BAB I PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang Penelitian
Dalam ilmu akuntansi perusahaan merupakan suatu entitas unit usaha yang berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan akan berusaha untuk terus tetap berdiri karena pada prinsipnya perusahaan didirikan untuk beroprasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tentu yang melebihi satu periode akuntansi (going concern). Asumsi going concern adalah suatu asumsi yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan. Asumsi ini mengharuskan perusahaan secara operasional memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup perusahaan (going concern) selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika suatu perusahaan mengalami permasalahan keuangan (financial distress), kegiatan operasional akan terganggu dan hal tersebut menyebabkan makin tingginya risiko entitas perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya di masa yang akan datang. Hal ini dapat mempengaruhi opini audit yang akan diberikan oleh auditor (Ayu, 2010). Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi beberapa kali dalam kurun waktu kurang dari 15 tahun yang menyebabkan dampak secara
global. Seperti beberapa kasus yang pernah terjadi beberapa perusahaan di Amerika Serikat seperti Enron dan Worldcom. Kasus yang terjadi ini banyak melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. (Weiss, 2002) Dalam Tucker et al (2003) menemukan bahwa dari 288 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadi kebangkrutan. Peristiwa serupa pernah terjadi di Indonesia. Beberapa bank di likuidasi setelah sebelumnya menerima opini wajar tanpa pengecualian. Pada awal tahun 1990, Bank Suma dilikuidasi. Selanjutnya terdapat 17 bank yang telah dilikuidasi pemerintah per 1 november 1997, diantaranya, Bank Prashida dan Bank Ratu dilikuidasi tahun 2000. Unibank pada tahun 2001, Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali pada tahun 2004, Bank Dagang Global Internasional pada tahun 2005, dan yang terakhir Bank Century pada tahun 2011. Pada kasus Bank Century, pihak auditor
secara
telah
bertindak
secara
professional
dengan
melakukan
persekongkolan dengan pihal intern Bank Century dengan me-Mark Up laporan keuangan yang sebenarnya telah tidak sehat agar mendapatkan pinjaman dana dari Bank Indonesia dan dapat menarik kembali investor dan nasabah sebanyakbanyaknya (Kompas, 25 Februari 2010). Dalam peristiwa di atas menunjukan bahwa adanya kesalahan yang dilakukan oleh auditor dalam mengungkapkan keadaan yang sebenarnya yang terjadi di dalam perusahaan klien. Auditor harus mempunyai keberanian untuk mengungkapkan apa yang sebenenarnya terjadi mengenai kelangsungan hidup (going concern) perusahaan klien.
Kelangsungan hidup sebuah entitas biasanya akan dihubungkan dengan kemampuan manajemen membawa satuan usaha tersebut membawa satuan usaha tersebut untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya selama mungkin. Hak ini secara tidak langsung manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memastikan entitas untuk dapat terus bertahan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Auditor bertanggung jawab sebatas opini yang diberikan, sementara isi dari laporan keuangan sepenuhnya tanggung jawab manajemen. Namun tanggung jawab tersebut bisa berpotensi melebar kepada auditor. Auditor, melalui opininya yang terangkum dalam laporan audit mulai diminta tanggung jawabnya untuk mengungkap kelangsungan hidup suatu entitas (Solikah, 2007). Auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kelangsungan hidup entitas selama periode di masa yang akan datang. Dan Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996) dalam Pradiptorini dan Januarti (2007). Jika auditor tidak dapat memberikan early warning yang memadai tentang kegagalan entitas perusahaan di masa yang akan datang dalam laporan auditnya maka hal tersebut akan memberikan dampak yang merugikan bagi para pengguna laporan audit, terlebih para investor yang akan atau telah menanamkan modalnya pada entitas perusahaan tersebut. Maka dari itu opini audit merupakan salah
satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam
menentukan keputusan investasi. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan suatu bentuk informasi bahwa perusahaan yang diaudit telah
menyajikan laporan keuangannya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga para investor tidak lagi memiliki keraguan untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Hal tersebut membuat auditor memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengeluarkan opini aduit going concern yang relevan dengan kondisi yang sesungguhnya. Kajian mengenai opini audit going concern dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor keuangan maupun non keuangan. Masalah timbul ketika banyak auditor yang salah dalam memberikan opini audit going concern. Beberapa penyebabnya antara lain adalah, pertama, masalah self fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa ketika auditor memberikan audit going concern nya maka perusahaan akan lebih cepat bangkrut karena para investor enggan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Venuti, 2007) dalam Pradiptorini dan Januarti (2007). Masalah yang kedua adalah, hampir tidak adanya panduan yang jelas yang bisa menjadi acuan pemilihan tipe opini audit dengan penjelasan going concern yang harus dipilih (Fanny dan Saputra, 2005). Namun Auditor harus bisa mengungkap ketidakpastian yang demikian di dalam alinea penjelas mengikuti alinea opini. Secara umum ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern adalah sebagai berikut (SPAP, 2001): 1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen. 3. Masalah intern, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas suksesnya suatu proyek. 4. Masalah ekstern, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, bencana yang tidak diasuransikan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama.
Debt default atau didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan dalam membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo, memberikan kekuatan penjelas yang signifikan untuk keputusan opini audit going concern. Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30 menyebutkan bahwa indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam memberikan opininya adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Jadi jika perusahaan sedang dalam kondisi default maka kemungkinan perusahaan tersebut akan mengalami kebangkrutan. Perusahaan dengan nilai aset yang kecil daripada nilai kewajibannya dapat membahayakan keamampuan perusahaaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup
bisnisnya
di
masa
yang
akan
mempertimbangkan secara serius dalam
datang
sehingga
auditor
akan
memberikan pendapatnya. Karena
kebangkrutan atau ketidak mampuan perusahaan dalam
menyelesaikan
kewajibannya merupakan salah satu hal yang dapat membuat perusahaan tersebut akan memiliki kemampuan going concern atau tidak. Pertumbuhan perusahaan dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan
kelangsungan
aktivitas
bisnisnya.
Pertumbuhan
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio pertumbuhan penjualan perusahaan. Sebuah perusahaan yang memiliki sales growth positif yakni perusahaan yang dapat meningkatkan volume penjualan dari tahun-tahun sebelumnya mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan kelangsungan aktivitas bisnisnya. Hingga saat ini topik tentang bagaimana tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
yang mendorong auditor dalam
menerbitkan opini going concern berbeda-beda dan hasilnya tidak konklusif. Maka dari itu peneliti ingin menguji kembali faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi terhadap penerimaan opini going concern yakni dengan pendekatan debt default, kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam penelitian yang berjudul: “Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 20102012)”
1. 2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah yang diajukan diantaranya: 1. Apakah debt default mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini audit going concern. 2. Apakah kualitas audit mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini audit going concern. 3. Apakah
pertumbuhan
perusahaan
mempengaruhi
kemungkinan
penerimaan opini audit going concern. 4. Apakah debt default, kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
1. 3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kualitas audit terhadap penerimaan opini audit going concern. 3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh debt default, kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.
1. 4
Kegunaan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak bersangkutan diantaranya:
A. Bagi Inverstor dan Pengguna Laporan Keuangan Lainnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menanalisa laporan keuangan perusahaan dan faktor lain dalam pengambilan keputusan.
B. Bagi Auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana audit yang digunakan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan prosedur audit.
C. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktorfaktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan aktivitas bisnisnya selalu.
D. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini. Dan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
E. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literature terdahulu mengenai analisis terhadap penerimaan opini audit going concern.
1. 5
Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis melakukan penelitian melalui situs website www.idx.co.id dan pojok bursa Universitas Widyatama yang berlokasi di jalan Cikutra No. 204 A