malam
hari. Penelitian ini akan mencoba melakukan identifikasi
mengenai faktor-fakor spasial yang berpengaruh terhadap terjadinya tindakan kriminal dan memberikan rekomendasi konfigurasi ruang yang optimal untuk kawasan yang aktif pada malam hari. 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas atau penggunaan ruang pada malam hari sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peniliti. Penelitian mengenai penggunaan ruang kota pada malam hari telah diteliti melalui berbagai perspektif ilmu mulai dari sosiologi, kesehatan, ekonomi, sejarah, budaya, hingga tata ruang. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas pada malam hari terbentuk melalui berbagai proses dalam aspek kehidupan manusia dan telah memberikan dampak bagi perkembangan kehidupan manusia juga terhadap berbagai aspek. Penelitian mengenai hal ini hingga kini terus dilakukan dan terus berkembang.Di Indonesia sendiri, sejauh penelusuran peneliti, penelitian yang mefokuskan diri pada penelitian penggunaan ruang malam hari secara khusus belum banyak dilakukan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan perencanaan ruang di malam hari.
6
Momenian
dan
Zekavat
(2012)
memfokuskan
penelitiannya
untuk
memperoleh solusi dari penggunaan ruang di malam hari melalui konsep kota 24 jam. Penelitian ini melihat bagaimana seharusnya penggunaan ruang dapat secara optimal mewadahi aktivitas warga kota, baik pada siang maupun pada malam hari dalam upaya penciptaan Kota Teheran sebagai kota 24 jam. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap persepsi masyarakat, melakukan kajian literatur dan penerapannya di lapangan. Ngesan (2012) dalam penelitian bertajuk “Night Time Social Behavior in Urban Outdoor Spaces of Shah Alam” mengilustrasikan hubungan antara penggunaan ruang malam hari dengan urban community. Penelitian ini juga melakukan penilaian terhadap persepsi masyarakat terhadap penggunaang ruang malam hari, dalam hal ini ruang terbuka.Penelitian ini bertujuan untuk mencari konsep yang sesuai berkaitan dengan pengembangan ruang pada malam hari di Shah Alam berdasarkan persepsi, kebutuhan dan perilaku masyarakat. Adapun penelitian ini merupakan lanjutan dari rangkaian penelitian mengenai penggunaan ruang di malam hari yang terus berkembang, terutama di Indonesia mengingat penelitian mengenai hal ini belum banyak dilakukan. Penelitian ini berupaya untuk memberikan masukan bagi pengembangan kota-kota di Indonesia, terutama berkaitan dengan pengembangan kota-kota 24 jam. Peneliti menyadari bahwa kondisi kota-kota di Indonesia yang unik dan berbeda dengan negara-negara lain membutuhkan pendekatan yang berbedadalam penyelesaian permasalahanpermasalahan ruang. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan, agar pengembangan ruang-ruang kota di malam hari dapat sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Lokasi dari penelitian ini sendiri dapat dikatakan
merupakan
representasi dari kawasan yang aktif pada malam hari di Indonesia dengan berbagai keunikan ruang yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan agar dapat memberi masukan terhadap upaya pengembangan kota-kota di Indonesia, terutama kota-kota yang akan berkembang sebagai kota 24 jam.
7
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Peningkatan Jumlah Penduduk
Kebutuhan Meningkat dan Semakin Kompleks
Ruang Kota Dituntut Mewadahi Berbagai Kebutuhan
Perkembangan Ekonomi
Gaya Hidup (Pergeseran Pola Perilaku)
Kebutuhan Bersosialisasi
Pengaruh Globalisasi
Kota Sebagai Pusat Kegiatan Hiburan (Leisure Activity)
Penggunaan Ruang Pada Malam Hari Dampak Positif
Dampak Positif Positif : Perkembangan Ekonomi, Refleksi Budaya, Identitas Kota. Negatif : Gangguan kesehatan, tingkat kriminalitas, degradasi lingkungan.
Pendekatan Ekonomi
Pendekatan Sosial
Pendekatan Kultural
Upaya Penciptaan Ruang Malam Hari yang Optimal
PERENCANAAN FISIK
Ruang Kota yang lebih Aman Sumber : Analisa Penulis
(Safer Place) 8