BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) memiliki peranan penting dalam melindungi kawasan di bawahnya dari terjadinya kerusakan lingkungan. Peristiwa yang terjadi di kawasan hulu akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kawasan di bawahnya hingga kawasan hilir sungai. Oleh karena itu kawasan hulu DAS sering disebut dengan zona konservasi atau zona perlindungan dan pemeliharaan sumberdaya alam guna menyeimbangkan ekosistem lingkungan disekitarnya. Zona konservasi di bagian hulu suatu DAS erat kaitannya dengan hutan. Hutan memiliki peranan penting sebagai pengatur penyerapan air hujan dan pengatur kondisi debit air sungai sehingga pada musim hujan tidak meluap dan tidak mengering saat musim kemarau. Kerusakan hutan selain muncul secara alam juga timbul sebagai akibat aktivitas konversi penggunaan lahan oleh manusia. Pembukaan lahan dengan menebang vegetasi hutan untuk aktivitas lain, turut berperan dalam timbulnya peristiwa banjir maupun longsor sebagai cerminan hilangnya fungsi hutan dalam menata air. Mawardi (2010) menyatakan bahwa sedikitnya terdapat 16 DAS di Pulau Jawa yang kondisinya sangat kritis. Hal ini diindikasikan dari status penggunaan lahan bervegetasi dibawah 20 % dan tidak mencapai 30% dari yang telah disyaratkan Undang-Undang nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan Ruang. Berdasarkan data tahun 2007 dari Badan Planologi Kehutanan, luas tutupan hutan di Pulau Jawa hanya mencapai 4 % sedangkan tutupan vegetasinya mencapai 18,7 %. Indikasi lain dari karakteristik debit sungai menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi, bervariasi dari 10 hingga 100 kali. Beberapa informasi ini memberikan gambaran bahwa telah terjadi kerusakan dan kekritisan di sebagian besar DAS di Pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Data BPS tentang jumlah penduduk di 1
Pulau Jawa tahun 2005 adalah sebesar 121.352.608 jiwa yang kemudian semakin meningkat di tahun 2010 menjadi 136.610.590 jiwa. Dengan angka tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal dan aktivitas perekonomian semakin meningkat. Kebutuhan lahan yang mendesak kemudian menimbulkan dorongan untuk melakukan perluasan wilayah. Berkaitan dengan dorongan perluasan wilayah, hal tersebut yang merupakan salah satu pemicu kerusakan lingkungan yang dialami sebagian wilayah DAS di Pulau Jawa. Kerusakan lingkungan DAS dapat mengakibatkan daya dukung semakin menurun. Kajian daya dukung lahan dalam penelitian ini yang ditekankan ialah pada kawasan hulu DAS. Aktivitas manusia yang banyak terjadi di kawasan hulu salah satunya adalah aktivitas pertanian. Semakin tingginya laju pertumbuhan penduduk di kawasan hulu DAS menjadikan lahan pertanian digarap secara berlebihan untuk mendapatkan keuntungan yang cepat dan besar. Kondisi tekanan penduduk yang tinggi diiringi dengan terbatasnya ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai lingkungan berakibat perlakuan terhadap lahan yang terus berlanjut tanpa diiringi dengan upaya konservasi yang benar. Akibatnya kualitas lahan yang dimiliki petani menurun disertai dengan produksi hasil pertanian yang kurang maksimal. Pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi sering dikatakan sebagai salah satu unsur dalam pembangunan perekonomian nasional yang sangat diprioritaskan agar bersifat terlanjutkan. Soemarwoto (1985) menjelaskan faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang terlanjutkan ialah i) terpeliharanya proses ekologi yang esensial, ii) tersedianya sumberdaya yang cukup, dan iii) lingkungan sosial-budaya yang sesuai. Ketiga faktor itu tidak saja mengalami dampak dari pembangunan, melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan. World Comission on Environment and Development (1987) dalam buku yang ditulis oleh Asdak (1995) mengenai pengelolaan DAS menyatakan, tantangan terbesar bagi pengelolaan sumberdaya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan keberadaan sumberdaya alam.
2
Dengan demikian, adalah juga merupakan keterlanjutan keberadaan dan layanan lingkungan (ecological services) bagi kehidupan manusia. Keterlanjutan pemanfaatan dan pencagaran sumberdaya alam didefinisikan sebagai suatu proses perubahan dimana kesinambungan pemanfaatan dan pencagaran sumberdaya alam, arah investasi pemanfaatan sumberdaya alam dan perubahan kelembagaan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan perlindungan sumberdaya alam tersebut konsisten dengan sasaran pemanfaaran saat ini dan di masa yang akan datang. Oleh karena itu aktivitas pertanian yang dilakukan di kawasan hulu yang justru cenderung menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan masih perlu dikaji lebih dalam. Pengelolaan kawasan hulu DAS perlu dilakukan dalam kaitannya dengan aktivitas pertanian yang dilakukan penduduk didalamnya. Selain dari sisi yang menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem lingkungan, perlu dikaji pula mengenai sejauh mana konstribusi sektor pertanian tersebut dalam pemenuhan kebutuhan hidup penduduk petani. 1.2. Permasalahan Hulu suatu daerah aliran sungai merupakan daerah penyangga untuk daerah dibawahnya sehingga aktivitas manusia yang terjadi di hulu akan mempengaruhi kehidupan manusia yang ada di hilir sungai. Sumberdaya alam yang terdapat di bagian hulu sungai cukup melimpah meliputi ketersediaan mata air, lahan hingga kondisi suhu yang sesuai untuk aktivitas pertanian. Hulu DAS Serayu memiliki potensi sumberdaya untuk sektor pertanian yang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat hulu DAS Serayu sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu bagian dari wilayah hulu DAS Serayu adalah Kecamatan Kejajar yang berada di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Wilayah kecamatan ini berada pada dataran tinggi dengan suhu rendah yang sangat sesuai untuk beberapa komoditas tanaman pangan semusim. Kecamatan Kejajar sebagai bagian dari Dataran Tinggi Dieng memiliki lahan pertanian tanaman semusim yang mendominasi pemanfaatan lahan pertanian yang ada. Wilayah ini memiliki pendapatan pertanian terbesar yang 3
diperoleh dari pertanian tanaman sayuran kentang meski terdapat juga tanaman semusim lain seperti jagung, sawi, bawang daun, kobis, tembakau, kopi dan klembak. Kecamatan Kejajar mendominasi pertanian kentang dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Wonosobo. Data BPS Kejajar dalam Angka Tahun 2012 menyatakan hasil produksi kentang di Kecamatan Kejajar di tahun 2011 adalah sebesar 40.470 ton/tahun. Jumlah penduduk di Kecamatan Kejajar tahun 2011 sebesar 41.422 jiwa meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 41.120 jiwa (Kejajar Dalam Angka 2012). Hal ini disertai dengan tingginya jumlah penduduk yang berpencaharian sebagai petani yang memiliki lahan sendiri maupun buruh tani, pada tahun 2010 jumlah petani yang mempunyai lahan sendiri berada pada jumlah 14.039 jiwa kemudian setahun berikutnya meningkat menjadi 14.674 jiwa (Kejajar dalam Angka 2012). Mayoritas penduduk petani lebih memilih menjadi petani kentang dan tanaman semusim lain dibandingkan petani sawah disebabkan hasilnya yang lebih cepat dan menguntungkan. Namun semakin bertambahnya waktu kualitas dan hasil produksi pertanian mulai menurun akibat teknik konservasi budidaya yang tidak tepat, sehingga menyebabkan jatuhnya harga kentang di pasaran. Situasi ini tidak menyurutkan petani untuk tetap mengolah lahan tanam kentang seperti biasanya dengan penggunaan obat dan pupuk yang berlebihan. Akibat dari pengelolaan lahan pertanian yang tidak mengikuti kaidah konservasi ialah terjadinya peristiwa longsor yang menimpa Desa Tieng di Kecamatan Kejajar beberapa waktu yang lalu. Semakin meningkatnya populasi penduduk di kawasan hulu DAS, faktor kemiskinan dan terbatasnya kepemilikan lahan mendorong terjadinya pembukaan lahan baru untuk sumber penghasilan. Kerusakan lingkungan di sebagian wilayah hulu DAS Serayu ini adalah resiko dari pemanfaatan lahan yang melebihi kapasitas daya dukungnya. Fenomena ini menarik untuk dikaji mengenai sejauh mana daya dukung lingkungan di Kecamatan Kejajar sebagai bagian dari kawasan hulu DAS terutama pada sektor pertanian.
4
1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan yang ada di daerah penelitian dapat dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian pertama terkait dengan aktivitas pertanian yang dilakukan para petani di hulu DAS Serayu. Pemanfaatan sebagian besar lahan yang ada di hulu DAS Serayu digunakan untuk sektor pertanian sebagai kegiatan andalan penduduk. Hal ini dicerminkan dengan variabel jenis tanaman yang ditanam, pola tanam dalam 1 tahun, periode panen dalam 1 tahun dan hasil produksi pertanian. Pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimana aktivitas pertanian yang dilakukan oleh para petani di Kecamatan Kejajar ?. Pertanyaan penelitian kedua terkait dengan tingkat kesejahteraan petani di hulu DAS Serayu. Asumsi yang digunakan dalam melihat kesejahteraan petani dalam wilayah ini ialah dengan nilai luas lahan pertanian minimal yang dimiliki oleh seorang petani untuk mencapai hidup layak. Hal ini juga didukung dengan informasi besarnya luas kepemilikan lahan pertanian maupun tingkat pendapatan pertanian. Bentuk pertanyaan penelitian kedua ialah berapa luas lahan minimal yang dimiliki seorang petani untuk dapat hidup layak di hulu DAS Serayu. Pertanyaan penelitian ketiga terkait tentang kondisi daya dukung lahan pertanian di Kecamatan Kejajar sebagi bagian dari kawasan hulu DAS Serayu dapat dilihat dari kondisi tekanan penduduk yang ada didalamnya. Asumsi yang digunakan ialah jumlah penduduk, jumlah petani maupun pendapatan non pertanian yang diperoleh dapat saling berkaitan dan memberi pengaruh terhadap besarnya nilai tekanan penduduk dan daya dukung lahan pertaniannya. Pertanyaan penelitian ketiga yang muncul ialah bagaimana daya dukung lahan pertanian di daerah hulu DAS Serayu ?.
1.4. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai daya dukung lingkungan yang banyak dilakukan oleh beberapa peneliti lain akan tetapi dengan berbagai sudut pandang yang dimiliki oleh masing-masing peneliti. Senawi (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kemampuan dan Daya Dukung Lahan untuk Penatagunaan Lahan
5
SubDAS Dengkeng DAS Bengawan Solo menggunakan analisis matching per satuan lahan dari hasil overlay peta kemiringan lahan dan jenis tanah. Kemudian dalam analisis daya dukung lahan berdasarkan nilai tekanan penduduk dengan perbandingan jumlah penduduk dan persentase petani dengan luas lahan minimal hidup layak. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer untuk analisis kemampuan lahan, dan data sekunder untuk mengetahui nilai tekanan penduduk. Hasil dari penelitian ini adalah subDAS Dengkeng dapat dipetakan menjadi 18 satuan lahan dengan 6 kelas kemampuan lahan. Faktor pembatas yang mendominasi ialah kemiringan lereng, permeabilitas tanah dan tekstur tanah. Pola penggunaan lahan dan kondisi kependudukan subDAS mengakibatkan tekanan penduduk rerata tahun 2004, 2007 dan 2012 semakin tinggi sedangkan nilai daya dukung lingkungan berbanding terbalik atau semakin rendah. Tekanan penduduk disebut sebagai faktor yg mempengaruhi timbulnya bentuk penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahannya. Tola, Balla dan Ibrahim (2007) dengan penelitian yang berjudul Analisis Daya Dukung dan Produktivitas Lahan Tanaman Pangan di Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan menggunakan metode survei terpadu. Dalam menghitung nilai daya dukung lahan dengan satuan jiwa/ha dilakukan dengan i) mengumpulkan data luas panen tanaman-tanaman penghasil kalori utama
seperti
jagung,
padi,
umbi-umbian
dan
kacang-kacangan),
ii)
mengumpulkan data produksi tanaman penghasil kalori utama, iii) menghitung produksi bruto tanaman penghasil kalori utama, iv) menghitung produksi netto tanaman penghasil kalori utama, v) menghitung nilai konversi jumlah kalori masing-masing tanaman penghasil kalori utama sesuai ketetapan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), Depkes, 1993, kemudian vi) menghitung nilai daya dukung lahan tiap desa. Hasil penelitian tersebut ialah daya dukung lahan pada 14 desa/kelurahan berada kisaran 3,39 orang/ha sampai dengan 12,29 orang/ha dengan rata-rata sebesar 6,33 orang/ha. Daya dukung lahan masih tergolong tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk. Kemudian hasil produktivitas lahan dari aktual ke
6
potensial pada berbagai jenis tanaman pangan cukup bervariasi yaitu pada kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Sartohadi dan Putri (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Potensi Degradasi Lahan dengan Menggunakan Analisa Kemampuan Lahan dan Tekanan Penduduk terhadap Lahan Pertanian di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo menggunakan survei lapangan dengan interpretasi foto udara dan Peta Rupa Bumi Indonesia mengidentifikasi satuan bentuklahan. Satuan bentuklahan digunakan
sebagai
dasar penentuan lokasi
penelitian dan
pengambilan sampel tanah untuk dianalisis di laboratorium. Hasil pengamatan lapangan dan analisis laboratorium kemudian diolah dengan menggunakan software LCLP (Land Classification and Land Use Planning) guna memperoleh klasifikasi kemampuan lahan. Sedangkan analisis tekanan penduduk terhadap lahan dilakukan dengan data sekunder mengenai luas lahan minimal untuk hidup layak, persentase petani dalam populasi penduduk, populasi penduduk serta laju pertumbuhan penduduk. Hasil penelitian ini ialah kelas kemampuan lahan yang terdapat di Kecamatan Kokap berkisar antara kelas II -
VII dengan faktor
pembatas berupa lereng, kepekaan erosi, tekstur, permeabilitas dan kedalaman tanah. Kecamatan Kokap telah mengalami tekanan penduduk terhadap lahan pertanian yakni tekanan penduduk telah melebihi batas kemampuan lahan. Penelitian yang dilakukan oleh Daniel C. Clay, Mark Guizio, Sally Wallace (1994) yang berjudul Population and Land Degradation mengkaji mengenai hubungan antara populasi penduduk dengan degradasi lahan utamanya lahan pertanian. Metode penelitian yang digunakan melalui studi literatur dan analisis secara kualitatif. Hasil analisis dari working paper ini ialah semakin meningkatnya jumlah anggota rumah tangga petani yang memasuki usia kerja dan bekerja menjadi petani mengubah kepemilikan lahan pertanian. Banyak petani yang
kemudian
memiliki
lahan
yang
sempit
dan
berusaha
menjaga
keberlangsungan aktivitas pertanian dengan membeli atau menyewa lahan dari orang lain. Dampaknya semakin banyak keberadaan lahan pertanian dalam luasan sempit yang diolah secara intensif untuk mendapatkan panen yang maksimal.
7
Aktivitas ini yang membuat proses degradasi lahan menjadi cepat dan memungkinkan terjadinya gagal panen bagi para petani dengan skala yang besar. Penelitian yang dilakukan oleh Sunday Shende Kometa dan Mathias Ashu Tambe Ebot (2012) berjudul Watershed Degradation in The Bamendjin Area of The North West Region of Cameroon and Its Implication for Development memiliki tujuan untuk mengindikasi kerusakan lingkungan di DAS Bamendjin. Metode penelitian yang dilakukan antara lain dengan survei lapangan, observasi dan wawancara melalui kuesioner, dan juga konsultasi data dari dokumen instansi pemerintah yang relevan. Hasil penelitian ialah terjadi kelangkaan lahan yang mendukung untuk kegiatan pertanian akibat dari tekanan penduduk dan degradasi lahan. Kemudian degradasi ekosistem DAS Bamendjin ditunjukkan oleh penurunan jumlah binatang/spesies tertentu, penurunan area padang rumput untuk pakan ternak akibat dari meningkatnya jumlah manusia dan hewan ternak, serta penurunan kesuburan tanah akibat erosi yang berimbas pada penurunan hasil pertanian dari waktu ke waktu. Penelitian mengenai daya dukung lahan pertanian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian dengan judul Kajian Daya Dukung Lahan Pertanian di Hulu DAS Serayu menitikberatkan pada aktivitas pertanian yang dilakukan petani untuk dapat hidup secara layak. Dengan mengetahui luasan lahan tanam yang dimiliki petani untuk hidup layak sebagai salah satu parameter untuk mencari besar tekanan penduduk, maka besarnya daya dukung lahan dapat diketahui. Kemudian yang menjadi salah satu pembeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu dengan mengikutsertakan persentase pendapatan non pertanian yang diperoleh penduduk yang diperoleh secara langsung di lapangan (data primer). Dalam penelitian ini juga akan menganalisis mengenai faktor-faktor yang mengaruhi daya dukung lahan pertanian. Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai tekanan penduduk beserta analisis daya dukung lingkungan di kawasan hulu DAS Serayu.
8
Tabel 1.1. Penelitian-penelitian Sebelumnya Terkait Tema Penelitian Nama Senawi (2006)
Judul
Tujuan
Analisis Kemampuan dan Daya Dukung Lahan untuk Penatagunaan Lahan SubDAS Dengkeng DAS Bengawan Solo
Mengetahui kelas kemampuan dan daya dukung lahan untuk penatagunaan lahan di Sub-DAS Dengkeng secara optimal dari aspek ekologis dan sosial masyarakat
Thamrin Tola, P. Tandi Balla, dan Bachrul Ibrahim (2007)
Analisis Daya Dukung dan Produktivitas Lahan Tanaman Pangan di Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan
Menganalisis daya dukung dan produktivitas lahan tanaman pangan aktual dan potensial di berbagai desa/kelurahan di Kecamatan Batang
Junun Sartohadi dan Ratih Fitria Putri (2008)
Evaluasi Potensi Degradasi Lahan dengan Menggunakan Analisa Kemampuan Lahan dan Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo
Menentukan daerah yang memiliki potensi degradasi lahan berdasarkan kemampuan lahan dan analisis tekanan penduduk
Metode
Hasil
Metode matching per SubDAS Dengkeng memiliki 6 kelas kemampuan satuan lahan hasil lahan dan telah mengalami tekanan penduduk dengan overlay peta nilai daya dukung lahan tahun 2004, 2007 dan 2012 kemiringan lahan dan menurun menjadi 0,69, 0,67 dan 0,65. jenis tanah Daya dukung lahan ditentukan berdasarkan nilai tekanan penduduk Metode observasi dan Daya dukung lahan pada 14 desa/kelurahan berada wawancara kisaran 3,39 orang/ha sampai dengan 12,29 orang/ha dengan rata-rata sebesar 6,33 orang/ha. Daya dukung Analisis data secara lahan masih tergolong tinggi dibandingkan dengan acak bertingkat kepadatan penduduk. sebanding dan kualitatif Hasil produktivitas lahan dari aktual ke potensial pada berbagai jenis tanaman pangan cukup bervariasi yaitu pada kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Survei lapangan Kelas kemampuan lahan yang terdapat di Kecamatan berdasarkan unit Kokap berkisar antara kelas II - VII dengan faktor bentuklahan sebagai pembatas berupa lereng, kepekaan erosi, tekstur, area sampel permeabilitas dan kedalaman tanah. Analisis laboratorium Daerah ini telah mengalami tekanan penduduk terhadap lahan pertanian yakni tekanan penduduk telah melebihi batas kemampuan lahan.
9
Daniel C. Clay, Mark Guizio, Sally Wallace (1994)
Sunday Shende Kometa dan Mathias Ashu Tambe Ebot (2012)
Population and Land Degradation
Watershed Degradation in The Bamendjin Area of The North West Region of Cameroon and Its Implication for Development
Mengkaji adanya hubungan langsung antara populasi manusia dengan lingkungan yang menyebabkan terjadinya degradasi lahan, khususnya lahan pertanian
Mengindikasi kerusakan fisik lingkungan di DAS Bamendjin dan implikasinya
Studi literatur Analisis secara kualitatif
Penduduk merupakan penyebab terjadinya perubahan struktur kepemilikan tanah yang nantinya sangat berpengaruh dalam strategi pengelolaan tanah. Banyak petani yang memiliki lahan sempit memiliki jumlah tenaga kerja rumah tangga yang berlebih sehingga membutuhkan lahan pertanian tambahan. Intensifnya pengolahan lahan pertanian karena semakin meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup yang menyebabkan lahan pertanian semakin terdegradasi Survey lapangan, Terjadi kelangkaan lahan yang mendukung untuk mengukur sudut kegiatan pertanian yang disebabkan oleh tekanan kemiringan lereng penduduk dan degradasi lahan serta vegetasi Metode observasi dan Degrasi ekosistem DAS Barmedjin ditunjukkan oleh : wawancara penurunan jumlah binatang/spesies tertentu, penurunan area padang rumput untuk pakan ternak Konsultasi data dari akibat dari meningkatnya jumlah manusia dan hewan dokumen yang ternak, serta penurunan kesuburan tanah akibat erosi relevan dengan yang berimbas pada penurunan hasil pertanian dari instansi pemerintahan waktu ke waktu. setempat
10
1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Mengidentifikasi aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani di bagian hulu DAS Serayu. 2. Menganalisis luas lahan minimal untuk hidup layak petani di bagian hulu DAS Serayu. 3. Menganalisis daya dukung lahan pertanian di bagian hulu DAS Serayu.
1.6. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Sebagai bahan penyusunan tesis untuk persyaratan dalam menyelesaikan program S-2 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 2. Memberikan gambaran dan informasi mengenai kondisi daya dukung lingkungan terhadap lahan pertanian di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo secara khususnya dan kawasan hulu DAS Serayu pada umumnya. 3. Sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk pemerintah daerah dalam menyusun dan mengatur kebijaksanaan pembangunan terkait sektor pertanian di kawasan hulu DAS Serayu.
11