BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah
penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, maupun Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan selanjutnya diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, selalu terdapat pasal yang mengatur keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja. Hal ini sesuai dengan peran strategis Satuan Polisi Pamong Praja dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, yaitu sebagaimana tercantum dalam Pasal 148 undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa untuk membantu Kepala Daerah dalam rnenegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dibentuklah Satuan Polisi Pamong Praja. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dibentuk untuk menegakkan Peraturan Daerah (Perda) dan peraturan Kepala Daerah, untuk menjamin kepastian hukum, menciptakan, serta memelihara ketentraman dan ketertiban umum. Penegakan Perda merupakan wujud awal dari terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat. Untuk itu dalam pelaksanaannya diperlukan suatu kemampuan Satpol PP untuk menangani berbagai pelanggaran-pelanggaran yang menyangkut ketertiban.
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Namun sering kali terjadi upaya Satpol PP dalam menegakan Perda dilakukan sangat represif dan terkesan arogan sehingga tidak jarang mendapat perlawanan dari masyarakat dan bahkan menimbulkan korban harta maupun nyawa seperti yang terjadi pada kasus Tanjung Priok, di Jakarta Utara.Untuk memenuhi harapan masyarakat atas upaya perlindungan dan ketertiban, merupakan tantangan tersendiri bagi kelembagaan, khususnya Satpol PP itu sendiri dalam memenuhi tugas pokok dan fungsinya.Diperlukan dukungan kualitas sumber daya optimal, anggaran operasional, dan sarana prasarana Satpol PP yang memadai. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Satpol PP dituntut tidak hanya memiliki kemampuan dan keahlian saja, namun juga harus dinamis dan mampu mencerminkan gambaran dari lembaga ia bekerja melalui kinerjanya. Menurut Mathis, (2002), kinerja merupakan suatu potensi yang harus dimiliki oleh setiap karyawan untuk melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Dengan kinerja yang baik, maka setiap karyawan dapat menyelesaikan segala beban atau masalah yang dihadapi perusahaan secara efektif dan efisien.Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja berkaitan erat dengan pola dan perencanaan suatu organisasi atau perusahaan.Dalam pelaksanaan sehari-hari, kinerja dapat menggambarkan adanya upaya penyelesaian suatu usaha seseorang. Dengan upaya tersebut secara tidak langsung akan tercapai target tugas yang diharapkan. Kinerja tinggi merupakan gambaran lebih pada perkembangan hasil tujuan apabila dibandingkan dengan
2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kinerja yang lemah. Perbedaan kinerja tinggi dan menengah tidak hanya pada pola hasil, tetapi juga pada tujuan yang mereka jalankan (Sonnentag, 2002). Istilah kinerja menurut Ruky (2002) lebih pada suatu prestasi seseorang yang telah dicapai sesuai dengan informasi yang tercatat dalam agenda perusahaan atau organisasi tentang hasil yang dicapai dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Kinerja dapat diartikan dengan hasil sebuah pekerjaan atas peran serta karyawan dalam suatu perusahaan atau organisasi. Dengan demikian, kinerja lebih pada capaian tugas yang terukur pada kurun waktu yang ditentukan, yang terdiri dari produktivitas kerja, komitmen, loyalitas, sikap dan perilaku, serta usaha pengembangan diri. Kinerja merupakan suatu potensi yang harus dimiliki oleh setiap anggota Satpol PP untuk melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan.Dengan kinerja yang baik, maka setiap anggota Satpol PP dapat rnenyelesaikan segala beban atau masalah yang dihadapi secara efektif dan efisien.Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan.Kinerja anggota mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada daerah tertentu. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Mathis, 2002). Selanjutnya Hasibuan dalam Gunawan (2013) mengatakan bahwa kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain adalah prestasi, kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kecakapan, dan tanggung jawab. Begitupula dengan organisasi pemerintahan yang
3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
bekerja dengan tujuan-tujuan tertentu demi terciptanya suatu negara yang tentram Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja, antara lain adalah faktor kepribadian (Barick dan Mount dalam Landy dan Conte, 2013). Hal ini sesuai dengan pendapat Baron dan Jerald (2000) bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor penting yang menunjang keberhasilan kinerja, khususnya berkaitan dengan kepercayaan diri untuk ditunjukkan dalam keberhasilan menyelesaikan tugas yang spesifik, karena di dalamnya terdapat kepentingan, kekuatan, dan generalisasi. Teori kepribadian yang terkenal adalah Teori kepribadian lima besar (big five personality) merupakan teori kepribadian yang terdiri dari 5 (lima) faktor dan telah dirangkum guna menganalisis kepribadian seseorang. Teori kepribadian yang berkembang saat ini adalah teori kepribadian yang lebih detil yang disebut dengan Big five personality. Model Big five personality atau Model Lima Besar Kepribadian dibangun dengan pendekatan yang lebih sederhana. Walaupun teori Big five personality terlihat begitu kompleks dibanding dengan teori lain sebelumnya, beberapa pendekatan yang dilakukan dalam penelitian-penelitian lebih sederhana. Prosedur yang dipergunakan oleh para peneliti, yaitu mencoba menemukan unsur mendasar dari kepribadian dengan menganalisis kata-kata dalam penyusunan aitem skala yang dipergunakan oleh subjek peneliti. Big five personality memiliki reliabilitas dan validitas yang relatif stabil, hingga seseorang menginjak dewasa (Pervin, 2012). Menurut ahli psikologi McCrae dan Cost dalam Pervin (2005) kepribadian adalah asosiasi dari berbagai latar yang manusia pilih dan bagaimana mereka menggunakannya dalam pekerjaan. Pendapat bahwa seseorang dengan suatu
4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
karakter tertentu akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakternya dan menghasilkan yang lebih baik apabila sesuai dengan karakter tertentu dibandingkan karakter lain dan berguna untuk menentukan performa kerja. The Big five Personalily merupakan teori kepribadian yang sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang, melalui teori Lima besar (Big five personality) dapat dilihat kepribadian seseorang yang mampu mempengaruhi kinerjanya bagi organisasi Satpol PP. Menurut Costa dan McCrae dalam Pervin (2005) ada beberapa istilah dalam The Big Five Model, yang digunakan untuk menggolongkan trait (sifat), yaitu Neuroticism(N), Extraversion (E), Openness (Ol, Agreeableness (A), Conscientiousness (C) Big five Model merupakan teori kepribadian yang sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang. Melalui Teori Kepribadian Lima besar (Big five Personality) dapat dilihat kepribadian seseorang yang mampu mempengaruhi kinerjanya bagi suatu organisasi. Menurut penelitian yang dilakukan Hebert dan Bradley (1997), tipe ciri kepribadian atau personal dari masing-masing karyawan atau perusahaan akan berdampak atau memberikan efek bagi kinerja. Efek tersebut dapat positif atau negatif sesuai dengan kepribadian yang dimiliki dan apa yang telah dikerjakan. Dan juga berdasarkan penelitian dari Arthur di Texas University, menyatakan bahwa dengan mengerti ciri kepribadian masing-masing karyawan akan mempermudah manajemen dalam memposisikan karyawannya di tempat yang benar, sehingga akan dapat meningkatkan kinerjanya. Efek dari kepribadian sesorang terhadap kinerja yang baik atau buruk tidak terlepas dari peran sistem pengendalian manajemen yang diterapkan dari
5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
pemimpin pada karyawan. Sistem pengendalian manajemen sangat berguna untuk meminimalkan penyimpangan atas aspek perilaku dan hasil kinerja (Efferin dan Soeherman, 2010). Menurut Luthans, (2006) kepribadian utama pada individu memiliki lima dimensi (The big five personality). Selanjutnya Costa dan McCrae dalam Feist (2010) megatakan ada beberapa istilah dalam Big five model, yang digunakan untuk menggolongkan trait (sifat), yaitu Neuroticism (N), Extraversion (E), Openness (O), Agreeableness (A), Conscientiousness (C). The Big five Personality merupakan teori kepribadian yang sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang. Menurut Luthans, (2006), karyawan dengan karakteristik tinggi pada masing-masing dimensi the big five personality adalah karyawan yang suka hidup berkelompok, aktif, terbuka, suka berteman, hangat, suka menolong, berhati lembut, teliti, tepat waktu, rapi, bertanggung jawab, rileks, tidak mudah emosional, kreatif, dan ingin tahu. Sedangkan karyawan dengan karakteristik rendah adalah karyawan yang suka menyendiri, penakut, pendiam, tidak ramah, sinis, pendendam, lalai, lemah, emosional, depresi, dan konvensional. Menurut ahli psikologi McCrae & Costa dalam Pervin (2005), kepribadian adalah asosiasi dari berbagai latar belakang yang manusia pilih dan bagaimana mereka menggunakannya dalam pekerjaan. Pendapat bahwa seseorang dengan suatu karakter tertentu akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakternya dan menghasilkan yang lebih baik apabila sesuai dengan karakter tertentu dibandingkan karakter lain dan berguna untuk menentukan performa kerja. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa ahli psikologi dan bagian personalia atau HRD di
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
hampir semua perusahan di dunia, termasuk salah satunya adalah perusahan besar Microsoft Company bahwa big five model sangat berguna dalam menentukan performa kerja (Robin, 2001). Anggota Satpol PP Jakarta Barat merupakan bagian dari Satpol PP DKI Jakarta diharapkan memiliki kepribadian yang baik sehingga mampu memberikan kinerja yang baik sesuai dengan tugasnya. Hal ini bisa dilihat Anggota Satpol PP dalam melaksanakan Penegakan Hukum Perda di Jakarta Barat jarang sekali terjadi bentrok bila di bandingkan wilayah lainnya di Jakarta Barat.Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh The Big five personality Terhadap Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Barat.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu apakah The Big five personality berpengaruh terhadap kinerja anggota Satuan Polisi Pomong Praja Jakarta Barat?
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh The Big Five Personality terhadap kinerja anggota Satuan Polisi Pomong Praja Jakarta Barat. 1.3.2. Tujan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepribadian menurut teori The Big five 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
personality terhadap kinerja anggota Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Barat.
1.4.
Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Manfaat Penelitian Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang ilmu psikologi pada khususnya dan sebagai referensi atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak lain yang ingin mempelajari mengenai pengaruh kepribadian terhadap kinerja. 1.4.2. Kegunaan Penelitian a.
Kegunaan Teoritis Memberi tambahan bukti empiris tentang pengaruh The Big five personality terhadap kinerja anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang diharapkan bisa menjadi dasar penelitian lebih lanjut.
b.
Kegunaan Praktis Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain: 1
Bagi Akademisi Penelitian ini merupakan proses pembelajaran untuk dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
selama
ini
dan
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mengenai pengaruh The Big five personality terhadap kinerja anggota Satuan Polisi Pamong Praja. 2.
Bagi Satpol PP Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen Satuan Polisi Pamong Praja didalam melaksanakan tugas Penegakan Perda sehingga mencapai kinerja yang diharapkan.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/