BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan di Indonesia merupakan faktor penting yang
harus diperhatikan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin nyata. Permasalahan lingkungan menyadarkan para konsumen, investor maupun pemerintah menjadi peduli akan pentingnya pengelolaan lingkungan. Di dalam dunia usaha banyak perusahaan yang menerapkan konsep maksimisasi laba tanpa memperhatikan lingkungan sekitar perusahaan. Berbagai kasus kerusakan lingkungan dalam skala nasional seperti kasus PT Lapindo Brantas, PT Newmont Minahasa Raya, dan PT Freeport. Permasalahan tersebut merupakan bukti kongkrit bahwa dunia usaha, khususnya yang melakukan aktivitas produksi (perusahaan manufaktur dan perusahaan pengolah sumber daya alam), cenderung merusak lingkungan. Tabel 1.1 Peringkat Peserta PROPER Periode 2010-2014 Peringkat Peserta PROPER Emas Hijau Biru Merah Hitam Total
2010 Persentase 0.29% 7.83% 63.04% 22.03% 6.81% 100.00%
2011 Persentase 0.40% 10.66% 55.53% 28.47% 4.93% 100.00%
Sumber: PROPER (data diolah)
1
Tahun 2012 Persentase 0.92% 9.08% 58.81% 25.17% 6.03% 100.00%
2013 Persentase 0.67% 6.31% 57.98% 34.10% 0.95% 100.00%
2014 Persentase 0.48% 6.40% 64.73% 27.29% 1.11% 100.00%
2
Berdasarkan uraian data di atas, hasil pemeringkatan yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup memberikan gambaran kepada pengguna informasi bahwa kesadaran manajemen dalam pengelolaan lingkungan hidup saat ini dapat dikatakan relatif rendah. Selama lima periode perusahaan yang memperoleh peringkat emas dan hijau hanya sebesar 8,61%, peringkat biru sebesar 60,02% dan peringkat merah dan hitam sebesar 31,38%. Hal ini memperkuat bahwa perusahaan khususnya yang melakukan aktivitas produksi (perusahaan manufaktur dan perusahaan pengolah sumber daya alam) kurang berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang berwawasan berkelanjutan. Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban memiliki fungsi sebagai pengendali terhadap aktivitas setiap unit usaha (Gunawan, 2012). Tanggung jawab manajemen tidak terbatas pada pengelolaan dana dalam perusahaan, tetapi juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Usaha dari pihak pemerintah untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menyukseskan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development telah dilakukan dengan menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Maka dengan adanya peraturan tersebut diharapkan perusahaan dan pemerintah memiliki integritas dalam mencapai pembangunan berkelanjutan yang baik. Konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development semakin meningkat dalam dekade terakhir ini. World Commission on Environment and Development (WCED) mendefinisikan sustainable development
3
sebagai “development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.”. Dalam penelitan Jasch dan Stasiškienė (2005) memperlihatkan tiga aspek yang terkandung di dalam pembangunan berkelanjutan adalah: “sustainable development is described in three dimensions: social, environmental and economic.”. Jadi, dapat dikatakan bahwa inti dari pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang, dengan cara memenuhi tiga aspek yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi. Kinerja lingkungan adalah hasil dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya (Ikhsan. 2009). Kinerja lingkungan juga akan tercapai pada level yang tinggi jika perusahaan secara proaktif melakukan berbagai tindakan manajemen lingkungan secara terkendali (Ja’far dan Arifah, 2006). Salah satu komponen pengelolaan lingkungan yang dapat meningkatkan kinerja lingkungan adalah akuntansi manajemen lingkungan. Akuntansi manajemen lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya agar dapat meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan. Usaha yang dibuat tentunya berkaitan dengan akuntansi manajemen lingkungan yang merupakan bagian dari aktivitas bisnis mereka. Salah satu usaha tersebut adalah memasukkan
anggaran
lingkungan
pada
pertanggungjawaban perusahaan (Ikhsan, 2009).
laporan
keuangan
dan
4
Definisi akuntansi manajemen lingkungan berdasarkan IFAC (The International Federation of Accountants) dan UNDSD (United Nations Divisions for Sustainable Development) adalah manajemen kinerja lingkungan dan keuangan melalui implementasi sistem dan praktek akuntansi yang tepat dengan mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, menghitung, mengelompokkan dan menganalisis informasi lingkungan (fisik dan moneter) untuk mendukung pengambilan keputusan internal dan eksternal. Akuntansi manajemen lingkungan berguna bagi manajemen karena dapat menyediakan informasi fisik mengenai input (bahan, air, energi) dan output (produk, limbah, emisi) serta informasi moneter mengenai semua pengeluaran maupun penghematan yang berkaitan dengan lingkungan (UNDSD, 2001). Informasi tersebut dapat membantu manajemen dalam mengelola lingkungan karena manajemen memiliki informasi yang cukup untuk mengendalikan penggunaan bahan, air dan energi, mengendalikan limbah dan emisi, sekaligus mengendalikan biaya lingkungan. Berbagai keputusan yang terkait dengan lingkungan dapat diambil dengan adanya informasi tersebut sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja lingkungan. Akuntansi Manajemen Lingkungan adalah salah satu alat yang secara jelas menyatukan dua pilar utama dalam tiga pilar sustainable development, yaitu ekonomi (profit) dan pilar lingkungan (planet), yang menjadi acuan dalam proses pengambilan keputusan dalam bisnis (Cahyandito, 2006). Staniskis dan Stasiskiene (2006) dalam Tsui (2014) berpendapat bahwa EMA dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai
5
proses pengalokasian biaya, pengukuran kinerja, dan analisis bisnis. Selain digunakan untuk mengidentifikasi biaya internal dan eksternal, EMA dapat meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan. Penerapan EMA tidak mungkin akan sukses apabila promosi penerapan EMA tidak memadai. Sebuah survei di perusahaan-perusahaan Jepang menemukan bahwa praktek hubungan pengukuran eco-efficiency terhadap informasi EMA adalah informasi EMA tidak akan lengkap dan eco-efficiency menjadi kurang bermanfaat karena kurangnya promosi penerapan EMA (Burrit & Saka, 2006). Studi tentang penerapan EMA dalam industri pulpen dan kertas di Thailand, Setthasakko (2010) menemukan bahwa para akuntan di Thailand tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang masalah lingkungan. Akuntan di Thailand tidak menganggap diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab dalam menciptakan EMA dalam organisasi. Walaupun berbagai penelitian sudah membuktikan adanya pengaruh positif akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan dan penelitian tentang pengaruh akuntansi manajemen lingkungan terhadap kinerja keuangan, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Burhany (2011) dan Larojan dan Thevaruban (2014), belum diketahui sejauh mana pemahaman manajemen mengenai kinerja lingkungan dan pembangunan berkelanjutan serta sejauh mana pemahaman akuntan manajemen mengenai akuntansi manajemen lingkungan. Selain pengaruh akuntansi manajemen lingkungan terhadap kinerja lingkungan,
6
kedua hal tersebut penting untuk diteliti agar diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh terkait akuntansi manajemen lingkungan. Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Pengaruh
Akuntansi
Manajemen
Lingkungan
Terhadap
Kinerja
Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan”.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian
pada latar belakang
penelitian maka
dapat
diidentifikasi permasalah yang diuraikan dan dibahas pada bab-bab berikut yaitu: 1. Bagaimana penerapan akuntansi manajemen lingkungan di perusahaan industri pada peserta PROPER 2014? 2. Bagaimana kinerja lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan di perusahaan industri peserta PROPER 2014? 3. Apakah terdapat pengaruh akuntansi manajemen lingkungan terhadap kinerja lingkungan?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi yang merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh akuntansi manajemen lingkungan terhadap kinerja lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan di perusahaan industri peserta PROPER 2014.
7
1.3.2 Tujuan Penelitian Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk: 1.
Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai penerapan akuntansi manajemen lingkungan di perusahaan industri pada peserta PROPER 2014,
2.
Untuk mendapatkan bukti empiris tentang tingkat kinerja lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan di perusahaan industri peserta PROPER 2014,
3.
Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh akuntansi manajemen lingkungan terhadap kinerja lingkungan.
1.4
Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh informasi yang akurat dan
relevan yang dapat digunakan oleh: 1. Penulis Dapat menambah wawasan ilmu tentang pengaruh akuntansi manajemen lingkungan terhadap kinerja lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan, serta membandingkan dengan teori atau prakteknya antara akuntansi manajemen lingkungan dan kinerja lingkungan. 2. Perusahaan Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang berguna bagi perusahaan, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
8
3. Semua Kalangan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk semua kalangan khususnya rekan-rekan mahasiswa dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
peserta PROPER periode 2013-2014 yang terdaftar di Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2015 sampai Agustus 2015.