BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kualitas merupakan faktor penting dalam industri makanan modern karena
produk dengan kualitas tinggi adalah kunci untuk memenangkan pasar yang sekarang semakin kompetitif (Du dan Sun, 2006), termasuk di dalamnya produk peternakan seperti daging unggas. Daging ayam merupakan salah satu jenis daging unggas yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging lainnya dan juga karena lebih mudah diperoleh. Menurut Mulyantini (2010), faktor utama yang menentukan kesegaran daging meliputi warna, keempukan dan tekstur, aroma, dan kondisi lemak intra-muskuler. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini terjadi lonjakan permintaan produk daging unggas. Hal ini diindikasikan salah satunya oleh meningkatnya jumlah populasi ayam Ras yang sangat signifikan sejak tahu 1970-an hingga sekarang (Mulyantini, 2010). Indonesia sebenarnya layak untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan asal ternak sendiri, bahkan berpotensi menjadi negara pengekspor produk peternakan unggas terutama daging ayam karena Indonesia kaya akan sumber alam yang beragam dan juga sumber daya manusia yang cukup potensial. Potensi tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para peternak unggas terutama dengan cara meningkatkan kualitas produknya dan menerapkan sistem evaluasi kualitas produk yang baik. Evaluasi kualitas daging perlu
dilakukan sehingga setiap daging yang disajikan atau ditawarkan ke konsumen dapat terjamin kualitasnya. Ada dua faktor utama yang dapat dijadikan indikator apakah proses evaluasi kualitas produk yang telah dilakukan dapat dikatakan baik atau tidak, yaitu tingkat kesalahan dalam pengklasifikasian kualitas produk dan apakah proses pengklasifikasian dapat dilakukan secara non-destruktif atau tidak (Jackman, dkk., 2011). Sistem evaluasi kesegaran atau kualitas daging ayam yang dilakukan oleh peternak selama ini masih mengandalkan penglihatan secara visual oleh manusia dan dilakukan secara manual. Menurut analisis Du dan Sun (2006), Syahrir, dkk (2007) proses penyeleksian secara manual memiliki kelemahan, yaitu: lama, memerlukan tenaga dan biaya yang besar, tingkat konsistensi rendah, adanya unsur subjektif manusia, dan tidak cocok untuk proses produksi dalam skala besar, sehingga diperlukan sebuah metode pengevaluasian kesegaran daging ayam yang lebih mudah dan cepat. Permasalahan tersebut salah satunya dapat diselesaikan dengan otomasi proses evaluasi kualitas produk. Evaluasi kualitas produk yang dilakukan secara otomatis terbukti dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi produksi sehingga tingkat akurasi dalam evaluasi kualitas dapat meningkat dengan disertai penurunan biaya produksi (Sun dan Brosnan, 2003a). Teknologi yang saat ini sedang luas berkembang yang dipakai untuk otomasi evaluasi kualitas produk termasuk produk pertanian dan makanan adalah teknologi visi komputer. Industri makanan masuk dalam 10 besar pengguna teknologi visi komputer untuk beberapa sistem dan dengan sukses membuktikan
dapat dilakukannya evaluasi kualitas secara non-destruktif untuk beberapa produk pertanian dan makanan. Dengan memanfaatkan teknologi visi komputer , proses pengklasifikasian kesegaran daging ayam dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat, biaya yang lebih murah bahkan dapat dilakukan oleh siapa saja tidak harus tenaga ahli. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan klasifikasi kesegaran daging ayam untuk ayam Ras berdasar ciri warna dan tekstur daging menggunakan jaringan syaraf tiruan perambatan balik.
1.2
Perumusan Masalah Berdasar latar belakang pada sub-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa
proses pengklasifikasian tingkat kesegaran daging ayam masih mengandalkan visual penglihatan manusia dan dilakukan secara manual. Metode tersebut memiliki beberapa kekurangan dan tidak sesuai apabila akan diaplikasikan untuk industri skala besar. Pemenuhan kebutuhan proses klasifikasi kesegran daging ayam yang lebih cepat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi sangat diperlukan, sehingga diperlukan metode alternatif lain yang dapat digunakan dalam proses pengklasifikasian tingkat kesegaran daging ayam.
1.3
Keaslian Penelitian Penelitian mengenai proses pendeteksian kesegaran daging ayam telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Bintoro, dkk (2006) dan Rozali, dkk (2007) mengenai proses
klasifikasi kesegaran daging ayam Ras. Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah menggunakan uji kimia dan mikrobiologi untuk mendapatkan parameter yang dapat dijadikan indikator pengklasifikasian kesegaran daging ayam. Proses pengujian kesegaran daging menggunakan uji kimia dan mikrobiologi membutuhakan tahapan yang cukup rumit dalam pelaksanaannya dan harus dilakukan di tempat yang khusus. Selain itu proses pengujian juga harus dilakukan oleh pakar yang ahli dalam bidang tersebut sehingga proses pengujian hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja. Pada penelitian yang akan dilakukan proses klasifikasi tingkat kesegaran daging ayam digunakan pengolahan citra tiruan dan JST perambatan balik sebagai metode
pengklasifikasiannya.
Pengimplematasian
metode
ini
dapat
memungkinkan proses pengklasifikasian dapat dilakukan lebih cepat dan mudah serta dapat dilakukan oleh siapa saja tidak hanya tenaga ahli atau orang-orang tertentu. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Barni, dkk (1997) tentang klasifikasi cacat pada daging ayam berdasar ciri warna dan menggunakan metode segmentasi citra, tetapi model warna yang digunakan RGB yang kemudian dikonversi ke model warna HIS. Proses pengkonversian model warna dari RGB ke HIS membutuhkan waktu karena harus melalui perhitungan dengan persamaan tertentu. Sehingga proses pengklasifikasian menggunakan model warna model HIS akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan apabila menggunakan moel warna RGB. Karena hampir semua kamera digital memiliki keluaran citra dalam bentuk model warna RGB. Pada penelitian
yang akan dilakukan proses pengklasifikasin dilakukan berdasar ciri warna menggunakan model warna RGB secara langsung. Tanpa melalui konversi model warna ke model warna yang lain. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Barni, dkk (1997) tujuan dari proses pengklasifikasin adalah untuk mengetahui cacat tidak daging ayam. Bukan untuk mengetahui tingkat kesegaran daging ayam tersebut. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan tujuan utama dari proses pengklasifikasian adalah untuk mengetahui tingkat kesegaran daging ayam tersebut. Penelitian tentang pengujian tingkat kesegaran daging ayam dengan menggunakan teknologi komputer vision masih jarang dilakukan. Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan tujuan dari penelituan tersebut adalah untuk mengetahui kondisi perlemakan daging, tingkat keempukan daging, atau untuk mengetahui cacat pada daging. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Chen, dkk (2010). Pada penelitian tersebut dilakukan pengklasifikasian kualitas daging sapi berdasar kondisi perlemakan pada daging tersebut. Sehingga nanti akan diketahui mana daging yang kualitasnya paling bagus dengan kondisi perlemakan paling sedikit dan mana yang memiliki kualitas buruk dengan kondisi perlemakannya paling banyak. yang digunakan adalah daging sapi. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah Support Vector Machine. Penelitian tentang pengujian kulaitas daging juga pernah dilakukan oleh Chandraratne, dkk (2007). Tetapi pada peneltian tersebut pengujian kualitas daging berdasar tingkat keempukan daging dan bahan penelitian yang digunakan adalah daging domba. Tingkat keempukan daging dilihat dengan menganalisis
tekstur permukaan daging tersebut. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan pengujian kulaitas daging berdasar tingkat kesegarannya dan dilakukan pada daging ayam.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan klasifikasi kesegaran daging ayam
Ras menggunakan JST perambatan balik berdasar ciri warna dan tekstur daging. Selain itu juga akan dilakukan analisis terhadap hasil proses pengklasifikasian dengan mengamati tingkat keakurasiannya.
1.5
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, proses klasifikasi kesegaran daging ayam
Ras diharapkan dapat dilakukan berdasar ciri warna dan tekstur dengan proses yang lebih cepat dan akurat.