BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegagalan auditor dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengaudit suatu perusahaan menyebabkan sikap skeptis pada masyarakat. Keberhasilan dan kinerja seseoarang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan komitmennya terhadap bidang yang ditekuninya (Rahmadika, 2011:1). Terdapat beberapa perusahaan yang sudah cukup mapan yang akhirnya jatuh karena kegagalan auditor independen
dalam mengaudit laporan
keuangan perusahaannya, contoh kasus : Enron, worldcom, dan Xerox yang memunculkan skandal dalam pelaporan keuangan dan akibatnya berdampak pada jatuhnya nilai laba perusahaan dan munculnya mosi tidak percaya masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Di Indonesia, kasus audit failure terjadi pada perusahaan Kimia Farma dan Bank Lippo (Luhgianto 2010:3) kasus perusahaan Kimia Farma terjadi mark up terhadap laba tahun 2011. Sedangkan laba Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahu 2002. Kasus-kasus tersebut sangat memprihatinkan karena dialami oleh perusahaanperusahaan yang cukup ternama pada zamannya yang mengakibatkan perusahaan tersebut kehilangan kepercayaan public dan reputasi akuntan public pun menurun. Sebagai perusahaan publik yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat melalui bursa saham, penyajian laporan keuangan harus memenuhi persyaratan yang
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan oleh lembaga yang berwewenang, di Indonesia lembaga ini adalah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Boediono, 2005:172). Laporan keuangan
harus diterbitkan melalui media-media masa yang dapat
digunakan sebagai sumber informasi penting yang diperlukan oleh pemegang saham khususnya dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) pada umumnya. Karena tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak eksternal maupun internal yang tidak dapat secara langsung memperoleh dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu sangat daharapkan agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan adalah informasi yang akurat yang dapat dipercaya. Laporan keuangan juga merupakan wujud nyata dari tanggungjawab manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen dalam laporan keuangan adalah informasi laba yang terkandung dalam laporan Laba/Rugi (Boediono, 2005 dalam Ningsaptiti 2010:1). Dalam laporan keuangan laporan laba rugi merupakan salah satu komponen dalam mengukur kinerja manajemen. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1, informasi
laba
merupakan
indikator
untuk
mengukur
kinerja
atas
pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earnings power perusahaan dimasa yang akan datang (Ningsaptiti 2010:1). Semakin pesat perkembangan suatu perusahaan maka terkadang semakin sulit untuk melakukan control dalam perusahaan tersebut bahkan juga termasuk control
Universitas Sumatera Utara
pada manajemen. Informasi laba yang disajikan dalam laporan laba rugi dapat menjadi cara bagi manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya secara pribadi sehingga laba yang disajikan dapat dinaikkan dan diturunkan sesukanya. Dalam akuntansi praktik seperti ini dikenal dengan istilah manajemen laba. Manajemen laba adalah suatu kondisi di mana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schiper dalam Ningsaptiti 2010:2) sedangkan menurut (Indriani 2010:2) Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Secara umum memang manajemen laba adalah merupakan tindakan yang sengaja dilakukan oleh manajer untuk kepentingan pribadinya saja, yang akibatnya dapat merugikan perusahaan. Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent) (Ningsaptiti 2010:3). Ketidakselarasan informasi antara pemegang saham dan manajemen tersebutlah yang mengakibatkan manajemen laba tersebut terjadi diperusahaan. Ketidakselarasan informasi antara manajer dan pihak lain ini disebut dengan asimetri informasi (information asymmetry), Ketidakselarasan
informasi inilah yang mendorong
manajer untuk berperilaku oportunis dalam mengungkapkan informasi-informasi penting mengenai perusahaan (Rahmadika 2011:3). Para akademisi berpendapat
Universitas Sumatera Utara
bahwa manajemen laba dapat terjadi pun karena memang manajemen terlalu bebas sehingga control terhadap manajemen kurang dikerjakan. Dalam prakteknya, dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen dihadapkan pada suatu pilihan atas asumsi, penilaian serta metode perhitungan mana yang akan digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. (Rahmadika 2011:4). Hal ini disebabkan ada beragam metode dan prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles). Sebagai contoh adalah metode FIFO, LIFO, dan rata-rata untuk menentukan harga pokok penjualan. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh manajemen untuk membuat ketidakselarasan dalam laporan keuangan sehingga para pengguna laporan keuangan akan tertipu dengan informasi yang diterima. Oleh sebab itu upaya untuk mengurangi manajemen laba adalah upaya untuk melakukan koreksi terhadap standart akuntansi. Manajemen
laba
dapat
terjadi
karena
penyusunan
laporan
keuangan
menggunakan dasar akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur akrual, deferral, pengalokasian yang bertujuan untuk menghubungkan pendapatan, biaya, keuntungan (gains), dan kerugian (losses) untuk menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum diterima dan dikeluarkan (Sulystianto dalam Rahmadika 2011:4). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur manajemen laba adalah dengan menggunkan proksi Discretionary Accrual (DAC) dan menggunakan Modified Jones model untuk mengukur Discretionary Accrual.
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat mengembalikan kepercayaan pihak pemakai laporan keuangan yang diantaranya adalah investor, kreditor ataupun pemakai lain sangat diharapkan kualitas audit yang baik (Lughiatno 2010:5). Namun tidak dapat dipungkirin bahwa pada dasarnya laporan keuangan perusahaan akan diaudit oleh auditor yang memiliki kualitas yang berbeda-beda. (Ardiati dalam rahmadika 2011:5) mengungkapkan bahwa audit yang berkualitas tinggi (high-quality auditing) bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif, karena reputasi manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan yang salah ini terdeteksi dan terungkap.Ratmono dalam (Rahmadika
2011:5) juga berpendapat bahwa auditor
yang berkualitas mampu mendeteksi tindakan manajemen laba yang dilakukan klien, sehingga manajer akan cenderung melakukan pembatasan terhadap besarnya akrual diskresionari. Jasa audit merupakan alat monitoring terhadap kemungkinan timbulnya konflik kepentingan antara kepentingan antara pemilik dengan manajer dan antara pemegang saham dengan jumlah kepemilikan yang berbeda serta dapat mengurangi asimetris informasi antara manajer dengan stakeholder perusahaan dengan memperbolehkan pihak luar untuk memeriksa validitas laporan keuangan (Jensen dan Meckling dalam Indriani 2010:7). Kualitas audit ini sering dikaitkan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP), KAP besar dan KAP kecil. Becker et al.,yang dikutip dalam (Luhgiatno 2008:6) menemukan bahwa unexpected accruals akan berkurang jika perusahaan yang telah mengalami go public menggunakan KAP big five. Klien dari KAP di luar big five melaporkan unexpected accruals yang lebih besar dibandingkan unexpected accruals
Universitas Sumatera Utara
klien dari KAP kelompok big five. Penelitian Meutia tahun 2004 yang menyatakan bahwa tindakan manajemen laba terhadap hasil audit yang dilakukan oleh KAP big four lebih rendah daripada KAP non big four. Selain diproksikan dengan ukuran KAP kualitas audit juga diproksikan dengan KAP spesialis industry. (Craswell 1995 :5) mengungkapkan bahwa reputasi KAP kurang bernilai ketika dalam suatu industri juga terdapat KAP spesialis industri. KAP yang memiliki spesialisasi pada industri tertentu pasti akan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan industry tersebut. Kebutuhan akan industry spesialization mendorong KAP untuk menspesialisasikan diri dan mulai mengelompokkan klien berdasarkan bidang industri. Penelitian yang dilakukan oleh Luhgiatno tidak sejalan dengan beberapa teori yang ada karena menurut Luhgiatno kualitas auditor yang diproksikan dengan auditor big four dan auditor spesialis industry tidak mempengaruhi besar kecilnya manajemen laba dalam suatu perusahaan. Berbeda dengan penelitian Luhgiatno, Rusmin pada tahun 2010 melakukan penelitian di Singapura mengenai
hubungan antara kualitas auditor
terhadap manajemen laba. Hasilnya kualitas auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba (discretionary accruals). Hasil penelitian ini berbeda penelitian Rahmadika tahun 2011 menemukan bahwa KAP kelompok big four dan KAP spesialis industri tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Manajemen laba merupakan fenomena dalam bidang akuntansi yang masih sangat penting untuk diteliti pada saat ini, walaupun memang sudah cukup banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai manajemen laba namun peneliti masih tertarik
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan penelitian mengenai manajemen laba, karena hasil penelitian Leuz et al. 2003 menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kluster negara-negara dengan perlindungan investor yang lemah, sehingga mempunyai praktik manajemen laba yang tinggi. Sehingga perlu untuk terus meneliti kondisi perkembangan manajemen laba di Indonesia. Penelitian ini mengacu pada penelitian Rahmadika namun terdapat perbedaan yaitu perbedaan tahun penelitian Rahmadika meneliti Perusahaan Manufaktur dari tahun 2007 sampai 2009 sedangkan peneliti meneliti Perusahaan Manufaktur dari tahun 2009 sampai 2011 sehingga data yang digunakan peneliti lebih up date, peneliti juga menambahakan variabel independen yaitu ukuran komite audit. Ukuran komite audit diangkat pada penelitian ini karena tugas dari komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk mengawasi pelaporan keuangan oleh manajemen sehingga meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Semakin banyak anggota komite audit suatu perusahaan maka akan semakin meningkat fungsi pengawasan terhadap manajemen. Hal ini didukung oleh penelitian Maharani (2011) yang menyatakan bahwa komite audit memiliki hubungan yang negative terhadap manajemen laba (discretionary accrual). Penelitian Maharani sejalan dengan penelitian Yang and Khrisnan (2005) dalam Lin (2006) berhasil membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara antara ukuran komite audit dengan manajemen laba (discretionary accrual). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran komite audit maka kualitas pelaporan keuangan semakin terjamin. Sehingga besarnya ukuran komite audit dapat meminimalisasi terjadinya manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
Atas uraian latar belakang tersebut maka penulis mengangkat masalah manajemen laba untuk menjadi masalah yang akan diteliti pada penelitian ini sehingga judul yang diangkat adalah : “ Pengaruh Kualitas Auditor dan Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2009-2011”.
1.2 Rumusan Masalah Uraian latar belakang di atas dapat menyimpulkan bahwa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dapat mempengaruhi manajemen laba (discretionary accruals) daripada Perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four? 2. Apakah perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industry dapat mempengaruhi manajemen laba (discretionary accruals) daripada Perusahaan yang diaudit oleh auditor non spesialis industri? 3. Apkah ukuran komite audit dapat mempengaruhi manajemen laba (discretionary accruals)?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian perlu ditetapkan sebelum melakukan penelitian agar penelitian tersebut dapat memiliki satu fokus yang tepat yang dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai dasar meneliti agar penelitian terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menginvestigasi dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh auditor spesialis industri terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang diauditnya. 2. Menginvestigasi dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh auditor big four terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang diauditnya. 3. Menginvestigasi dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran komite audit terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang diauditnya. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Bagi Ilmu Akuntansi Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan refrensi untuk perkembangan ilmu akuntansi khususnya yang berkaitan dengan jasa audit yang berkualitas tinggi dalam mengatasi maslah manajemen laba dalam suatu perushaan. 1.3.2.2 Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor sebagai tambahan informasi mengenai kondisi suatu perusahaan sehingga mereka dapat berhati-hati sebelum melakukan investasi.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2.3 Bagi KAP Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas audit yang dilakukan sehingga dapat mencari tahu salah saji yang material dalam suatu laporan keuangan. 1.3.2.4 Bagi Peneliti Penelitian ini diharpkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang akuntansi khususnya dalam hal auditing.
Universitas Sumatera Utara