BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Beras masih dianggap sebagai komoditas strategis yang dominan dalam ekonomi Indonesia. Hal itu disebabkan karena beras merupakan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia, berkaitan erat dengan kebijakan moneter dan menyangkut masalah sosial dan politik. Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dengan beras import. Namun, berkat teknologi baru yang di introduksi para sarjana pertanian kepada petani akhirnya bangsa Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984 (Adiratma, 2004). Kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sebesar 96% didapat dari mengkonsumsi beras, dengan demikian aspek sistem usaha pertanian tanaman pangan (terutama padi sawah) sangat diperlukan. Hal tersebut guna mendapatkan gambaran yang lebih detail terhadap usaha petani padi sawah sebagai produsen beras, yang sangat mempengaruhi ketersediaan pangan di Indonesia. Usahatani padi sawah berkaitan dengan dua hal yaitu dari sisi penerimaan dan dari sisi pembiayaan. Komponen biaya usahatani pada umumnya terdiri dari biaya sarana produksi, upah tenaga kerja dan biaya lainnya (Arsyad dan Rustiadi, 2008). Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan Industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri pangan. Dari sisi ketahanan pangan nasional fungsinya menjadi pengamat penting dan strategis (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2011) Tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh rumah tangga petani adalah padi sebagai penghasil beras. Di Indonesia beras merupakan mata 1
Universitas Sumatera Utara
dagangan yang sangat penting sebab beras merupakan bahan makanan pokok dan merupakan sumber kalori bagi sebagian besar penduduk dan situasi beras secara tidak langsung dapat mempengaruhi bahan konsumsi lain (Djiwandi, 1980). Sebagai tanaman utama, padi sangat disukai daripada tanaman lain seperti terigu dan jagung. Hal ini di dukung oleh kenyataan bahwa meskipun total luas tanaman padi lebih kecil di banding dengan total luas tanaman terigu, tetapi produksi padi yang tidak dimakan hanya sebesar 7% sedangkan terigu sebesar 25%. Hal ini dikarenakan padi lebih disukai karena padi menghasilkan beras yang di masak menjadi nasi merupakan makanan yang tidak membosankan serta proses memasaknya yang cepat dan fleksibel jika di kombinasikan bahan makanan lainnya. Berbeda dengan terigu yang memerlukan proses yang cukup panjang saat akan di kelola menjadi makanan. Produksi padi di Indonesia sangat fluktuatif. Ketajaman fluktuatif akan berdampak luas terhadap sistem tatanan negara yang sebagian besar rakyatnya memilih padi sebagai bahan makanan pokok. (Suparyono dan Setyono, 1994). Masalah pertanian di Indonesia merupakan prioritas Utama khususnya tanaman padi. Bahkan pertanian sebagai mata pencarian sebagian besar masyarakat Indonesia termaksuk di dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pertanian sebagai sektor terpenting dalam pola pembangunan jangka panjang, sekaligus menjadi titik berat pembangunan Indodesia (Doemarji, 1986). Posisi ekonomi petani lebih rentan ketimbang yang lain. Kerentanan posisi ekonomi petani tersebut di tunjukkan secara lebih konkrit dalam bentuk rendahnya
elastisitas
produk
mereka
dibanding
produk
pendukungnya
(Gunawan,2001).
Universitas Sumatera Utara
Menurut sejarahnya, harga dasar adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani dan menurut pengalaman, hampir dalam setiap keadaan, harga dasar gabah selalu di naikkan oleh pemerintah. Maksudnya untuk menggapai idealisme kemerdekaan yaitu terciptanya masyarakat Indonesia yang sejahtera, juga ditujukan demi stabilitas nasional. Sebab kalau saja dilihat dari aspek psikologis, maka naiknya harga dasar gabah ini akan mempunyai dampak positif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat, khususnya mereka yang beratributkan kaum tani ( Entang,1984). Dibandingkan rekan–rekannya diseluruh dunia, petani dikawasan Asia selatan dan tenggara atau biasanya disebut sebagai “Timur Jauh” memiliki kondisi yang paling buruk. Data pada Tahun 1970 saja menunjukkan bahwa kepemilikkan lahan mereka paling kecil dibandingkan petani di tempat lain. Sebagai pembanding, ukuran kecil di amerika latin berarti kurang dari 10 Ha, di timur tengah kurang dari 5 Ha, di timur Jauh berarti kurang dari 2 Ha. Besar rata–rata lahan pertanian terkecil di seluruh kawasan adalah Amerika Latin 2,7 Ha, timur Tengah 1,6 Ha, Afrika 1 Ha, dan timur jauh 0,7 Ha (Gunawan, 2001). Dalam pengembangan atau peningkatan pendapatan petani padi sawah harus dilakukan perencanaan pembangunan usahatani terpadu. 1. Mendidik petani agar mampu berpikir dalam menciptakan gagasan yang dapat menguntungkan usaha taninya sendiri. 2.
Mendidik para petani agar mampu mengambil sikap atau suatu keputusan.
3. Membantu petani dalam memperinci secara jelas kebutuhan sarana produksi apa saja yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
4. Membantu petani dalam menetapkan kredit yang akan di pinjam sebagai modal usahataninya sendiri sekaligus cara pengembaliannya. 5. Membantu meramalkan jumlah produksi dan pendapatan yang di harapkan (Soekartawi Dkk,1984) Penurunan nilai tukar petani tidak pernah menjadi isu nasional, hanya menjadi periferal saja, padahal berdasarkan sensus pertanian pada tahun 1993 terdapat 13,5 juta kepala keluarga, atau sekitar 25% dari rumah tangga Indonesia, yang
menggantungkan
hidupnya
dari
usahatani
yang
dilakukannya.
(
Gunawan,2001). Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah, maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini masalah – masalah yang akan di teliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian? 2. Apakah faktor luas lahan, biaya produksi, dan harga gabah kering panen (GKP) mempengaruhi pendapatan petani padi sawah? 3. Bagaimana program pemerintah dalam meningkatkan usahatani padi sawah? 4. Apa – apa saja masalah yang di hadapi petani padi sawah? 5. Bagaimana masyarakat mengatasi masalah yang di hadapinya 1.3 Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini di lakukan untuk mengetahui: 1. Untuk mengatahui pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor luas lahan, biaya produksi, dan harga gabah kering panen (GKP) mempengaruhi Pendapatan Petani padi sawah 3. Program apa saja yang telah di lakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan usahatani Padi Sawah. 4. Masalah apa saja yang kerap dihadapi petani padi sawah dalam meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 5. Cara petani menghadapi masalah yang ada dalam meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 1.4 Kegunaan penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan bahan–bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam membuat kebijakan–kebijakan batu dalam meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan ilmunya dan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan pihak–pihak yang terkait dan yang membutuhkannya. 1.5. Keaslian Penelitian keaslian penelitian dapat dilihat di bawah ini: Tempat Penelitian
: Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan
Waktu Penelitian
: 2015
Metode Analisis Data : Regresi Linier Berganda
Universitas Sumatera Utara