BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu sindroma atau kumpulan gejala/keluhan berupa nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. Keluhan pada saluran pencernaan merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari (Haag dkk, 2008). Gaya hidup modern seperti konsumsi makanan cepat saji, minuman beralkohol, kurang asupan serat adalah beberapa faktor yang dikaitkan dengan terganggunya fungsi organ pencernaan. Gangguan pada organ pencernaan berkaitan dengan faktor psikis. Stres berlebihan atau berkepanjangan diduga menyebabkan meningkatnya sekresi asam lambung yang diketahui merupakan salah satu penyebab dispepsia (Ambarwati, 2005). Prevalensi dispepsia di seluruh dunia cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dispepsia mempengaruhi 25% dari populasi Amerika Serikat dan sekitar 5% dari semua penderita pergi ke dokter pelayanan primer (Tack dkk, 2006). Sedangkan Inggris memiliki prevalensi dispepsia sekitar 21% dan hanya 2% dari populasi tersebut berkonsultasi ke dokter pelayanan primer dengan episode baru. Data Profil Kesehatan Indonesia 2007 menunjukkan dispepsia sudah menempati peringkat ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan jumlah pasien
1
2
34.029 atau sekitar 1,59%, dengan 60%-70% pasien dengan dispepsia fungsional yang masuk kebagian Gastroenterohepatologi berdasarkan data dari berbagai rumah sakit di Indonesia (Andre dkk, 2013; Cahyanto dkk, 2014). Kunjungan pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya cukup banyak. Data dari register kunjungan pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya tahun 2014 menunjukkan kunjungan pasien rawat jalan dengan dispepsia sebanyak 328 orang atau dengan rata-rata kunjungan 27 orang perbulan. Pasien kunjungan rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya pada tahun 2014 dengan dispepsia fungsional sebanyak 178 orang, atau sekitar 53%. Hal ini disebabkan RSUD Wangaya adalah rumah sakit lini ke-2 yang melayani rujukan seluruh kabupaten di Bali, dan melayani rujukan BPJS Mandiri maupun Non-Mandiri. Faktor psikologis juga memiliki peranan yang penting dalam penanganan dispepsia fungsional (Harmon & Peura, 2010). Faktor psikologis meliputi bagaimana individu menggunakan strategi coping yang tepat ketika menderita suatu penyakit termasuk dispepsia (Ambarwati, 2005). Tujuan strategi coping mengarah pada proses pemecahan masalah dan keseimbangan emosional pada diri individu akibat suatu kebutuhan atau tuntutan yang melebihi kapasitas dari individu. Faktor-faktor kontekstual dan personal mempengaruhi bagaimana individu menilai kejadian-kejadian kehidupan, strategi coping mana yang dipilihnya serta seberapa efektif coping tersebut untuk mengatasi stres (Mohino dkk, 2004; Madonna, 2014). Penelitian tentang pengaruh strategi coping terhadap beberapa masalah kesehatan sudah pernah dilakukan seperti penelitian Rubbyana,(2012) ditemukan
3
bahwa ada korelasi positif antara strategi coping dengan kualitas hidup pada penderita skizofrenia remisi. Penelitian kualitatif Ambarwati, (2005) ditemukan bahwa seluruh sampel dengan dispepsia fungsional cenderung memilih emotionalfocused coping. Emotional focused coping yang dipilih biasanya escapism dan seeking meaning dengan urutan escapism di urutan pertama dan seeking meaning diurutan kedua. Ketidakefektifan emotional-focused coping yang dipilih penderita dispepsia fungsional sedikit banyak dipengaruhi oleh strategi coping destruktif yang mereka kembangkan (Ambarwati, 2005). Peneliti belum menemukan penelitian tentang hubungan strategi coping dengan dispepsia yang dilakukan di RSUD Wangaya. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh strategi coping dengan dispepsia fungsional pasien rawat di poliklinik Penyakit Dalam jalan di RSUD Wangaya Denpasar. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah ada pengaruh active coping, acceptance coping, emotional focused coping, avoidance coping, religious coping dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya Denpasar?” 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh strategi coping dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya Denpasar.
4
1.3.2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengaruh strategi active coping dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya Denpasar. b. Untuk mengetahui pengaruh strategi acceptance coping dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya Denpasar. c. Untuk mengetahui pengaruh strategi emotional focused coping dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya Denpasar. d. Untuk mengetahui pengaruh strategi avoidance coping dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya Denpasar. e. Untuk mengetahui pengaruh stretegi religious coping dengan dispepsia fungsional pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wangaya Denpasar. 1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademik Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Mendapatkan informasi tentang pengaruhstrategi coping pada pasien dispepsia fungsional. b. Menambah pengetahuan dalam upaya penatalaksanaan pasien dengan dispepsia fungsional terkait masalah kesehatan mental
5
c. Menambah literatur mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dispepsia fungsional d. Dapat sebagai data untuk penelitian lebih lanjut yang terkait masalah kesehatan mental pada pasien dispepsia. 1.4.2. Manfaat Klinis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan strategi coping dengan dispepsia fungsional a. Manfaat untuk pasien Mendapat informasi tentang pengaruh strategi coping dengan dispepsia fungsional b. Manfaat untuk Dokter Penyakit Dalam Menjadi
dasar
penatalaksanaan
program
kuratif
dengan
memperhatikan aspek psikologis. c. Manfaat untuk Psikiater Consultation Liaison Psychiatry (CLP) adalah Sub Divisi Ilmu Kesehatan Jiwa yang bisa menyembatani dengan Disiplin Ilmu yang lain didalam penanganan pasien dispepsia fungsional maupun dispepsia organik.
6