BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah bila dibandingkan dengan negara negara tetangga di Asia Tenggara lainnya. Harian Kompas, 03 Maret 2011 melansir berita Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011; Organisasi
Pendidikan,
Ilmu
yang dikeluarkan Pengetahuan,
dan
Kebuda-yaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESC0) di NEW York, Amerika Serikat, menyatakan bahwa indeks pembangunan pendidikan Indonesia (education development index) adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia di posisi ke 69 dari 127 negara di dunia. Terjadi penurunan dibandingkan tahun 2010 yang berada di peringkat 65. Indonesia masih tertinggal dari Brunei yang berada di peringkat 34, sementara Malaysia berada di peringkat 65. Melihat turunnya mutu pendidikan di Indonesia, maka upaya untuk meningkatkan
kualitas
pendidikan
perlu
terus
dilakukan. Salah satu komponen pendidikan yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah guru
dan
tenaga
kependidikan.
Undang
Undang
Nomor 14 Tahun 2005 dalam pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan 1
tugas utama, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada TK, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Oleh karena itu guru dituntut mempunyai kualifikasi yang mengacu
pada
profesionalisasi,
yaitu
guru
yang
berkompeten di bidangnya masing masing. Guru yang berkompetensi adalah guru yang memiliki kemampuan dalam menunjukkan etos kerja dan kinerja mengajar sesuai
dengan
jenjang
tingkat
pendidikan
yang
dimiliki, sehingga mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi di dunia pendidikan secara optimal. Guru yang berkompeten akan memberi dampak pada proses belajar mengajar (Depdiknas, 2003). Sesuai Permen Diknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma IV atau Sarjana (Strata I) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan kompetensi guru yaitu kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional melalui pendidikan profesi. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah terhadap guru dan dosen tidak hanya menganugerahkan gelar “Pahlawan tanpa tanda jasa” tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Menteri Permen
Diknas
Pendidikan Nomor
18
Nasional Tahun
menetapkan 2007
tentang
Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Program sertifikasi 2
guru akan memberi jaminan terhadap peningkatan etos kerja dan kompetensi guru. Guru yang mengikuti program
sertifikasi
diwajibkan
persyaratan-persyaratan
untuk
kualifikasi
memenuhi
akademik
dan
kompetensi khusus yang dijadikan barometer mutu, sehingga kiprah guru yang bersertifikasi menjadi cerminan bagi guru yang belum bersertifikasi maupun calon guru. Bagi guru yang sudah menyandang predikat guru profesional mempunyai kebanggaan tersendiri karena memperoleh sertifikat pendidik, dimana semua guru yang sudah memperoleh sertifikat pendidik akan mendapatkan tunjangan profesi. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan profesional dan akan diberikan tambahan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Setiap guru pemegang sertifikat pendidik profesional wajib menunjukkan kompetensinya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya (Keppres RI No. 3 tahun 2003). Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Guru merupakan komponen vital, penggerak utama sebagai faktor kesuksesan dari sistem pendidikan dan pengajaran yang akhirnya akan mempengaruhi mutu pendidikan. Secara umum kualitas pendidikan formal yang tercermin dari lulusannya sangat dipengaruhi oleh kualitas masukan (calon siswa), proses belajar mengajar, dan kinerja guru. Haryadi (2005) menyatakan bahwa kualitas pendidik3
an dipengaruhi oleh: (1) kualitas tenaga pengajar termasuk kepala sekolah, (2) sistem belajar mengajar, (3) sarana dan prasarana, (4) lokasi, (5) administrasi dan birokrasi. Oleh karena itu salah satu upaya yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sekolah adalah melalui peningkatan etos kerja guru. Faktor yang meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Sejalan dengan pendapat Kusumastuti (2001) yang menyatakan bahwa, pengembangan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui pengembangan mutu para pendidiknya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu guru melalui pendidikan dan latihan, seminar, Kelompok Kerja Guru
(KKG),
musyawarah
guru
mata
pelajaran,
pendidikan penyetaraan, dan pendidikan lanjut. Seorang guru yang mempunyai etos kerja tinggi, akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Sedangkan seorang guru yang mempunyai etos kerja rendah, akan bermalas-malasan dan kurang bertanggungjawab, setengah-setengah dalam melaksanakan tugas mengajar. Hasil survei yang dilakukan di lima kota di Indonesia menunjukkan bahwa guru pasca sertifikasi tidak menunjukkan grafik peningkatan dalam segi etos kerja dan kompetensinya. Sebanyak 64,36% guru responden masih stagnan atau tidak ada perubahan (Baedhowi, dalam Solopos, 2009). Hasil survei tersebut 4
ditandai dengan kompetensi guru bersertifikasi maupun yang belum bersertifikasi tidak berbeda tingkatannya sehingga guru bersertifikasi dianggap belum mampu meningkatkan etos kerja dan kompetensinya. Kondisi di lapangan pada setiap akhir semester, menunjukkan adanya keluhan dari masyarakat (orang tua siswa) yang beranggapan bahwa guru kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya, manakala putra-putrinya memperoleh nilai yang tidak baik, ketika prestasi anaknya menurun, ketika nilai ujian nasionalnya sekolah turun dan ranking sekolahnya di bawah sekolah yang lain. Pihak orang tua akan langsung dengan
memprotes tegas
gurunya,
menyatakan
serta
bahwa
masyarakat hal
tersebut
kesalahan sepenuhnya terletak pada guru. Mereka kurang menyadari bahwa pendidikan adalah menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga dan masyarakat (UPT Dinas Pendidikan Kec. Kaloran). Penelitian yang berhubungan dengan etos kerja yang
dilakukan
oleh
Darmini
(2011),
berjudul
“Persepsi Guru Belum Sertifikasi terhadap Etos kerja dan Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar bersertifikasi di Kecamatan Kandangan”, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan etos kerja guru SD yang bersertifikasi dengan guru SD yang belum sertifikasi di Kecamatan Kandangan Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sholihah
(2003)
berjudul
“Studi Komparatif 5
tentang Etos Kerja Guru belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah se Kab. Rembang”, menyatakan bahwa: terdapat perbedaan yang signifikan etos kerja antara guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah seKabupaten Rembang. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga baik pada taraf signifikansi P = 0,01 maupun P = 0,05. Hasil penelitian Darmini (2011) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan etos kerja guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi, tetapi hasil penelitian Sholihah (2003), menemukan bahwa terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah se-Kabupaten Rembang. Hal ini terlihat dari hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga, baik pada taraf signifikansi P = 0,01 maupun P = 0,05. Oleh karena itu pendapat
dan
pemahaman
yang
telah
diuraikan
membuat ispirasi penulis untuk melakukan penelitian tentang perbedaan etos kerja antara guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran dengan temuan Darmini (2011) yang menyatakan bahwa etos kerja 6
guru non sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Kecamatan Kandangan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil ini diuji keabsahan datanya dengan dilakukan triangulasi data pada Kepala Sekolah, 2 Pengawas, dan 23 guru lain di luar responden penelitian. Berbeda dengan Sholihah (2003) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara guru belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah se-Kabupaten Rembang, dilihat dari hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga, baik pada taraf
signifi-
kansi P = 0,01 maupun P = 0,05. Maka penelitian ini mencoba mencari kembali signifikansi perbedaan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran. Hal ini diperkuat dengan hasil pra penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 – 24 Juni 2013 terhadap 60 guru sekolah dasar di wilayah UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran. Dari 60 orang guru sekolah dasar UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran yang menjadi responden. Tingkat etos kerja guru dibagi menjadi lima kategori menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat etos kerja guru dibagi menjadi lima kategori menggunakan rumus sebagai berikut:
7
skor maximal= skor tertinggi secara teori dari jawaban skor minimal= skor terendah secara teori dari jawaban k
= jumlah klasifikasi yang hendak dibuat Diketahui : Skor Maximal = 25 x 4 = 100 Skor Minimal = 25 x 1 = 25 K
=5
= 15 Untuk mengetahui etos kerja 30 orang guru belum bersertifikasi dan 30 guru bersertifikasi, berikut disajikan nilai etos kerja guru yang diperoleh dari raport Tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Kategori Nilai Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi N = 30 dan Guru Bertifikasi N = 30 Etos Kerja Kategori
Skor
Guru Belum bersertifikasi F
Guru Bersertifikasi
%
F
%
Sangat Tinggi (ST)
85 –100
5
16,7
10
33,3
Tinggi (T)
70 – 84
18
60
20
66,7
Sedang (S)
55 – 69
4
13,3
0
0
Rendah (R)
40 – 54
3
10
0
0
Sangat Rendah (SR)
25 – 39
0
0
0
0
30
100
30
100
Jumlah
8
Berdasar Tabel 1.1 sebagian besar etos kerja guru
bersertifikasi
pada
kategori
Tinggi
(66,7%),
sedangkan etos kerja guru belum bersertifikasi juga ada pada kategori Tinggi (60%). Walau keduanya ada pada kategori tinggi tetapi ada sedikit perbedaan persentase etos kerja antara guru bersertifikasi dengan guru belum sertifikasi. Dari
hasil pra-penelitian, penulis hendak me-
lanjutkan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar yaitu terhadap seluruh guru sekolah dasar di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran, untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi.
1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Adakah perbedaan yang signifikan etos kerja
antara guru belum bersertifikasi dengan guru
bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran“?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan
penelitian
ini
dirumuskan
sebagai
berikut: untuk mengetahui signifikansi perbedaan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran? 9
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
memberikan
dua
manfaat yaitu manfaat teoritik dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritik Apabila hasil penelitian ini menemukan adanya perbedaan yang signifikan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi di sekolah dasar negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran, maka hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang
dilakukan
oleh
Sholihah
(2003).
Namun apabila hasil penelitian menemukan tidak ada perbedaan etos kerja antara guru belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi maka penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmini (2011). 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah sebagai masukan bagi sekolah dalam pengembangan etos kerja guru.
10
1.5 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab, yang dapat diuraikan sebagai berikut: Bab I :
Pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan;
Bab II :
Landasan teori terdiri atas pengertian etos kerja, faktor faktor yang mempengaruhi etos kerja, mengukur etos kerja, hakikat guru bersertifikasi,
guru
belum
bersertifikasi,
jalur/pendaftaran sertifikasi, kajian yang relevan dan hipotesis; Bab III :
Metode penelitian yang meliputi jenis dan lokasi
penelitian,
populasi
dan
sampel,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
uji
validitas
item
dan
reabilitas
instrument, teknik analisis data; Bab IV :
Analisis data dan pembahasan, memuat analisis deskriptif etos kerja, analisis perbedaan, uji hipotesis;
Bab IV :
Penutup,
berisi
kesimpulan
dan
saran
penelitian.
11