BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi di tengah masyarakat. Karya sastra merupakan suatu karya cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. pengarang sebagai pencipta karya sastra berperan sangat penting dalam proses penciptaan suatu karya sastra. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat dan berhubungan dengan sosial lingkungannya, sehingga karya sastra yang dihasilkan benar-benar menjadi sebuah cerminan dari masyarakat. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan Wellek dan Werren (1990 : 109), bahwa sastra “menyajikan kehidupan “ dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. Secara umum sastra Bali dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu : sastra Bali Purwa (klasik) dan sastra Bali Anyar (modern). Sastra Bali Purwa adalah sastra Bali yang merupakan warisan budaya masa lampau yang di dalamnya terkandung nilai-nilai tradisi masyarakat pendukungnya serta memiliki bentuk khas sebagai ciri kedaerahan. Sedangkan sastra Bali Anyar (modern) adalah sastra Bali yang telah mendapat pengaruh dari unsur- unsur sastra modern. Dalam tataran modern, kesusastraan Bali dapat dikelompokkan ke dalam bentuk puisi, cerpen, novel dan drama (Suardiana, 2007 : 1) .
1
Dalam kesempatan ini, yang akan diteliti lebih lanjut adalah mengenai drama. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau beraksi. Drama dapat mengandung arti lebih luas, yaitu sebagai salah satu genre sastra atau drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra, sedangkan drama pentas adalah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis, seni kostum, seni rias, dan sebagainya (Waluyo, 2002 : 2 ) Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk di pentaskan. (Sumardjo & Saini, 1988 : 31). Menurut Tarigan, (1984 : 88) perlu ditegaskan di sini bahwa kalau berbicara tentang jenis atau genre di dalam drama, maka pembagian itu jelas berdasarkan isi. selain dari segi isi, drama juga memiliki suatu bentuk yang bentuknya tersebut di bagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu : (1) drama dalam bentuk prosa, (2) drama berbentuk puisi, (3) drama berbentuk campuran prosa dan puisi. Jadi, berdasarkan ketiga bentuk yang dipaparkan di atas, maka drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” termasuk kedalam bentuk prosa. Dengan demikian unsur-unsur prosa tidak bisa lepas dari pembentukan strukturnya.
Berbicara mengenai drama, maka akan bertemu dengan istilah text
play (naskah) dan theatre (pertunjukan). Menurut Tarigan (1984:73) memisahkan dua bagian pengertian drama, yaitu drama sebagai text play dan drama sebagai theatre. Hubungan antara text play dan theatre memang sangat erat, dapat dikatakan bahwa setiap theatre membutuhkan text play. Dengan kata lain, setiap
2
lakon atau pertunjukan harus mempunyai naskah yang akan dipentaskan. Sebaliknya tidak otomatis setiap naskah merupakan theatre, sebab ada saja kemungkinan suatu naskah sukar tidak mungkin dimainkan. Dengan demikian naskah yang seperti ini hanyalah berfungsi sebagai bahan bacaan saja, bukan untuk dipertunjukan. Adapun kriteria drama sebagai teks play (naskah) menurut Tarigan adalah : (1) drama sebagai text play (naskah) adalah hasil sastra milik pribadi, yaitu milik penulis drama tersebut, (2) text play (naskah) masih memerlukan penggarapan yang baik dan teliti, baru dapat dipanggungkan sebagai theatre, (3) text play (naskah) adalah bacaan. Uniknya teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” ini tidaklah menggunakan naskah. Melainkan penulis membuat naskah sendiri dari menayangkan rekaman drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” yang sudah dipentaskan dan terrekam dalam bentuk VCD. Inilah letak keunikan dari penelitian ini, karena drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” bukanlah drama sebagai text play, namun penelitian ini merupakan pementasan yang di buat menjadi sebuah text play. Kepopuleran drama gong di Bali membuat banyak bermunculan lakon atau cerita-cerita drama gong. Drama gong “Drama Gong I Made Subandar Hasta Komala” merupakan salah satu lakon drama gong yang sudah pernah dipentaskan sebagai seni pementasan dalam acara PKB (Pesta Kesenian Bali) tahun 2013 yang dibawakan oleh Sekaa Drama Gong DKD (Duta Kesenian Denpasar) Banjar Betngandang, Sanur, Denpasar Selatan, merupakan sebuah karya drama gong yang disutradarai oleh I Gede Anom Ranuara, S.Pd.,S.Sn yang berasal dari desa Kesiman, Denpasar.
3
Teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” ini mempunyai cerita yang sangat menarik yang mewacanakan penyamaran diri atau merahasiakan keberadaan diri dalam rangka menemukan identitas dirinya sebagai Putra Raja dan drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” merupakan salah satu drama gong yang memodifikasi motif panji. Cerita panji pada hakekatnya adalah menceritakan tokoh kerajaan Kahoripan dan Kerajaan Daha. Kerajaan ini menjalin hubungan persaudaraan melalui perkawinan, tetapi perjalanan menuju perkawinan yang agung selalu mendapat hambatan, tantangan dan rintangan yang datang dari pihak kerajaan yang menginginkan Putri Daha sebagai istri atau dari kerajaan yang menginginkan Putra Kahoripan sebagai suaminya. Akan tetapi dalam lakon drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” memiliki bangunan kerajaan yang berbeda dengan cerita panji pada umumnya. Dalam cerita ini sebagai pihak putri Kahoripan yang hilang, dan daha sebagai pihak laki-laki. Teks wacana nyineb wangsa dalam drama gong ini memiliki keunikan tersendiri, yang memiliki cerita yang berbeda dengan drama gong lainnya. Peristiwa penting yang menggerakkan teks cerita drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” ini adalah mewacanakan penyamaran diri tokoh utama untuk menemukan identitasnya sebagai seorang Putra Raja. Penyamaran pribadi dalam tokoh Made Subandar dalam tradisi Bali dikenal dengan istilah nyineb wangsa. Nyineb wangsa dalam naskah ini adalah solusi yang tepat dalam memecah kebuntuan dalam keluarga. Ditambah dengan adanya keterjalinan yang baik dalam strukturnya yang menjadi suatu kesatuan, menjadikan jalan cerita drama ini sangat menarik untuk
4
disaksikan dan kemudian dibuat naskah dalam penelitian ini. Ketertarikan setelah menonton pementasan drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” dalam rekaman VCD ini berlanjut dengan keinginan untuk menelitinya dengan pendekatan bentuk, fungsi, dan makna yang terkandung dalam drama gong tersebut, karena ditunjang dengan aspek-aspek sosialnya yang memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Selain itu, drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” menarik untuk dibahas karena drama gong ini mengangkat salah satu cerita panji yang mulai dilupakan masyarakat zaman sekarang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka cerita dalam drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” dipandang layak untuk dijadikan objek penelitian dan dari hasil pengamatan, naskah drama Drama Gong I Made Subandar Hasta Komala ini belum pernah diangkat sebagai objek penelitian. Penelitian ini akan dianalisis dari segi bentuk, fungsi, dan makna yang terkandung dalam teks drama gong, sehingga nantinya dapat diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan tentunya dapat bermanfaat bagi pembaca.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalah yang akan dikaji dirumuskan dengan bentuk pertanyaan di bawah ini : 1.
Bagaimanakah bentuk dari teks Drama Gong I Made Subandar Hasta Komala?
5
2.
Bagaimanakah fungsi dan makna dari teks Drama Gong I Made Subandar Hasta Komala?
1.3 Tujuan Penelitian Yang dikerjakan manusia pada hakekatnya memiliki suatu tujuan. Tujuan merupakan landasan utama yang perlu diperhatikan dalam berbuat sesuatu yang member motivasi terwujudnya sebuah hasil penelitian. Adapun tujuan penelitian ini, secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian terhadap teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” ini adalah memberikan gambaran yang jelas dalam memahami karya sastra drama. Berdasarkan analisis bentuk, fungsi, dan makna dalam teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” tersebut, diharapkan akan memberikan sumbangan yang positif dalam usaha untuk memahami lebih baik teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala”. Tujuan ini sekaligus sebagai usaha kongkret dalam memperkaya dan mempertinggi daya apresiasi bagi pemahaman karya sastra drama di masa mendatang khususnya drama gong. 1.3.2 Tujuan Khusus Melihat dari masalah yang terlihat di atas maka secara khusus tujuan penelitian terhadap drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” ada dua yaitu : a)
Untuk mendeskripsikan struktur
yang membangun drama gong “I Made
Subandar Hasta Komala”.
6
b) Mendeskripsikan fungsi dan makna untuk dapat memahami dan menggali lebih dalam mengenai aspek-aspek yang terdapat dalam teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala”.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian terhadap karya sastra modern sangat besar manfaatnya bagi
perkembangan apresiasi masyarakat. Sesuai dengan tujuan di atas, maka hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan masyarakat untuk lebih mengenal keberadaan karya sastra modern khususnya drama gong yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Hindu di Bali dalam dalam melestarikan kebudayaan warisan leluhur. 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran berupa uraian mengenai satuan – satuan yang membangun struktur dari drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” serta mengenai bentuk, fungsi maupun makna yang terdapat dalam teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” melalui sebuah pendekatan semiotik. Meningkatkan pengetahuan dan kecintaan terhadap karya sastra sebagai titik pencerahan budaya dan seni yang terus mengalami perkembangan dan kemajuan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya khazanah karya sastra Bali khususnya Drama Gong yang erat sekali hubungannya dengan masyarakat. Penelitian merangsang generasi muda serta masyarakat luas dalam rangka pelestarian, pembinaan, dan pengembangan kebudayaan khususnya kesusastraan Bali.
7