BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompentensi, orientasi etika, profesionalisme dan komitmen serta kualitas terhadap bidang yang ditekuninya. Komitmen organisasi menunjukkan daya dari seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi (Mowday, Porter dan Steers, 1982 dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki bagi pekerja terhadap organisasi. Disamping komitmen organisasi, adanya orientasi etika yang mendasari timbulnya komitmen profesional nampaknya juga akan berpengaruh terhadap kualitas. Para profesional merasa lebih senang mengasosiasikan diri mereka dengan organisasi profesi mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan mereka juga lebih ingin mentaati norma, aturan, dan kode etik profesi dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi (Copur, 1990 dalam Putri, 2005). Penelitian mengenai orientasi etika, komitmen, sensitivitas etika dan kualitas audit merupakan topik yang menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut. Hal ini disebabkan karena banyaknya kegagalan atau penyimpangan audit yang dilakukan oleh auditor membuat diperlukannya suatu kemampuan auditor untuk mempertimbangkan etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit,
dengan cara mengakui masalah etika yang timbul pada saat audit. AICPA (American Institute of Certifeied Public Accountant) mengsyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya (Andersson dan Ellyson, 1986 dalam Nurna dan Andi 2008). Oleh karena itu, auditor yang sensitiv terhadap masalah etika akan lebih profesional. Peneliti terdahulu, Shaub et. al., (1993) dalam Nurna dan Andi (2008). Dengan menggunakan path analysis untuk menguji hubungan struktural sensitivitas auditor pada situasi etika (didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika pada situasi profesional auditor dari orientasi etika personal dibentuk oleh lingkungan budaya dan pengalaman personal, komitmen organisasi dan komitmen profesional. Dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa (auditor), seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan: Setiap anggota harus mempertahankan integritas
dan
objektivitas
dalam
melaksanakan
tugasnya.
Dengan
mempertahankan integritas, auditor akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretensi. Dengan mempertahankan objektivitas, auditor akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah diterapkan oleh profesinya.
Namun dengan terjadinya kasus-kasus seperti Bank Duta (1990), Kasus BAPINDO, (1994), make up laporan keuangan oleh auditor, serta terungkapnya kolusi antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan kliennya agar lolos go public, masyarakat mulai menyangsikan komitmen Auditor terhadap kode etik profesinya. Jika kode etik profesi dijalankan dengan benar dan konsisten maka kasus-kasus penyimpangan tersebut tidak seharusnya terjadi. Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan kode etik auditor seharusnya tidak boleh dibiarkan terus-menerus terjadi, karena akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Jika berbicara tentang perilaku dan keinginan untuk mengubah perilaku atau menciptakan perilaku yang diinginkan, pertama-tama yang perlu diketahui adalah hal-hal apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu. Setelah itu barulah dapat ditentukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai perilaku yang diinginkan. Misalnya saja, jika perilaku auditor yang tidak etis itu lebih dipengaruhi oleh sikap pribadinya yang tidak memiliki etika, maka pemecahannya bukanlah dengan meningkatkan sikap kritis masyarakat, tetapi lebih pada pendidikan etika profesi bagi akuntan publik itu sendiri. Menurut Hunt dan Vitell (1986) dalam Khomsiyah dan Nur (1998), kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan
profesinya, lingkungan organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor orientasi etika terhadap kualitas audit, komitmen auditor pada profesinya, komitmen auditor pada organisasi tempat ia bekerja, dan pengaruhnya terhadap sensitivitas atau kepekaannya terhadap masalah etika, baik secara langsung maupun tidak langsung serta orientasi etika auditor terhadap kualitasnya. Berdasarkan uraian latar belakang dan juga hasil-hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk membahas dan mengangkat permasalahan tersebut dengan judul “Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Komitmen, Sensitivitas Etika dan Kualitas Audit” (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurna dan Andi (2008) dengan perbedaan, pertama dengan menambah variabel kualitas audit, kedua teknik pengambilan sampel pun berbeda karena pada penelitian kali ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap komitmen profesional? 2. Apakah terdapat pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap komitmen profesional? 3. Apakah terdapat pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap komitmen organisasi? 4. Apakah terdapat pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap komitmen organisasi? 5. Apakah terdapat pengaruh komitmen profesional terhadap komitmen organisasi? 6. Apakah terdapat pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika? 7. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap sensitivitas etika? 8. Apakah terdapat pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap sensitivitas etika? 9. Apakah terdapat pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap sensitivitas etika? 10. Apakah terdapat pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap kualitas audit? 11. Apakah terdapat pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap kualitas audit?
C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk menguji pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap komitmen profesional? 2. Untuk menguji pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap komitmen profesional? 3. Untuk menguji pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap komitmen organisasi? 4. Untuk menguji pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap komitmen organisasi? 5. Untuk menguji pengaruh komitmen profesional terhadap komitmen organisasi? 6. Untuk menguji pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika? 7. Untuk menguji pengaruh komitmen organisasi terhadap sensitivitas etika? 8. Untuk menguji pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap sensitivitas etika? 9. Untuk menguji pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap sensitivitas etika? 10. Untuk menguji pengaruh idealisme dari orientasi etika terhadap kualitas audit? 11. Untuk menguji pengaruh relativisme dari orientasi etika terhadap kualitas audit?
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Pendidikan Akuntansi Dapat digunakan sebagai referensi dalam menambah wawasan tentang orientasi etika auditor publik untuk mempertimbangkan etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit. 2. Bagi Kantor Akuntan Publik