BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak
faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya kualitas SDM suatu negara dapat dijadikan sebagai tolak ukur yang menunjukan berhasil tidaknya penyelenggaraan program pendidikan. Slameto (2003: 1) mengemukakan bahwa “Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dilaksanakan. Belajar merupakan proses yang kompleks dengan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor penentu keberhasilan (prestasi) belajar seorang siswa adalah faktor psikologis yang bersumber dari dalam diri (internal) siswa itu sendiri. Slameto (2003: 55-59) mengemukakan beberapa faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, antara lain faktor inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. Dari sekian banyak faktor psikologis di atas, yang paling mendapat perhatian saat ini adalah faktor inteligensi. Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa seseorang dikatakan memiliki pemikiran yang cemerlang atau memiliki kecerdasan yang tinggi selalu dikaitkan dengan tingkat IQ (Intelligence Question) yang diperolehnya dari hasil
2
tes kecerdasan atau yang lebih sering disebut psikotes, sehingga IQ sering dijadikan sebagai satu-satunya patokan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, namun tidak semua kemampuan ataupun potensi yang ada pada diri individu dapat diukur dengan alat tes tersebut. Goleman (Subinarto, 2005) mengemukakan bahwa “tingkat kecerdasan manusia tidak cuma ditentukan oleh tes yang biasanya berdasarkan kemampuan logis, matematis, serta verbal yang akan menghasilkan angka inteligensi atau IQ.” Menurut Gardner (1993) seorang penemu teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) dari Harvard University, membagi kecerdasan intelektual menjadi delapan yaitu: kecerdasan linguistik, logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, gerak tubuh, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan ini bisa saja seluruhnya terdapat pada seorang individu, namun tarafnya saja yang berbeda. Selain itu, kecerdasan ini tidak berdiri sendiri, ada beberapa kecerdasan yang memang saling menopang. Dimasa sekarang, kecerdasan visual-spasial mulai disadari sebagai bagian kecerdasan manusia yang penting, disamping bentuk kecerdasan yang lainnya. Sachari (2006: 8) mengemukakan bahwa “sisi penting wujud kecerdasan visual ini adalah potensi diri yang mengarah kepada kemampuan untuk mengeksplorasi ruang, bentuk, warna, bidang-bidang, dan pelbagai hal yang berhubungan dengan kreativitas visual”. Garis-garis dan simbol-simbol sering digunakan untuk mewakili ide dan pikiran seorang sarjana teknik, designer, dan pakar teknologi seringkali menyediakan cara yang lebih efektif untuk mengkomunikasikan konsepnya daripada pendeskripsian secara verbal.
3
Salah satu bentuk lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam proses penyiapan tenaga kerja adalah lembaga pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan merupakan lembaga pendidikan yang memang direncanakan untuk menyiapkan kebutuhan tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pembangunan nasional. Tujuan Program Keahlian Pemesinan Pesawat Udara secara umum mengacu pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3, mengenai Tujuan Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.” (KTSP SMKN 12 Bandung, 2006: 1). Sesuai dengan tujuan di atas, maka Program Keahlian Pemesinan Pesawat Udara SMKN 12 Bandung pada awal semester II mulai membekali calon lulusannya dengan kemampuan menggambar dan membaca sketsa. Siswa diberi pengetahuan bahwa pada umumnya gambar produk yang digunakan di industri, tidak dalam bentuk tiga dimensi (3D) melainkan harus terlebih dahulu diubah menjadi gambar pandangan dua dimensi (2D) atau yang lebih akrab disebut dengan gambar kerja (job sheet). Metode yang digunakan untuk merubah bentuk 3D menjadi gambar pandangan 2D disebut proyeksi. Dengan metode proyeksi terutama proyeksi pandangan majemuk (orthogonal), siswa harus menggunakan kemampuan pikirannya dalam membayangkan benda tiga dimensi tersebut di dalam sebuah ruang, benda tersebut seolah-olah berada dalam sebuah kotak kaca kemudian membantangkannya pada sebuah bidang datar, dari bentangan tersebut akan diperoleh gambar objek dalam enam pandangan. Selain itu, mata diklat
4
Menggambar dan Membaca sketsa merupakan dasar pengetahuan yang mutlak harus dikuasai oleh siswa yang akan melaksanakan praktek pemesinan. Pengetahuan mengenai tingkat inteligensi siswa akan membantu guru menentukan apakah siswa mampu mengikuti pelajaran yang diberikan serta dapat meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa tersebut bila telah mengikuti pelajaran yang telah diberikan (Slameto, 2003: 128). Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemui kendala-kendala yang mempengaruhi hasil belajar. Terdapat beberapa siswa mendapatkan kesulitan dalam memahami gambar yang mewakili objek 3D, kemudian dirubah menjadi gambar pandangan 2D. Hal tersebut dapat dilihat dari daftar nilai ujian siswa pada mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa. Tabel 1.1 Distribusi Nilai Mata Diklat Menggambar dan Membaca Sketsa Program Keahlian Pemesinan Pesawat Udara Tahun 2006/2007 NILAI JUMLAH PROSENTASE A 3 8,8 % B 9 26,5 % C 14 41,2 % D 8 23,5 % TOTAL 34 100 % Sumber : Guru Mata Diklat
PREDIKAT Lulus Istimewa Lulus Amat Baik Lulus Baik Tidak Lulus
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat delapan orang siswa yang mendapatkan nilai D (tidak lulus), sehingga guru harus melakukan ujian remidial kepada siswa tersebut. Karena itulah seharusnya guru dapat mendiagnosa dan memprediksi apa saja kiranya penyebab terjadinya perbedaan nilai yang didapat siswa, terutama yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan visual-spasialnya.
5
Untuk mengetahui tingkat kecerdasan visual-spasial yang dimiliki seseorang digunakan alat yang disebut “tes psikologi”. Tes ini sering digunakan untuk memprediksi minat dan bakat seorang anak pada bidang keahlian tertentu ataupun untuk memprediksi jenis pekerjaan yang cocok untuk seorang karyawan baru. Kemampuan visual spasial telah diakui sebagai prediktor kesuksesan pada berbagai bidang yang berhubungan dengan teknologi (Kayhan, 2005). Tujuan lain yang didapat dari pemberian tes kecerdasan visual-spasial kepada siswa adalah setelah guru mengetahui sebaran skor hasil tes, diharapkan guru dapat memprediksi metode belajar seperti apakah yang tepat untuk dipergunakan pada mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa. Nwoke (1993) mengemukakan bahwa masalahnya bukan pada kebutuhan siswa pada kemampuannya untuk memvisualisasikan hubungan antar ruang, tetapi lebih pada metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan informasi. Berdasarkan gambaran di atas, sangat penting kiranya diteliti manfaat pemberian tes kecerdasan visual spasial pada awal-awal dimulainya kegiatan belajar pada mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa, sehingga pengelola pendidikan dapat memprediksi prestasi belajar siswa dan mendiagnosa kemungkinan-kemungkinan kesulitan belajar yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kecerdasan visual-spasial siswa. Atas dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul
“Kontribusi
Kecerdasan
Visual-Spasial
terhadap
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Diklat Menggambar dan Membaca Sketsa di SMKN 12 Bandung”.
6
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengemukakan
identifikasi masalah sebagai langkah untuk memperjelas suatu objek dalam hubungannya dengan situasi yang menjadi permasalahannya, yaitu : 1. Pada saat penerimaan siswa baru, tidak dilakukan tes kecerdasan yang dapat digunakan untuk memprediksi prestasi, minat dan bakat calon siswa pada program keahlian tertentu. 2. Penempatan/penjurusan siswa kurang memperhatikan tingkat kecerdasan tertentu, minat, dan bakatnya. 3. Banyak guru yang belum mengetahui berbagai macam kecerdasan intelektual yang terdapat pada individu, padahal dengan diketahui tingkat kecerdasan intelektual siswa, guru dapat mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar pada masing-masing siswa. 4. Guru tidak memiliki data/informasi awal mengenai perbedaan kemampuan siswa terutama yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan intelektualnya sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. 5. Siswa mengalami kesulitan dalam membayangkan transformasi bentuk sebuah benda tiga dimensi menjadi gambar pandangan dua dimensi di dalam pikirannya. 1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:
7
“Apakah kecerdasan visual-spasial memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa pada mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa di SMKN 12 Bandung?” 1.4
Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian idenfifikasi masalah yang diungkapkan di atas dan
luasnya lingkup penelitian, dengan menyadari keterbatasan yang ada pada penulis, maka perlu diadakan pembatasan masalah agar penelitian dapat mencapai sasarannya. Penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Perolehan skor kecerdasan visual-spasial yaitu dokumentasi skor siswa yang mengikuti tes kecerdasan visual-spasial, dibatasi pada tes uji daya bayang ruang (WU). 2. Alat tes untuk mengukur kecerdasan visual-spasial menggunakan alat tes psikologi yang sudah ada (standar), yang diambil dari Biro Pelayanan dan Inovasi Psikologi (BPIP) dengan menggunakan surat ijin penggunaan. 3. Materi yang diujikan pada mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa dibatasi pada sub bahasan proyeksi. 4. Kompetensi yang diujikan dibatasi pada aspek kognitif dan psikomotor. 5. Aspek psikomotor yang diukur dibatasi hanya pada hasil kerja. 6. Perolehan hasil belajar mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa yaitu dokumentasi nilai siswa yang mengikuti tes mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa pada sub bahasan proyeksi.
8
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Untuk mendapatkan kondisi nyata kualitas kecerdasan visual-spasial khususnya pada kemampuan daya bayang ruang siswa program keahlian Pemesinan Pesawat Udara SMKN 12 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008. B. Untuk mendapatkan kondisi nyata kemampuan Menggambar dan Membaca Sketsa pada sub bahasan proyeksi siswa program keahlian Pemesinan Pesawat Udara SMKN 12 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008. C. Untuk mendapatkan informasi seberapa besar kontribusi kecerdasan visual-spasial terhadap prestasi belajar mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa siswa program keahlian Pemesinan Pesawat Udara SMKN 12 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008. Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Sebagai bahan pertimbangan bagi SMKN 12 Bandung dalam menyeleksi dan pemilihan jurusan/program keahlian, tidak hanya didasarkan pada tes akademik saja, melainkan diikutsertakan tes kecerdasan visual-spasial. B. Sebagai bahan masukan bagi guru dan Bimbingan Konseling (BK) SMKN 12 Bandung agar lebih mengoptimalkan fungsinya dalam mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar terutama yang disebabkan oleh faktor intelegensi.
9
C. Sebagai masukan bagi siswa program keahlian Pemesinan Pesawat Udara SMKN 12 Bandung tentang seberapa besar manfaat yang didapat dari melatih kecerdasan visual-spasial. D. Sebagai tambahan kajian bagi pengembangan penelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang. 1.6
Definisi Istilah Agar tidak terjadi salah pengertian dan memudahkan pemahaman terhadap
ungkapan yang dimaksud, istilah-istilah dalam judul perlu untuk dijelaskan. Berikut ini dikemukakan penjelasan dari masing-masing istilah tersebut, yaitu: A. Kontribusi adalah sumbangan suatu variabel terhadap variabel lain. Kontribusi dalam penelitian ini adalah adanya keterkaitan antara unsur penyumbang dan yang disumbang. Penyumbang merupakan penyebab perubahan situasional, yakni kecerdasan visual-spasial dan mengakibatkan yang disumbang memperolah perubahan, yakni prestasi belajar mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa. B. Kecerdasan visual-spasial adalah kecerdasan yang memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara obyek dan ruang khususnya yang berkenaan dengan objek 3D. Kecerdasan ini menuntut seseorang untuk dapat membayangkan sebuah model 3D dalam pikirannya sebelum dirubah menjadi gambar 2D. Tes psikologi yang digunakan adalah tes kecerdasan visual-spasial dengan subtes daya bayang ruang (WU).
10
C. Prestasi adalah tingkat pencapaian usaha belajar seseorang, yakni suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu yang dimanifestasikan dalam perbuatan, keahlian, tingkah laku dan dapat dilihat melalui nilai hasil belajar yang diperoleh individu dari sebuah lembaga pendidikan. D. Menggambar dan Membaca Sketsa adalah salah satu Mata diklat produktif yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) program keahlian pemesinan pesawat udara SMKN 12 Bandung. Sehingga prestasi Menggambar dan Membaca Sketsa pada penelitian ini adalah sejumlah nilai yang diperoleh dari tes mata diklat Menggambar dan Membaca Sketsa pada sub bahasan proyeksi. 1.7
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,
maka rencana kerangka penulisan penelitian yang akan diuraikan adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, serta sistematika penulisan. Bab II Landasan teori atau kerangka teori penelitian yang dilakukan, anggapan dasar dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai metode dan teknik pegumpulan data, hipotesis, populasi dan sampel penelitian, penyusunan instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan pengolahan data beserta pengembangan dan uji validitas dan reliabilitasnya.
11
Bab IV Hasil Penelitian, berisikan pembahasan tentang hasil penelitian yang meliputi: deskripsi data, deskripsi hasil analisis data, temuan dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi uraian tentang kesimpulan akhir hasil penelitian dan saran yang diajukan. DAFTAR PUSTAKA