Bab I Pendahuluan
I.1
Latar Belakang
Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area penelitian seperti seni, ilmu pengetahuan, industri, bisnis, pendidikan, teknologi, perancangan perangkat lunak, dan kedokteran, namun di sisi lain ketertutupan institusional menghambat kapasitas untuk menemukan (discover) dan mensintesis penelitian di area ini. Hal ini memberikan tantangan untuk membangun framework teoritis lintas disiplin pada kolaborasi, yang memanfaatkan kolaborasi sebagai strategi penyelesaian masalah atau aplikasinya pada berbagai konteks (Elliot, 2006). Istilah kolaborasi sebenarnya bukanlah terminologi baru terutama dalam dunia pembelajaran. George Jardin, salah seorang pengajar filosofi di Universitas Glasgow, pada akhir abad ke 18 pernah menerapkan metoda kolaborasi pembelajaran (collaborative learning) dalam kelasnya, dan menemukan kesuksesan dalam eksperimennya tersebut (Roberts, 2008). Kolaborasi dalam proses pembelajaran kemudian semakin hangat menjadi kajian ketika para akademisi dan instruktor tertarik untuk mengeksplorasi metoda alternatif dalam perancangan dan penyampaian materi ajar. Kolaborasi sendiri memiliki beragam pendefinisian. Dillenbourgh dalam tulisannya yang
berjudul
The
Evolution
of
Research
on
Collaborative
Learning,
mengungkapkan bahwa kolaborasi merupakan perjanjian bersama antar partisipan dalam suatu usaha yang terkoordinasi untuk menyelesaikan suatu persoalan bersamasama. Dalam hal ini proses kognitif mungkin akan dibagi ke dalam sejumlah layer yang berkaitan. Ditegaskannya lagi, kolaborasi adalah aktivitas yang terkoordinasi dan sinkron yang merupakan kelanjutan dari usaha membangun dan memelihara konsepsi bersama atas suatu persoalan (Dillenbourg, 1996). Chris Reed dalam
1
2
tulisannya yang berjudul Building an Enterprise Strategy for Digital Collaborations menyatakan bahwa kolaborasi merupakan kegiatan yang berfokus pada pencapaian tujuan bersama, yang tidak dapat dicapai dengan aksi yang independen (Reed, 2002). Sedangkan definisi yang diadaptasi dari Chris Kimble menyatakan bahwa kolaborasi merupakan aktivitas yang dilakukan sebagai bagian dari aktivitas kelompok yang diarahkan pada tujuan bersama. Di dalamnya terdapat interaksi sosial dalam rangka penyelesaian pekerjaan (Gurteen, 2002). Dari ketiga definisi di atas disimpulkan bahwa kolaborasi merupakan aktivitas yang terkoordinasi dari sejumlah partisipan, yang berfokus pada pencapaian tujuan bersama dimana di dalamnya terdapat interaksi sosial dalam rangka membangun dan memelihara konsepsi bersama atas suatu permasalahan. Posisi pengetahuan dalam penyelesaian persoalan secara kolaborasi merupakan hal yang sangat kritis pada situasi informasi yang semakin kompleks sekarang ini. Langkah dalam pengembangan komunikasi, teknologi, dan proyek yang dilaksanakan antar cabang ilmu pengetahuan menjadikan kolaborasi kreatif sebagai metoda yang digunakan untuk mencapai kemajuan secara dinamis, berdasarkan kepentingan dan etika performansi (Spence, 2005). Ted Panitz, seorang Profesor bidang Matematika dan Engineering mengungkapkan sejumlah dampak positif dari kolaborasi, terutama dalam bidang pembelajaran. Dari sisi akademis, kolaborasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan keterlibatan peserta ajar pada proses belajar, meningkatkan prestasi kelas, memodelkan teknik-teknik penyelesaian persoalan oleh siswa, membantu peserta ajar yang lemah untuk meningkatkan performansinya, meningkatkan pemahaman siswa pada materi ajar, dan sebagainya. Pada sisi sosial, kolaborasi mendorong terbentuknya dukungan sosial bagi peserta ajar, membuka wawasan dengan memahami bahwa setiap orang memiliki perspektifnya masing-masing, dan membangun suasana yang mendukung untuk berlatih bekerjasama. Kolaborasi juga
3
berpengaruh pada sisi psikologi yaitu meningkatkan kepercayaan diri dan membangun budaya dan sikap saling menghargai satu sama lain (Robert, 2005). Selain pada proses pembelajaran, kolaborasi juga memiliki dampak positif pada dunia kerja diantaranya meningkatkan produktivitas pekerja, menyelesaikan permasalahan lebih cepat, mempercepat Return of Investment (ROI), merampingkan proses bisnis, dan menjaga hubungan antara pekerja dan customer (Gurteen, 2002). Untuk mendukung terlaksananya proses kolaborasi dibutuhkan suatu lingkungan kolaborasi (collaborative environment). Lingkungan kolaborasi adalah sistem yang mendukung user dalam melaksanakan tasks secara kolaboratif. Menurut Evaluation Working Group dari DARPA Intelligent Collaboration and Visualization Program, Collaborative environment terdiri atas empat layer yaitu layer requirement, capability (kapabilitas), service (layanan), dan teknologi. Requirement dalam sebuah sistem kolaboratif adalah high level goals yang harus dicapai oleh suatu grup. Kapabilitas kolaboratif adalah high level function yang mendukung user dalam melaksanakan collaboration tasks. Istilah layanan digunakan untuk mendeskripsikan maksud yang dicapai suatu kapabilitas, sedangkan istilah teknologi digunakan untuk mendeskripsikan implementasi spesifik hardware dan atau software dari suatu layanan (DARPA, 1999). Dalam membangun lingkungan kolaborasi yang sedemikian kompleks, dan berkembang semakin dinamis dalam memenuhi kebutuhan bisnis, diperlukan dukungan dari suatu perangkat terotomasi (automated tools). Perangkat terotomasi mampu meningkatkan kecepatan dalam membangun dan memodifikasi sistem, serta mengkoordinasikan
sejumlah
besar
pengetahuan
yang
harus
dikelola dan
diperbaharui (Martin, 1989). Perangkat tersebut tercakup dalam sebuah ensiklopedia. James Martin dalam Information Engineering menyatakan bahwa ensiklopedia merupakan tempat penyimpanan terkomputerisasi yang mengakumulasi informasi yang berkaitan dengan proses perencanaan, analisis, desain, konstruksi, dan pemeliharaan sistem (Martin, 1989). Tujuan utama pembangunan ensiklopedia adalah
4
untuk menjamin adanya kesesuaian antara proses perencanaan, analisis, perancangan, konstruksi, dan maintenance (pemeliharaan) sistem, dengan mengelola pengetahuan yang dihasilkan di setiap proses tersebut. Penggunaan pendekatan ensiklopedia dalam perancangan collaborative environment diharapkan dapat mempercepat tercapainya tujuan organisasi dengan adanya dinamisasi performansi. I.2
Rumusan Masalah
Pengembangan ensiklopedia yang mendukung proses kolaborasi harus mampu mengakomodasi berbagai perubahan prosedur yang mungkin terjadi ketika melakukan interaksi sosial. Perubahan prosedur seringkali terjadi untuk memenuhi kebutuhan bisnis, juga karena proses kolaborasi melibatkan berbagai partisipan yang memiliki perilaku atau behavior yang beragam. Selain itu, menurut Dillenbourgh dan Scheneider, terdapat perbedaan budaya yang harus diadaptasi oleh masing-masing partisipan yang mungkin saja menimbulkan permasalahan diantaranya konflik atas ketidaksepahaman, internalisasi, kesesuaian, peraturan bersama, dan social grounding (Taylor, 2005). Dari uraian tersebut, dimunculkan sebuah research question : Bagaimana merancang ensiklopedia untuk membangun lingkungan kolaborasi yang mampu menciptakan proses kolaborasi yang dinamis dan efektif? Research Question tersebut diturunkan menjadi dua research question sebagai berikut : 1. Bagaimana membangun proses kolaborasi yang efektif dan dinamis? 2. Bagaimana membangun lingkungan kolaborasi yang mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis? I.3
Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan tesis ini adalah membangun sebuah model ensiklopedia berdasarkan konsep Information Engineering, yang akan diimplementasikan pada
5
lingkungan kolaborasi (collaborative environment). Model yang dibangun diharapkan dapat mempermudah pendefinisian, pembangunan, dan pemeliharaan sistem kolaborasi. Berdasarkan research question, terdapat tujuan pendukung dari pelaksanaan tesis ini, sebagai berikut: 1. Membangun model proses kolaborasi yang efektif dan dinamis 2. Membangun lingkungan kolaborasi yang mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis. I.4
Batasan Masalah
Dalam pengembangan model ensiklopedia didefinisikan sejumlah batasan sebagai berikut : a. Model ensiklopedia dibangun berdasarkan konsep Information Engineering yang digagas oleh James Martin. b. Model kolaborasi yang akan didefinisikan merupakan sintesis dari hasil observasi terhadap beberapa sistem kolaborasi. c. Rancangan model ensiklopedia ditunjukkan melalui simulasi interaksi antara ensiklopedia dengan lingkungan kolaborasi. I.5
Kegunaan Hasil Tesis
Keseluruhan aktivitas dalam penelitian ini menghasilkan tiga buah artifak yaitu model proses kolaborasi yang efektif dan dinamis, lingkungan kolaborasi yang mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis, dan ensiklopedia untuk membangun lingkungan kolaborasi yang mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis. Ilustrasi keseluruhan artifak yang dihasilkan dalam tesis ini dapat dilihat pada Gambar I.1.
6
Model Proses Kolaborasi Kolaborasi yang Efektif
Kolaborasi yang Dinamis
Lingkungan kolaborasi yang mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis
Ensiklopedia untuk membangun dan memelihara Lingkungan Kolaborasi yang mendukung Proses Kolaborasi yang efektif dan dinamis
Gambar I.1 Artifak Penelitian
Artifak yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi bidang keilmuan, organisasi, dan penulis. a. Bagi bidang keilmuan, model ensiklopedia ini diharapkan dapat menjadi khasanah baru bagi bidang kajian kolaborasi dengan menunjukkan relasi antara kolaborasi dengan ensiklopedia. b. Bagi organisasi, model ensiklopedia ini diharapkan dapat menyederhanakan kompleksitas dalam membangun sistem kolaborasi dengan memberikan gambaran
mengenai
bagaimana
konsep
kolaborasi
direncanakan,
diimplementasikan dan dikelola dalam organisasi. c. Bagi penulis, pelaksanaan tesis ini diharapkan dapat membentuk konsep berpikir sistematis dalam rangka sintesis ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang keahlian, dalam hal ini fokus pada rekayasa informasi (information engineering) dan kolaborasi.
7
I.6
Metodologi
Dalam penelitian ini digunakan metodologi non-experimental atau qualitative design. Berdasarkan metodologi yang digunakan, dijabarkan langkah-langkah yang diilustrasikan pada gambar I-2.
Paper terkait pemodelan proses kolaborasi Konsep dasar dan requirements
Analisis Model Kolaborasi
Perancangan Model Kolaborasi
Model Proses Kolaborasi
Lingkungan Kolaborasi (Collaborative Environment) Kolaborasi
Ontologi Deduction Rules
Perancangan Lingkungan Kolaborasi
Lingkungan Kolaborasi
Perancangan Ensiklopedia pada lingkungan kolaborasi
Model Ensiklopedia
Pemodelan Sistem
Information Engineering : Ensiklopedia
Legenda
Studi Literatur
input
Penarikan Kesimpulan
proses output
Implementasi (Simulasi Studi Kasus) 4
Gambar I.2 Skema Metodologi Pelaksanaan Tesis
Penjelasan skema metodologi pelaksanaan tesis adalah sebagai berikut : a. Studi literatur Studi literatur meliputi konsep rekayasa informasi, konsep kolaborasi (meliputi model proses kolaborasi, requirement proses kolaborasi, dan lingkungan kolaborasi) dan pemodelan sistem (meliputi konsep ontologi dan deduction rules).
8
b. Analisis dan Perancangan Model Proses Kolaborasi Proses analisis dan perancangan model proses kolaborasi dilakukan dalam rangka menjawab turunan research question yang pertama yaitu “Bagaimana membangun proses kolaborasi yang efektif dan dinamis ?”. Proses analisis model kolaborasi dilakukan dengan mengelaborasi reference model. Reference model kemudian digunakan untuk menganalisis dan merancang model kolaborasi. Pada tahap akhir dilakukan evaluasi terhadap model kolaborasi berdasarkan prasyarat kolaborasi. Hasil dari evaluasi ini menyatakan posisi dari model kolaborasi yang telah dibangun. c. Perancangan Lingkungan Kolaborasi Perancangan lingkungan kolaborasi dilakukan dengan memetakan model kolaborasi pada lingkungan yang
dibangun berdasarkan framework
kolaborasi dari DARPA. Setelah lingkungan kolaborasi terbentuk, dilakukan perancangan manajemen perubahan untuk mengatasi berbagai perubahan pada proses kolaborasi. Kemudian dilakukan pendefinisian Collaborative Critical Success Factors (CCSF) yang digunakan sebagai pemandu dan alat ukur kesuksesan lingkungan kolaborasi yang telah dibangun. Selain faktor kesuksesan, didefinisikan pula konsep error management sebagai usaha untuk identifikasi resiko dan penilaian rencana kontigensi. Keseluruhan proses ini dilakukan dalam rangka menjawab turunan research question yang kedua, yaitu
”Bagaimana membangun
lingkungan
kolaborasi
yang mampu
mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis?”. d. Perancangan Model Ensiklopedia Dalam perancangan model ensiklopedia, dilakukan pemetaan atas layer dalam ensiklopedi dengan level yang ada dalam collaborative framework. Pemetaan ini didasarkan pada aktivitas yang dilakukan di masing-masing layer atau level. Dengan adanya sinkronisasi antara layer pada ensiklopedia dan level pada collaborative framework maka diharapkan sistem collaborative akan terbangun sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Setelah itu dirancang model otomasi untuk mentransformasi model antar layer dalam ensiklopedia.
9
Model otomasi ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan pemeliharaan lingkungan kolaborasi. e. Implementasi (Simulasi Studi Kasus) dan Evaluasi Pada bagian ini dilakukan implementasi model ensiklopedia pada domain yang telah dipilih. Proses implementasi diawali dengan perumusan skenario simulasi yang menghasilkan protokol simulasi. Dari hasil implementasi dilakukan analisis apakah model ensiklopedia yang dibangun mampu menangani persoalan pada suatu proses kolaborasi. Proses analisis diakhiri dengan pendefinisian sejumlah rekomendasi agar implementasi ensiklopedia dapat berjalan secara optimal. f. Penarikan Kesimpulan Pada bagian ini dilakukan penarikan kesimpulan atas seluruh proses penelitian yang dilakukan. I.7
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam tesis ini adalah sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan Bab Pendahuluan berisi latar belakang pengerjaan tesis dan rumusan masalah yang mendeklarasikan research question. Bagian ini juga berisi kontribusi hasil tesis dan metodologi dalam pengerjaan tesis.
BAB II
: Kajian Terkait Pada bagian ini berisi kajian yang menjadi landasan pelaksanaan tesis atau state of the art. Kajian yang terkait antara lain konsep ensiklopedia dalam rekayasa informasi, konsep kolaborasi, dan konsep pemodelan sistem yaitu ontologi dan deduction rules.
BAB III : Analisis dan Perancangan Model Kolaborasi Pada bagian ini dipaparkan analisis dan perancangan model kolaborasi. Tahapan yang dilakukan adalah observasi dua model kolaborasi sebagai reference
model,
kemudian
analisis
model
kolaborasi
dengan
memetakan kedua model tersebut serta mendefinisikan elemen dan
10
relasi yang sesuai. Tahap perancangan model kolaborasi dilakukan dengan membentuk relasi dasar dari elemen-elemen yang telah terdefinisi. Relasi dasar ini kemudian digunakan untuk membentuk model kolaborasi library, solicitation, team, community, process support, serta deduction rules. Tahap ini ditutup dengan melakukan evaluasi model kolaborasi berdasarkan prasyarat proses kolaborasi. Hasil evaluasi memposisikan model kolaborasi yang telah dibangun. Bab III bertujuan untuk menjawab turunan research question pertama dari tesis ini. BAB IV : Perancangan Lingkungan Kolaborasi Bagian
perancangan
lingkungan
kolaborasi
diawali
dengan
mendefinisikan framework yang digunakan,
yaitu collaborative
framework
selanjutnya
dari
DARPA
IC&V.
Langkah
adalah
mengidentifikasi model kolaborasi, dan memetakan model kolaborasi terhadap
lingkungan
kolaborasi.
Setelah
itu
dilakukan
proses
perancangan masing-masing level dalam lingkungan kolaborasi. Untuk menjamin dan menilai keberhasilan sistem dirumuskan pula kriteria kesuksesan lingkungan kolaborasi atau Collaborative Critical Success Factors (CCSF) dan Error management sebagai usaha untuk identifikasi resiko dan penilaian rencana kontigensi. Bab IV bertujuan untuk menjawab turunan research question kedua dari tesis ini. BAB V
: Perancangan Model Ensiklopedia Dalam bagian ini dirumuskan keterkaitan antara lingkungan kolaborasi dengan ensiklopedia. Setelah itu dilakukan perancangan pada masingmasing layer yaitu information strategy planning, business area analysis, system design, dan construction. Bab V bertujuan untuk menjawab research question utama dari tesis ini.
BAB VI : Implementasi Bagian ini menjelaskan bagaimana cara menggunakan artifak yang dihasilkan dalam pelaksanaan tesis ini. Langkah pertama yaitu
11
perancangan skenario simulasi yang menghasilkan protokol simulasi. Kemudian dilakukan pelaksanaan simulasi dan diakhiri dengan rekomendasi implementasi ensiklopedia. BAB VII : Penutup Pada bagian ini dipaparkan kesimpulan seluruh pelaksanaan tesis dan saran perbaikan dan pengembangan tesis di masa yang akan datang.