BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian Sikap dan perilaku profesional merupakan hal yang terpenting pada berbagai bidang profesi, tuntutan akan sikap yang profesional telah menjadi hal yang pasti akan terjadi pada semua bidang profesi, termasuk profesi auditor. Auditor yang memiliki sikap profesional dalam melakukan pekerjaannya tentu diharapkan akan menghasilkan kualitas audit atas laporan keuangan perusahaan yang memenuhi standar akuntansi yang berlaku umum atau GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), sehingga terbebas dari adanya kemungkinan resiko kecurangan (risk of fraud). Jika seorang auditor tidak mampu atau gagal memenuhi tuntutan tersebut, maka pihak-pihak yang memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh auditor tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan kembali terhadap hasil output pekerjaan mereka sebagai auditor. Dalam proses menjalani profesinya, auditor dituntut untuk selalu menjaga sikap profesionalitasnya, serta terbebas dari kepentingan-kepentingan yang dapat mempengaruhi
sikap
profesionalitasnya.
Semakin
dibutuhkannya
praktik
akuntansi yang sehat, maka sikap profesionalitas pun menjadi sangat penting. Namun, terdapat beberapa kasus dimana etika sama sekali tidak diperhatikan oleh para auditor sehingga tingkat kepercayaan masyarakat ataupun klien yang bersangkutan menjadi menurun. Contoh kasus yang melibatkan profesi auditor
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
adalah kasus Enron dan Arthur Anderson, dimana auditor independen Arthur Anderson memiliki dua peran yang semestinya tidak dilakukan oleh seorang auditor yang profesional, yaitu menjadi auditor independen sekaligus konsultan bisnis Enron. Di Indonesia sendiri, juga terdapat kasus yang melibatkan auditor, seperti pada kasus UD Raden Motor. Kasus yang bergulir sejak 2010 ini bermula saat UD Raden Motor mengajukan pinjaman sejumlah Rp 52 miliar dengan agunan berupa surat berharga, di antaranya sertifikat. Pengajuan pinjaman ditujukan untuk pengembangan usaha di bidang otomotif seperti showroom jual beli mobil bekas dan perbengkelan mobil atau otomotif. Tapi, kenyataannya, pinjaman digunakan untuk bidang usaha lain. Hingga akhir masa pinjaman, pihak UD Raden Motor tidak bisa melunasinya, pihak BRI sebagai bank yang bersangkutan sempat memberikan tenggang waktu selama setahun kepada UD Raden Motor untuk menjual aset dan membayar pinjaman yang pernah diperoleh, namun tidak dilakukan oleh yang bersangkutan. Pada proses pemberian kredit ini, pihak Kejaksaan
Tinggi
Jambi
melihat
ada
ketidakberesan,
dan
melakukan
penyelidikan. Hasilnya, tiga orang telah ditetapkan sebagai tersangka. Yaitu Effendi Syam sebagai mantan Account Officer BRI cabang Jambi, Zein Muhammad sebagai
sebagai Pimpinan Perusahaan Raden Motor, dan Biasa Sitepu
akuntan
publik
yang
mengaudit
UD
Raden
Motor
(www.tribunnews.com). Bahkan, baru-baru ini terdapat kasus yang menunjukkan ketidakmampuan KAP besar. Ernst & Young ShinNihon LLC sebagai auditor independen PT.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Toshiba tidak mampu mengungkap penggelembungan laba senilai 1,2 miliar US Dollar sejak tahun 2008 dan baru menguap pada bulan Juli tahun 2015. Kasus diatas menunjukkan bahwa masih terdapat lubang dalam sikap profesionalisme seorang auditor. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal utama, yaitu keahlian, pengetahuan, dan karakter. Karakter dianggap sebagai faktor penting karena karakter mencerminkan suatu kepribadian yang ditunjukkan melalui sikap, dan perilaku etis (Evi, 2003). Oleh karena itu, karakter seorang auditor diperlukan untuk menutup lubang tersebut. Sedangkan menurut Hall (2007), profesionalisme seorang auditor dapat dilihat dari lima indikator, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan sesama profesi. Seseorang dapat dikatakan profesional salah satunya adalah ketika ia mempunyai pengalaman kerja, sehingga ilmu dan kecermatan yang ia miliki dalam melakukan audit akan lebih baik untuk menganalisis suatu permasalahan, sensitif terhadap berbagai macam situasi, serta dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi permasalahan yang dihadapinya. Seorang auditor dapat dikatakan berpengalaman dengan melihat 3 aspek, yaitu lamanya ia bekerja, banyaknya penugasan yang telah ia tangani, dan beragamnya jenis perusahaan yang pernah ia audit. Semakin lama ia bekerja, banyak penugasan yang telah ia selesaikan, dan beragamnya jenis perusahaan (klien) yang pernah ia tangani, maka kemungkinan adanya sikap profesionalisme pun semakin tinggi. Namun, apabila seorang auditor masih tergolong memilki pengalaman kerja yang rendah, maka kinerjanya akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
terasa kurang optimal dan akan mempengaruhi profesionalisme pada dirinya sebagai seorang auditor. Pengalaman merupakan bagian penting bagi seorang auditor dalam melakukan prosedur audit, karena pengalaman seorang auditor mencerminkan keahlian yang ia miliki, serta cenderung mempengaruhi tingkat profesionalitas auditor. Pengalaman-pengalaman yang mampu meningkatkan keahlian seorang auditor tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti pelaksanaan tugastugas pemeriksaan terhadap klien yang ia tangani, serta pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan erat dengan pengembangan keahlian auditor. Kemudian, pengalaman juga memiliki kontribusi dalam upaya untuk mengembangkan tingkah laku dan sikap seorang auditor. Pengalaman yang diperoleh auditor ketika mereka melakukan tugas-tugas pemeriksaan atau pelatihan akan menunjukkan dampak
bagi
pengembangan
tingkah
laku
yang
dapat
meningkatkan
profesionalitasnya melalui keahlian yang dimiliki untuk lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam melakukan audit. Serta, pengalaman-pengalaman yang didapat auditor tersebut, akan memungkinkan berkembangnya potensi yang ia miliki karena adanya pengalaman-pengalaman yang didapatkan. Auditor sebagai profesi yang hasil pekerjaannya menghasilkan opini atas laporan keuangan tentu perlu untuk menjaga sikap profesionalnya dengan memperhatikan etika profesinya. Maka untuk menjaga sikap profesionalisme auditor, perlu disusun suatu etika profesional. Etika profesional ini akan dibutuhkan oleh auditor untuk menjaga kepercayaan masyarakat luas sebagai pihak penerima hasil output pekerjaan auditor terhadap mutu audit yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
dilakukannya. Karena masyarakat menghargai suatu profesi yang menetapkan standar mutu tinggi atas pekerjaan yang dilakukan suatu profesi tersebut, dengan demikian masyarakat tentu akan merasa terjamin untuk menggunakan jasa yang dapat diandalkan dan berstandar mutu yang tinggi dari
profesi
yang
bersangkutan. Etika profesi itu sendiri telah diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) yang memuat lima prinsip dasar etika profesi, yaitu integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional. Seorang auditor yang profesional akan memahami pekerjaannya dengan baik, pemahaman akan profesi ini disebut sebagai etika profesi. Dalam KBBI, persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, dan merupakan suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Walgito (2010), apabila ditinjau dari aspek psikologis, persepsi didefinisikan sebagai proses individu untuk memahami objek tertentu yang diawali dengan munculnya rangsangan dari objek yang diterima melalui alat indera, kemudian diteruskan ke otak sehingga individu tersebut dapat memahami objek yang diterimanya. Sedangkan menurut Gibson et al (1996), persepsi adalah proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, simbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif yang dimaksud adalah penafsiran pribadi oleh individu-individu yang berbeda terhadap objek yang sama, sehingga akan menimbulkan pendapat yang berbeda walaupun mengamati objek yang sama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Dalam Nujmatullaily (2010), Proses pembentukan persepsi dipengaruhi oleh faktor perhatian dari luar, meliputi intensitas, ukuran, pengulangan dan gerakan. Sedangkan faktor dari dalam, yaitu faktor dari dalam diri seseorang yang memiliki proses persepsi antara lain proses belajar, motivasi dan kepribadian. Sedangkan menurut Sarita dan Agustia (2009), sikap seorang auditor terhadap pekerjaan yang ditekuninya secara potensial juga dipengaruhi oleh bagaimana persepsi auditor atas profesinya. Persepsi profesi dapat berupa persepsi positif atau persepsi negatif. Apabila auditor mempunyai persepsi negatif atas profesinya, maka auditor akan beranggapan bahwa profesi yang dilakukannya memberikan hasil bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan dampak bagi pihak lain jika tidak dilaksanakan sesuai dengan kode etik profesi yang berlaku. Jika seorang auditor memiliki persepsi positif atas profesinya, maka auditor mampu memahami segala sesuatu mengenai profesi yang dijalankannya, serta berargumen bahwa profesinya merupakan profesi yang memiliki peran penting bagi pihak lain, sehingga akan menjalankannya dengan profesionalisme yang tinggi. Untuk mencapai hasil audit yang diharapkan, auditor juga dapat melakukan berbagai macam cara. Cohen, Pant dan Sharp (1993) dan Tsakumis, Campbell dan Doupnik (2009) menegaskan bahwa Certified Public Accountants (CPAs) harus mempertimbangkan aspek budaya ketika merencanakan pemeriksaan audit. Dengan kata lain, dalam menjalankan tugasnya seorang auditor harus memperhatikan kebudayaan yang terdapat di wilayah tempat mereka bertugas. Hal tersebut dapat membantu auditor dalam meningkatkan kinerjanya untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
menghasilkan output yang lebih optimal. Begitu pula dengan kebudayaan asal dari auditor, hal tersebut juga menentukan sikap profesionalisme mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah pengalaman kerja seorang auditor dan dengan adanya penerapan aturan etika, serta persepsi profesi dan kebudayaan akan mempengaruhi sikap pertimbangan profesionalitas auditor dalam membuat keputusan selama tahap perencanaan audit. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Nurwiyati (2015). Pada penelitian sebelumnya, didapatkan hasil penelitian bahwa penerapan aturan etika, pengalaman kerja, dan persepsi profesi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profesionalisme auditor baik secara parsial maupun simultan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya penambahan variabel kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa sikap profesionalisme auditor juga dipengaruhi dari pola perilaku yang berasal dari kebudayaan auditor masing-masing. Kemudian lokasi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga berbeda. Penelitian sebelumnya dilakukan di wilayah Yogyakarta, sedangkan penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Selatan. Melihat betapa pentingnya profesionalisme auditor dalam praktiknya maka penelitian ini diberi judul Pengaruh Pengalaman Kerja, Penerapan Aturan Etika, Persepsi Profesi, dan Kebudayaan terhadap Profesionalisme Auditor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
B. Rumusan masalah penelitian Profesionalisme seorang auditor dapat dipengaruhi dari berbagai variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang ingin diteliti sejauh mana pengaruhnya terhadap profesionalisme seorang auditor yang pertama adalah pengalaman kerja yang ia miliki, yaitu bagaimana pengalaman seorang auditor mampu meningkatkan sikap profesionalismenya dalam mengambil keputusan atau melakukan kebijakan-kebijakan yang lainnya. Kedua, penerapan aturan etika yang telah ia patuhi, yaitu sejauh mana penerapan aturan etika mempengaruhi profesionalisme seorang auditor yang berdasarkan etika profesi. Ketiga, persepsi terhadap profesinya, yaitu bagaimana pemahaman seorang auditor akan pekerjaannya mampu meningkatkan tugas mereka secara profesional. Keempat, kebudayaan asal mereka, yaitu bagaimana perbedaan kebudayaan mempengaruhi sikap para auditor dalam bekerjasama secara profesional, apakah kebudayaan mempengaruhi profesionalisme mereka atau tidak. Oleh karena itu, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap profesionalisme auditor? 2. Apakah penerapan aturan etika berpengaruh terhadap profesionalisme auditor? 3. Apakah persepsi profesi berpengaruh terhadap profesionalisme auditor? 4. Apakah kebudayaan berpengaruh terhadap profesionalisme auditor?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
C. Tujuan dan kontribusi penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk menguji dan memberikan bukti apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap profesionalisme auditor. 2. Untuk menguji dan memberikan bukti apakah penerapan aturan etika berpengaruh terhadap profesionalisme auditor. 3. Untuk menguji dan memberikan bukti apakah persepsi profesi berpengaruh terhadap profesionalisme auditor. 4. Untuk menguji dan memberikan bukti apakah kebudayaan berpengaruh terhadap profesionalisme auditor. 2. Kontribusi penelitian 1. Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pendidikan khususnya untuk profesi auditor sebagai profesional. 2. Untuk praktisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan guna meningkatkan sikap profesionalismenya. 3. Untuk peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. 4. Untuk masyarakat luas, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai profesi auditor sehingga dapat menambah kepercayaan masyarakat terhadap sikap profesionalisme auditor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/