BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai suatu proses yang dinamis. Pendidikan akan selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Ciri dari perkembangan pendidikan yaitu adanya perubahan dalam berbagai komponen pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar mengajar, media yang digunakan, sumber belajar dan sebagainya. Perkembangan tersebut tentu akan mempengaruhi kehidupan siswa baik dalam bidang akademik, sosial maupun pribadi. Siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mewujudkan pencapaian kesuksesan dalam pembelajaran (Mulyati, 2005: 31). Sekolah dasar merupakan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun dan dari pendidikan dasar. Di Indonesia penyelenggaraan sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis penyelenggaraan sekolah dasar, baik sebagai satuan pendidikan maupun dalam kerangka sistem pendidikan nasional, yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (PP Nomor 28
1
2
Tahun 1990). Sebagai satu bentuk satuan pendidikan, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Besarnya peranan pendidikan di sekolah dasar sangat disadari oleh semua Negara di dunia ini. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya investasi pemerintahan berbagai Negara pada sektor pendidikan dari tahun ke tahun. Memperhatikan begitu urgen dan besarnya peranan pendidikan dasar bagi peningkatan SDM, sekolah dasar harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, baik secara sosial institusional maupun fungsional akademik (Bafadal, 2006: 11). Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui indera mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, dalam Muslich, dkk, 2010: 41). Membaca merupakan kegiatan yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir. Kebiasaan dalam membaca dan menulis kebanyakan belum berkembang dengan baik di dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat membaca masyarakat Indonesia semakin berkembang, seiring dengan pemahaman pentingnya membaca dan latihan yang terus-menerus. Jika manusia adalah makhluk
3
pembelajar, maka kecepatan membaca orang Indonesia yang berkisar antara 150-300 KPM pasti meningkat berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Sareb, 2011: 5). Strategi belajar dan tipe belajar merupakan bidang garapan yang kini banyak menarik minat para pengkaji pembelajaran bahasa kedua. Strategi pembelajaran sifatnya sangat personal, berbeda dari satu individu ke individu lainnya karena merupakan proses mental yang tidak tampak. Strategi pembelajaran hanya bisa diindentifikasi melalui manifestasi perilakunya (Iskandarwassid, 2008: 7). Kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk sistem instruksional, di mana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu. Proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator, dan lain-lain. Untuk itulah wajar bila seorang guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: kecerdasan dan bakat khusus, prestasi sejak permulaan sekolah, perkembangan jasmani dan kesehatannya, kecenderungan emosi dan karakternya, sikap dan minat belajar, cita-cita, kebiasaan belajar dan bekerja,
hobi dan penggunaan waktu senggang,
sekolah dan di rumah,
latar belakang keluarga,
hubungan sosial di lingkungan tempat
tinggal, sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik (Zain, dkk, 2010:10). Berdasarkan hasil observasi di SDN Tinap 2 Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan, diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi tentang MMP
4
(Membaca Menulis Permulaan) yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara pada guru kelas diketahui bahwa ulangan tes akhir yang diikuti 20 siswa, masih ada 18 siswa (90%) yang mendapatkan nilai kurang dari 70 (KKM). Kondisi yang demikian disebabkan karena cara penerapan metode SAS dalam meningkatkan hasil belajar membaca siswa dan peningkatan hasil belajar membaca dengan penggunaan metode SAS belum meningkat. Melaksanakan pembelajaran tanpa adanya penerapan metode yang akan digunakan untuk proses pembelajaran yang akan berlangsung, maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang menurun karena dalam pembelajaran berlangsung tidak menerapakan metodenya terlebih dahulu. Melihat hal tersebut, maka diperlukan berbagai alternatif dan inovasi untuk menumbuhkan minat membaca pada diri siswa dan metode yang digunakan untuk mengajarkan
dalam setiap komponen pembelajaran
Bahasa Indonesia. Peneliti dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya MMP (Membaca Menulis Permulaan). Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode SAS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode SAS tentang MMP (Membaca Menulis Permulaan) ini agar guru dan peneliti dapat meningkatkan minat membaca pada siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan metode ini diharapkan siswa agar mampu membaca dan menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang MMP (Membaca Menulis Permulaan). Kelebihan menggunakan metode SAS adalah anak belajar dengan
5
memahami prinsip logika murni, anak belajar menurut urutan yang kronologis, dan anak dapat belajar dari hal sederhana menuju hal kompleks. Metode SAS ini digunakan karena metode SAS dapat digunakan dalam pembelajaran membaca-menulis dalam tahap permulaan.
B. Identifikasi / Fokus Masalah Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas I SDN Tinap 2 Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya tentang MMP (Membaca Menulis Permulaan). Dalam proses pembelajaran guru mengalami kesulitan untuk mengajarkannya karena minat siswa dalam membaca dan kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang dilakukan guru dalam membaca kurang menarik, sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah agar mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan metode SAS untuk meningkatkan pembelajaran siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan mengetahui peningkatan hasil belajar membaca dengan penggunaan metode SAS.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
6
1. Bagaimana penerapan metode SAS dalam meningkatkan hasil belajar membaca siswa kelas I SDN Tinap 2 Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar membaca dengan penggunaan metode SAS di kelas I SDN Tinap 2
Kecamatan Sukomoro
Kabupaten Magetan?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan peneliti ini adalah : 1. Mengetahui dan mendeskripsikan penerapan metode SAS untuk meningkatkan pembelajaran siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi MMP di kelas I SDN Tinap 2 Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar membaca dengan penggunaan metode SAS di kelas I SDN Tinap 2 Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan metode SAS. b. Menggali belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia. c. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
7
d. Sebagai kemampuan berbahasa Indonesia guna meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Bagi Guru a. Sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan pertimbangan dan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa melalui kemampuan siswa. b. Untuk menggerakkan kemampuan yang dimiliki guru yang belum dimaksimalkan dalam kegiatan pembelajaran atau penerapan inovasi pembelajaran. 3. Bagi Sekolah a. Memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. b. Meningkatkan hasil
belajar dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. c. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
F. Batasan Istilah Berdasarkan uraian di atas, untuk menghindari berbagai macam penafsiran dengan judul “Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Membaca Menulis Permulaan Kelas I SDN Tinap 2 Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan” maka terlebih dahulu penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi, akan dijabarkan:
8
1) Metode SAS Metode SAS yang kepanjangan dari “Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca menulis permulaan
bagi
peserta
didik
pemula.
Langkah-langkah
pembelajaran meliputi : (1) mengenalkan sebuah kalimat utuh, hal ini dimaksudkan membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak, (2) melalui proses analitik anak diajak menganalisis kata,
(3) proses penganalisisan atau penguraian ini berlanjut
hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak dapat diuraikan lagi, yakni huruf-huruf, (4) anak-anak didorong untuk melakukan kerja sintesis (mengumpulkan) yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, (5) melalui proses sintesis, anak-anak menemukan kembali menjadi wujud struktur semula, yaitu sebuah hal utuh (Tarigan dalam Muslich, dkk, 2010: 101). 2) MMP Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) merupakan dua aspek kemampuan berbahasa yang saling berkaitan, dan tidak terpisahkan. Pada saat guru mengenalkan menulis, anak-anak tentu akan membaca tulisannya. Demikian juga dengan aspekaspek kemampuan berbahasa yang lain, yakni berbicara dan menyimak. Ke-4 keterampilan tersebut memang berkaitan erat, sehingga merupakan satu kesatuan.
9
Savage (dalam Slamet, 2007: 57) menyatakan bahwa membicarakan
dan
mendiskusikan
menyimak,
berbicara,
membaca, dan menulis secara terpisah merupakan hal yang tidak wajar dan terlalu dibuat-buat, sebab sebenarnya keempat kemampuan berbahasa itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. 3) Hasil Belajar Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010: 22).