BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah gangguan kejiwaan/gangguan mental adalah seluruh gejala atau pola perilaku seseorang yang dapat ditemukan secara klinis yang berkaitan dengan tekanan/distress pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi seseorang (Anonim1, 2008). Prevelensi gangguan kejiwaan nasional Indonesia menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI berdasarkan survey terhadap penduduk Indonesia yang berumur ≥15 tahun adalah 11,6% yang berarti diantara sekitar 19 juta jiwa terdapat sekitar 2.2 juta jiwa yang memiliki gangguan kejiwaan (Anonim1, 2008). Menurut Retnowati (2011) yang merupakan Guru Besar Fakultas Psikologi UGM mengatakan bahwa berdasarkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 yang berjumlah sekitar 241 juta jiwa, hanya terdapat 600 orang psikiater dan 365 orang psikolog. Hal ini mengakibatkan terdapat perbandingan 1 psikiater untuk 401.000 jiwa dan 1 psikolog untuk 660.000 jiwa. Penelitian mengenai penyakit mental “The Global Burden of Disease” yang dilakukan oleh Murray (1996) bekerjasama dengan WHO dan World Bank memprediksikan bahwa penyakit mental akan menduduki posisi kedua setelah penyakit kardiovaskuler pada tahun 2020. Lima besar penyakit kejiwaan yang paling besar memiliki dampak adalah depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan afektif bipolar, skizofrenia dan gangguan obsesif kompulsif. Mengingat banyaknya gangguan pada kejiwaan, maka pada penelitian ini akan berfokus kepada gangguan kejiwaan psikosis khususnya gangguan kejiwaan Skizofrenia. Gangguan kejiwaan psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan terjadinya kehilangan kontak dengan realitas dengan gejala halusinasi, waham,
1
2
kelainan perilaku (Puri dkk, 2011). Gangguan kejiwaan psikosis dalam PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III) terbagi ke dalam 2 bagian utama yaitu Skizofrenia dan gangguan yang terkait (Kode F2) dan gangguan afektif (Kode F3). Gangguan mental Psikosis tipe Skizofrenia adalah gangguan mental berat yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk melihat realita, kebingungan dalam membedakan mana yang realita dan mana yang bukan realita dimana penderita mengalami ciri-ciri yaitu adanya halusinasi serta kehilangan kontrol dan integrasi terhadap perilakunya sendiri (Razzouk, 2006). Razzouk,dkk (2006) juga telah membuat SPK untuk mendiagnosa penyakit Skizofrenia, namun akuisisi pengetahuan dari 3 orang pakar mengalami kesulitan karena tidak adanya kesepakatan antara 1 pakar dengan pakar yang lain dalam melihat gejala-gejala yang berhubungan dengan Skizofrenia. Hal ini memberikan ketidaktepatan klasifikasi yang mencapai 34% dan tingkat akurasi antara 60-82%. Oleh karena itu, peneliti merasa metode yang digunakan oleh Razzouk untuk mendiagnosa gangguan kejiwaan Skizofrenia kurang mengakomodir dalam melakukan diagnosa Skizofrenia sehingga perlu diteliti dengan metode lain. Dengan mengetahui fakta-fakta di atas, mengakibatkan sistem komputer yang memanfaatkan metode kecerdasan buatan untuk membantu kerja para profesional dibidang kedokteran kejiwaan menjadi sangat diperlukan. Peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan membangun sebuah sistem yang dapat membantu paramedis dalam menegakkan diagnosa gangguan kejiwaan psikosis. Dengan tegaknya diagnosa gangguan kejiwaan yang tepat maka penyembuhan akan dilakukan secara tepat pula dikarenakan penyembuhan antara orang yang satu dengan yang lain tidaklah sama. Sistem yang dibangun menggunakan penalaran berbasis aturan (rule-based reasoning/RBR) dan berbasis kasus (case-based reasoning/CBR). RBR dilakukan terlebih dahulu untuk mendiagnosa gangguan psikosis pasien yang terdiri dari gangguan Skizofrenia (F20), gangguan waham menetap (F22) dan gangguan psikotik
3
akut dan sementara (F23). Jika pasien terdiagnosa Skizofrenia maka akan digunakan CBR untuk menentukan jenis Skizofrenia yang diderita yang terdiri dari Skizofrenia paranoid (F20.0), Skizofrenia hebefrenik (F20.1), Skizofrenia katatonik (F20.2), Depresi pasca-skizofrenia (F20.4) dan Skizofrenia residual (F20.5). Diagnosa gangguan psikosis dilakukan dengan menggunakan RBR berdasarkan aturan-aturan yang sudah ditentukan dalam PPDGJ III sedangkan diagnosa jenis Skizofrenia dilakukan dengan RBR dikarenakan gejala-gejala yang muncul saling tumpang tindih antara satu jenis Skizofrenia dengan jenis Skizofrenia yang lain sehingga tidak dimungkinkan untuk menggunakan RBR. Dalam CBR, pemecahan kasus baru dilakukan dengan mengadaptasi solusi dari kasus-kasus lama yang sudah terjadi dimana mencari similaritas atau tingkat kesamaan antara kasus baru dengan kasus lama adalah merupakan tahapan yang paling penting (Pal dan Shiu, 2004). Penelitian ini menggunakan metode similaritas Wieghted Nearest Neighbor (WNN) untuk mendiagnosa jenis Skizofrenia yang dimiliki pasien. WNN merupakan suatu pendekatan untuk mecari kasus dengan menghitung kedekatan antara kasus baru dengan kasus lama berdasarkan pada pencocokan bobot dari sejumlah fitur yang ada (Kusrini dan Luthfi, 2009).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu: 1. Bagaimana melakukan diagnosa awal gangguan kejiwaan Psikosis dengan menggunakan penalaran berbasis aturan (RBR) 2. Bagaimana mendiagnosa jenis penyakit Skizofrenia yang diderita pasien dengan menggunakan penalaran berbasis kasus (CBR)
1.3 Batasan Masalah Untuk dapat melakukan penelitian secara jelas dan terarah maka penelitian ini akan dibatasi oleh :
4
1. Penalaran berbasis aturan yang digunakan untuk diagnosa gangguan kejiwaan psikosis adalah gangguan dengan kode F2 yang terdiri dari gangguan Skizofrenia (F20) , gangguan waham menetap (F22) dan gangguan psikotik akut dan sementara (F23) yang terdapat pada PPDGJ III 2. Penalaran berbasis kasus yang digunakan untuk diagnosa jenis Skizofrenia adalah gangguan yang terdiri dari Skizofrenia paranoid (F20.0), Skizofrenia hebefrenik (F20.1), Skizofrenia katatonik (F20.2), Depresi pasca-skizofrenia (F20.4) dan Skizofrenia residual (F20.5) yang terdapat pada PPDGJ III 3. Diagnosa gangguan kejiwaan ini tidak mencakup diagnosa gangguan kejiwaan pada anak-anak. 4. Sistem
ini
tidak menerapkan
manajemen
ketidakpastian
dan
tidak
memperhitungkan tingkat kepercayaan paramedik sebagai pengguna terhadap gejala yang muncul pada saat melakukan diagnosa jenis penyakit Skizofrenia.
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah sistem dengan menggunakan penalaran berbasis aturan untuk diagnosa awal gangguan kejiwaan psikosis dan menggunakan penalaran berbasis kasus untuk diagnosa jenis-jenis gangguan psikosis Skizofrenia
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberi manfaat kepada tenaga medis dalam melakukan diagnosa awal gangguan kejiwaan psikosis dan diagnosa jenis-jenis penyakit Skizofrenia
1.6 Keaslian Penelitian Penelitian untuk mediagnosa penyakit kejiwaan sudah dilakukan diantaranya adalah rancang-bangun sistem pendukung keputusan kelompok untuk amnesis,
5
diagnosis dan terapi gangguan jiwa yang dilakukan untuk gangguan jiwa non psikosis (Kusumadewi,dkk., 2008). Kemudian sistem pakar diagnosa awal gangguan jiwa dengan metode certainty factor berbasis mobile cellular untuk mendiagnosa gangguan jiwa neurosis (Wita,dkk., 2012). Razzouk,dkk (2006) membuat SPK untuk mendiagnosa penyakit Skizofrenia, namun akuisisi pengetahuan dari 3 orang pakar mengalami kesulitan karena tidak adanya kesepakatan antara 1 pakar dengan pakar yang lain dalam melihat gejala-gejala yang berhubungan dengan Skizofrenia. Oleh karena itu, peneliti merasa metode yang diajukan oleh Razzouk untuk mendiagnosa gangguan kejiwaan Skizofrenia kurang tepat sehingga perlu diteliti dengan metode lain. Metode yang akan digunakan peneliti untuk melakukan diagnosa gangguan kejiwaan
Psikosis
dan
gangguan
kejiwaan
jenis-jenis
Skizofrenia dengan
menggunakan penalaran berbasis aturan dan berbasis kasus belum pernah dilakukan.
1.7 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengembangan perangkat lunak yang terdiri dari tahap-tahap berikut ini: 1. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan kegiatan untuk mempelajari literatur-literatur dan teori yang mendukung dalam melakukan penalaran berbasis aturan dan berbasis kasus untuk melakukan diagnosa penyakit jiwa psikosis. Studi pustaka dibagi menjadi dua bagian yaitu penelitian yang dilakukan dalam domain gangguan kejiwaan dan penelitian yang dikembangkan dengan menggunakan CBR. Pada tahap ini akan dilakukan pula pembuatan proposal penelitian. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data akan diperoleh dari rekam medis penyakit kejiwaan serta konsultasi dengan pakar yaitu seorang dokter spesialis keokteran jiwa di rumah sakit GRHASIA Yogyakarta.
6
3. Analisis Kebutuhan dan Perancangan Sistem Analisis kebutuhan merupakan tahap untuk melakukan analisis pada data yang telah diperoleh sehingga didapatkan fitur-fitur untuk digunakan dalam penalaran berbasis aturan dan kasus, menganalisis kebutuhan input, proses dan kebutuhan output. 4. Implementasi Rancangan Sistem/Coding Merupakan tahap pembuatan sistem berdasarkan hasil perancangan sistem. Rancangan sistem akan dibangun dengan menggunakan sistem operasi Windows 7 dengan bahasa pemrograman Delphi dan database MySql. 5. Pengujian Tahap ini merupakan pengujian terhadap sistem yang dibuat yang dilakukan dengan menggunakan data uji kasus yang baru untuk memastikan bahwa aplikasi telah berjalan dengan baik dan menghasilkan keputusan yang tepat. Pengujian sistem dilakukan dengan membandingkan hasil diagnosa dokter dan hasil diagnosa yang diberikan melalui sistem. 6. Evaluasi dan Perbaikan Kesalahan Tahapan ini merupakan tahapan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan setelah dilakukan implemetasi sistem. Jika hasil pengujian menunjukan bahwa aplikasi yang dikembangan sudah benar maka proses perbaikan tidak perlu dilakukan dan jika belum benar maka proses perbaikan dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan perbaikan pada basis aturan, basis kasus, retrieval, dan perhitungan pencarian similaritas antara kasus lama dengan kasus baru. 7. Penyusunan Laporan Merupakan tahap akhir dalam penelitian ini dengan memberikan hasil dan membuat laporan penelitian.
7
1.8 Sistematika Penelitian Penulisan Tesis ini akan dibagi dalam 7 bab, dengan rincian masing-masing sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan secara sistematis tentang penelitian yang terdahulu dan menghubungkan dengan penelitian yang sedang dilakukan. BAB III. LANDASAN TEORI Pembahasan dalam landasan teori meliputi teori-teori yang digunakan dalam penelitian yaitu penalaran berbasis aturan, penalaran berbasis kasus, similaritas wieghted nearest neighbor dan penyakit psikosis BAB IV. ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai rancangan sistem penalaran berbasis aturan untuk diagnosa awal gangguan psikosis dan penalaran berbasis kasus untuk diagnosa jenis Skizofrenia BAB V. IMPLEMENTASI SISTEM Di dalam bab ini berisi implementasi dari rancangan sistem yang sudah dibuat sebelumnya. BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas hasil dari implementasi yang sudah dilakukan dan di dalam bab ini juga ditampilkan hasil dari implementasi. BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dari penelitian dan juga diberikan saransaran yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk dapat menghasilkan suatu sistem yang lebih baik.