BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan industri kontruksi mulai wajib menerapkan suatu sistem yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Hal ini yang dikenal sebagai K3, yaitu keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam suatu proyek konstruksi, harus dipikirkan pula bagaimana penyelesaian
proyek
dapat
berlangsung
tepat
waktu.
Meskipun
tidak
meminimalkan pengaruh dari faktor-faktor keuangan, mesin dan peralatan, metode konstruksi, material, dan lain-lain, produktivitas para pekerja juga sangat berpengaruh dalam menyelesaikan suatu proyek konstruksi. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal dua per hari karena kecelakaan kerja. Sementara menurut data Internasional Labor Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja.
1
2
Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. PT Jamsostek menyatakan dalam tahun 2012 setiap hari ada 9 pekerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, sementara total kecelakaan kerja pada tahun yang sama 103.000 kasus. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi pada sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya. Untuk perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi di Indonesia penerapan dasar – dasar keselamatan dan kesehatan kerja sudah dilaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu Ahli K3 sejak awal tahun 1980 an berupaya meyakinkan semua pihak khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3. Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan/ desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan,bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. PT BDS telah menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan sesuai dengan tingkat resiko pada setiap pekerjaannya. Perusahaan ini telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003, Pasal 86 ayat 1. yang berisi bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan, serta Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
3
Kecelakaan kerja berhubungan dengan hubungan kerja di perusahaan. Hubungan kerja dalam hal ini adalah kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh karyawan itu atau kesalahan dalam peralatan yang digunakan oleh karyawan pada waktu melaksanakan pekerjaan. Tabel 1.2 Data Kecelakaan Kerja Karyawan PT. BDS Tahun
Jumlah Kecelakaan Kerja
2011
7
2012
6
70% Tidak memenuhi aturan kerja, 30% tidak mengunakan pelindung 76% Tidak memenuhi aturan kerja, 24% tidak mengunakan pelindung
2013
3
85% Tidak memenuhi aturan kerja, 15% tidak mengunakan pelindung
Keterangan
Jumlah 16 Sumber: PT. BDS 2011 – 2013 Dari Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mentang,dkk. 2013 tentang Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Peningkatan Fasilitas PT.Trakindo Utama Balikpapan. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT, Cakra Buana Megah telah membangun komitmen dan Kebijakan K3, melakukan perencanaan SMK3, pengukuran, evaluasi dan tinjauan ulang serta melakukan penerapan SMK3 dengan baik, Juga penelitian yang dilakukan A.A Bayu Maha Kesuma Putra, 2013 tentang Evaluasi Penerapan Keselamatan Kerja, Lingkungan, dan Mutu (K3LM) Proyek Kontruksi Pada PT Waskita Karya. Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan K3LM sangat baik pada proyek DSDP II ICB 1 Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja akan berfungsi secara efektif, apabila program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut dapat dikomunikasikan pihak perusahaan kepada seluruh lapisan individu yang terlibat dalam proyek konstruksi. Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya di mulai dari tahap yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja. Reason (1997 dalam Jurnal Rekayasa Sipil/volume 6:84)
4
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dijadikan hal yang penting dalam memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja yang bisa saja timbul tidak hanya merugikan tenaga kerja saja tetapi juga perusahaan itu sendiri baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mengangkat dan menulis dalam suatu karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Penerapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Proyek Konstruksi Relokasi Gardu ST di Pelabuhan Tanjung Priok (Pelindo II)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang mengenai arti pentingnya sebuah kebijakan mengenai program keselamatan dan kesehatan kerja bagi kemajuan perusahaan khususnya yang bergerak pada industri konstruksi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1.
Apakah faktor- faktor kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja K3 Kompetensi Pekerja, lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan proyek konstruksi?
2.
Faktor kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja manakah yang dominan mempengaruhi kinerja karyawan proyek konstruksi?
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, maka penulis hanya membatasi penelitian ini pada pengaruh kebijakan K3 , kompetensi pekerja dan lingkungan kerja terhadap Kinerja karyawan pada proyek konstruksi Relokasi Gardu ST di Pelabuhan Tanjung Priok (Pelindo II)
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain sebagai berikut :
5
1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Penerapan Kebijakan Program K3 terhadap Kinerja Karyawan pada proyek konstruksi Relokasi Gardu ST di Pelabuhan Tanjung Priok (Pelindo II) 2) Menganalisa pengaruh faktor–faktor kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan proyek konstruksi.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Kuesioner Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab agar memperoleh informasi yang dibutuhkan
2.
Studi Pustaka Studi Pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi keperpustakaan dan literatur-literatur lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan di mana akan didapatkan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti guna melengkapi hasil dari penelitian.
1.6. Sistematika Penulisan
Bab I Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Merupakan tinjauan pustaka, dipaparkan mengenai teori-teori yang menjadi landasan dari masalah yang dibahas dan lain-lain yang berkaitan serta dapat dijadikan sebagai dasar teori.
6
Bab III Merupakan metodologi penelitian yang berisi tentang cara mengumpulkan data, cara menganalisis data yang diperoleh, hipotesis dan cara menyimpulkan hasil penelitian.
Bab IV Berisi data awal yang selanjutnya di olah menjadi informasi yang akan dibahas pada bagian analisis.
Bab V Merupakan analisis data yang berisi tentang analisis data yang diperoleh dari kuesioner yang telah disebarkan kepada kontraktor dan melakukan pembahasan.
Bab VI Merupakan kesimpulan dan saran yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran mengenai hasil penelitian yang diteliti.