Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
STUDI PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN OLEH IBU DALAM MENANGANI PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKUNASE KOTA KUPANG TAHUN 2010 Faizah Assegaf 1, Petrus Romeo2, Marni 3 Abstract: Acute Respiratory Infections (ARI) is one of the serious health problems because ARI can continue to pneumonia which can make a death if not immediately overcome. Mother’s behaviour has an important role in overcoming the ARI problem to child under five-years old, especially of care seeking behaviour by mother to her child under five-years old when they suffering of ARI. The purpose of this research is to know the care seeking behaviour by mother in handling disease of ARI to child under five-years old at working area of Puskesmas Bakunase in Kupang city in 2010. The type of this research is descriptive with using survey method. The way of intake sample of this research is doing with two stages approach, there is first stage choose the location of sample and second stage is choose the respondent of research, with using purposive sampling method. The location which used as sample is Bakunase and Airnona subdistrict. Respondent of research is mothers who their children under five-years old suffering of ARI. Ammount of sample is 78 respondents. Analysis of data is doing with descriptive than presented in frequency table and percent and narated. The result of research shows that: (1) Chosing of seeking of treatment by mother for her child under five-years old who suffering of ARI successively there is 69,23% choose medical treatment, self treatment is 23,08%, and 7,69% choose traditional treatment. (2) The type of use place of medical health service by mother for her child who suffering of ARI successively there is Puskesmas/Pustu is 50,85%, hospital is 13,56%, and practice doctor/nurse is 35,59%. (3) Chosing of self treatment by mother to treat her child who suffering of ARI there is 47,62% using modern medicine, the way of traditional is 28,57%, and traditional medicine is 23,81%. Keywords : Acute Respiratory Infections (ARI) to child under five-years old, seeking of treatment atas dan saluran pernapasan bagian bawah. PENDAHULUAN Penyakit ini datang secara mendadak serta Masalah Kesehatan di Indonesia sangatlah menimbulkan kegawatan atau kematian. kompleks, dimana masih banyaknya penyakit Menurut hasil temuan organisasi kesehatan yang diderita oleh masyarakat terutama pada dunia (WHO) diperkirakan 10 juta anak di kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, dunia meninggal tiap tahun akibat diare, ibu menyusui serta anak di bawah lima tahun HIV/AIDS, Malaria dan ISPA. Kematian yang (balita). Anak-anak merupakan kelompok disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30%, masyarakat yang rentan terhadap berbagai dimana sebagian besarnya adalah karena penyakit, hal ini dikarenakan pada usia pneumonia (Depkes RI, 2007). tersebut anak mulai berinteraksi dengan lingkungan dan sistem imun anak juga masih Kasus ISPA pada balita disebabkan oleh rendah sehingga dapat meningkatkan resiko berbagai faktor resiko, diantaranya faktor untuk terserang berbagai penyakit perilaku ibu dalam penanggulangan penyakit khususnya penyakit infeksi baik itu dari virus, ISPA yang mencakup perilaku pencarian bakteri ataupun jamur. Sebagian besar pengobatan yang dilakukan ibu ketika infeksi ini terjadi pada saluran nafas. Selama balitanya menderita ISPA (Prabu, 2009). bertahun-tahun ISPA merupakan masalah Perilaku pencarian pengobatan yang kesehatan anak dan penyumbang terbesar dilakukan oleh penduduk Indonesia yang penyebab kematian balita (Said, 2006). mengeluh sakit yakni sebanyak 33,11% memilih berobat jalan ke puskesmas, Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan sedangkan sisanya melakukan pengobatan penyakit infeksi pada saluran pernapasan sendiri, berobat ke pengobatan tradisional, yang menyerang saluran pernapasan bagian 1) 2) 3)
Alumni Jurusan PKIP FKM Undana Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
dan tidak berobat (Badan Pusat Statistik, ibu untuk mengobati penyakit ISPA pada 2003). balita. Penyakit ISPA sering dialami oleh anak balita. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan ini hanya bersifat ringan seperti batuk pilek. Episode penyakit batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun, ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Depkes RI, 2007). Di NTT, ISPA termasuk 10 penyakit terbanyak di Puskesmas pada pasien rawat jalan tahun 2007 dan berada pada urutan pertama dengan jumlah kunjungan sebanyak 996.946 jiwa atau 24,47% (Dinkes Provinsi NTT, 2008). ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut menduduki posisi pertama sebagai penyakit paling banyak penderitanya dari 10 penyakit terbesar pada Puskesmas se-kota Kupang tahun 2008 dengan jumlah kasus sebanyak 109.220 orang (Dinkes Kota Kupang, 2009). Berdasarkan laporan penyakit ISPA di kota Kupang hingga Desember 2008 menunjukkan bahwa penderita ISPA tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Bakunase yakni sebanyak 711 orang. Urutan kedua terdapat di wilayah kerja Puskesmas Alak dengan jumlah penderita sebanyak 607 orang. Sedangkan urutan ketiga terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sikumana dengan jumlah penderita sebanyak 543 orang. Wilayah kerja Puskesmas Bakunase mencakup 6 (enam) kelurahan yaitu Bakunase, Airnona, Kuanino, Nunleu, Fontein dan Oetete (Dinkes Kota Kupang, 2009). Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan oleh ibu dalam menangani penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang Tahun 2010. Tujuan khusus yaitu mengetahui jenis pilihan pencarian pengobatan ISPA pada balita, mengetahui jenis sarana pelayanan kesehatan yang digunakan ibu untuk mengobati penyakit ISPA pada balita, dan mengetahui jenis pilihan pengobatan sendiri yang digunakan 8
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan metode survei (Notoatmodjo, 2005), untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku pencarian pengobatan oleh ibu dalam menangani penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bakunase, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Penelitian ini direncanakan pada bulan Maret sampai Juli 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bakunase yakni sebanyak 556 orang. Sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi yang akan diamati atau diukur oleh peneliti (Murti,2006). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan lokasi sampel dan tahap kedua adalah menentukan responden penelitian, dengan menggunakan metode purposive sampling. Lokasi yang dijadikan sampel adalah kelurahan Bakunase dan Airnona. Responden penelitian adalah ibu-ibu yang balitanya menderita ISPA. Besar sampel berjumlah 78 responden. CARA, BAHAN PENGUMPULAN DATA
DAN
ALAT
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik wawancara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer tersebut berupa data yang berkaitan dengan perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan ibu dalam menangani penyakit ISPA pada balita, yakni: jenis pilihan pencarian pengobatan, jenis penggunaan sarana pelayanan
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
kesehatan, dan jenis pengobatan sendiri Berdasarkan Tabel 1 diperoleh bahwa jenis yang digunakan ibu untuk mengobati pengobatan yang sering digunakan oleh ibu penyakit ISPA pada balita. untuk mengobati ISPA pada balita adalah pengobatan medis yaitu 54 orang (69,23%), Data sekunder dikumpulkan dengan cara dan pengobatan yang paling sedikit mengutip data yang berasal dari pihak luar. digunakan adalah pengobatan tradisional Data sekunder tersebut berupa data-data yaitu 6 orang (7,69%). pendukung yang diperoleh dari instansi kesehatan terkait seperti Dinas Kesehatan Tindakan Pengobatan Bila Balita ISPA Kota Kupang dan Puskesmas Bakunase. Ringan Instrumen pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini pedoman wawancara.
yang adalah
Data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara kemudian diolah melalui proses editing. Selanjutnya, data dikoding dengan memberi kode (angka) pada setiap jawaban yang dipilih responden untuk memudahkan pengolahan data. Tahap berikutnya, data ditabulasi dengan mengelompokkan data berdasarkan aspek-aspek dalam variabel penelitian melalui alat bantu komputer. Datadata ini kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase serta dinarasikan.
Tabel 2. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tindakan Pengobatan yang Dilakukan Bila Balita Menderita ISPA Ringan di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Tindakan Pengobat an ISPA Ringan Dibawa ke Yankes Terdekat Cukup Dirawat di Rumah Dibawa ke Dukun Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona n % n %
Tot al
Perse ntase (%)
23
44,23
7
26,92
30
8,46
25
8,08
17
65,39
2
53,85
4
7,69
2
7,69
6
7,69
52
100
26
100
8
100
Tabel 2 menunjukkan bahwa tindakan pengobatan yang terbanyak dilakukan oleh ibu untuk mengobati balita bila menderita HASIL ISPA ringan (bukan pneumonia) adalah Jenis Pilihan Pencarian Pengobatan ISPA cukup dirawat di rumah yaitu 42 orang pada Balita (53,85%) dan tindakan pengobatan yang Jenis Pengobatan yang Sering Digunakan paling sedikit dilakukan adalah dibawa ke Untuk Mengobati Penyakit ISPA pada Balita dukun terkenal yaitu 6 orang (7,69%). Tabel 1. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jenis Pengobatan yang Sering Digunakan Untuk Mengobati Penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
Jenis Pengob atan yg Sering Diguna kan Pengob atan Medis Pengob atan Sendiri Pengob atan Tradisi onal Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona
Tot al
Perse ntase (%)
n
%
n
%
36
69,23
18
69,23
54
69,23
12
23,08
6
23,08
18
23,08
4
7,69
2
7,69
6
7,69
52
100
26
100
78
100
Tindakan Pengobatan Sedang (Pneumonia)
Bila
Balita
ISPA
Tabel 3. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tindakan Pengobatan yang Dilakukan Bila Balita Menderita ISPA Sedang di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Tindakan Jumlah Responden Pengobat Bakunase Tot Persen Airnona an ISPA al tase Sedang (%) n % n % Dibawa ke Yankes Dirawat di Rumah Dibawa ke Dukun Jumlah
40
76,92
19
73,08
59
75,64
5
9,62
2
7,69
7
8,97
7
13,46
5
19,23
12
15,39
52
100
26
100
78
100 9
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
Dari Tabel 3 terlihat bahwa tindakan pengobatan yang terbanyak dilakukan oleh ibu untuk mengobati balita bila menderita ISPA sedang (pneumonia) adalah segera dibawa ke sarana pelayanan kesehatan yaitu 59 orang (75,64%) sedangkan tindakan yang paling sedikit dilakukan adalah dirawat di rumah yaitu 7 orang (8,97%). Jenis Penggunaan Kesehatan
Sarana
Pelayanan
Pengobatan ke Sarana Yankes Bila Balita ISPA Tabel 4. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pengobatan ke Sarana Pelayanan Kesehatan Bila Balita Menderita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Berobat ke Sarana Yankes Ya Tidak Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona n % n %
Tot al
40 12 52
59 19 78
6,92 3,08 100
19 7 26
73,08 26,92 100
Perse n tase (%) 75,64 24,36 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa total ibu balita yang membawa balitanya berobat ke sarana pelayanan kesehatan bila balita menderita ISPA menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 59 orang (75,64%). Total responden ini terkait dengan tabel sebelumnya (Lihat tabel 2) mengenai distribusi responden berdasarkan tindakan pengobatan yang dilakukan bila balita menderita ISPA sedang, dimana total responden terbanyak memilih segera dibawa ke sarana pelayanan kesehatan bila balita menderita ISPA sedang dengan total 59 orang.
Tabel 5. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan yang Sering Dikunjungi Untuk Mengobati Penyakit ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Sarana Yankes yg Dikunju ngi Puskes mas/ Pustu Rmh Sakit Doktr /Bidan Praktek Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona
Tot al
Perse ntase (%)
n
%
n
%
19
7,50
11
57,89
30
50,85
5
12,50
3
15,79
8
13,56
16
40,00
5
26,32
21
35,59
40
100
19
100
59
100
Rujukan ke Rumah Sakit bila ISPA pada Balita Belum Sembuh Tabel 6. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Rujukan ke Rumah Sakit Bila ISPA pada Balita Belum Sembuh di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Rujukan ke Rumah Sakit Ya Tidak Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona n % n % 23 29 52
4,23 5,77 100
11 15 26
2,31 7,69 100
Total
Perse ntase (%)
34 44 78
3,59 6,41 100
Tabel 6 menunjukkan total ibu balita yang tidak rujuk ke Rumah Sakit bila ISPA balitanya belum sembuh lebih banyak yaitu sebesar 44 orang (56,41%) dibandingkan total ibu balita yang rujuk ke rumah sakit bila ISPA pada balitanya belum sembuh.
Pengobatan ke Dokter/Bidan Praktek Bila Sarana Pelayanan Kesehatan yang Sering Balita Menderita ISPA Dikunjungi Untuk Mengobati ISPA pada Tabel 7. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Balita Pengobatan ke Dokter/Bidan Praktek Bila Balita Pada Tabel 5 disajikan bahwa sarana pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi ibu untuk mengobati ISPA pada balitanya adalah Puskesmas/Pustu yaitu 30 orang (50,85%), dan sarana kesehatan yang paling sedikit dikunjungi adalah Rumah Sakit yaitu 8 orang (13,56%).
10
Menderita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
Berobat ke Dokter/ Bidan Praktek Ya Tidak Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona n % n % 18 34 52
34,62 65,38 100
7 19 26
26,92 73,08 100
Total
Perse ntase (%)
25 53 78
32,05 67,95 100
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Dari tabel 7 diketahui bahwa total ibu balita yang tidak membawa balitanya berobat ke dokter/bidan praktek bila balita menderita ISPA menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 53 orang (67,95%).
Berdasarkan Tabel 9 dapat diperoleh bahwa pengobatan sendiri yang biasa digunakan oleh ibu untuk mengobati sendiri balitanya yang menderita ISPA adalah obat modern yaitu 20 orang (47,62%), dan obat tradisional paling sedikit digunakan dengan total 10 orang (23,81%). Total responden pada tabel Jenis Pilihan Pengobatan Sendiri diatas terkait dengan tabel sebelumnya Persediaan Obat-obatan di Rumah Untuk (Lihat tabel IV.10) mengenai distribusi Mengobati ISPA pada Balita responden berdasarkan tindakan pengobatan yang dilakukan bila balita Tabel 8. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan menderita ISPA ringan, dimana total Persediaan Obat-obatan di Rumah Untuk Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah Kerja responden terbanyak memilih cukup dirawat Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 di rumah saja bila balita menderita ISPA Persedia Jumlah Responden Tot Perse ringan dengan total 42 orang. an Obatobatan di Rumah Ya Tidak Jumlah
Bakunase n %
Airnona n %
al
ntase (%)
8 17 25
5 12 17
13 29 78
30,95 69,05 100
32,00 68,00 100
29,41 70,59 100
Cara Memperoleh Obat Modern Mengobati ISPA pada Balita
Untuk
Tabel 10. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Cara Memperoleh Obat Modern Untuk Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
Tabel 8 menunjukkan bahwa total ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Bakunase yang Cara Jumlah Responden Perse Tot tidak memiliki persediaan obat-obatan di Mempero Bakunase ntase Airnona al rumah lebih banyak yaitu sebesar 29 orang leh Obat (%) n % n % Modern (69,05%) dibandingkan total ibu balita yang Beli di 6 50,00 4 50,00 10 50,00 memiliki persediaan obat-obatan di rumah Apotik untuk mengobati ISPA pada balitanya. Total Beli di 4 33,33 2 25,00 6 30,00 responden pada tabel diatas terkait dengan Toko tabel sebelumnya (Lihat tabel IV.10) Obat Beli di 2 16,67 2 25,00 4 20,00 mengenai distribusi responden berdasarkan Kios/Wru 2 tindakan pengobatan yang dilakukan bila ng Obat balita menderita ISPA ringan, dimana total Jumlah 12 100 8 100 20 100 responden terbanyak memilih cukup dirawat di rumah saja bila balita menderita ISPA Tabel 10 menunjukkan bahwa cara ibu ringan dengan total 42 orang. memperoleh obat modern untuk mengobati ISPA pada balitanya, paling banyak dengan Pengobatan Sendiri yang Biasa Digunakan cara membeli di apotik yaitu sebesar 10 Ibu Untuk Mengobati ISPA pada Balita orang (50,00%), dan paling sedikit diperoleh dengan cara membeli di kios/warung obat Tabel 9. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan sebanyak 4 orang (20,00%). Pengobatan Sendiri yang Biasa Digunakan Untuk Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010
Pengobata n Sendiri yg Biasa Digunakan Obat Modern Obat Tradisional Cara Tradisional Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona n % n %
T ot al
Perse ntase %)
12
48,00
8
47,06
20
47,62
6
24,00
4
23,53
10
23,81
7
28,00
5
29,41
12
28,57
25
100
17
100
42
100
Obat Modern yang Biasa Diberikan Untuk Mengobati ISPA pada Balita Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa obat modern yang biasa diberikan oleh ibu untuk mengobati ISPA pada balitanya adalah sirup yaitu sebanyak 9 orang (45,00%).
11
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
Tabel 11. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Obat Modern yang Biasa Diberikan Untuk Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Obat Modern yg Biasa Diberikan Tablet Sirup Puyer Campura n Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona n % n %
Tot al
Tabel 13 menunjukkan bahwa cara tradisional/tindakan lain yang sering dilakukan oleh ibu untuk mengobati ISPA pada balitanya adalah dengan cara Perse dipijat/diurut yaitu sebanyak 7 orang ntase (58,33%). (%)
2 5 2 3
16,67 41,66 16,67 25,00
1 4 1 2
12,50 50,00 12,50 25,00
3 9 3 5
15,00 45,00 15,00 25,00
12
100
8
100
20
100
Obat Tradisional yang Biasa Diberikan Untuk Mengobati ISPA pada Balita Tabel 12. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Obat Tradisional yang Biasa Diberikan Untuk Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Obat Tradision al yg Biasa Diberikan Jamu Ramuan Tradision al Obat Herbal Jumlah
Jumlah Responden Bakunase Airnona n % n %
T ot al
Perse ntase (%)
2 3
33,33 50,00
1 3
25,00 75,00
3 6
30,00 60,00
1
16,67
0
0,00
1
10,00
6
100
4
100
10
100
Dari tabel 12 terlihat bahwa obat tradisional yang biasa diberikan oleh ibu untuk mengobati ISPA pada balitanya adalah ramuan tradisional yaitu sebanyak 6 orang (60,00%). Cara Tradisional/Tindakan Lain yang Dilakukan Untuk Mengobati ISPA pada Balita Tabel 13. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Cara Tradisional/Tindakan Lain yang Dilakukan Untuk Mengobati ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Bulan Juni 2010 Cara Tradisional /Tindakan Lain yg Dilakukan Digosok Dipijat/ Diurut Dikompres Jumlah 12
Jumlah Responden Bakunas Airnona e n % n %
Tot al
Perse ntase (%)
1 4
14,29 57,14
1 3
20,00 60,00
2 7
16,67 58,33
2 7
28,57 100
1 5
20,00 100
3 2
25,00 100
BAHASAN Jenis Pilihan Pencarian Pengobatan ISPA pada Balita Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bakunase menunjukkan bahwa 69,23% ibu balita lebih memilih pengobatan medis untuk mengobati anaknya yang menderita ISPA. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh alasan bahwa ibu balita lebih percaya terhadap pengobatan yang dilakukan oleh tenaga medis dikarenakan pengobatan yang diberikan lebih terjamin sebab ditangani langsung oleh orang yang ahli di bidangnya (profesional) dan obat-obatan yang diberikan dapat menyembuhkan penyakit secara efektif. Sedangkan hanya 6 orang (7,69%) yang memilih pengobatan tradisional. Hal ini dikarenakan mereka sudah terbiasa/ pengalaman membawa anaknya ke dukun atau sejenisnya (seperti tukang urut/pengobatan alternatif) apabila sakit atau penyakitnya parah, selain itu adanya hubungan kekerabatan dan adapula yang mengatakan lebih cocok bila dibawa ke dukun selain penyakitnya langsung hilang/cepat sembuh, biayanya pun lebih murah. Di samping itu, 18 ibu balita lainnya (23,08%) memilih pengobatan sendiri dikarenakan mereka lebih suka mengobati sendiri di rumah bila anaknya sakit atau sakitnya masih ringan sebab lebih mudah untuk ditangani serta tidak mengeluarkan banyak biaya dan dapat mendatangkan kesembuhan sedangkan pengobatan medis biayanya mahal (khususnya dokter praktek). Hal ini sesuai penelitian Afifah (2004) yang menunjukkan bahwa secara umum balita yang menderita ISPA 47,1% pernah diobati sendiri dan sisanya berobat jalan. Dari yang pernah berobat jalan, 66,2% berobat jalan ke sarana pelayanan kesehatan, dan 33,7% berobat ke dukun.
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Dalam upaya penanggulangan penyakit anak balita, umumnya terdapat kriteria yang digunakan untuk memilih sumber pengobatan, yakni: pengetahuan tentang sakit dan cara pengobatannya, keyakinan terhadap obat/pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya dan jarak. Dari empat kriteria tersebut, tingkat keparahan sakit menduduki tempat yang dominan (Supardi, 2008). Untuk pilihan tindakan pengobatan yang dilakukan ibu bila balita menderita ISPA ringan (Bukan Pneumonia) di wilayah kerja Puskesmas Bakunase adalah cukup dirawat di rumah saja yaitu sebanyak 42 orang (53,85%). Alasan mereka adalah karena sakitnya masih bersifat ringan jadi masih dapat ditangani langsung sebagai pertolongan pertama agar anaknya bisa sembuh. Sedangkan ibu balita lainnya ada yang memilih dibawa ke sarana pelayanan kesehatan terdekat yaitu sebanyak 30 orang (38,46%), dimana 18 ibu diantaranya memiliki alasan agar sakit anaknya dapat langsung diperiksa oleh tenaga medis yang bersangkutan sehingga bisa diketahui jenis penyakitnya dan diberikan obat yang sesuai petunjuk medis. Untuk pilihan tindakan pengobatan yang dilakukan ibu bila balita menderita ISPA sedang (Pneumonia) dapat dilihat dimana 59 ibu (75,64%) memilih segera membawa anaknya ke sarana pelayanan kesehatan bila ISPA anaknya belum sembuh/semakin parah dengan alasan agar penyakit anaknya dapat diobati lebih lanjut oleh tenaga medis dan bisa sembuh secepatnya. Namun, adapula ibu yang membawa anaknya ke dukun terkenal (pengobatan alternatif atau sejenisnya) bila balita menderita ISPA sedang (pneumonia) yaitu sebanyak 12 orang (15,39%), alasannya karena penyakit anaknya dapat disembuhkan dengan pengobatan yang diberikan. Jenis Penggunaan Kesehatan
Sarana
Pelayanan
Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bakunase menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi/digunakan oleh ibu untuk mengobati balitanya yang menderita ISPA adalah Puskesmas/Pustu sebanyak 50,85%.
Alasan yang paling umum adalah karena jarak dari tempat tinggal responden ke Puskesmas/Pustu cukup dekat jadi lebih mudah untuk menjangkaunya dan adapula yang mengatakan bahwa sakit/penyakit anaknya langsung sembuh dengan minum obat yang diberikan dari Puskesmas/Pustu. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2002) pada ibu balita penderita diare di pulau Jawa dan Bali menunjukkan bahwa dari ibu yang membawa anak sakit diare berobat ke sarana pelayanan kesehatan, terbanyak ke Puskesmas dan Pustu. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek, dimana 21 ibu (35,59%) lebih senang membawa balitanya ke dokter/bidan praktek untuk mengobati balitanya yang menderita ISPA. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa alasan ibu lebih memilih ke dokter praktek khususnya dokter anak atau bidan praktek dikarenakan lebih efektif walaupun biayanya mahal tapi lebih cepat menyembuhkan penyakit dan penanganannya lebih cepat/langsung ditangani secara khusus dibandingkan ke Puskesmas/Pustu pelayanannya lama sebab harus antri tunggu giliran. Selain itu obat yang diberikan dokter/bidan praktek lebih cocok dengan anak dan diminum langsung cepat sembuh penyakitnya, sedangkan obat dari Puskesmas lama sembuhnya dan adapula yang mengeluh obat yang diberikan dari Puskesmas kurang efektif atau khasiatnya hanya bersifat sementara, walaupun sudah dibawa ke Puskesmas tapi sama saja tidak ada perubahan. Sedangkan ibu yang membawa balitanya ke rumah sakit hanya sedikit yaitu sebanyak 8 orang (13,56%), hal ini berkaitan dengan alasan ekonomi dan sebagian besar karena sakit/penyakit anaknya sudah sembuh setelah minum obat dari dokter/bidan praktek jadi mereka tidak perlu lagi membawa anaknya ke Rumah Sakit. Namun apabila sakit/penyakit anaknya belum sembuh, beberapa ibu akan rujuk ke rumah sakit agar anaknya bisa mendapatkan perawatan secara optimal/lebih intensif dan memperoleh penanganan yang cepat dan tepat sehingga 13
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
penyakitnya bisa segera disembuhkan/tidak terbiasa menggunakan obat-obatan berlanjut ke pneumonia. tradisional karena merupakan tradisi dari turun-temurun berdasarkan pengalaman yang ada sebelumnya. Adapun obat Jenis Pilihan Pengobatan Sendiri tradisional yang biasa diberikan ibu bila Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas balitanya menderita ISPA adalah ramuan Bakunase menunjukkan bahwa dari ibu yang tradisional sebab langsung terlihat mengobati sendiri balitanya diperoleh kesembuhannya dan lebih cepat 69,05% ibu tidak memiliki persediaan obat- menghilangkan gejala penyakit yang obatan di rumah. Alasannya mereka takut dirasakan, seperti diberi ramuan madu menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu dicampur getah damar atau madu dan jeruk yang lama jadi apabila anak sakit baru nipis dapat langsung mengeluarkan mereka obati atau membeli obat, sedangkan dahak/lender dan menghilangkan batuk pilek. ibu balita lainnya memiliki persediaan obatobatan di rumah dengan alasan untuk Di samping itu, ada juga ibu yang mengantisipasi bila anak tiba-tiba sakit di menggunakan cara tradisional/tindakan lain malam hari dapat langsung diberikan obat. untuk mengobati balitanya yang menderita Adapun pengobatan sendiri yang biasa ISPA yaitu sebanyak 28,57% dengan digunakan oleh ibu untuk mengobati maksud untuk membantu meringankan sakit balitanya yang menderita ISPA adalah obat yang dirasakan. Adapun cara modern yaitu sebanyak 47,62%. Hal ini tradisional/tindakan lain yang sering sesuai dengan penelitian Djaja (2002) dilakukan adalah dengan cara dipijat/diurut dimana balita diare yang pernah diobati seperti dipijat/diurut dengan minyak kelapa sendiri, sebagian besar menggunakan obat dicampur bawang putih di bagian dada agar modern dengan persentase 81%. Hasil rasa sakitnya dapat berkurang. Adapula yang penelitian juga menunjukkan bahwa obat dikompres dengan daun damar/daun cocor modern yang biasa diberikan oleh ibu untuk bebek dicampur minyak kelapa dan bawang mengobati balitanya yang menderita ISPA merah untuk menurunkan panas/demam, adalah sirup yaitu sebanyak 45% sebab lebih atau ada yang sekedar digosok dengan disukai anak karena rasanya yang manis dan minyak tawon/minyak telon di leher dan di enak serta bila diminum sakitnya langsung badan. hilang. Obat modern lebih banyak digunakan karena lebih cocok dengan anak sebab sudah ada dosis dan lebih terjamin SIMPULAN khasiatnya. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Untuk cara memperoleh obat modern dapat disimpulkan bahwa: (1) Pilihan pencarian dilihat pada tabel IV.19., dimana ibu balita pengobatan oleh ibu untuk anaknya yang lebih banyak membeli obat modern di apotik menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebesar 50% untuk mengobati balitanya (ISPA) di wilayah kerja Puskesmas yang menderita ISPA karena lebih aman dan Bakunase berturut-turut adalah terbanyak terjamin daripada di toko obat dan memilih pengobatan medis (berobat ke kios/warung obat. Hal ini sangat berbeda sarana pelayanan kesehatan) sebesar dengan penelitian yang dilakukan Djaja 69,23%, selanjutnya pengobatan sendiri (2002) dimana obat modern untuk mengobati sebesar 23,08% dan masih ada ibu yang diare pada balita dibeli terbanyak di warung memilih pengobatan tradisional (berobat ke sebesar 7,69%; (2) Jenis (53%) sedangkan yang paling sedikit di dukun) apotik (19%). Dalam hasil penelitian, adapula penggunaan sarana pelayanan kesehatan ibu balita yang memilih obat tradisional oleh ibu untuk anaknya yang menderita sebanyak 23,81% dengan alasan bahwa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di obat tradisional lebih cepat menyembuhkan wilayah kerja Puskesmas Bakunase berturutdan lebih alami sehingga tidak menimbulkan turut adalah Puskesmas/Pustu sebesar efek samping. Selain itu mereka sudah 50,85%, Rumah Sakit sebesar 13,56%, dan 14
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh Ibu dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
dokter/bidan praktek sebesar 35,59%; (3) Pilihan pengobatan sendiri oleh ibu untuk mengobati sendiri anaknya yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di wilayah kerja Puskesmas Bakunase lebih banyak menggunakan obat modern dengan persentase sebesar 47,62%, kemudian cara tradisional sebesar 28,57%, dan yang terakhir adalah obat tradisional sebesar 23,81%. SARAN Bagi masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita hendaknya berperan aktif dengan membawa balitanya yang menderita ISPA ke sarana pelayanan kesehatan terdekat agar dapat segera diobati sehingga penyakit anaknya tidak menjadi lebih berat. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Kota Kupang diharapkan agar lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dalam pengobatan penyakit ISPA pada balita. Kemudian bagi Puskesmas Bakunase hendaknya lebih meningkatkan upaya penanggulangan ISPA terutama pada balita sehingga tidak berlanjut ke pneumonia, dan lebih mengintensifkan upaya promosi melalui penyuluhan tentang masalah ISPA secara berkesinambungan kepada masyarakat khususnya pada ibu yang mempunyai balita agar dianjurkan untuk segera melakukan pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan terdekat jika balitanya menderita ISPA. DAFTAR PUSTAKA Afifah. 2004. Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita. (Bulletin Kesehatan Indonesia, Vol.29, No. 03). Jakarta. Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2002. Jakarta. Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta: Ditjen Yankes.
Depkes RI. 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta: Ditjen Yankes. Depkes RI. 2007. Buku Saku Pneumonia Balita. Jakarta: Sub Direktorat ISPA. Dinkes Provinsi NTT. 2008. Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Kupang. Dinkes Kota Kupang. 2009. Laporan Penyakit ISPA di Kota Kupang Tahun 2008. Kupang: Subdin P2M. Dinkes Kota Kupang. 2009. Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2008. Kupang. Djaja, dkk. 2002. Perilaku Pencarian Pengobatan Diare pada Balita. (Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.30, No.1 hal.2230). Jakarta: Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Fuad, Ahmad. 2008. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). http://fuadbahsin.wordpress.com. (Akses 2 Maret 2010, pukul 07.31 WITA). Magdalena. 2008. Pneumonia. http://www.posbelitung.com. (Akses 24 September 2009, pukul 12.47 WITA). Misnadiar. 2008. Pneumonia Rentan Terjadi Pada Bayi dan Balita. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Nasir. 2007. Ukuran-ukuran Demografi. http://blog.unila.ac.id. (Akses 31 Agustus 2010, pukul 13.09 WITA). Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhasanah, Masayu. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu dalam Upaya Pencarian Pengobatan ISPA bagi Balita di Kelurahan Sumur Boto Kecamatan Banyumanik Semarang. http://www.fkm.undip.ac.id. (Akses 8 desember 2009, pukul 14.24 WITA). Prabu, Putra. 2009. Faktor Resiko ISPA pada Balita. http://putraprabu.wordpress.com. (Akses 18 September 2009, pukul 10.51 WITA). Rafani. 2009. Asuhan Keperawatan ISPA Pada Anak. http://www.rafani.co.id. 15
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010
(Akses 19 Februari 2010, pukul 13.18 WITA). Rasmaliah. 2007. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. http://library.usu.ac.id. (Akses 2 desember 2009, pukul 08.55 WITA). Rizky, Faizal. 2009. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Pneumonia) pada Balita di Kecamatan Labu Api Kabupaten Lombok Barat. http://rizkyfai.blogspot.com. (Akses 24 September 2009, pukul 12.47 WITA). Said, M. 2006. Pneumonia Penyebab Utama Mortalitas Anak Balita. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Sukadji, Soetarlinah. 2004. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia. Sumantri, Bambang. 2003. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sundayana, Rostina. 2009. Teknik Sampling dalam Penelitian. http://www.sundayana.web.id. (Akses 7 Januari 2010, pukul 14.07 WITA). Supardi, dkk. 2005. Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional, dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. (Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.33 No.4 hal. 192-198). Jakarta: Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Supardi, dkk. 2008. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pasien Berobat Ke Puskesmas. (Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Volume 11 No.1 halaman 11-18). Jakarta: Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Suwarno, Sudiryo. 2008. Antropologi Kesehatan. http://www.ipin4u.esmartstudent.com. (Akses 30 Januari 2010, pukul 07.27 WITA). Suyudi. 2002. Penyakit ISPA pada Balita. http://borupudan.blog.com. (Akses 25 September 2009, pukul 10.23 WITA). Taufik, 2007. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang Keperawatam Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Info Medika. 16