BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai dengan praktik yang sering menyimpang jauh dari aktivitas moral. Padahal pertimbangan etika sangatlah penting bagi status profesional dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini disebabkan karena tujuan bisnis adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, sehingga setiap orang maupun perusahaan saling bersaing dalam mendapatkan keuntungan tersebut tanpa memperhatikan aspekaspek lainnya. (Sukmawati, dkk 2014) Profesi auditor merupakan sebuah profesi yang hidup di dalam lingkungan bisnis, di mana eksistensinya dari waktu ke waktu semakin diakui oleh masyarakat bisnis itu sendiri. Hal tersebut mendorong para auditor untuk memahami pelaksanaan etika yang berlaku dalam menjalankan profesinya. Perlunya pemahaman etika bagi profesi auditor adalah sama seperti keberadaan jantung bagi tubuh manusia. Praktisi akuntan khususnya auditor yang tidak memiliki atau memahami etika profesi dengan baik, sesungguhnya tidaklah memiliki hak hidup.
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Ada 4 elemen penting yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu: 1. Keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar penyusunan laporan keuangan 2. Standar pemeriksaan/auditing 3. Etika profesi 4. Pemahaman terhadap lingkungan bisnis yang di audit. Dari keempat elemen tersebut sangatlah jelas bahwa persayaratan utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor diantaranya adalah memegang teguh aturan etika profesi yang berlaku (Sukmawati, dkk, 2014) Kepatuhan terhadap kode etik tersebut menjadi hal yang penting dalam menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dan jasa yang diberikan auditor, disamping kepatuhan terhadap SAK, SPAP dan peraturan lainnya. Pernyataan etika profesi yang dikeluarkan IAI menjadi standar minimum perilaku etis para akuntan publik. Kasus etika profesi akuntansi pernah terjadi pada anggota KPU tahun 2004, Mulyana W Kusuma yang menjadi seorang anggota KPU diduga telah menyuap anggota BPK yang ketika itu melaksanakan audit keuangan terhadap pengadaan logistik pemilu. Logistik pemilu tersebut berupa kotak suara, amplop suara, surat suara, tinta, serta tekhnologi informasi. Setelah pemeriksaan dilaksanakan, BPK menyatakan bahwa laporan yang dihasilkan lebih baik dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
laporan sebelumnya, kecuali mengenai laporan teknologi informasi. Maka disepakati laporan akan dilakukan periksaan kembali satu (1) bulan setelahnya. Setelah satu bulan terlewati ternyata laporannya tak kunjung selesai dan akhirnya diberikan tambahan waktu. Di saat penambahan waktu ini terdengar kabar mengenai penangkapan Mulyana W Kusuma, karena tuduhan akan melakukan tindakan penyuapan kepada salah satu anggota tim auditor dari BPK, yaitu Salman Khairiansyah. Penangkapan Mulyana ini akhirnya menimbulkan pro-kontra. Ada pihak yang memberikan pendapat Salman turut berjasa dalam mengungkap kasus ini, tetapi lain pihak memberikan pendapat Salman tak sewajarnya melakukan tindakan tersebut karena hal yang dilakukan itu melanggar kode etik. Dalam melaksanakan audit, profesi auditor memperoleh kepercayaan dari pihak klien dan pihak ketiga untuk membuktikan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak klien. Pihak ketiga tersebut diantaranya manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang di audit. Sehubungan dengan kepercayaan yang telah diberikan, maka auditor dituntut untuk dapat menggunakan kepercayaan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan menunjukan suatu kinerja yang professional, guna menunjang profesionalismenya sebagai auditor. Seorang auditor selain wajib memegang teguh aturan etika profesi yang berlaku, juga dituntut untuk menggunakan kecerdasan intelektual. Menurut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Choiriah (2013), kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain. Kecerdasan intelektual lazim disebut dengan inteligensi. seorang auditor dalam membuat keputusan pasti menggunakan inteligensinya lebih dari satu pertimbangan rasional, yang didasarkan atas pelaksanaan etika yang berlaku dalam memberikan keputusan audit. Apabila di dalam melakukan pemeriksaan/audit baik auditor junior maupun auditor senior hanya mematuhi etika profesinya saja, tanpa kecerdasan intelektualnya auditor tidak dapat melakukan prosedur audit yang benar karena tidak mampu memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dan pengalamannya baik dalam bidang akuntansi maupun disiplin ilmu lain yang relevan. Selain itu, aspek yang harus diperhatikan bagi seorang auditor dalam mengambil keputusan adalah kecerdasan emosionalnya. Goleman menambahkan dalam Uno (2010), bahwa semakin kompleks pekerjaan, maka semakin penting kecerdasan
emosional.
Kecerdasan
emosional
adalah
kecerdasan
untuk
menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak positif. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, seseorang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Dalam hal ini berarti auditor yang tidak memperhatikan aspek kecerdasan emosional, maka kemampuan inteligensi dan etika profesi yang dia miliki tidak dapat diterapkan secara optimal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Menurut Kusuma (2011) dalam Sukmawati, dkk (2014), menyatakan seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik, kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu menguasai kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitas. Demikian halnya sebagai seorang auditor kecerdasan emosional diperlukan untuk membantu auditor di dalam melakukan pemeriksaan guna mendeteksi kebenaran atas laporan keuangan yang disajikan klien. Berdasarkan uraian di atas, melihat pentingnya nilai-nilai etika serta pemahaman mengenai pentingnya aspek kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional bagi seorang auditor yang menjalankan tugasnya maka penulis ingin melakukan kajian lebih lanjut dengan judul ”Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta Barat”. B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seorang auditor? 2. Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seorang auditor? 3. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seorang auditor?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menguji secara empiris
pengaruh etika profesi terhadap
pengambilan keputusan auditor. b. Untuk menguji secara empiris pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pengambilan keputusan auditor. c. Untuk menguji secara empiris pengaruh kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan auditor.
2. Kontribusi Penelitian a. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada KAP khususnya auditor, baik auditor senior maupun auditor junior agar menjalankan pemeriksaan akuntansi harus berdasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku umum dan selalu menegakkan Kode Etik Akuntan sebagai profesi akuntansi publik. Harapan peneliti, hasil peneliti ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
b. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang terdapat di KAP mengenai Etika Profesi, Kecerdasan
Intelektual
dan
Kecerdasan
Emosional
Terhadap
Pengambilan Keputusan Auditor. Dan menjadi masukan bagi auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. c. Kontribusi Pembaca Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam memahami bidang auditing tentang Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan Auditor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/