BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam masa modern sekarang ini, seluruh umat manusia berpacu dalam segala bidang kehidupan, baik kehidupan yang bersifat duniawi, maupun kehidupan yang bersifat ukhrawi. Untuk menyeimbangi antara tujuan duniawi dengan tujuan ukhrawi, diperlukan adanya pengetahuan yang luas baik pengetahuan umum maupun mengetahuan agama (Islam). Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada semua Rasul-Nya, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad, sebagai petunjuk bagi umat manusia, untuk mengantarkan tercapainya dambaan hidup sejahtera didunia dan bahagia diakhirat. Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan mata rantai terakhir agama Allah yang ditujukan kepada seluruh umat manusia sepanjang masa hingga datangnya hari kiamat. Kita mengetahui bahwa kedudukan al-Qur'an sebagai sumber pertama hukum Islam mengandung pengertian yang mendalam bahwa al-Qur'an itu menjadi sumber dari segala sumber hukum. Penggunaan sumber lain harus sesuai dengan petunjuk al-Qur'an dan tidak boleh menyalahi ketentuan yang telah di tetapkannya1 Sedangkan As Sunnah (al-Hadits) pada dasarnya berfungsi sebagai penjelasan terhadap hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur'an, juga 1
Rohadi Abd. Fatah, Analisa Fatwa Keagamaan dalam Fiqh Islam, Jakarta : PT. Paragonatama Jaya, 1991 Cet Pertama. hlm 3
1
2 menetapkan hukum-hukum yang tidak dijelaskan oleh al-Qur'an. Keduanya, baik al-Qur'an maupun as-Sunnah masing-masing tidak berdiri sendiri, melainkan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.2 Sedangkan masalah ra'y atau ijtihad (yang ditetapkan dalam bentuk fafwa keagamaan) posisinya sebagai dalil hukum Islam, dimana antara lain operasionalisasinya untuk mengkaji, meneliti dan menggali dalil-dalil yang tersirat dibalik suatu lafaz (yang tentunya memerlukan suatu pengkajian dan penggalian secara mendalam). Dalam hal ini diperlukan daya nalar yang tinggi untuk mengetahui hakekat dan tujuan suatu lafaz tersebut (baik lafaz al-Qur'an maupun sabda Rasulullah SAW) Zaman modern sekarang ini, umat Islam dituntut untuk mampu berbuat banyak (tidak hanya mengangan-angan saja) yang sekaligus mampu melakukan pengkajian dan penggalian ajaran Islam yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang disyari'atkan dalam al-Qur'an dan Hadits, sehingga umat Islam tidak kering tentang pikiran, ide dan gagasan yang segar dalam mengembangkan dan mensyiarkan nilainilai ajaran Islam dimuka bumi ini. Islam memerintahkan agar setiap muslim di setiap saat dan keadaan bagaimanapun, menampilkan dirinya dalam keadaan baik. Islam datang untuk memerangi kekusutan, sebagaimana yang terkenal pada sebagian agama terdahulu, dan menyeru orang untuk berhias serta mempercantik diri secara seimbang dan sederhana dan mengingkari orang-orang yang mengharamkan 2
hlm. 44
Romli, Muqaranah Mazahibfil Usul,Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999,Cet Pertama,
3 perhiasan Allah yang diberikan untuk hamba-hamba-Nya. Karena itu, Allah menjadikan pemakaian perhiasan ini sebagai mukadimah sholat. Allah SWT berfirman :
(31 : )ﺍﻷﻋﺮﻑ.ﺠ ٍﺪ ِﺴ ﻣ ﺪ ﹸﻛﻞﱢ ﻨﻢ ِﻋ ﺘﻜﹸﻨﺧﺬﹸﻭﺍ ﺯِﻳ ﻡ ﺩ ﺑﻨِﻲ ﹶﺃﺎﻳ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid. (QS. Al A'rãf : 31)3 Islam memberikan tuntunan kepada kaum muslimin, agar mereka senantiasa memperhatikan masalah ini dan melaksanakannya dengan sebaikbaiknya dalam keadaan yang sesuai, terutama dalam melaksanakan shalat, dan dalam pergaulan pada umumnya, sehingga setiap saat kaum muslimin dalam pergaulan nampaknya menyenangkan baik pakaiannya maupun tingkah lakunya.4 Syariat Islam menghendaki agar manusia, laki-laki maupun perempuan memperindah diri. Karena Islam menjaga fitrah perempuan dari kekhususan ciri kewanitaan, maka membolehkan mereka menghias diri. Laki-laki berhias dengan pakaian dan wangi-wangian, adapun perempuan yang auratnya adalah seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, menurut kebanyakan fuqaha', maka Allah memberikan keleluasaan kepada mereka dan mensyariatkan baginya untuk berhias diri, asal tetap berpegang pada keserasian dan tidak berlebihan atau melewati batas.
3
Departemen, Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang : PT Karya Toha Putra, 1995, hlm. 225 4 Muhammad Al Ghozali, Khuluqul Muslim. Terj.Muhammad Rifa'i “Akhlaq Seorang Muslim", Semarang : Wicaksana1993, Cet ke- 4, hlm. 310
4 Berbicara tentang berhias diri, banyak cara-cara yang ditempuh salah satunya adalah dengan memakai rambut palsu. Masyarakat sekarang menuntut wanita bergerak disegala bidang, sehingga sering kita jumpai, terutama artisartis dalam setiap penampilannya selalu menggunakan rambut palsu. Bahkan ada sebagian orang yang beranggapan bahwa memakai wig berarti menutupi rambut yang asli, dan apabila rambut wanita itu termasuk aurat, maka memakai wig berarti menutupinya. Apalagi jika wanita tersebut botak, maka kebanyakan mereka menutupinya dengan rambut palsu. Sedangkan menurut Fatwa Yusuf Qardhawi, wanita haram berhias dengan rambut palsu. Hal ini tentu bertolak belakang dengan apa yang dipahami masyarakat Indonesia selama ini, yang mayoritas beragama Islam, sehinga penulis perlu mengkaji masalah ini. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas skripsi yang berjudul
ANALISIS
FATWA
YUSUF
QARDHAWI
TENTANG
KEHARAMAN WANITA BERHIAS DENGAN RAMBUT PALSU.
B. Permasalahan Adapun yang menjadi fokus pokok permasalahan dalam pembahasan skripsi ini, adalah merumuskan beberapa permasalahan yang perlu dibahas yaitu : 1. Bagaimana pendapat dan alasan Yusuf Qardhawi yang mengharamkan wanita berhias dengan rambut palsu? 2. Bagaimana metode istinbat hukum yang digunakan Yusuf Qardhawi yang mengharamkan wanita berhias dengan rambut palsu?
5 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
pendapat
dan alasan
Yusuf
Qardhawi
yang
mengharamkan wanita berhias dengan rambut palsu. 2. Untuk mengetahui istinbat hukum yang digunakan Yusuf Qardhawi yang mengharamkan wanita berhias dengan rambut palsu. Manfaat yang ingin diperoleh adalah : Agar skripsi ini hasilnya dapat memperkaya khasanah Fiqh Islam. Selain
itu,
agar
masyarakat
mengetahui
tentang
perhiasan
dengan
menggunakan rambut palsu menurut ketentuan hukum Islam.
D. Telaah Pustaka Untuk lebih mendalami kajian tentang hukum wanita berhias dengan rambut palsu, yang pada umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa berhias dengan rambut palsu boleh, padahal sesungguhnya menurut Yusuf Qardhawi hal tersebut dilarang, maka perlu adanya penelaahan terhadap bukubuku yang berkaitan dengan masalah tersebut antara lain : 1. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Hadyul Islam Fatawa Mu'ashirah Menjelaskan bahwa sesungguhnya wanita haram berhias dengan memakai rambut palsu meskipun di dalam rumah, karena wanita yang menyambung rambut dilaknat selamanya.5 2. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Al-Halal wal Haram fil Islam Menjelaskan tentang perhiasan perempuan yang boleh dinampakkan dan tidak boleh. Dimana yang diperbolehkan adalah wajah dan dua telapak 5
Yusuf Qardhawi, op.cit., hlm. 55
6 tangan serta perhiasan yang biasa nampak dengan tidak maksud kesombongan dan berlebihan, seperti celak di mata dan cicin ditangan. Sedangkan perhiasan yang tidak boleh dinampakkan misalnya : perhiasan telinga (Anting-anting), perhiasan rambut (tusuk); perhiasan leher (kalung), perhiasan dada (Belahan dadanya) dan perhiasan kaki (betis dan gelang kaki) semua ini tidak boleh dinampakkan kepada laki-laki lain.6 3. Ibrahim Muhammad al Jamal, Fiqhul Mar'ah al-Muslimah, menjelaskan perhiasan yang dihalalkan memakainya bagi wanita dan perhiasan yang terlarang bagi
wanita. Perhiasan yang halal memakainya bagi wanita
diantaranya minyak wangi demi kemesraan suami, emas dan sutera, serta pakaian bercelup “usfur” sedangkan perhiasan yang terlarang bagi wanita yaitu : perhiasan yang dipakai dengan maksud menimbulkan kehebohan, minyak wangi yang menyengat hidung dan membuka aurat dihadapan orang yang bukan muhrimnya.7 4. Masjfuk Zuhdi dalan bukunya Masail Diniyah ljtima'iyah, menjelaskan tentang busana muslim dan muslimah menurut al-Qur'an dan hadits. Selain itu dijelaskar pula bahwa wanita muslimah tidak diwajibkan oleh Islam untuk berjilbab dan ber-khimar (kerudung), kecuali kalau ia berada di lingkungan masyarakat / negara yang masih cukup rawan.8
6
Yusuf Qardhawi, al-Halal wal Haram fil Islam, Beirut : Darul Ma'rifah, 1985, Cet. Ke1, hlm. 153 7 Ibrahim Muhammad, al-Jamal, Fiqhul Mar’ah al-Muslimah, terj. Anshori Umar “Fiqih Wanita”, Semarang : CV. Asy-Syifa, 1986, hlm. 140 8 Masjfuk Zuhdi, Masail Diniyyah Ijtima’iyah, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1994, Cet. Pertama, hlm 238
7 5. Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqhus Sunnah, menjelaskan tentang larangan bagi perempuan untuk menyambung rambutnya (memakai cemara) dengan rambut orang lain Bila perempuan menyambung rambutnya dengan rambut manusia maka hal itu jelas haramnya. Adapun menyambung rambut dengan
sesuatu bukan rambut manusia seperti
sutera, wol, katun, atau yang serupa dengannya, maka diperbolehkan.9 6. Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual : Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, menjelaskan bahwa hukum memakai wig ataupun konde dan sebagainya adalah haram.10 Berdasarkan kitab atau buku yang telah penulis sebutkan di atas, sudah ada kajian pembahasan tentang rambut palsu.
Namun belum dianalisis
terutama dalam segi istinbat hukum. Sedangkan dalam skripsi ini, pembahasannya penulis fokuskan pada metode istinbat hukum Yusuf Qardhawi. Selain itu, perlu dijelaskan bahwa sepanjang pengetahuan penulis di Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang telah banyak para sarjana yang membahas pemikiran Yusuf Qardhawi diantaranya : a. Dani Muhtada, NIM. 2196120 yang membahas tentang "Etika Konsumsi Islam Perspektif Yusuf Qardhawi".
Dalam temuannya, Dani Muhtada
menjelaskan bahwa Yusuf Qardhawi secara komprehensif menjelaskan
9
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid III, Libanon : Dar Al-Fikr, 1981, hlm. 367-368 Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual : Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, 2003, hlm. 136 10
8 tentang bagaimana cara berkonsumsi yang benar dalam Islam, sebagai upaya memformulasikan sistem ekonomi yang Islami. b. Penelitian Siti Maesaroh, NIM. 2193112 yang membahas tentang "Zakat Profesi menurut Yusuf Qardhawi dalam Kitab Fiqh Zakat". c. Ani Mabruroh, NIM. 2199199 tentang "Analisis Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Peranan Wanita dalam DPR", ia berkesimpulan bahwa kebebasan peran wanita menurut hukum Islam pada semua bidang kehidupan, terutama bidang politik selaras dengan keadaan dan kodrat wanita. d. Muhammad, NIM. 2198022 yang membahas tentang "Ijtihad Kolektif Yusuf Qardhawi dalam Menghadapi Masalah Kontemporer". Ia menyimpulkan bahwa ijtihad kolektif yang digagas Yusuf Qardhawi bukan hanya relevan dengan tuntutan zaman saat ini, tetapi juga memberikan arah baru bagi dunia ijtihad. e. Ulfah Ariyani, NIM. 2100020, tentang "Studi Analisis Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Nishab Zakat Uang", menurutnya pengqiyasan uang yang ada sekarang dengan emas dan perak bisa diterima sebagai hujjah hukum, karena hal tersebut sudah memenuhi unsur-unsur qiyas f. Ahmad Muqtafin, NIM. 2197185 tentang "Studi Analisis Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Pengaruh Tekstual Nash dan Tujuan Syariat terhadap Istinbat Hukum" menurutnya, pengkomparasian antara tektual nash dengan maksud-maksud syar'i menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan
istinbat
hukum
karena
tanpa
menangkap
dan
9 mempertimbangkan maksud syari'ah, hukum Islam akan kelihatan jumud hanya terpaku pada makna tersurat dari nash. Namun dari penelitian-penelitian tersebut di atas, menurut penulis belum ada yang memfokuskan penelitian pada analisis fatwa Yusuf Qardhawi tentang perhiasan dengan menggunakan rambut palsu. Penulis termotivasi untuk membahas judul tersebut dalam bentuk skripsi, dengan harapan hasilnya dapat memperkaya khasanah fiqih Islam pada umumnya dan menambah wawasan bagi penulis pada khususnya. E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam pengumpulan data.11 Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang didasarkan pada data kepustakaan (library research). Sebuah penelitian yang mencoba menjabarkan pemahaman pada pembaca mengenai pemikiran Yusuf Qardhawi tentang keharaman wanita berhias dengan rambut palsu. Dengan menekankan pada analisis isi (content analysis) yaitu analisis terhadap fatwa Yusuf Qardhawi dalam kitab Hadyul Islam Fatawa Mu'ashirah.untuk lebih detailnya, metode penelitian akan penulis uraikan sebagai berikut : 1. Metode Pengumpulan Data Karena penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research) atau studi teks, maka dalam pengumpulan data
11
penulis
menggunakan
metode
dokumentasi,
yaitu
dengan
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998, Cet. Ke II, hlm. 151
10 pengumpulan dan menelusuri buku-buku atau teks-teks yang relefan dengan tema kajian sumber data. Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari data sumber primer yaitu sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.12 Dalam hal ini, penulis menggunakan buku-buku karya Yusuf Qardhawi seperti : Hadyul Islam Fatawa Mu 'ashirah, Al-Halal wal Haram fil Islam. b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli, yang memuat informasi atau data tersebut (sebagai pelengkap sumber primer). Untuk itu, penulis mengambil sumber yang mendukung dari penelitian di atas, supaya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Data ini diambil dari karya-karya intelektual lain yang mendukung data dari tema yang penulis bahas. 2. Metode Analisis Data Secara harfaih (etimologis) analisis berasal dari bahasa Inggris, yaitu analysis yang mengandung arti “suatu uraian pikiran yang mendalam, sistematis dan rasional”.13 Sedangkan The Liang Gie dalam Kamus Administrasi mengatakan bahwa pengertian analisis adalah “segenap rangkaian perbuatan pikiran yang mempelajari sesuatu hal secara
12
Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, Cet. Ke-5, hlm. 132 13 Fx. Soedjadi, Management Analysis, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI, 1983, hlm. 10
11 mendalam, terutama dalam mempelajari bagian-bagian daripada suatu kebulatan untuk mengetahui ciri bagian masing-masing serta hubungan antara satu dengan lainnya untuk diaplikasikan dalam kehidupan manusia yang bulat dan utuh.”14 Dari pendapat kedua pakar administrasi dan management dapat ditarik pendapat yang cukup tepat bahwa analisis itu merupakan kegiatan ilmiah di mana rangkaian kegiatannya bersifat logis, rasional dan sistematis yang didukung oleh perangkat yang canggih untuk menentukan suatu persoalan. Dalam menganalis, langkah pertama yang dilakukan adalah persiapan memilih data sedemikian rupa, sehingga hanya data yang terpakai saja yang digunakan. Langkah ini bermaksud merapikan data agar sitematis dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau menganalisis. Metode analysis yang digunakan yaitu : a. Metode Content Analysis Content analysis (analisis isi) yaitu analisis tentang isi pesan suatu komunikasi.15 Penulis akan melakukan analisis data dan pengolahan secara ilmiah tentang isi pesan atau teks. Metode ini digunakan untuk memahami pendapat dan istinbat hukum yang digunakan Yusuf Qardhawi. Disamping itu, dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu buku dengan buku yang lain dalam
14 15
68
The Liang Gie, Kamus Administrasi, Jakarta : Gunung Agung, 1987, hlm. 24 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasih, 2002, hlm.
12 bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan waktu penulisannya maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut dalam mencapai sasarannya sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat.16 b. Metode Komparatif Untuk menganalisis data, penulis juga menggunakan metode komparatif, yaitu menganalisa data tertentu yang berkaitan dengan situasi atau faktor-faktor yang diselidiki, kemudian faktor-faktor tersebut diperbandingkan satu dengan yang lainnya.17 Dalam hal ini penulis berusaha membandingkan antara pendapat Yusuf Qardhawi dengan ulama' lainnya tentang permasalahan hukum wanita berhias dengan rambut palsu dan alasan atau dasar yang melandasinya, kemudian dianalisa dan dibandingkan antara para ulama untuk diketahui persamaan dan perbedaannya.
F. Sistematika Penulisan Untuk memberi kemudahan dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis membuat sistematika sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
16
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1998, hlm. 68 17 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2000, hlm. 9
13 BAB II
: KETENTUAN UMUM TENTANG PERHIASAN DALAM PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM Dalam bab ini akan membahas mengenai perhiasan dan cara berhias menurut Islam, perhiasan dalam al-Qur'an dan hadits, perhiasan yang diperbolehkan dan yang dilarang menurut hukum Islam, perhiasan rambut dan rambut buatan {wig, rambut palsu (hairpiece)}, serta pendapat ulama tentang perhiasan rambut (menyambung rambut)
BAB III : YUSUF QARDHAWI
DAN
FATWANYA TENTANG
KEHARAMAN WANITA BERHIAS DENGAN RAMBUT PALSU Dalam bab ini akan membahas biografi Yusuf Qardhawi, fatwa Yusuf Qardhawi tentang keharaman wanita berhias dengan rambut palsu, serta metode istinbat hukum Yusuf Qardhawi yang mengharamkan wanita berhias dengan rambut palsu. BAB IV : ANALISIS
TERHADAP
FATWA
YUSUF
QARDHAWI
TENTANG KEHARAMAN WANITA BERHIAS DENGAN RAMBUT PALSU. Dalam bab ini akan akan membahas analisis fatwa Yusuf Qardhawi tentang keharaman wanita berhias dengan rambut palsu, serta analisis terhadap metode istinbat hukum Yusuf Qardhawi dalam mengharamkan wanita berhias dengan rambut palsu.
14 B A B V : PENUTUP Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup