BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara geografis merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 17.508 pulau. Indonesia berkedudukan di khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera. Indonesia memiliki aneka ragam keindahan alam yang penduduknya terdiri dari ratusan suku bangsa dan budaya yang dinamis. Indonesia telah berkembang sepanjang sejarah bangsa yang bercirikan kebhinekaan serta potensi kekayaan alam yang beraneka. Semuanya itu merupakan potensi wisata alam, sosial dan budaya yang patut dibanggakan. (Isman, 1995) Dirjen Pengembangan Destinasi Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Firmansyah Rahim menyatakan sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar terhadap masyarakat pada sektor ekonomi. Menurut Firmansyah Rahim; "Berdasarkan data BPS, kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2011 mencapai 7.625.000 kunjungan dan devisa yang diperoleh Rp 8,5 milyar US Dollar”. Sementara itu kunjungan wisatawan nusantara 2011 lalu di dalam negeri mencapai 236.000.000 kunjungan. Diakuinya kunjungan wisatawan nusantara ini berdampak pada masyarakat setempat dimana daerah yang dikunjungi memperoleh sebesar Rp 153 trilyun. (Tribunnews, 2012) Pariwisata menurut Undang–undang No.9/1990 tentang kepariwisataan adalah “Segala sesuatu yang berhubungan dengan pariwisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha–usaha yang terkait di bidang tersebut”. Sedangkan yang dimaksud dengan wisata adalah “Kegiatan perjalan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata”. Adapun yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah “Segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata”.(UU No.9 Tahun 1990). Pulau Bangka dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata.Pulau Bangka merupakan pulau yang terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mana terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota. Berbagai potensi wisata tersebar di seantero Pulau Bangka diantaranya wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata sejarah, wisata religious, wisata agro, wisata kuliner dan wisata minat khusus. Potensi objek wisata di Pulau Bangka perlu perhatian dari Pemerintah mulai dari sarana dan prasarana hingga mempromosikan obyek wisata tersebut. 1
Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap obyek wisata maka akan kurang pula perhatian wisatawan terhadap obyek wisata tersebut. Dengan demikian, tempat wisata yang seharusnya berpotensi untuk didatangkan para wisatawan menjadi tidak terurus dan bahkan akan mengundang oknum masyarakat untuk melakukan tindakan kejahatan. Mempromosikan obyek wisata Pulau Bangka sangat diperlukan agar banyak wisatawan yang datang. Dengan harapan setelah banyak wisatawan yang datang, maka tempat-tempat wisata yang sebelumnya kurang perhatian dari pemerintah menjadi lebih diperhatikan. Dengan datangnya wisatawan, juga bermanfaat bagi masyarakat lokal untuk mendapatkan penghasilan. Dengan pariwisata diharapkan dapat membuka peluang usaha seperti; pengerajin oleholeh, pedagang makanan, jasa, penginapan, dan banyak lagi. Guna mempromosikan pariwisata yang ada dalam suatu wilayah, maka dibutuhkan sarana yang dapat memberikan informasi tentang objek wisata dan daya tarik pada wilayah tersebut. Dimana sarana tersebut dapat menyajikan informasi tentang objek wisata untuk mempermudah wisatawan. Dalam mempromosikan obyek wisata tersebut, maka peneliti akan menggunakan ilmu geografi yaitu kartografi. Salah satu produk utama dari kartografi adalah peta, dimana peta dalam penelitian ini akan dijadikan sarana utama untuk menyajikan informasi tentang pariwisata. Peneliti memetakan informasi penting yang berkaitan dengan pariwisata di Pulau Bangka. Peta dibuat sedemikian menarik dan mudah dimengerti sehingga wisatawan nyaman utuk menuju lokasi obyek wisata. Dalam hal ini yang paling utama yaitu peta harus dapat menyajikan fungsi dan informasi dari obyek yang digambarkan secara optimal, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap peta yang digambarkan. Proses pembuatan peta pada penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data, memproses data, dan kemudian merancang peta tersebut (map design). Merancang peta (map design) meliputi desain simbol (symbol design), tata letak peta (map lay-out), isi peta (map content), dan generalisasi (generalization). Titik berat studi kartografi sekarang ini menurut (Philip Muehrcke, 1972) ialah
2
hubungan antara data yang terkumpul, proses kartografinya dan pemakaian petanya. Menurut (ICA-Bos, 1977), Peta adalah suatu gambar konvensional dan selektif yang diperkecil, biasanya dibuat pada bidang datar, dapat merupakan perwujudan-perwujudan dari permukaan bumi atau benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda angkasa. Sedangkan Hakekat Peta adalah: 1. Peta adalahan sebuah peraga 2. Dengan menggunakan alat peraga itu, si penyusun peta ingin menyampaikan sesuatu “ide” kepada orang lain 3. Ide yang dimaksud bisa berupa gambaran tentang tinggi rendah sesuatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, curah hujan, penyebaran batuan (geologi) penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map), dan semua hal lain yang berhubungan dengan kedudukannya dalam “ruang”. 4. Dengan jalan menyajikan kedalam bentuk sebuah peta, diharapkan si penerima ide dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gambaran daripada apa yang disajikan itu, melalui matanya. (Sandy, 1972) Sejalan dengan pendapat tersebut adalah bahwa peta mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu signal atau saluran antara si pengirim pesan (pembuat peta) dan penerima pesan (pemakai peta). (Prihandito, 1989) Peta Pariwisata ini diharapkan berguna bagipara wisatawan, seperti mengetahui lokasi objek wisata, apa objek wisata yang ada pada lokasi tersebut, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat sampai ke lokasi tersebut, sarana dan prasarana apa saja yang terdapat di setiap objek wisata, dan banyak hal lainnya yang menyangkut kegiatan pariwisata tersebut. Kelebihan menggunakan peta yaitu si pengguna peta akan lebih cepat memahami posisi atau lokasi relatif dari objek-objek yang disajikan pada peta tersebut. Menurut Prihandito (1989), Fungsi Peta adalah diantaranya menunjukkan posisi atau relative (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain di permukaan bumi), memperlihatkan ukuran dan memperlihatkan bentuk, sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.
3
Peta digunakan dalam penelitian ini adalah peta digital. Menurut Kraak (1966), Peta digital merupakan jenis peta yang dilihat dari jenis medianya. Kelebihan dari peta digital yaitu untuk mempercepat produksi sehingga kebutuhan waktu dan biaya dapat ditekan sekecil mungkin, memiliki kualitas kontrol yang lebih baik dan dapat direvisi kapan saja, sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan baru dilapangan. Pada umumnya pembuatan peta saat ini memanfaatkan teknologi komputer, dengan kapasitas Hard-disk yang semakin besar memungkinkan penyimpanan database yang lebih banyak, selain itu kemampuan processor yang semakin tinggi lebih mempercepat pemrosesan, ditambah dengan perkembangan komponen lainnya seperti memory, digitizer, scanner, dan lain-lain dapat mempermudah dan mempercepat penggunaan dalam pengolahan.
Munculnya
teknologi
multimedia
memungkinkan
untuk
mengintegrasikan suara, animasi, teks, gambar atau video secara interaktif. Pemanfaatan teknologi baru ini dapat menghubungkan koordinat, piksel, atribut, dan hubungan spasial
pada Sistem
Informasi Geografis.
Tujuan dari
penggabungan suara, animasi, teks, dan gambar atau video dengan peta adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari fenomena yang dipetakan secara keseluruhan. Berkenaan dengan perkembangan teknologi yang saat ini terjadi, maka peta pariwisata yang sudah dibuat akan ditampilkan kedalam sebuah website. Website adalah media yang tepat untuk membantu proses publikasi peta pariwisata tesebut. Dengan kolaborasi antara website dan peta pariwisata akan semakin menarik dan juga mempermudah para wisatawan dalam mendapatkan informasi. Tambahan tulisan deskripsi dan foto tentang objek wisata akan menambah daya tarik website tersebut. Dalam hal ini, peneliti menambahkan informasi mengenai dana/biaya yang dihabiskan, mulai dari awal kedatangan hingga akhir kunjungan. Sasaran utama penelitian ini adalah wisatawan dengan ekonomi kelas menengah hingga kebawah, dengan harapan para wisatawan tersebut dapat dengan mudah berwisata di Pulau Bangka. Jadi dengan peta, penulis mengharapkan Pulau Bangka dapat dengan mudah terpromosikan ke daerah-daerah (nasional) lainnya bahkan ke dunia internasional.
4
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian yang berjudul “Pemetaan Objek Wisata Berbasis Web Dalam Rangka Promosi Pariwisata Pulau Bangka”, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti. Dengan hasil utama yang diharapkan yaitu peta pariwisata, informasi pariwisata (deskripsi), dan foto-foto obyek wisata yang dikemas menarik ke dalam sebuah website statis. Sehingga dapat dijadikan alternatif dalam sebuah publikasi dan atau promosi objek wisata serta mempermudah wisatawan (terutama wisatawan luar Pulau Bangka) dalam memperoleh gambaran kepariwisataan Pulau Bangka.
1.2. Perumusan Masalah Pulau Bangka memiliki objek wisata yang beragam seperti wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata religious, wisata agro, wisata kuliner dan wisata minat khusus. Wisata yang menjadi andalan adalah wisata alam terutama pantai, karena Pulau Bangka dikelilingi oleh lautan. Sangat disayangkan dengan banyaknya obyek wisata yang ada di Pulau Bangka tidak didukung dengan pengembangan wilayah kepariwisataan yang baik. Padahal menurut Sujali (1989), “pariwisata merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan bagi konsumen atau wisatawan. Bentuk dan sifat kepuasan yang diperoleh bagi setiap orang berbeda–beda”. Sehingga apabila pengembangan wilayah kepariwisataan kurang baik, hal ini dapat menyebabkan wisatawan tidak tertarik untuk datang mengunjungi obyek wisata yang ada, terutama wisatawan dari luar provinsi dan mancanegara. Menurut Widiastuti (2004), berkembangnya suatu obyek wisata tidak hanya didorong oleh modal potensi alam saja. Hasil interaksi manusia dengan lingkungannya dapat menghasilkan suatu kebudayaan dan nilai-nilai spiritual yang menjadi ciri khas serta menjadikan daya tarik tersendiri sebagai suatu obyek wisata. Obyek wisata yang baik harus didukung pula oleh sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan wisata. Kelengkapan antara daya tarik wisata dengan fasilitasnya memberikan nilai tambah bagi suatu obyek wisata. Masih kurangnya publikasi dan atau promosi obyek wisata Pulau Bangka, mengakibatkan masih kurangnya motif berwisata wisatawan ke Pulau Bangka. Sejauh ini obyek wisata Pulau Bangka hanya dikenal sebatas pada menonton/melihat di televisi atau pengalaman orang lain. Bagaimana cara untuk 5
sampai ke lokasi wisata di Pulau Bangka, berapa lama waktu yang diperlukan, berapa banyak biaya yang akan dihabiskan untuk sampai ke tujuan, sarana dan prasarana apa yang akan digunakan sesampainya di tempat obyek wisata. Hal inilah yang menjadi kendala para wisatawan untuk berwisata ke Pulau Bangka. Beberapa wisatawan (luar Pulau Bangka) yang berwisata ke Pulau Bangka adalah wisatawan yang memiliki sanak saudara di Pulau Bangka dan wisatawan dari kalangan ekonomi-atas yang menggunakan paket wisata. Hal ini menyebabkan jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Bangka masih terbatas, padahal diharapkan semua kalangan dapat berwisata ke Pulau Bangka. Sebagai perbandingannya, tempat-tempat wisata yang ada di pulau Jawa khususnya, setiap kalangan wisatawan memiliki keberanian untuk mengunjungi obyek wisata yang ada dengan biaya (akomodasi) secukupnya. Hal tersebut dikarenakan obyek wisata yang akan mereka kunjungi jelas lokasi, biaya, waktu, dan sarana serta prasarana apa yang akan mereka gunakan. Kemudian hal yang menjadi permasalahan adalah bentuk promosi dan atau publikasi pariwisata Pulau Bangka. Dijaman teknologi yang canggih seperti ini, website pariwisata yang ada masih belum mendukung untuk hal publikasi.Sebagai contoh beberapa website tentang pariwisata Pulau Bangka yang sudah ada tidak menggunakan peta sehingga tidak memiliki nilai lebih untuk mempermudah wisatawan. Beberapa website yang sudah adapun tidak melakukan publikasi secara terus-menerus (continue). Sehingga website yang kurang menarik tersebut kurang memberikan motif berwisata wisatawan. Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka harus ada solusi untuk mengatasinya, Sudiharjo (1990) mengatakan bahwa dikenalnya suatu produk wisata sangat tergantung dari bagaimana produk tersebut dipromosikan atau dipublikasikan, dengan bentuk
kemasan publikasi
yang menarik
akan
berpengaruh pada meningkatnya minat konsumen. Dalam suatu publikasi pariwisata terutama untuk bentuk publikasi yang berupa barang cetakan, peta memiliki peran yang cukup penting, karena peta : Cocok dan mudah digunakan untuk melihat realita secara lebih jelas/tidak serumit dengan apabila melihat kenyataannya dilapangan.
6
Memiliki nilai yang dipercaya, karena salah satu konsep untuk merancang peta didasarkan pada pola pemikiran tentang bagaimana pengaturan (ordering) realita yang sebenarnya, sehingga koordinasi antara simbol dan realita tampak jelas. Mempunyai kesan visual yang kuat, karena dapat memberikan kesan mengenai lingkungan secara lebih langsung bila dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh sarana lain. Guna mempromosikan
dan memasarkan obyek dan daya tarik wisata
tersebut baik didalam dan diluar negeri, diperlukan sarana yang dapat menyajikan informasi tentang obyek dan daya tarik wisata, serta data tentang sarana dan prasarana pariwisata yang ada pada lokasi wisata tersebut. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mempromosikan dan memasarkan obyek dan daya tarik wisata serta sarana dan prasarana kepariwisataannya adalah peta. (Isman, 1995). Keunggulan lain dari peta dalam mempublikasikan pariwisata adalah sebagai
penunjuk
dari
posisi
obyek-obyek
yang
dipetakan
sehingga
mempermudah bagi pengguna dalam mengetahui sebaran obyek wisata dan fasilitas lainnya, selain itu juga digunakan untuk mengetahui jarak antar obyek, memperkirakan waktu tempuh, dan mengetahui bagaimana cara untuk mencapai obyek tersebut. Biasanya peta pariwisata terlampir pada suatu bentuk paket promosi pariwisata baik berupa peta sederhana maupun yang lengkap dengan informasi lainnya. (Widiastuti, 2004) Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut diatas. Banyaknya informasi yang akan disajikan kedalam bentuk sebuah peta, kemudian dikemas bersamaan dengan deskripsi dan foto obyek wisata kedalam sebuah website statis. Sehingga wisatawan memiliki motif berwisata dan mempermudahnya untuk berwisata ke Pulau Bangka. Adapun pertanyaan penelitiannya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah persebaran (lokasi) obyek wisata di Pulau Bangka? 2. Seberapa besar manfaat web statis dalam mempublikasikan obyek wisata di Pulau Bangka?
7
1.3. Tujuan Penelitian 1. Memetakan persebaran (lokasi) obyek wisata di Pulau Bangka yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota. 2. Memetakan obyek wisata andalan Pulau Bangka 3. Membuat website statis guna mempublikasi dan mempromosikan obyek wisata di Pulau Bangka yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota.
1.4. Sasaran Penelitian Sasaran yang hendak dicapai adalah: 1. Peta Administrasi Pulau Bangka 2. Peta Pariwisata Pulau Bangka 3. Peta Pariwisata Kota Pangkalpinang 4. Peta Pariwisata Kabupaten Bangka 5. Peta Pariwisata Kabupaten Bangka Tengah 6. Peta Pariwisata Kabupaten Bangka Barat 7. Peta Pariwisata Kabupaten Bangka Selatan 8. Informasi lokasi, nama, jenis obyek wisata Pulau Bangka 9. Informasi data akomodasi berupa jumlah, kelas, harga, persebaran, dan informasi dari hotel (dan atau penginapan sederhana) dan restoran. 10. Informasi data jumlah dan persebaran terminal. 11. Informasi data rental mobil dan motor. 12. Informasi data waktu tempuh dari bandara, pelabuhan menuju terminal dan menuju tempat wisata yang akan dituju. 13. Foto-foto menarik tiap obyek wisata. 14. Analisis potensi tiap obyek wisata (pemandangan, keamanan, kebersihan lingkungan, aksesibilitas, dan fasilitas). 15. Website statis dan hasil cetak (kumpulan peta, deskripsi dan foto) pariwisata Pulau Bangka.
8
1.5.Kegunaan Penelitian 1. Mempublikasikan kepada masyarakat nasional tentang potensi wisata Pulau Bangka 2. Memudahkan para wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Bangka dengan adanya berbagai macam informasi yang terdapat dalam peta dan website. 3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya.
1.6. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.6.1. Kartografi Kartografi menurut ICA (1973) adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan peta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil karya seni. Dalam konteks ini peta dianggap termasuk semua tipe peta, plan (peta skala besar), charts, bentuk tiga dimensional dan globe yang menyajikan model bumi atau sebuah benda angkasa pada skala tertentu. Di bawah pengaruh dari meningkatnya komputer dan sistem informasi geografi dalam bidang pemetaan, definisi baru dari kartografi secara berangsurangsur muncul: “pemindahan informasi yang terpusat pada basis data spasial yang dapat dipertimbangkan dengan sendirinya menjadi suatu model yang beraneka ragam mengenai kenyataan geografi. Basis data spasial semacam itu kemudian bertindak sebagai pusat dari suatu keseluruhan urutan proses kartografi, menerima berbagai masukan data dan menyebarkan berbagai jenis produk informasi” (Guptill dan Starr, 1984). Menurut Taylor (1991) dalam Kraak dan Ormeling (2007), mendefinisikan kartografi sebagai organisasi, presentasi, komunikasi dan penggunaan geoinformasi dalam bentuk grafis, digital atau format nyata. Hal itu dapat meliputi semua langkah-langkah dari persiapan data sampaike penggunaan akhir dengan penciptaan peta-peta dan hasil-hasil yangterkait dengan informasi spasial. Dengan arti lain dikatakan kartografia dalah pembuatan data spasial yang dapat diakses, menekankan visualisasinya dan memungkinkan berinteraksi dengannya, yang berhubungan dengan masalah-masalah geospasial.
9
Menurut yangmempelajari
Aryono peta,
Prihandito dimulai
dari
(1989)
kartografi
pengumpulan
data
adalah
ilmu
dilapangan,
pengolahandata, simbolisasi, penggambaran, analisa peta, serta ineterpretasi peta. Kartografi merupakan bagian dari ilmu geografi yang berhubungan dengan pemetaan. Hal ini berkaitan erat dengan sistem komunikasi antara si pembuat peta dan si pengguna peta.Untuk menyampaikan berbagai informasi, baik berupa informasi grafis maupun informasi atribut, diperlukan media yang tepat untuk menyampaikannya, yaitu dengan menggunakan peta sebagai media komunikasi dalam bentuk hardcopy maupun dalam bentuk softcopy. Peta-peta ini nantinya dapat digunakan sebagai data dan dokumen baik secara aktual maupun secara periodik untuk memberikan informasi geografis suatu wilayah. Dalam kartografi, baik sebagai salah satu bagian dari ilmu geografi dan dokumen ilmiah, kartografi juga merupakan teknik dan pengetahuan untuk menunjukkan suatu fenomena geografis pada suatu daerah yang dipilih dan digeneralisasi.
1.6.2. Pengertian Peta Menurut Mas Sukoco (1997), peta dalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi dan umumnya digambar pada suatu bidang datar dengan pengecilan (diskalakan). Menurut ICA (Bos, E.S., 1977), peta adalah suatu gambaran konvensional dan selektif yang diperkecil, biasanya dibuat pada bidang datar, dapat merupakan perwujudan-perwujudan dari permukaan bumi atau benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda angkasa. Sedangkan hakekat peta adalah : 1. Peta adalah sebuah peraga. 2. Dengan mempergunakan alat peraga itu , si penyusun peta ingin menyampaikan sesuatu “ide” kepada orang lain. 3. Ide yang dimaksud bisa berupa gambaran tentang tinggi rendah sesuatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, curah hujan, penyebaran batuan (geologi), penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map),
10
dan semua hal lain yang berhubungan dengan kedudukannya dalam “ruang” 4. Dengan jalan meyajikan kedalam bentuk sebuah peta, diharapkan si penerima ide, dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gamabaran daripada apa yang disajikan itu, melalui matanya. (Sandy, 1972) Sejalan dengan pendapat tersebut adalah bahwa peta mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu signal atau saluran/channel antara si pengirim pesan (pembuat peta) dan penerima pesan (pemakai peta).(Prihandito, 1989). Sedangkan menurut Isman (1995) bahwa guna mempromosikan dan memasarkan obyek dan daya tarik wisata tersebut baik di dalam dan di luar negri diperlukan sarana yang dapat menyajikan informasi tetang obyek dan daya tarik wisata serta data tentang sarana dan prasarana pariwisata yang ada pada lokasi wisata tersebut. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mempromosikan dan memasarkan obyek dan daya tarik wisata serta sarana dan prasarana kepariwisataannya adalah peta. Menurut Erwin Raisz (1948), peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas. Sedangkan menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005), peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan. Dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya). Dewasa ini sudah dikenal adanya peta digital (digital map), yaitu peta yang berupa gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan media komputer. Data yang diperoleh berupa data digital dan hasil dari gambaran tersebut dapat disimpan dalam suatu media seperti disket,
11
CD, maupun media penyimpanan lainnya, serta dapat ditampilkan kembali pada layar monitor komputer. Biasanya peta digital ini dibuat dengan menggunakan software GIS (Geography Information system).Ilmu yang mempelajari tentang peta dan pemetaan disebut dengan kartografi dan orang yang ahli dalam bidang peta dan pemetaan disebut kartograf. Berdasarkan pustakadi atas jelas menunjukkan bahwa dengan peta pariwisata memudahkan wisatawan. Peta pariwisata berguna untuk mengetahui lokasi wisata, apa obyek wisata yang ada pada lokasi tersebut, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat sampai ke lokasi tersebut, sarana dan prasarana apa saja yang terdapat disana yang akan dapat dimanfaatkan, dan banyak lagi informasi lain yang akan didapat. Karena dengan peta, si pengguna peta akan cepat mengetahui dan memahami posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain di permukaan bumi), memperlihatkan ukuran dan memperlihatkan bentuk, sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.
1.6.3. Produksi Peta Produksi peta menurut Kraak (1996) dalam Widiastuti (2004) terbagi menjadi lima tahapan, tahap pertama adalah persiapan desain peta. Data dipilih dari Digital Landscape Model (DLM) yang sudah diedit, seleksi dapat meliputi data peta dasar maupun isi tematik yang mempresentasikan hasil dari analisis spasial. Pada cara konvensional tahap ini menghasilkan suatu sketsa peta. DLM sendiri merupakan representasi obyek-obyek yang dipilih dari bentang lahan, disimpan sebagai basis data dalam bentuk titik, garis, maupun area.Agar informasinya dapat dikomunikasikan ke pengguna maka DLM ini harus dikonversikan terlebih dahulu ke bentuk Model Carthographic Digital (DCM). DCM merupakan hasil analisa proses kartografis DLM. Informasi dalam DCM ini merupakan informasi yang sudah siap untuk dicetak, di multiplikasi atau di distribusi. Isi dari DLM diperoleh dari seleksi obyek yang ada di dunia nyata (real world), hal ini diperlukan karena banyaknya fenomena yang memungkinkan
12
untuk diseleksi, dimana seleksi ini tergantung pada kebutuhan peta. Setelah obyek geografis dan karakteristiknya ditentukan, selanjutnya adalah membedakan model data, struktur data, struktur penyimpanannya. Model data tersebut dapat berisi sekumpulan obyek geografis dan hubungan diantaranya, contoh wilayah administrasi. Agar model data tersebut dapat digunakan, maka harus distruktur baik dalam benruk vector atau raster. Pilihan struktur data berpengaruh pada jenis software yang akan digunakan dan bentuk peta seperti apa yang akan digambarkan. Tahap kedua adalah spesifikasi desain. Pada tahap ini, DCM telah memiliki semua atribut grafis, seperti warna garis, pola arsiran dan jenis huruf dari obyek geografis yang akan disajikan di peta. Pada cara konvensional tahap ini merupakan pemindahan informasi dari peta sketsa menjadi suatu peta yang memiliki layout. Tahap ketiga adalah pembuatan image peta yang berkaitan dengan penampilan di layar. Penampilan di layar dapat digunakan sebagai uji coba bagaimana kenampakan peta hasil. Tahapan ini merupakan tahapan produksi akhir.Peta tersebut tidak hanya mengefektivitaskan produksi tetapi juga tetap menjaga hubungannya dengan basis data, sebagai contoh perubahan pada basis data dapat langsung terlihat pada peta di layar. Tahap ke tiga ini merupakan awal dari reproduksi peta pada cara konvensional. Tahap keempat adalah reproduksi atau multiplikasi. Peta hasil digital ini tersimpan sebagai metafile grafis komputer atau format lain yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan termasuk publikasi internet, integrasi di atlas elektronik ataupun kepentingan multimedia lainnya. Untuk kepentingan reproduksi, dibutuhkan software convert dan peralatan yang dapat menterjemahkan DCM tersebut ke media cetak. Tahap kelima adalah produk akhir baik berupa peta permanen maupun sementara.
13
Tahap Produksi
Secara Digital
Persiapan
Sepesifikasi desain
Secara Konvensional
Sketsa
Pengambilan data
Kumpulan Manuskrip
Membuat DCM
Pembuatan gambaran
Penampilan DCM
Penggambaran Peta
Postcript
Pemisahan Warna
peta
Reproduksi
Plotting Film
Printing
Produk Akhir
Peta Permanen/Temporal Gambar 1.1.Skema Produksi Peta Sumber: Kraak, 1996
14
1.6.4. Simbol Peta Menurut Aziz (1977) simbol merupakan salah satu alat untuk mengadakan komunikasi, dan simbol ini mempunyai arti dan bentuk. Dengan mengetahui arti dan bentuk simbol tersebut, maka pemilihan simbol harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari peta tematik. Pada hakekatnya, dengan memetakan simbol, kita dapat mebaca tema dari suatu peta dengan mudah. Menurut artinya simbol ini dapat dibagi menjadi: A. Simbol Kualitatif. Simbol kualitatif ini menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, jadi dihubungkan dengan kualitas unsur yang diwakilinya. Simbol ini tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif ini dapat berupa titik, garis, dan luas/ruang. 1. Pemetaan simbol titik yang kualitatif. Pemetaan simbol yang kualitatif ini memperlihatkan gambaran tentang lokasi dari unsur-unsur dengan kedudukan yang benar. Simbol titik yang digunakan dalam pemetaan ini dibagi lagi dalam bentuk simbol: a. Simbol geometrik/abstrak. Pada umunya simbol ini dinyatakan dakan bentuk geometrik/abstrak. Keuntungan dari simbol ini adalah mudah digambar dan posisinya (letaknya) benar. Sedangkan kerugian dari simbol ini adalah sedikit sukar untuk dimengerti. Contoh: .
: simbol titik triangulasi : Simbol yang menyatakan kota
b. Simbol piktorial Simbol ini melukiskan bentuk asli dari unsur yang diwakilinya.Sebagai contoh pada peta pariwisata, simbol piktorial ini memegang peranan.Keuntungan simbol ini adalah mudah dikenal. Sedangkan
15
kerugiannya adalah sedikit sukar untuk meletakkan posisi (positioning) simbol tersebut pada tempat sebenarnya (fixed position). Contoh: : Menara Suar : Bandara
c. Simbol Huruf Simbol ini biasanya digunakan untuk menyatakan unsur tertentu yang sangat khas (spesifik). Penggunaan simbol ini dapat dilihat umpamanya pada peta geologi yang memperlihatkan pembagian bijih besi dan unsur-unsur tertentu, yang dinyatakan dalam nama kimianya saja. Contoh, dalam peta geologi: Cu: tembaga Ag: perak Au: Emas Contoh, dalam peta pariwisata (tourist map): T: menandakan letak pesawat telepon umum. P: menandakan letak kantor pos. Keuntungan dari simbol ini adalah mudah dimengerti dan mudah digambar. Sedangkan kerugiannya adalah tidak begitu artistik dan mudah disalah artikan dengan arti (teks) yang lain.
2. Pemetaan simbol garis yang kualitatif Pemetaan simbol garis yang kualitatif ini memperlihatkan gambaran dari unsur-unsur yang diwakilinya dengan berbentuk garis. Simbol garis yang digunakan dalam pemetaan ini dapat lagi dibagi dalam bentuk simbol: a. Simbol deskriptif (yang bersifat menggambarkan)
16
Simbol ini biasanya digunakan untuk menyatakan unsur-unsur yang sesungguhnya (natural features) dari permukaan bumi dan atau unsur-unsur
buatan
manusia
(man
made
features)
yang
unsur-unsur
yang
digambarkan secara deskriptif. Contoh: : Sungai
b. Simbol yang abstrak/khayal Simbol
ini
digunakan
dalam
penyajian
menyatakan batas.Seperti; batas negara, batas provinsi, dan sebagainya. Tetapi batas-batas tersebut tidak merupakan bentuk garis, melainkan berupa pernyataan yang bersifat abstrak/khayal. Contoh: +--+--+--+-- : menyatakan batas negara +-+-+-+-+-
: menyatakan batas provinsi
3. Pemetaan simbol luas yang kualitatif. Pemetaan simbol luas yang kualitatif ini memperlihatkan gambaran tentang pembagian unsur-unsur yang menempati suatu daerah. Simbol luas yang digunakan dalam pemetaan ini dapat lagi dibagi dalam bentuk simbol: a. Simbol deskriptif Simbol ini digunakan untuk menyatakan unsur-unsur yang ada dalam daerah tertentu. Contoh: : Hutan Cemara
b. Simbol yang abstrak/khayal Simbol
ini
digunakan
sebagai
pernyataan
yang
mengidentifikasikan suatu daerah.
17
Contoh: : Latar Garis
B. Simbol Kualitatif Pemetaan simbol yang kuantitatif ini disamping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur-unsur juga menunjukan besar/jumlah/banyaknya dari unsur-unsur yang diwakilinya. Simbol yang kuantitatif ini dapat juga berbentuk titik, garis, dan area. Umumnya pemetaan simbol yang kuantitatif menggunakan data-data statistic, sehingga sering juga disebut pemetaan statistik.
1.6.5. Pengertian Pariwisata Sujali (1989) mengemukakan bahwa sektor pariswisata telah memberikan peningkatan dalam pendapatan daerah dan negara, sehingga jika sektor pariwisata dapat disejajarkan dengan sektor-sektor lain dalam peningkatan pendapatan negara, maka sektor pariwisata dapat dikatakan sebagai suatu “industri pariwisata”
yang merupakan industri sendiri yang berfungsi untuk
membantu dan mempercepat pertumbuhan industri lainnya. Modal yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata menurut direktorat jendral pariwisata Republik Indonesia dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu : 1. Obyek wisata alam (Natural Resources), bentuk atau wujud dari obyek ini berupa pemandangan alam seperti lingkungan pegunungan, lingkungan pantai atau perairan, lingkungan hidup berupa kehidupan flora dan fauna, atau bentuk lain. 2. Obyek wisata budaya/manusia (Human Resources), obyek wisata budaya lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau kehidupan manusia, dan wujud dari obyek budaya antara lain berbentuk museum, candi,
18
tarian/kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman, atau bentuk yang lain. 3. Obyek wisata buatan manusia (Man Mad Resources), obyek wisata yang bersifat man made atau dipengaruhi oleh aktifitas manusia, oleh karena itu bentuknya pasti sangat tergantung pada kreativitas manusianya. Obyek wisata buatan manusia seperti tempat ibadah, peralatan musik, kawasan wisata yang dibangun seperti kawsan wisata Taman mini, kawasan wisata Ancol, atau dengan bentuk yang lain. Dalam suatu sistem kepariwisataan menurut Soekadijo (1996) harus ada integrasi antara obyek wisata dengan syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu : 1. Jaringan transportasi Jalan merupakan akses untuk ke obyek, dan jalan akses itu harus berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menetukan aksesibilitas sesuatu obyek wisata. Setidaknya dalam suatu obyek wisata harus ada terminal atau tempat parkir, maupun jenis kendaraan yang diperkirakan akan digunakan oleh wisatawan. 2. Akomodasi Selain dihubungkan dengan fasilitas angkutan, obyek wisata juga harus menyediakan akomodasi. Akomodasi atau jasa pelayanan yang terpenting antara lain; penginapan, sanitasi, restoran, dan keamanan. 3. Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan publikasi, promosi, dan penjualan suatu produk, dalam hal ini adalah produk wisata.Pemasaran dengan demikian merupakan aktualisasi dari potensi pariwisata, dengan adanya pemasaran baru terjadi suatu perjalanan wisata. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih baik. Dalam pengembangan kepariwisataan seperti untuk jenis atraksi berupa wisata alam atau budaya dipengaruhi oleh jumlah penerimaan dan pembelajaan wisatawan di obyek wisata. Menurut Yoeti (1997) ada tiga alasan penting perlunya pengembangan pariwisata:
19
1.
Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata baik secara lokal, regional, atau ruang lingkup nasional pada suatu Negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau Negara tersebut.
2.
Pengembangan pariwisata itu lebih bersifat non ekonomis. Wisatawan yang berkunjung pada suatu daerah wisata salah satu motifasinya untuk melihat keindahan.
3.
Pariwisata perlu dikembangkan untuk menghilangkan kepicikan berfikir dan mengurangi salah pengertian.
Maksud pengembangan suatu daerah wisata adalah untuk menjual produk wisatanya dan pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola. Maka jelas pengembangan fisik dan non- fisik dari daerah tujuan wisata harus mendukung dan member kesempatan untuk membentuk produk-produk dan keinginan pelanggan serta pelayanan pasar wisata.
1.6.6. Pengertian Web Menurut Ferdianto (2013) pengertian web berdasarkan teknologinya terbagi menjadi dua, yaitu web statis dan web dinamis. Persamaan web statis dan web dinamisyaitu sama-sama keduanya merupakan suatu website yang menampilkan halaman yang ditampilkan di internet yang memuat informasi tertentu (khusus). a. Pengertian Web Statis dan Web Dinamis Web statis adalah website yang mana pengguna tidak bisa mengubah konten dari web tersebut secara langsung menggunakan browser.Interaksi yang terjadi antara pengguna dan server hanyalah seputar pemrosesan link saja. Halaman-halaman web tersebut tidak memliki database, data dan informasi yang ada pada web statis tidak berubah-ubah kecuali diubah sintaksnya. Dokumen web yang dikirim kepada clientakan sama isinya dengan apa yang ada di web server. Contoh dari web statis adalah web yang berisi profil perusahaan. Di sana hanya ada beberapa halaman saja dan kontennya hampir tidak pernah berubah karena konten langsung diletakan dalam file HTML saja. Dalam penelitian ini web
20
yang digunakan adalah web statis, karena dengan web statis tidak perlu diupdate sesering mungkin (setiap hari). Sedangkan dalam web dinamis, interaksi yang terjadi antara pengguna dan server sangat kompleks. Seseorang bisa mengubah konten dari halaman tertentu dengan menggunakan browser. Request (permintaan) dari pengguna dapat diproses oleh server yang kemudian ditampilkan dalam isi yang berbeda-beda menurut alur programnya. Halaman-halaman web tersebut memiliki database. Web dinamis, memiliki data dan informasi yang berbeda-beda tergantung input apa yang disampaikan client. Dokumen yang sampai di clientakan berbeda dengan dokumen yang ada di web server. Contoh dari web dinamis adalah portal berita dan jejaring sosial.Lihat saja web tersebut, isinya sering diperbaharui (di-update) oleh pemilik atau penggunanya. Bahkan untuk jejaring sosial sangat sering di-update setiap harinya. b. Perbedaan Web Statis dan Web Dinamis 1. Interaksi antara pengunjung dan pemilik web Dalam web statis tidak dimungkinkan terjadinya interaksi antara pengunjung dengan pemilik web. Sementara dalam web dinamis terdapat interaksi antara pengunjung dengan pemilik web seperti memberikan komentar, transaksi online, forum, dll. 2. Bahasa Script yang digunakan Web statis hanya menggunakan HTML saja, atau paling tidak bisa ditambah dengan CSS. Sedangkan web dinamis menggunakan bahasa pemrograman web yang lebih kompleks seperti PHP, ASP dan JavaScript. 3. Penggunaan Database Web statis tidak menggunakan database karena tidak ada data yang perlu disimpan dan diproses. Sedangkan web dinamis menggunakan database seperti MySQL, Oracle, dll untuk menyimpan dan memroses data. 4. Konten Konten dalam web statis hanya diberikan oleh pemilik web dan jarang diupdate, sementara konten dalam web dinamis bisa berasal daripengunjung dan lebih sering di-update. Konten dalam web dinamis bisa diambil dari
21
database sehingga isinya pun bisa berbeda-beda walaupun kita membuka web yang sama.
1.6.7. Sistem Informasi Geografi dan Peta Peta digunakan untuk visualisasi data keruangan (geospatial), yaitu data yang berkenan dengan lokasi atau atribut dari suatu obyek atau fenomena di permukaan bumi. Peta membantu penggunannya untuk memehami hubungan geopasial secara lebih baik. Dari peta, informasi tentang jarak, arah, dan luasan dapat diperoleh, diketahui pola dan hubungannya, serta dapat diketahui ukurannya. Sejak tahun 1980-an, pengembangan data geospasial digital telah meningkat dengan pesat.Akibatnya, lingkungan dimana peta tersebut digunakan telah berubah drastic untuk sebagian besar penggunanya. Peta dapat ditampilkan dilayar komputer (onscreen map).Melalui peta jenis ini, basis data yang tersusun dari peta dapat diolah dan beberapa fungsi analisis dapat diakses melalui menu atau legendannya. Pada 1980-an, perangkat lunak (software) yang memungkinkan bagi pencarian dan analisis data geospasial dinamakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Dengan semakin berkembangnya sistem ini, penggunaan SIG telah dimanfaatkan untuk berbagai jenis disiplin ilmu yang menggunakan data geospasial. SIG mengenalkan integrasi data geospasial dari beberapa sumber data yang berbeda.Fungsi ini menyebabkan SIG mampu memanipulasi, menganalisi, dan memvisualisasi gabungan data. Penggunanya dapat menghubungkan model aplikasi dasar ke perangkat pengolah data di dalam sistem, dan mencoba untuk menemukan jawaban seperti “ dimana lokasi yang paling tepat untuk membuka cabang supermarket baru?” atau “apa akibat dari rencana yang akan dilaksanakan terhadapa daerah sekitar atau kemungkinan alternatifnya?” Peta tidak lagi sebagai hasil akhir seperti yang selama ini dipahami. Peta kertas hasil cetakan berfungsi sebagai media untuk menyimpan dan menampilkan data geospasial. Pengenalan peta pada layar komputer dan hubungan basisdatanya telah membedakan fungsi diantara kedua peta tersebu. Bagi ahli kartografi (cartographer), on screen map telah membawa ketersediaan basisdata dan teknik
22
komputer grafis untuk menghasilkan metode tempilan yang baru, misalnya bentuk tiga dimensi dan peta animasi. Dalam lingkungan SIG, analisis geospasial selalu diawali dengan peta; dan peta mendukung proses pengambilan keputusan. Dengan kata lain, peta memainkan peran yang sangat penting dalam proses analisis geospasial. Peta juga mempunyai peran lain dengan adanya Insfrastruktur Data Geospasial
(Geospasial
Data
Infrastructure/GDI).
Insfrastruktur
untuk
mengakses data geospasial ini sedang dikembangkan di seluruh penjuru dunia untuk memantau populasi penduduk, sumberdaya, dan lingkungan. Akses terhadap data yang diperlukan membutuhkan prosedur pencarian yang komplek, yang dapat dipermudah dengan menggunakan peta untuk menunjukkan daerah atau tema yang sesuai dengan data yang diinginkan. SIG pada kenyataannya berbeda dari sistem informasi lain dalam hal isi datanya, dimana data merujuk pada obyek atau fenomena dengan lokasi spesifik di muka bumi dan memiliki alamat. Karena adaya karakteristik khusus tersebut, lokasi obyek dapat divisualisasikan dan visualisasi ini disebut dengan peta.
1.6.8. Peta dan World Wide Web (WWW) Beberapa tahun ini WWW telah menjadi media untuk mencari dan menyampaikan data geospasial. WWW dapat berupa tampilan grafis pada internet, yang bisa digunakan untuk e-mail, transfer file, dan lainnya. Dengan adanya perkembangan SIG lewat WWW, jumlah pembuatan peta meningkat dengan pesat. Hal ini mengakibatkan berkembangnya suatu keadaan bahwa lembaga/institusi penyedia peta lewat internet tidak lagi akan dapat mengetahui peta hasil buatannya menjadi berbentuk seperti apa nantinya, karena banyaknya pilihan simbol-simbol yang lebih interaktif. Dalam proses pengolahn data geospasial peta selalu digunakan untuk menyajikan data. Peta dapat membuat kita mengetahui pola dan hubungan dari data geospasial tersebut. Bagaimanapun juga, sebuah pendekatan khusus harus dilakukan mengingat sifat WWW berkembang menjadi interaktif dan pengguna dapat dengan mudah mengakses peta. Kemudahan konektivitas dan interaktif
23
telah membuat peta via web menjadi alat yang baik untuk menggali basis data yang berbeda. Peta juga dapat berfungsi untuk hal yang lain. Peta dapat berfungsi sebagai interface untuk geo-informasi lain di cyberspace atau dapat memberikan petunjuk kepada pengguna internet (surfer) sebagai navigasi untuk mengakses WWW. dengan mengklik suatu obyek, kita akan menuju halaman selanjutnya yang dapat berupa peta atau teks atau foto. Dalam hal ini pera dapat digunakan sebagai media pencarian informasi. Kenapa WWW merupakan media penyampaian peta yang menarik? Jawabannya ialah bahwa informasi dalam web ditampilkan secara virtual dan independent. Pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi dan hasilnya selalu baru (up to date), meskipun untuk hal yang kedua ini tergantung kepada providernya, WWW menyediakan data yang interaktif dan dinamis. Oleh karena itu pada saat menyiapkan peta untuk WWW kita harus mengetahui bahwa yang akan diakses berupa data geografi yang rumit, sedangkan beberapa negara masih mengalami kesulitan dalam melakukan akses seperi di Afrika dan Amerika Latin dan sebagian Asia. Kita juga mengetahui bahwa WWW adalah media yang cepat diakses. Sehingga download yang lama akan membuat pengguna menjadi tidak tertarik. Data dalam WWW juga harus selalu baru (up to date) karena apabila setelah beberapa periode tidak diperbaharui (update) maka informasi akan menjadi tidak bernilai. Berdasarkan peta asli yang ada di WWW, kita dapat mengklasifikasikan peta seperti yang ada pada gambar 1.2 (Kraak dan Brown, 2000). Struktur ini memiliki berbagai kemungkinan berdasarkan bagaimana peta digunakan, apakah interaktif dan dinamis atau tidak.Pembedaan dilakukan apakah petanya statis atau dinamis. Tiap kategori ini kemudian dipisah menjadi non interaktif dan interaktif peta. Pada umumnya, peta yang biasa digunakan dalam WWW adalah peta statis, non interaktif peta yang hanya dapat dilihat (peta tidak bisa diubah atau diakses databasenya). Pada umumnya peta tersebut berasal dari peta hasil „scan” dari peta cetak yang ada. Bentuk penyajian seperti ini sangat berguna, sebagai contoh, untuk membuat catatan bahwa peta menjadi mudah diakses, untuk memperoleh
24
peta di WWW memungkinkan pubk untuk mempelajarinya dan saling tukar informasi tentang kaidah kartografi yang biasa digunakan baik secara nasional maupun internasional. Permasalahan yang ditemui jika mendapatkan peta statis hanya sebagai tampilan karena memang belum didesain khusus untuk format WWW. Sebagai contoh, peta asli mempunyai informasi yang sangat padat/rumit untuk WWW sehingga memerlukan waktu lama untuk di akses, namun demikian peta statis dapat dibuat lebih interaktif dan mudah diakses. Peta bisa sangat berguna misalnya untuk membuat perkembangan peta menjadi lebih mudah diakses. Hal ini disebut peta clickable. Dalam hal ini, peta berfungsi sebagai interface dari data lain. Dengan melakukan klik pada fitur tertentu kita akan membuka halaman selanjutnya yang berisi peta, foto atau teks. Interaktif juga dapat diartikan bahwa kita bisa melakukan zoom atau menggeser peta (pan). Lebih lanjut kita bisa memilih layer yang akan ditampilkan pada layar. WWW pada dasarnya digunakan untuk menampilkan peta dinamis, seperti animasi yang merepresentasikan geoprosesing yang dinamis. Versi non interaktif juga dapat dilakukan dengan format GIF yang tersusun atas beberapa gambar bitmap yang bisa disusun menjadi tampilan bergerak. Model interaktif yang lain bisa dibuat dengan JAVA, Java Script atau VRML. VRML dapat menyediakan jejak perpindahan dalam tampilan tiga dimensional. Hal inilah yang menjadi tampilan SIG di masa mendatang. GDI menyediakan data untuk gambar kartografi dan dengan perkembangan teknologi ini, kartografi dapat menjadi bagian yang penting dalam menyediakan data geospasial yang di masa mendatang akan saling terhubung secara digital.
Peta-peta web
Peta-peta statistik
Hanya Tampilan
Interaktif tampilan dan atau isi
Peta-peta dinamik
Hanya Tampilan
Interaktif tampilan dan atau isi
Gambar 1.2 Klasifikasi peta-peta web kedalam tampilan peta statistic dan interaktif dan tampilan peta dinamik dan interaktif (sumber: Kraak dan Brown, 2000)
25
1.6.9. Penelitian Sebelumnya Penelitian dengan tema yang hampir sama sudah pernah dilakukan olehIsman (1995), Sholich (2005), dan Widiastuti (2004). Penelitian yang dilakukan Isman (1995) bertujuan untuk mendesain suatu peta manuskrip kepariwisataan Pulau Bintan. Data yang disajikan yaitu obyek wisata, sarana pariwisata, dan prasarana pariwisata secara kartografis. Data berupa data skunder dan primer dikumpulkan, diolah, dan diklasifikasi, sebelum disajikan secara kartografis pada peta dasar, data tersebut didesain dalam bentuk simbol dengan pendekatan semiologis melalui analisis informasi.Analisis informasi yang dilakukan untuk mengetahui masing-masing komponennya. Data yang disajikan dalam bentuk simbol titik, pictorial, dan huruf yang dikaitkan variable visual posisi yang dihubungkan dengan persepsi selektif dan persepsi bertingkat. Peta pariwista yang dihasilkan dicetak pada media kertas dengan ukuran 60 x 90 cm dan skala peta 1 : 10.000. Sholich (2005) melakukan penelitian tentang pengembangan potensi pariwisata Pantai Pandan Simo Srandakan Kapubaten Bantul. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1).mengetahui besarnya potensi pariwisata sektor perikanan laut, sektor budaya dan sektor agrowisata di Pantai Pandan Simo, 2). Mengertahui dukungan sektor perikanan laut, 3).Mengetahui persepsi wisatawan yang berkunjung pada Kawasan Wisata Pantai Pandan Simo tentang sektor perikanan laut, budaya dan agrowisata, 4).Mengetahui perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat pada sektor perikanan laut, sektor budaya dan sektor agrowisata, 5).Implikasi kebijakan. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer yang diperoleh melelaui studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara langsung dengan responden. Penelitian yang dilakukan Widiastuti (2004) yaitu tentang Penyusunan Sistem Informasi Pariwisata Kabupaten Kuningan menggunakan metode penelitian scoring, klasifikasi, dan ananlisis data. Desain aplikasi dan pembuatan aplikasi menggunakan bahasa pemograman yang ada pada perangkat lunak grafis. Hasil dari penelitian ini adalah peta paket wisata Kabupaten Kuningan skala 1: 200.000 dalam bentuk hardcopy dan informasi multimedia pariwisata dan paket
26
wisata kabupaten Kuningan dalam bentuk aplikasi sistem informasi pariwisata dengan media CD-ROM. Penelitian yang dilakukan Nugroho (2011) yaitu tentang Pemanfaatan sistem informasi geografis untuk pemetaan interaktif wisata kuliner di kota Solo Jawa Tengah. Metode yang dilakukan yaitu pemilihan daerah penelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data. Hasil dari penelitiannya yaitu peta interatif yang disusun dengan sistem informasi geografis. Penelitian yang akan dilakukan mempunyai sedikit kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Widiastuti (2004) yaitu pada beberapa metode penelitian tersebut.
Walau memiliki beberapa kesamaan metode, akan tetapi
daerah penelitian memiliki perbedaan. Penelitian yang akan dilakukan saat ini memiliki tujuan yaitu 1). Memetakan persebaran (lokasi) obyek wisata di Pulau Bangka yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota. 2). Mengetahui seberapa besar manfaat web statis dalam mempublikasikan obyek wisata di Pulau Bangka yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota. (Lihat tabel 1.1) Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya No. 1
Peneliti Isman (1995)
Tema Penelitian Desain peta manuskrip kepariwisataan
Lokasi Pulau Bintan Kabupaten Kepulauan Riau
2
Widiastuti (2004)
Penyusunan Sistem Informasi Pariwisata
Kabupaten Kuningan
3
Sholich (2005)
Pengembangan Potensi Pariwisata Pantai Pandan Simo Srandakan Kabupaten Bantul
Kabupaten
Nugroho (2011)
Pemanfaatan sistem informasi geografis untuk pemetaan
Kota Solo
4
Bantul
Metode Analisis dan klasifikasi data, kemudian disajikan secara kartografis pada media kertas Skoring, Klasifikasi, dan analisis data. Desain aplikasi menggunakan bahasa pemograman yang ada pada perangkat lunak grafis
Pemilihan daerah penelitian, pengumpulan data, variable penelitian, pengolahan dan analisa data (analisa skoring) Pemilihan daerah penelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data
Hasil Peta manuskrip kepariwisataan Pulau Bintan skala 1 : 10.000 pada media kertas ukuran 90 x 60 cm Peta paket wisata Kabupaten Kuningan skala 1 : 200.000 dalam bentuk hardcopy dan informasi multimedia pariwisata dan paket wisata kabupaten Kuningan dalam bentuk aplikasi system informasi pariwisata dengan media CD – ROM Arahan pengembangan Kawasan pantai Pandan Simo
Peta interaktif wisata kuliner di kota Solo Jawa Tengah
27
5
Ady Mengkara (2014)
interaktif wisata kuliner di kota Solo Jawa Tengah Pemetaan Potensi Objek Wisata Berbasis Web Dalam Rangka Promosi Pariwisata Pulau Bangka
Pulau BangkaProvinsi Kep.Babel
Pemilihan daerah penelitian, pengumpulan data, variable penelitian, pengolahan, analisa data, dan klasifikasi (analisa skoring)
Peta Potensi Wisata Pulau Bangka dan Data-data Informasi Sarana dan Prasarana Wisata Pulau Bangka
1.7.Kerangka Pemikiran Pulau Bangka merupakan salah satu Pulau yang terdapat di Indonesia, yang mana memiliki banyak potensi wisatanya, antara lain wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, dan banyak lagi ragam wisata lainnya. Masih kurangnya promosi dan atau publikasi wisata Pulau Bangka mengakibatkan wisata yang ada kurang dikenali oleh banyak orang. Beberapa orang yang sudah mengetahui keindahan wisata Pulau Bangka (seperti pantai) mereka dapatkan dari cerita penglaman orang lain yang sudah pernah datang ke Pulau Bangka untuk berwisata. Banyak juga orang yang ingin datang tetapi tidak mengetahui cara untuk sampai ke objek wisata yang akan dituju di Pulau Bangka. Wisatawanwisatawan dari luar pulau pada umumnya datang apabila memiliki sanak keluarga atau menggunakan paket wisata (biasanya untuk kalangan ekonomi atas). Beberapa motif wisatawan berwisata yaitu apabila memiliki daya tarik pada obyek wisata, mudah melakukan perjalanan, mengetahui prasarana yang akan dituju, mengetahui cara untuk berpindah tempat dari tujuan satu ke tujuan lainnya (seperti bandara ke hotel/penginanpan, penginapan ke lokasi wisata), dan juga prinsip ekonomi yaitu pengeluran yang seminim-minimnya. Sehingga untuk memudahkan wisatawan dibutuhkan informasi akomodasi (seperti biaya penginapan,makan,transportasi,masuk tempat wisata, dan sebagainya). Adapun kerangka pemikiran dalam penelian ini, obyek wisata yang akan diutamakan untuk diteliti dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu obyek wisata alam, obyek wisata adat dan budaya, dan obyek wisata kuliner. Pemilihan ini
28
berdasakan karena ketiga obyek wisata tersebut adalah obyek wisata yang menjadi andalan di Pulau Bangka disamping ada beberapa obyek wisata lain yang akan melengkapi penelitian ini. Setelah dikategorikan menjadi 3 kelompok kemudian peneliti melakukan survey lapangan dengan harapan mendapatkan titik lokasi (bantuan GPS), beragam macam foto wisata, deskripsi tentang obyek wisata tersebut. Hasil survey lapangan menjadikan data selain data dari dinas terkait (seperti dinas pariwisata) untuk melengkapi penelitian ini, yang mana akan dipetakan kedalam sebuah peta pariwisata masing-masing kabupaten dan kota yang ada di Pulau Bangka. Peta wisata, foto obyek wisata, dan deskripsi obyek wisata tersebut akan dijadikan dalam satu kesatuan ke dalam sebuah website, dalam penelitian ini adalah website statis. Website statis tentang pariwisata Pulau Bangka tersebut kemudian akan dipromosikan dan atau dipublikasikan. Beberapa media promosi mengikuti perkembangan zaman saat ini yaitu akun-akun sosial media seperti twitter, facebook, dan blogger. Diharapkan dengan akun sosial media tersebut dapat membantu dalam hal promosi website yang akan dibuat dalam penelitian ini. Dengan adanya pemetaan obyek wisata berbasis web tersebut, yang kemudian dipromosikan maka diharapkan dapat menjadikan sumber informasi yang memudahkan wisatawan. Informasi tentang suatu obyek wisata (yang menarik, sarana dan prasarana yang mendukung) diharapkan dapat menjadikan motif berwisata ke Pulau Bangka dari seorang wisatawan. Kemudahan tersebut akan dikemas semenarik mungkin dalam penelitian “Pemetaan Obyek Wisata Berbasis Web Dalam Rangka Promosi Pariwisata Pulau Bangka”. Adapun kerangka pemikiran dalam skema dapat dilihat dalam gambar 1.3.
29
Obyek Wisata
Wisata Alam
Informasi
Menarik
Wisata Adat &Budaya
Sarana
Prasarana
Wisata Kuliner
Motif Berwisata Lokasi dan Tema
Wisatawan
Peta Wisata + Foto Obyek wisata + Deskripsi obyek wisata
Website Statis
Promosi
Sosial Media; twitter, facebook, & blogger
Kumpulan Peta + Foto Obyek Wisata + Deskripsi Obyek Wisata (Hardcopy)
Gambar 1.3 Skema Kerangka Pemikiran.
30
1.8.Batasan Istilah Aksesibilitas, adalah kemudahan suatu daerah untuk dapat di jangkau dengan sarana dan transportasi yang ada (Anonim, 1999). Analisis, adalah peneyelidikan sesuatu peristiwa untuk mengetahui penyebabnya, dan bagaimana duduk perkaranya (Waspani, 1984) Analisa Peta, adalah menguraikan dengan jelas hubungan setiap unit yang terdapat dalam masing-masing elemen, ditinjau kedudukannya dari segi keruangan (Muehrcke, 1978). Data, adalah bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa, aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya (Prahasta, 2001). Deskripsi,adalah pemaparan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Jalur Wisata, adalah sebuah rute dari jalan – jalan yang ada dan menunjukkan rangkaian kunjungan dari berbagai obyek wisata (Soekadidjo, 1996). Kartografi, adalah seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi pembuatan peta, termasuk studinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil karya seni (Bos, 1997). Obyek Wisata, adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata (UU RI nomor 9 tahun 1990). Obyek wisata alam (Natural Resources), adalah bentuk atau wujud dari obyek ini berupa pemandangan alam seperti bentuk lingkungan pegunungan, lingkungan pantai atau perairan, lingkungan hidup berupa kehidupan flora dan fauna atau bentuk lain. (Ditjen Pariwisata RI, Dalam Sujali: 1989). Obyek wisata buatan manusia (Man Made Resources), adalah obyek wisata yang bersifat man made atau dipengaruhi aktivitas manusia, oleh karena itu bentuknya pasti sangat tergantung pada aktivitas manusiannya. Obyek wisata buatan manusia seperti misalnya museum, tempat ibadah, peralatan music, kawasan wisata yang dibangun seperti kawasan wisata taman mini, kawasan wisata Ancol atau dengan bentuk lain. (Ditjen Pariwisata RI, Dalam Sujali: 1989). Obyek wisata budaya/manusia (Human Resources), adalah obyek wisata budaya lebih banyak dipengaruhi lingkungan atau kehidupan manusia, dan wujud
31
dari objek budaya antara lain berbentuk museum, candi, tarian/bkesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacra pemakaman atau bentuk lain. (Ditjen Pariwisata RI, Dalam Sujali: 1989). Peta, adalah suatu gambaran konvensional biasanya disesuaikan terhadap skala pada bidang datar, untuk menyajikan data yang selektif atau bentuk – bentuk abstrak, ataupun data yang ada kaitannya dengan kenampakan permukaan bumi atau benda angkasa (Bos, 1997). Peta dasar, adalah peta yang digunakan untuk/sebagai dasar pembuatan peta lainnya. (Saraswati, 1993). Pariwisata, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait dibidang tersebut (UU RI nomor 9 tahun 1990). Pengembangan, adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih baik (Moh Shofyan Sholich, 2005). Pomosi, adalah usaha untuk memperbesar daya tarik produk terhadap calon konsumen (Soekadijo,1996). Potensi, adalah karakteristik baik fisik maupun sosial ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata.(Chafid, 1995). Potensi Pariwisata, adalah obyek atau atraksi wisata yang memungkinkan untuk di publikasikan, dipasarkan, dikelola, serta dikembangkan menjadi sebuah tempat peristirahatan atau bersenang – senang pada sementara waktu dan dapat diambil manfaatnya dari obyek tersebut. (Cholil, 2000). Prasarana Kepariwisataan, adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. (Yoeti, 1983). Publikasi, adalah usaha memperbesar daya tarik produk terhadap calon konsumen (Soekadijo, 1996). Sarana Kepariwisataan, adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan pada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak selamanya tergantung pada wisatawan (Yoeti, 1983).
32
Sistem Informasi Geografis (SIG), adalah alat yang dapat digunakan untuk pengumpulan,
penyimpanan,
mendapatkan
kembali,
transformasi
dan
menampilkan suatu data untuk tujuan tertentu. Data tersebut dapat berupa data spasial maupun data atribut.Data spasial merupakan data yang mencerminkan aspek keruangan, sedangkan data atribut merupakan data yang menggambarkan suatu atribut tertentu (Barnough, 1986 dalam Wikantadi, 2005). Wisata, adalah suatu kegiatan di dalam perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan yang bersifat sementara untuk menikmatiobyek dan daya tarik wisata.(Undang – undang No.9 Tahun 1990). Wisatawan,Seseorang yang sedang menjalankan satu kegiatan wisata (Undangundang No.9 Tahun 1990). Wisatawan Mancanegara, adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu Negara lain yang bukan merupakan Negara dimana ia biasanya tinggal. Wisatawan Nusantara, adalah wisatawan dalam negri, yaitu seseorang warga negara suatu Negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negara – negaranya. (Yoeti, 1983). Web statis, adalah website yang mana pengguna tidak bisa mengubah konten dari web tersebut secara langsung menggunakan browser. Interaksi yang terjadi antara pengguna dan server hanyalah seputar pemrosesan link saja. (Ferdianto, 2013) Web Dianamis, adalah website yang mana terjadi interaksi antara pengguna dan server sangat kompleks.Seseorang bisa mengubah konten dari halaman tertentu dengan menggunakan browser. (Ferdianto, 2013)
33